X-MIA-1
Oleh Kelompok 3 :
Arin Nur Mega (03)
Maulindatu Nafisah (16)
M Kalle Saputra (23)
Sella Martselia (30)
Dari : http://layanan-guru.blogspot.com/2013/08/hambatan-dan-
tantangan-penegakan-hak.html
BAB II
PERMASALAHAN
Berdasarkan hal-hal yang telah di jelaskan pada Bab 1
Pendahuluan, adapun permasalahan yang saya temukan dan saya angkat
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Hambatan apa saja yang dihadapi Indonesia dalam pelaksanaan
HAM?
2. Tantangan apa saja yang dihadapi Indonesia dalam penegakan
HAM?
3. Apakah Kebijakan Pemerintah dalam menghadapi tantangan dan
hambatan pelaksanaan HAM?
BAB III
PEMBAHASAN
Untuk mewujudkan dan menegakkan Hak Asasi Manusia (Ham)
di Indonesia tidaklah semudah menuliskan serta mengucapkannya. Hal
ini disebabkan banyak hambatan dan tantangan yang tidak lagi sebatas
terorika, melainkan sudah menjadi realita yang tidak dapat dihindari
apalagi ditunda-tunda.
Dalam penegakan HAM melalui sistem hukum pidana yang telah
berlaku di Indonesia terdapat kendala-kendala atau hambatan yang
bersifat prinsipil substansil dan klasik. Hambatan –hambatan dalam
pelaksanaan HAM di Indonesia antara lain:
a. Masih kurang pemahaman tentang HAM.
Banyak orang menangkap pemahaman HAM dari segi pemikiran
formal belaka. HAM hanya dilihat sebagaimana yang tertulis dalam
"Declaration of Human Rights" atau apa yang tertulis dalam Undang-
undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak-Hak Asasi Manusia. Namun,
hakikat pemahaman HAM harus dilihat sebagai suatu konsep yang
bersifat multidimensi. Sebab, dalam pemahaman HAM tertanam di
dalamnya konsep dasar "Politik, Hukum, sosiologi, filosofi, ekonomi dan
realitas masyarakat masa kini, agenda internasional, yurisprudensi
analitis, yurisprudensi normatif, etika dan estetika". Jika makna seperti
ini dapat ditangkap melalui suatu proses pembelajaran, pemahaman,
penghayatan dan akhirnya diyakini, barulah kita dapat menuju kepada
suatu proses untuk menjadi HAM ini sebagai bagian dari Wawasan
Nasional. Bagian dari kebijakan nasional, menjadikan HAM sebagai
strategi nasional, program nasional dan konsistensi. Tetapi, jangan lupa
bahwa HAM yang formal ini adalah barang import.
b. Masih kurang pengalaman
Disadari atau tidak kita harus akui bahwa HAM sebagai suatu
konsep formal masih terasa baru di masyarakat kita. Kondisi ini
mendorong kita harus membina kerjasama dengan beberapa negara
dalam mencari gagasan, menciptakan kondisi yang kondusif, dan
memberikan proteksi perlindungan HAM, persepsi dan pemahaman
bersama seperti ini perlu didorong dan ditegakkan. Namun, kita harus
hati-hati, khususnya dalam menjalin kerjasama dengan negara lain.
Sebab, forum kerjasama, forum konsultasi, dan berbagai kebijakan selalu
diboncengi kepentingan tertentu yang sering tidak terasa bahwa tujuan
yang hendak dicapai menjadi melenceng jauh dari tujuan yang semula
diharapkan.
c. Kemiskinan
Kemiskinan adalah sumber kebodohan, oleh sebab itu harus
diperangi dan diberantas. Tema memberantas kemiskinan telah banyak
dipersoalkan di forum-forum nasional, regional dan internasional, tetapi
hingga saat ini belum ada solusinya. Bahkan, ide memberantas
kemiskinan hanya mampu memobilisasi masyarakat miskin tanpa
menambah sepeser pun uang ke kantong-kantong orang miskin. Dari segi
HAM seolah-olah konvensi hak-hak sosial dan ekonomi yang belum
diratifikasi oleh Indonesia perlu diwujudkan.
d. Keterbelakangan;
Keterbelakangan ini adalah suatu penyakit yang bersifat kultural
dan struktural. Kultural karena sering sekelompok orang yang terikat
dalam satu budaya yang sama memiliki adat-istiadat yang sama dan ara
berpikir yang sama pula. Untuk mengatasi diperlukan proses pendidikan
dan kebiasaan menggunakan logika berpikir.
e. Pemahaman HAM masih terbatas dalam pemahaman
gerakan.
Untuk membangun HAM dalam masyarakat untuk menjaga
kerukunan berbangsa dan bernegara diperlukan: 1) adanya personil
pemerintahan yang berkualitas, 2) aparat pemerintah yang bermodal dan
bertanggung jawab; 3) terbangunnya publik opini yang sehat atau
tersedia sumber informasi yang jelas, 4) terbangunnya suatu kelompok
pers yang berani dan bebas dalam koridor menjaga keutuhan bangsa dan
negara, 5) adanya sanksi terhadap aparat yang melanggar HAM, 6)
tersedianya "bantuan hukum" (legal-aid) di mana-mana, 7) terbentuknya
jaringan aparat pemerintahan yang bersih, berwibawa sehingga
bersinergi.
Dalam memasuki abad ke -21 banyak tantangan besar yang
dihadapi dalam penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia
khususnya didalam era Reformasi Hukum dan dapat dielaborasi kedalam
tiga model lingkungan, yaitu:
1. Lingkungan yang memiliki aspek-aspek nasional dan
internasional. Kedua lingkungan tersebut berinteraksi secara
simbiosis, mutualistis, karena baik buruknya penegakan hukum di
Indonesia dapat dipengeruhi oleh kedua lingkungan tersebut.
2. Lingkungan strategis yang memiliki aspek Internasional. Berkaitan
langsung dengan politik perdagangan global yang menempatkan
negara selatan debagai tempat pemasaran produk-produk global
negara utara. Oleh karena itu, timbul tuntutan untuk menciptakan
iklim dan lingkungan dunia perdagangan serta usaha kondusif dan
sehat bagi hubungan perdagangan, baik bilateral ataupun multilateral.
Menghadapi tantangan lingkungan staregis yang bersifat
Internasional pemerintah Republik Indonesia telah melakukan
kebijakan-kebijakan. Kebijakan –kebijakan tersebut, yaitu penegakan
GTO/WTO, melakukan penyusunan rancangan Undang-Undang
Arbitrase, undang-undak Kepailitan, telah melakukan serta revisi
undang-undang dalam bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual
(HAKI), telah memberlakukan Undang-undang Persaingan Usaha
dan Anti Monopoli (Competition Act), serta sudah memberlakukan
Undang-undang Perlindungan Konsumen (Consume’s) Undang –
undang No.8 1998/1999.
3. Lingkungan strategis yang memiliki aspek nasional. Dapat
dipengaruhi oleh kondisi sosial politik dan keamanan. Di dalamnya
termasuk pembentukan hukum yang aspiratif terhadap kebutuhan
masyarakat dan mendukung kehidupan politik yang sehat. Hal
tersebut juga disertai dan diperkuat oleh penegakan hukum yang
tegas konsisten dengan dilandasi asas kepastian hukum, asas
proporsionalitas, asas kedilan, dan asas mufakat.
Kebijakan pemerintah menghadapi tantangan lingkungan strategis
yang bersifat nasional dalam bidang perundang-undangan, antara lain:
1. Pencabutan Undang-undang Subversi dan penambahan/ perluasan
ke dalam KUHP.
2. Revisi undang-undang tentang Tindak pidana Korupsi.
3. Mengajukan rancangan Undang – undang tentang HAM dan
pembentukan KOMNAS HAM.
4. Pemberlakuan Undang-Undang No. 28 tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang bersih dari KKN.
5. Memberlakukan Undang- Undang No. 2/2002 dan Undang-Undang
No. 3/2002 tentang Hankam dan pemisahan TNI serta POLRI
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
o Hambatan –hambatan dalam pelaksanaan HAM di Indonesia antara
lain: Masih kurang pemahaman tentang HAM, masih kurang
pengalaman, kemiskinan, keterbelakangan, pemahaman HAM masih
terbatas dalam pemahaman gerakan.
o Tantangan besar yang dihadapi dalam penegakan Hak Asasi Manusia
(HAM) di Indonesia khususnya didalam era Reformasi Hukum dan
dapat dielaborasi kedalam tiga model lingkungan, yaitu: Lingkungan
yang memiliki aspek-aspek nasional dan internasional. Lingkungan
strategis yang memiliki aspek Internasional. Lingkungan strategis
yang memiliki aspek nasional.
4.2 Saran
Kita sebagai mahasiswa dan generasi penerus bangsa, sudah
semestinya membantu pemerintah untuk terus menegakkan HAM di
Indonesia. Kondisi HAM di Indonesia sudah saatnya dibenahi dan ditata
ulang agar terbentuk good goverment. Segala jenis hambatan dan
tantangan yang dapat mengganggu terwujudnya pelaksanaan HAM harus
segera dihilangkan.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU
1. Bahar, Safroedin,Drs. 1997. Hak Asasi Manusia. Jakarta: Pustaka
Sinar
2. Iskandar, Encang, Drs. 2004. Kewarganegaraan 1. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
3. Sumarsono, S, Drs. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:
PT Gramedia
4. Kaelan, H, Dr. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Perguruan Tinggi.Yogyakarta:Gramedia
PERUNDANG-UNDANGAN
1. UUD 1945
2. Undang-Undang No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
yang bersih dari KKN.
3. Undang- Undang No. 2 tahun 2002
4. Undang-Undang No. 3 tahun 2002 tentang Hankam dan pemisahan
TNI serta POLRI
LAIN-LAIN