Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 3

PENGANTAR ILMU HUKUM

OLEH:

RAMLAN APRIANDA
NIM. 048704537

UNIVERSITAS TERBUKA
2023
KOMPAS.com - Hak asasi manusia (HAM) merupakan hak dasar yang secara kodrati
melekat pada manusia, bersifat universal dan langgeng. Hak asasi manusia harus dilindungi,
dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun,
termasuk oleh pemerintah dan aparatur negara. Negara pun melalui UUD 1945 dan sejumlah
perangkat hukum telah menjamin perlindungan HAM. Sayangnya, pelanggaran HAM di
Indonesia masih saja terus terjadi.
Beberapa kasus HAM pada tahun 2022
Kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat
Kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat Pada Januari 2022, penjara atau kerangkeng
manusia di rumah Bupati Langkat, Sumatera Utara, Terbit Rencana Peranginangin,
terungkap. Kerangkeng tersebut ditemukan saat Sang Bupati terjaring operasi tangkap tangan
(OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Atas temuan ini, polisi pun mendatangi lokasi
dan mendapatkan informasi bahwa kerangkeng manusia itu merupakan tempat rehabilitasi
narkotika. Akan tetapi, belum ada izin sebagai tempat rehabilitasi narkoba di rumah tersebut.
Komnas HAM yang juga melakukan penyelidikan menemukan minimal 26 bentuk
penyiksaan, kekerasan, dan perlakuan yang merendahkan martabat terhadap para penghuni
kerangkeng. Beberapa di antara penghuni dipukuli, ditendang, disuruh bergelantungan di
kerangkeng seperti monyet, dicambuk anggota tubuhnya dengan selang, dan lainnya. Hasil
investigasi Komnas HAM menunjukkan pula keterlibatan oknum TNI-Polri dalam tindak
penyiksaan, kekerasan, dan perlakuan yang merendahkan martabat para penghuni
kerangkeng. Selama didirikan sejak 2012, ada enam orang yang meninggal di dalam
kerangkeng tersebut. Kasus dugaan tindak pidana kekerasan di dalam kerangkeng manusia ini
masih berjalan di pengadilan hingga sekarang. Terdapat delapan tersangka yang diadili. Satu
di antaranya merupakan anak kandung dari Bupati Terbit berinisial DP. Empat tersangka,
yaitu DP, HS, HG, dan IS didakwa dengan pasal penganiayaan yang menyebabkan kematian
terhadap korban. Sementara SP, JS, RG, dan TS didakwa dengan tindak pindana perdagangan
orang.
Tindak Kekerasan Aparat di Wadas
Tindak kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap warga terjadi di desa
Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, pada 8 Februari 2022. Kericuhan berujung kekerasan oleh
polisi ini terjadi dalam proses pengukuran lahan warga untuk penambangan batu andesit di
desa tersebut. Batu andesit diperlukan untuk proyek pembangunan Bendungan Bener di
wilayah tersebut. Sebagian warga setuju membebaskan lahan mereka. Namun, sebagian
lainnya menolak karena khawatir penambangan batu andesit berakibat pada rusaknya sumber
mata air Wadas. Dalam kericuhan ini, Komnas HAM menemukan bahwa sejumlah warga
ditendang dan dipukul. Tak hanya itu, puluhan warga juga ditangkap dan ditahan polisi.
Akibat kejadian tersebut, warga pun mengalami trauma. Pasca kejadian, beberapa orang
bahkan tidak berani pulang ke rumah dan bersembunyi di hutan karena ketakutan.
Sumber: https://nasional.kompas.com/read/2022/09/22/01000001/kasus-pelanggaran-ham-di-
indonesia-2022.
Pertanyaan:
1. Telaah oleh saudara berdasarkan kasus di atas, Bagaimana agar sistem hukum di
Indonesia dapat bekerja dengan baik dalam penegakan HAM.
2. Bagaimana jaminan Hak Asasi Manusia ditinjau dari sudut pandang Hukum Tata
Negara?
3. Analisis oleh saudara terkait konflik agraria yang terjadi di Indonesia yang beririsan
dengan HAM. Serta bagaimana upaya yang perlu dilakukan dalam menyelesaikan
konflik tersebut.

Jawab:
1. Cara yang dapat dilakukan agar sistem hukum di Indonesia dapat bekerja dengan baik
dalam penegakan HAM yaitu dengan memperbanyak Undang-Undang tentang
perlindungan HAM yang bersifat tegas dan memberi efek jera kepada pelaku kejahatan.
Selain itu, aparat pemerintahan dan penegak hukum harus menegakkan Undang-Undang
tersebut dengan prinsip keadilan. Hak asasi manusia adalah masalah lokal sekaligus
masalah global, yang tidak mungkin diabaikan dengan dalih apapun termasuk di
Indonesia. Jika terjadi pengabaian terhadap HAM akan menimbulkan pelanggaran hak
asasi manusia atas hak asasi manusia yang lain. Di Indonesia masih banyak kasus
pelanggaran hak asasi manusia dari yang ringan sampai yang berat dan belum
kondusifnya mekanisme penyelesaiannya, tetapi secara umum baik menyangkut
perkembangan dan penegakkannya mulai menampakkan tanda-tanda kemajuan pada
akhir-akhir ini. Hal ini terlihat dengan adanya regulasi hukum Hak Asasi Manusia
melalui peraturan perundang-undangan serta dibentuknya Pengadilan Hak Asasi Manusia
dalam upaya menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
terjadi. Undang-undang yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia di Indonesia adalah
UndangUndang Nomor 39 tahun 1999. Dalam pasal 12 UU nomor 39 tahun 1999
disebutkan bahwa: Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan
pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan
kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggungjawab,
berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia.
2. Jaminan Hak Asasi Manusia ditinjau dari sudut pandang Hukum Tata Negara bisa dilihat
dari pernyataan luhur yang tertuang pada alinea pertama dan alinea keempat Pembukaan
UUD 1945. Kemudian dalam Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998, Undang-Undang
No. 39 Tahun 1999 dan Amandemen UUD 1945 Pasal 28 A–J. Hukum Tata
Negara bertujuan untuk menjamin dan melindungi hak-hak dasar individu dalam suatu
negara dan mengatur hubungan antara individu dan negara.
Pelanggaran HAM dan konstruksi hukum Indonesia terjadi tumpang tindih antara UU
dan UUD, penempatannya tidak sesuai dengan hierarki tata urut peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia. Agar penempatan substansi HAM sesuai dengan
hierarki tata urut undang-undang di Indonesia, seharusnya UU No 39 Tahun 1999 dicabut
dan diganti dengan UU baru yang substansinya menjabarkan dan menyesuaikan dengan
substansi yang ada dalam UUD 1945.

3. Konflik agraria di Indonesia merupakan masalah kompleks yang seringkali beririsan


dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Konflik agraria terjadi ketika terdapat perselisihan
atau ketegangan antara kelompok masyarakat atau individu dengan pihak-pihak lain
seperti perusahaan, pemerintah, atau pemilik tanah, terkait dengan kepemilikan,
penggunaan, atau pengelolaan sumber daya agraria, seperti tanah, hutan, atau air.
Upaya yang perlu dilakukan dalam menyelesaikan konflik agraria yang beririsan dengan
HAM dapat meliputi:
1. Mengedepankan dialog, mediasi, dan negosiasi antara pihak-pihak yang terlibat
dalam konflik dapat membantu mencapai kesepakatan yang adil dan berkelanjutan.
2. Pemerintah dan perusahaan harus menjaga transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan sumber daya agraria.
3. Penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku kekerasan atau pelanggar HAM dapat
memberikan keadilan bagi korban dan mendorong pencegahan pelanggaran di masa
depan.

Referensi:
Sanyoto. 2008. Penegakan Hukum di Indonesia. Jurnal Dinamika Hukum. Vol. 8 No. 3
September 2008

Anda mungkin juga menyukai