Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

ADMINISTRASI PERTANAHAN

Disusun Oleh :
Tiara Putri Dhayni
042062978
Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Hukum Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UNIVERSITAS TERBUKA
2023
Soal :

1. Jelaskan pengertian administrasi dilihat dari sudut pandang proses, fungsional, dan
institusional dari sudut adminitrsai pertanahan serta sebutkan catur tertib pertanahan!

2. Sebutkan beberapa penyebab timbulnya permasalahan pertanahan!

3. Sebutkan dan jelaskan asas-asas pendaftaran tanah menurut PP No. 24 Tahun 1997 !

Jawaban :

1. Administrasi dari sudut proses ialah segala kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan dari mulai proses pemikiran, pelaksanaan sampai tercapainya tujuan itu
sendiri. Administrasi sebagai proses kegiatan menunjukkan keseluruhan tindakan
sekelompok orang yang berlangsung secara rumit dan sistematis dalam suatu kesatuan dari
tahap awal kegiatan hingga tercapainya suatu tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini
rangkaian kegiatan dilakukan tidak terputus-putus, melainkan berlangsung secara sekuensial
sehingga hasil kegiatan yang satu menjadi input bagi kegiatan berikutnya dan hasil akhir dari
suatu kegiatan menjadi umpan balik (feedback) bagi pelaksanaan kegiatan awal. Dengan kata
lain, satu kegiatan merupakan akibat dari kegiatan sebelumnya dan sekaligus menjadi sebab
dari kegiatan berikutnya.

Administrasi dari sudut fungsional untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
itu, terdapat berbagai fungsi atau tugas, yaitu merencanakan, mengorganisir, menggerakkan,
mengawasi atau meneliti segala kegiatan agar tidak terjadi penyimpangan. Administrasi
sebagai fungsi menunjukkan keseluruhan tindakan dari sekelompok orang dalam suatu kerja
sama sesuai dengan fungsi-fungsi tertentu hingga tercapai tujuan. Fungsi yang satu
berhubungan dengan fungsi lain dalam satu rangkaian tahapan aktivitas. Fungsi-fungsi
tersebut oleh William H. Newman (1963) dianggap sebagai basic process of administration,
yaitu meliputi fungsi menentukan apa yang akan dilakukan (planning), menggolong-
golongkan kegiatan yang akan dilakukan dalam suatu rangkaian hubungan (organizing),
menyusun orang-orang yang tepat untuk melakukan suatu jenis kegiatan (staffing),
menggerakkan dan memberi instruksi agar kegiatan berlangsung (directing) dan tindakan
mengusahakan agar hasil pelaksanaan relatif sesuai dengan yang diharapkan (controlling).

Administrasi dari sudut institusional Administrasi ditinjau dari sudut institusional


(kepranataan atau kelembagaan), adalah suatu totalitas kelembagaan di mana dalam lembaga
itu terdapat kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Administrasi sebagai
pranata atau institusi menunjukkan keseluruhan orang-orang yang melakukan kerja sama
berdasarkan strukturisasi dan fungsionalisasi kerja. Dalam hal ini kelompok orang-orang
yang bekerja sama dilembagakan dalam suatu struktur dan fungsi-fungsi, sehingga
masingmasing anggota memiliki suatu posisi tertentu dalam rangkaian kerja sama.

Untuk merealisasikan pelaksanaan administrasi pertahanan tersebut serta dalam


rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat di bidang pertanahan maka dibuatlah
Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1979 tentang Catur Tertib Pertanahan, yaitu tertib
hukum pertanahan; tertib administrasi pertanahan; tertib penggunaan tanah; dan tertib
pemeliharaan tanah lingkungan hidup. Keempat tertib tersebut merupakan pedoman bagi
penyelenggaraan tugas-tugas pengelolaan dan pengembangan administrasi pertanahan yang
sekaligus merupakan gambaran tentang kondisi atau sasaran antara yang ingin dicapai dalam
pembangunan bidang pertanahan yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.

2. Konflik pertanahan yang terjadi selama ini berdimensi luas, baik konflik horizontal
maupun konflik vertikal. Konflik vertikal yang paling dominan yaitu antara masyarakat
dengan pemerintah atau perusahaan milik negara dan perusahaan milik swasta. Misalnya
salah satu kasus yang paling menonjol adalah kasus yang paling sering terjadi adalah
permasalahan sertifikat ganda atau kepemilikan beberapa sertifikat pada sebuah bidang tanah.

Dari berbagai pendapat tentang akar masalah pertanahan yang akhirnya menjadi sengketa
tanah terjadi di Indonesia di sebabkan oleh:
(1) kurang tertibnya administrasi pertanahan masa lalu;
(2) ketimpangan struktur penguasaan dan pemilikan tanah;
(3) sistempublikasi pendaftaran tanah yang negative;
(4) meningkatnya kebutuhan tanah, sehingga harga tanah tidak dapat dikendalikan
karena ulah mafia tanah;
(5) peraturan perundangan saling tumpang tindih, baik secara horizontal maupun
vertical, demikian juga substansi yang diatur;
(6) masih banyaknya terdapat tanah terlantar;
(7) kurang cermat notaries dan pejabat pembuat akta tanah dalam menjalankan
tugasnya;
(8) belum terdapat pelaksanaan persepsi atau intrepetasi para penegak hukum
khususnya hakim terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan; dan
(9) para penegak hukum belum kurang berkomitmen untuk melaksanakan peraturan
perundang-undangan secara konsumen dan konsisten.

3. Adapun Asas-asas penyelenggaraan Pendaftaran Tanah sebagaimana diatur dalam Pasal 2 PP No.
24 Tahun 1997 adalah sebagai berikut:

1. Asas sederhana, bahwa dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan


pokok maupun prosedurnya mudah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan
terutama para pemegang hak atas tanah.

2. Asas Aman, bahwa dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar diselenggarakan secara
teliti dan cermat, sehingga hasilnya dapat memberikan kepastian hukum sesuai dengan
tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.

3. Asas Terjangkau, bahwa dalam pendaftaran tanah agar terjangkau bagi pihak-pihak yang
memerlukan, khususnya dengan memper- hatikan kebutuhan dan kemampuan golongan
ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka penyelenggaraan pen- daftaran
tanah harus bisa terjangkau oleh para pihak yang memerlukan.

4. Asas Mutakhir; bahwa dalam pelaksanaan pendaftaran tanah adanya kelengkapan yang
memadai dalam pelaksanaannya dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data
yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu perlu diikuti kewajiban
mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi di kemudian hari. Asas ini
menuntut dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus-menerus dan
berkesinambungan, sehingga data yang tersimpan di Kantor Pertanahan selalu se- suai
dengan keadaan nyata di lapangan, dan masyarakat dapat memperoleh keterangan
mengenai data yang benar setiap saat.

5. Asas Terbuka; bahwa dalam pendaftaran tanah hendaknya se- lalu bersifat terbuka bagi
semua pihak, sehingga bagi yang mem- butuhkan informasi tentang suatu tanah akan
mudah untuk memperoleh keterangan-keterangan yang diperlukan.

Sumber :

BMP ADPU4335

Buku Hukum Agraria Indonesa Karya Dr.H.M.Arba,S.H.,M.Hum

Anda mungkin juga menyukai