Anda di halaman 1dari 3

NAMA: AISYATIN AMINIYAH

PRODI: ILMU ADMINISTRASI NEGARA

TUGAS 2

Feri dan Firman merupakan teman dekat (bukan saudara) karena rumah mereka berdua
berdekatan. Suatu hari Firman dipindahkan tugas ke kota lain. Sehingga rumah Firman kosong
dalam waktu yang cukup lama. Karena ditinggalkan begitu saja rumah Firman menjadi tidak
terawat terutama rumput di depan, samping dan belakang rumahnya yang sudah tumbuh begitu
lebat hampir menutupi seluruh rumah Firman. Feri yang awalnya merasa tidak nyaman melihat
keadaan rumah Firman akhirnya memutuskan untuk membersihkan halaman depan, samping dna
belakang rumah Firman.

Pertanyaan (Dalam Hukum Positif)

1. Analisis perbuatan apakah yang dilakukan oleh Feri, serta apa saja konsekuensi dari
perbuatan tersebut. Jelaskan disertai dasar hukumnya!
Jawaban:
Memasuki rumah orang lain tanpa izin tentu bukan tindakan sopan. Perilaku ini dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pemilik rumah. Selain itu, memasuki rumah orang lain
tanpa izin dapat dianggap sebagai kejahatan, terutama bila melakukan pelanggaran-
pelanggaran hukum. Pihak berwenang telah mengatur terkait larangan memasuki rumah
orang tanpa izin. Pekarangan juga masih termasuk kedalam bagian rumah.
Tindakan Feri dalam kasus diatas ialah Feri mengambil keputusan untuk kepentingan
sendiri, konsikuensinya Feri bisa dikasuskan atas dasar memasuki wilayah halaman
rumah orang tanpa izin dari pemilik (Firman).
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau KUHP Pasal 167 ayat 1, disebutkan
bahwa seseorang yang memaksa masuk ke dalam rumah, ruangan, atau bahkan
pekarangan tertutup milik orang lain, dengan melawan hukum atau berada di tempat
tersebut dengan melawan hukum, dan tidak mengindahkan permintaan pemilik rumah
untuk lekas pergi, maka seseorang tersebut dapat diancam dengan sanksi pidana. Adapun
sanksi pidana menurut KUHP tersebut yaitu pelaku dapat diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak Rp.4.500.
Berikut bunyi Pasal 167 ayat 1 KUHP: “Barang siapa memaksa masuk ke dalam rumah,
ruangan atau pekarangan tertutup yang dipakai orang lain dengan melawan hukum atau
berada di situ dengan melawan hukum, dan atas permintaan yang berhak atau suruhannya
tidak pergi dengan segera, diancam dengan pidana penjara paling lima sembilan bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”

Sumber: https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/12/08/16311011/kuhp-baru-paksa-
masuk-rumah-dan-pekarangan-orang-lain-bisa-dipidana-hingga-2
2. Analisislah oleh saudara tergolong hukum apakah kasus di atas jika dilihat dari isinya
serta dari masa berlakunya!
Jawaban:
Kasus diatas tergolong hukum Ius constitutum. Karena kasus tersebut dalam lingkup
masyarakat. Ius constitutum atau hukum positif merupakan kumpulan asas dan kaidah
hukum tertulis yang pada saat ini berlaku dan mengikat secara umum atau khusus, yang
ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara Indonesia.
Hukum Ius constitutum meliputi beberapa unsur, yaitu:
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
2. Peraturan diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
3. Peraturan bersifat memaksa
4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas

Hukum akan selalu melekat pada manusia yang bermasyarakat, dengan banyaknya peran
hukum, maka Ius constitutum memiliki fungsi untuk menertibkan dan mengatur
pergaulan dalam masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah yang timbul. Saat ini,
Ius constitutum yang sedang berlaku di masyarakat adalah Undang-Undang Dasar 1945
dan UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Sumber: ISIP41130 MODUL 7 // https://www.hukumonline.com/berita/a/penggolongan-


hukum-berdasarkan-waktu-berlakunya-lt62fb6b9f76498/

3. Dalam mazhab ilmu hukum dikenal beberapa aliran, salah satunya adalah aliran
positivisme, jelaskan serta kaitkan dengan kasus di atas!
Jawaban:
Positivisme Hukum juga sering disebut Aliran Hukum Positif. Aliran ini memandang
perlunya pemisahan yang tegas antara hukum dan moral, yaitu antara hukum yang
berlaku dengan hukum yang seharusnya (antara das sein dan das sollen). Jika dikaitkan
dengan kasus diatas tindakan Feri akan sepenuhnya diatur oleh hukum karena aliran
Hukum Positif memandang bahwa semua persoalan di masyarakat harus diatur dalam
hukum tertulis. Bagi penganut aliran ini tidak ada norma hukum selain hukum positif.
Positivisme Hukum terbagi menjadi dua aliran, yaitu Aliran Hukum Positif Analitis
(Analytical Jurisprudence) dan Aliran Hukum Murni (Reine Rechtslehre). Aliran Hukum
Positif Analitis dipelopori oleh Austin. Aliran ini memandang hukum sebagai perintah
dari penguasa yang mewajibkan seseorang atau beberapa orang. Hukum berjalan dari
atasan (superior) dan mengikat atau mewajibkan bawahan (inferior). Hukum adalah
perintah yang bersifat memaksa yang dapat saja bijaksana dan adil atau sebaliknya.
Aliran Hukum Murni digagas oleh Hans Kelsen. Kelsen memandang bahwa hukum harus
dibersihkan dari anasir-anasir yang nonyuridis seperti sosiologis, politis, historis dan etis.
Hukum merupakan sollenkategorie atau kategori keharusan/ideal, bukan seinskategorie
atau kategori faktual, sehingga hukum adalah suatu keharusan yang mengatur tingkah
laku manusia sebagai makhluk rasional. Hukum berkaitan dengan bentuk (forma), bukan
isi (materia), sehingga keadilan sebagai isi hukum berada di luar hukum.

Sumber: ISIP41130 MODUL 8 // https://jurnalhukum.com/mazhab-hukum/

Anda mungkin juga menyukai