Anda di halaman 1dari 3

Nama : Winarsih

NIM : 030974685

PRODI : Ilmu Administrasi Negara

UPBJJ : Serang

Jawaban Tugas 1 ADMINISTRASI PERTANAHAN

1. Pengertian Administrasi dilihat dari berbagai sudut pandang :

a) Administrasi dari sudut proses adalah segala kegiatan yang dilakukan untukmencapai tujuan dari
mulai proses pemikiran pelaksanaan sampaitercapainya tujuan itu sendiri.
b) Administrasi sudut Fungsional menunjuk pada keseluruhan tindakan darisekelompok orang
dalam suatu kerja sma sesuai dengan fungsi fungsitertentu sehingga mencapai suatu tujuan.
c) Administrasi sudut institusional adalah suatu totalitas kelembagaan dimanadalam Lembaga itu
terdapat kegiatan kegiatan yang dilakukan untukmencapai tujuan.

Catur tertib pertanahan yaitu terdiri atas :

a) Tertib Hukum Pertanahan


b) Tertib Administrasi Pertanahan
c) Tertib Penggunaan Pertanahan
d) Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup

2. untuk masalah-masalah yang sering muncul (sengketa) dalam hukum pertanahan antara lain:

a) Masalah sengketa kepemilikan (historis) : Masalah pertanahan yang muncul biasanya karena
perbedaan persepsi terhadap sejarah pada tanah tersebut.
b) Masalah sengketa peruntukkan dan penggunaan :Masalah pertanahan yang muncul biasanya
karena perbedaan persepsi terhadap peruntukkan dan penggunaan pada tanah tersebut.
c) Masalah sengketa kewenangan lintas sektoral : Masalah pertanahan yang muncul pada
penggunaan tanah pada skala besar oleh beberapa sektor secara bersamaan.

Penyebab-penyebab munculnya permasalahan-permasalahan pertanahan seperti di atas antara lain:

a) Adanya sekelompok orang yang dengan sengaja membuka lahan hutan untuk dijadikan lahan
pertanian tanpa memperhitungkan apakah wilayah tersebut telah dikuasai oleh pihak lain atau
pemerintah.
b) Ada pembudayaan sifat praktis pada bertransaksi jual - beli tanah karena pengaruh hukum adat
setempat
c) Banyaknya peralihan hak milik tanah secara kekeluargaan yang hanya dilakukan secara lisan.
d) Kurangnya kesadaran pada masyarakat tentang pentingnya tertib administrasi dalam
pengadaaan surat-surat tanah.
e) Kurangnya kualitas SDM dari aparatur pemerintah dalam masalah pertanahan.
f) Kurang tertibnya administrasi terhadap surat-surat tanah di pemerintah desa sehingga bisa
menyebabkan perkara pertanahan di masa datang.
g) Mahalnya biaya proses kepengurusan surat-surat tanah.
h) Adanya penerbitan surat-surat tanah yang tidak disertai batas-batas yang akurat sehingga
menimbulkan ketidakjelasan pada batas-batas wilayah tanah tersebut.
i) Adanya upaya beberapa oknum yang menggadakan atau memalsukan surat-surat tanah untuk
suatu tujuan tertentu.
j) Adanya pemecahan surat tanah dengan tidak meminta izin kepada pihak yang sah.

3. Pendaftaran tanah di Indonesia memiliki asas dalam pelaksanaannya. Hal ini secara tegas diatur dalam
Pasal 2 PP Nomor 24 Tahun 1997, bahwa pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan asas sederhana,
aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka. Asas pendaftaran tanah ini merupakan pengaturan baru
karena sebelumnya tidak diatur secara limitatif dalam PP Nomor 10 Tahun 1961.

Penjelasan Pasal 2 PP Nomor 24 Tahun 1997 mengungkapkan secara terperinci makna dari asas
pendaftaran tanah tersebut, yaitu sebagai berikut :

“Asas sederhana dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan maupun


prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama para
pemegang hak atas tanah. Sedangkan asas aman dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pendaftaran
tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan
kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.

Asas terjangkau dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak yang memerlukan, khususnya dengan
memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam
rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oleh para pihak yang memerlukan.

Asas mutakhir dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan berkesinambungan
dalam pemeliharaan datanya. Data yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu
perlu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi di kemudian hari.
Asas mutakhir menuntut dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus-menerus dan
berkesinambungan sehingga data yang tersimpan di kantor pertanahan selalu sesuai dengan keadaan
nyata di lapangan dan di masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai data yang benar setiap
saat. Untuk itu diberlakukan pula asas terbuka”.

Berdasarkan pengertian dari asas pendaftaran tanah di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa
ketentuan mengenai pendaftaran tanah diusahakan untuk tidak lagi terlalu rumit dan berbelit-belit
karena telah adanya kesederhanaan dalam prosedur pelaksanaannya. Di samping itu pendaftaran tanah
berdasarkan asas aman berarti hasil yang dicapai haruslah benar-benar menjamin kepastian hukum atas
sebidang tanah.

Mengenai asas terjangkau tertuju pada penetapan biaya dan perongkosan dalam rangka pendaftaran
tanah. Penetapan besarnya biaya yang dibutuhkan harus dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan
ekonomi masyarakat terutama masyarakat yang tergolong ekonomi lemah.

Asas mutakhir sebagaimana dipaparkan di atas tertuju pada kelengkapan dan keabsahan data
pertanahan. Oleh karena itu para pihak harus senantiasa proaktif memperhatikan perubahan
penguasaan dan pemilikan tanah untuk dilaporkan dan didaftarkan sehingga yang ada di kantor
Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan nyata di lapangan.
Selanjutnya mengenai asas terbuka dalam pendaftaran tanah yang berhubungan erat dengan penelitian
ini berorientasi pada tersedianya data yang benar, kemudian data yang benar tersebut dapat diperoleh
setiap saat. Dalam arti para pihak yang berkepentingan baik itu masyarakat, pihak swasta maupun
pemerintah sendiri dapat dengan mudah memperoleh informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan
data-data pendaftaran tanah. Hal ini pula yang menjadi salah satu tujuan dari pendaftaran tanah itu
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai