KOMPAS.com - Hak asasi manusia (HAM) merupakan hak dasar yang secara kodrati
melekat pada manusia, bersifat universal dan langgeng. Hak asasi manusia harus
dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau
dirampas oleh siapapun, termasuk oleh pemerintah dan aparatur negara. Negara pun
melalui UUD 1945 dan sejumlah perangkat hukum telah menjamin perlindungan
HAM. Sayangnya, pelanggaran HAM di Indonesia masih saja terus terjadi.
Kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat Pada Januari 2022, penjara atau
kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat, Sumatera Utara, Terbit Rencana
Peranginangin, terungkap. Kerangkeng tersebut ditemukan saat Sang Bupati terjaring
operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Atas temuan
ini, polisi pun mendatangi lokasi dan mendapatkan informasi bahwa kerangkeng
manusia itu merupakan tempat rehabilitasi narkotika. Akan tetapi, belum ada izin
sebagai tempat rehabilitasi narkoba di rumah tersebut. Komnas HAM yang juga
melakukan penyelidikan menemukan minimal 26 bentuk penyiksaan, kekerasan, dan
perlakuan yang merendahkan martabat terhadap para penghuni kerangkeng. Beberapa
di antara penghuni dipukuli, ditendang, disuruh bergelantungan di kerangkeng seperti
monyet, dicambuk anggota tubuhnya dengan selang, dan lainnya. Hasil investigasi
Komnas HAM menunjukkan pula keterlibatan oknum TNI-Polri dalam tindak
penyiksaan, kekerasan, dan perlakuan yang merendahkan martabat para penghuni
kerangkeng. Selama didirikan sejak 2012, ada enam orang yang meninggal di dalam
kerangkeng tersebut. Kasus dugaan tindak pidana kekerasan di dalam kerangkeng
manusia ini masih berjalan di pengadilan hingga sekarang. Terdapat delapan
tersangka yang diadili. Satu di antaranya merupakan anak kandung dari Bupati Terbit
berinisial DP. Empat tersangka, yaitu DP, HS, HG, dan IS didakwa dengan pasal
penganiayaan yang menyebabkan kematian terhadap korban. Sementara SP, JS,RG,
dan TS didakwa dengan tindak pindana perdagangan orang.
Tindak kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap warga terjadi di
desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, pada 8 Februari 2022. Kericuhan berujung
kekerasan oleh polisi ini terjadi dalam proses pengukuran lahan warga untuk
penambangan batu andesit di desa tersebut. Batu andesit diperlukan untuk proyek
pembangunan Bendungan Bener di wilayah tersebut. Sebagian warga setuju
membebaskan lahan mereka. Namun, sebagian lainnya menolak karena khawatir
penambangan batu andesit berakibat pada rusaknya sumber mata air Wadas. Dalam
kericuhan ini, Komnas HAM menemukan bahwa sejumlah warga ditendang dan dan
dipukul. Tak hanya itu, puluhan warga juga ditangkap dan ditahan polisi. Akibat
kejadian tersebut, warga pun mengalami trauma. Pasca kejadian, beberapa orang
bahkan tidak berani pulang ke rumah dan bersembunyi di hutan karena ketakutan.
Sumber : https://nasional.kompas.com/read/2022/09/22/01000001/kasus-
pelanggaran-ham-di-indonesia-2022.
Pertanyaan
1. Telah oleh saudara berdasarkan kasus di atas, Bagaimana agar sistem hukum di
Indonesia dapat bekerja dengan baik dalam penegakan HAM
Jawaban :
Dalam menjawab soal diatas sebaiknya kita terlebih dahulu mengetahui pengertian
dari HAM. Jadi, HAM yaitu hak yang paling hakiki yang dimiliki oleh manusia.
Siapapun tidak diberbolehkan untuk mengganggu atau mencampuri hak asasi
orang lain karena hak asasi ini sifatnya sangat personal dan tidak bisa dilepaskan
dari keberadaan manusia. Dalam perjalanan kehidupan manusia, hak asasi manusia
digolongkan menjadi beberapa macam, yaitu:
Hak asasi pribadi (Personal Rights)
Hak asasi politik (Political Rights)
Hak asasi hukum (Rights of Legal Equality)
Hak asasi ekonomi (Property Rights)
Hak asasi peradilan (Procedural Rights)
Hak asasi sosial budaya (Social-Culture Rights)
Setelah kita mengetahui pengertian dari HAM, maka berikut adalah beberapa
syarat yang harus dipenuhi agar sistem hukum di Indonesia dapat bekerja dengan
baik:
Meningkatkan kapasitas dan profesionalisme aparat penegak hukum dalam
menangani kasus-kasus pelanggaran HAM.
Memberikan sebuah perlindungan dan pemulihan bagi korban pelanggaran
HAM serta sanksi yang tegas bagi pelakunya.
Mendorong partisipasi masyarakat sipil dalam pengawasan serta advokasi
terhadap penegakan HAM.
Membangun budaya HAM yang menghargai martabat manusia dan
mengedepankan dialog serta rekonsiliasi
Selalu berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan filosofis
dan konstitusional yang mengakui dan menjamin HAM.
Saling menghormati dan melaksanakan perjanjian internasional yang telah
diratifikasi oleh Indonesia terkait dengan HAM.
Membangun sistem hukum yang berkeadilan, transparan, akuntabel, dan
independen.
Melakukan reformasi dan restrukturisasi institusi-institusi penegakan hukum,
seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan Komnas HAM.
2. Bagaimana jaminan Hak Asasi Manusia ditinjau dari sudut pandang Hukum Tata
Negara?
Jawaban :
Jaminan Hak Asasi Manusia (HAM) apabila ditinjau dari sudut pandang Hukum
Tata Negara adalah jaminan yang diberikan oleh suatu negara melalui konstitusi
dan peraturan perundang-undangan lainnya untuk menghormati, melindungi,
menegakan, serta memajukan hak-hak yang melekat pada manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. HAM berkaitan erat dengan negara hukum, yaitu
negara yang menjadikan hukum sebagai pedoman dalam kehidupan kenegaraan,
pemerintahan, serta kemasyarakatan. Di dalam negara hukum, penguasa harus
tunduk pada aturan hukum serta tidak boleh bertindak sewenang-wenang terhadap
rakyatnya. HAM juga harus sesuai dengan hukum internasional tentang HAM
yang diterima oleh negara Republik Indonesia.
Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, pasal 3 ayat (1), Pemerintah wajib
dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakan, dan memajukan
hak asasi manusia yang diatur dalam Undang-undang ini, peraturan perundang-
undangan lain, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima
oleh negara Republik Indonesia. Pasal 4 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan, dan perlakuan yang adil serta setara
di hadapan hukum. Pasal 5 ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang berhak atas
perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di
bawah kekuasaannya serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasinya.
Selain dar pada itu, konstitusi Indonesia juga menjamin HAM dalam beberapa
pasal. Seperti halnya, pasal 28A UUD 1945 menyebutkan bahwa setiap orang
berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Pasal
28B ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang berhak membentuk keluarga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Pasal 28C ayat (1)
menegaskan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
Kesimpulan
Dari uraian di atas yang telah saya jelaskan, dapat disimpulkan bahwa jaminan
HAM ditinjau dari sudut pandang Hukum Tata Negara adalah jaminan yang
bersumber dari konstitusi dan peraturan perundang-undangan lainnya yang
mengatur tentang hak-hak dasar manusia yang harus dihormati, dilindungi,
ditegakkan, dan dimajukan oleh negara sebagai negara hukum yang tunduk pada
aturan hukum dan hukum internasional tentang HAM.
3. Analisis oleh saudara terkait konflik agraria yang terjadi di Indonesia yang
beririsan dengan HAM. Serta bagaimana upaya yang perlu dilakukan dalam
menyelesaikan konflik tersebut.
Jawaban :
Dalam menjawab soal diatas, sebaiknya kita mengetahui pengertian dari konflik
agraris itu sendiri. Jadi, Konflik agraria adalah konflik yang terjadi antara berbagai
pihak yang memiliki klaim atau kepentingan atas lahan, sumber daya alam, atau
wilayah tertentu. Konflik agraria seringkali beririsan dengan HAM, karena dapat
melanggar hak-hak dasar seperti hak atas tanah, hak atas kesejahteraan, hak atas
keadilan, serta hak atas lingkungan hidup yang layak.
Berikut adalah analisis yang saya lakukan mengenai konflik agraria yang
terjadi di Indonesia adalah :
Konflik agraria di Indonesia seringkali melibatkan berbagai pihak yang
memiliki kepentingan dan posisi yang berbeda-beda, seperti halnya pemerintah
pusat, pemerintah daerah, perusahaan swasta, masyarakat adat, petani, nelayan,
LSM, aktivis HAM, aparat keamanan, dan lain-lain. Hal ini menyebabkan
konflik agraria menjadi kompleks dan sulit diselesaikan secara cepat dan adil.
Konflik agraria di Indonesia juga menimbulkan berbagai dampak negatif bagi
HAM, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, konflik
agraria dapat menyebabkan kematian, luka-luka, penangkapan sewenang-
wenang, penyiksaan, pengusiran, penggusuran, pemiskinan, dan diskriminasi
terhadap para korban. Secara tidak langsung, konflik agraria dapat mengancam
hak-hak lain seperti hak atas pendidikan, kesehatan, pekerjaan, partisipasi
politik, dan kebudayaan
Konflik agraria di Indonesia memiliki akar sejarah yang panjang, mulai dari
masa kolonialisme, orde lama, orde baru, hingga reformasi. Berbagai kebijakan
pemerintah yang tidak pro-rakyat, seperti penguasaan lahan oleh perusahaan-
perusahaan besar, pembangunan infrastruktur tanpa konsultasi dengan
masyarakat lokal, dan penyerobotan lahan oleh mafia tanah, telah menimbulkan
ketimpangan dan ketidakadilan sosial.
Referensi :
1. BMP Modul ISIP4130 Pengantar Ilmu Hukum
2. https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/justicia/article/view/1391
3. https://jurnal.uai.ac.id/index.php/SPS/article/viewFile/167/156
4. https://www.hukumonline.com/klinik/a/konsep-hak-asasi-manusia-yang-
digunakan-di-indonesia-lt58e0c8234493e
5. https://pusdik.mkri.id/materi/materi_38_Munafrizal%20Manan%20Jaminan
%20HKWN%20Menurut%20UUD%201945.pdf