0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
246 tayangan2 halaman
Pelaksanaan reformasi agraria di Indonesia bertujuan memperbaiki hubungan masyarakat dengan tanah melalui redistribusi tanah kepada petani kecil. Namun, program landreform 1961-1965 kurang berhasil karena kondisi politik yang tidak stabil. Sengketa tanah di perkebunan disebabkan oleh pemberian izin lokasi tanpa persetujuan masyarakat dan pengelolaan lahan BUMN warisan kolonial yang seharusnya dikembalikan.
Pelaksanaan reformasi agraria di Indonesia bertujuan memperbaiki hubungan masyarakat dengan tanah melalui redistribusi tanah kepada petani kecil. Namun, program landreform 1961-1965 kurang berhasil karena kondisi politik yang tidak stabil. Sengketa tanah di perkebunan disebabkan oleh pemberian izin lokasi tanpa persetujuan masyarakat dan pengelolaan lahan BUMN warisan kolonial yang seharusnya dikembalikan.
Pelaksanaan reformasi agraria di Indonesia bertujuan memperbaiki hubungan masyarakat dengan tanah melalui redistribusi tanah kepada petani kecil. Namun, program landreform 1961-1965 kurang berhasil karena kondisi politik yang tidak stabil. Sengketa tanah di perkebunan disebabkan oleh pemberian izin lokasi tanpa persetujuan masyarakat dan pengelolaan lahan BUMN warisan kolonial yang seharusnya dikembalikan.
Mulyadi 017232272 Soal Menurut saudara bagaimanakah pelaksanaan Reformasi Agraria di Indonesia ? dan ...Mengapa masih banyak sengketa masalah tanah terutama perkebunan dengan masyarakat...!!
Jawaban
Pelaksanaan reformasi Agraria di Indonesia merupakan usaha untuk memperbaiki hubungan
manusia dengan tanah serta air dan udara yang diatur dalam UUPA Sejak di mulai diselenggarakan landreform pada permulaan tahun 1961. Landreform dalam arti sempit berupa penataan ulang struktur penguasaan dan pemilikan tanah. Landreform merupakan bagian dari reformasi agrarian. Inti dari Landreform adalah redistribusi tanah sebagai upaya memperbaiki struktur penguasaan dan pemilikan tanah di tengah masyarakat. Pelaksanaan Landreform secara teknis diatur dalam Undang-Undang No. 56 (Prp) tahun 1960. Namun peraturan tersebut baru mengatur tentang tanah pertanian saja. Peraturan pemerintah lainnya sampai saat ini belum ada. Penetapan luas tanah maksimum diatur dalam pasal 17 UUPA. Luas maksimum yang dipat dimiliki tidak terbatas. Sedangkan untuk tanah pertanian, untuk menghitung luas maksimum, luas sawah dijumlahkan dengan luas tanah kering dengan menilai tanahh kering sama dengan sawah ditambah 30% di daerah yang tidak padat dan 20% di daerah yang padat, dengan ketentuan bahwa tanah pertanian Yang dikuasai seluruhnya tidak boleh lebih dari 20 hektar. Orang atau anggota keluarga yang memiliki tanah melebihi jumlah maksimum dilarang untuk memindahkan hak miliknyaatas seluruh atau sebagian, kecuali dengan izin Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/kota. Kepemilikan tanah yang letaknya di luar daerah tempat tinggal yang empunya dilarang berdasarkan PP No. 224 Tahun 1960 dan PP No. 41 Tahun 1964. Penebusan tanah-tanah pertanian yang digadaikan. Dalam pelaksanaan ketentuan Pasal 17 UUPA, keluar peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 56 Tahun 1960 oleh pemerintaha tanggal 29 Desember 1960 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 1961. Perpu Nomor 56 Tahun 1960 Undang- Undang Nomor 56 Prp, Tahun 1960 terkenal sebagai Undang-Undang landreform. Ada tiga hal yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960. Landreform Indonesia bertujuan memperluas pemilikan tanah pada petani kecil, penggarap dan buruh tani. Indonesia pernah melaksanakan landreform dalam waktu 1961 sampai 1965 tetapi kurang berhasil. Saat program landreform tersebut diluncurkan, kondisi politik di Indonesia sedang tidak stabil. Pada masa itu, dikenal pendekatan “politik sebagai panglima”, yaitu setiap kebijakan pemerintah dimaknai dalam konteks politik. Selama era pemerintah Orde Baru, untuk menghindari kerawanan social politik yang besar, landreform diimplementasikan dengan bentuk yang sangat berbeda. Peningkatan akses petani kepada tanah dilakukan melalui kebijakan berupa penyeimbangan sebaran penduduk dengan luas tanah dengan cara memindahkan penduduk ke daerah-daerah yang tanahnya luas melalui transmigrasi. Program ini kemudian dibarengi dengan pengembangan PIR (perkebunan inti rakyat). Luas tanah yang diberikan kepada petani plasma mengikuti ketentuan batas minimum penguasaan, yaitu 2 hektare lahan garapan per keluarga. Semenjak era reformasi, telah terjadi perkembangan yang menggembirakan, yaitu telah cukup banyak pihak yang membicarakkan dan peduli dengan permasalahan lendreform meskipun terbatas pada wacana. Namun demikian, sampai sekarang belum berhasil disepakati bagaimana lendreform dan agrarian reform (pembaruan agrarian) tersebut sebaiknya untuk kondisi Indonesia. sengketa masalah tanah terutama perkebunan dengan masyarakat, konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) memetakan sedikitnya masing-masing empat faktor penyebab konflik agraria di sektor perkebunan dan kehutanan. Di antaranya adalah pemberian izin lokasi oleh pemerintah dan penetapan kawasan hutan secara sepihak oleh Kementerian Kehutanan. Dalam laporan akhir tahun, KPA menyebutkan penyebab konflik lahan di sektor perkebunan adalah pengelolaan lahan BUMN di wilayah perkebunan warisan kolonial yang banyak terdapat di Jawa, Sumatra Utara, Sumatra Selatan dan Lampung. Padahal, lahan-lahan tersebut sebelumnya dirampas melalui perampasan dan tak pernah dikembalikan kepada masyarakat. Selain itu, konflik juga terjadi karena pemberian izin lokasi dan izin prinsip yang berada di atas tanah-tanah masyarakat. Dalam proses ini, ganti kerugian yang diberikan penuh dengan manipulasi baik terkait nilai tanah, penerima ganti rugi dan ukuran tanah. Masalah lainnya adalah kemitraan dengan pola inti plasma, namun seringkali tanah-tanah milik masyarakat dimasukkan dalam sertifikat Hak Guna Usaha perusahaan. Faktor terakhir, adalah pemotongan tidak wajar oleh perusahaan kepada petani plasma dan koperasi yang dibuat perusahaan atas nama warga. Sumber : 1. Buku Materi Pokok ADPU4335 Administrasi Pertanahan (Edisi 3) 2. Materi Inisiasi 4 3. https://kabar24.bisnis.com/read/20130101/79/112360/agraria-inilah-4-penyebab-konflik- lahan-di-perkebunan