Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

“HAK ASASI MANUSIA DAN PERLINDUNGAN


HUKUM DI INDONESIA”

Diajukan Untuk Mata Kuliah:


(Civic Education)

DOSEN PENGAMPU: Muallim Zulkifli M.Pd

DISUSUN OLEH:
Saniya Jauhar
Semester I Lokal C

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN (STIQ)


AMUNTAI
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt, shalawat dan salam semoga selalu tercurah

keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad saw. Beserta seluruh keluarganya,


sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan segala rahmat dan inayah-Nya makalah yang
berjudul “Hak Asasi Manusia Dan Perlindungan Hukum Di Indonesia” untuk
memenuhi tugas dalam bidang Civic Education pada Sekolah Tinggi Ilmu
Alquran (STIQ) Amuntai ini telah dapat diselasaikan. Penulis sangat menyadari,
dalam penulisan makalah ini banyak sekali menerima bantuan, baik tenaga
maupun pikiran. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan tersebut, terutama kepada Dosen Zulkifli M.Pd.
Atas bantuan dan dukungan yang tak ternilai harganya tersebut penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya teriring do’a yang tulus semoga Allah swt memberi ganjaran yang
berlipat ganda. Amin.
Akhirnya penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua dan
mendapat taufik serta inayah dari Allah swt.

Amuntai, 6 Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................... 3

C. Tujuan....................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 4

A. Hakikat HAM............................................................................ 4

B. Sejarah HAM............................................................................ 4

C. Sejarah HAM di indonesia........................................................ 6

D. Karakteristik HAM.................................................................... 7

E. Macam-macam HAM................................................................ 7

F. Pengertian peradilan HAM ...................................................... 9

G. Sejarah negara hukum............................................................... 10

H. Konsep peradilan hukum di indonesia...................................... 11

I. Fungsi peradilan hukum di indonesia....................................... 18

J. Sarana perlindungan hukum di indonesia................................. 20

K. Penegakan hukum di indonesia................................................. 22

iii
BAB III PENUTUP..................................................................................... 26

A. Kesimpulan............................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 27

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seluruh manusia di dunia memiliki hak yang hendaknya di hormati
Hak adalah sesuatu yang seharusnya didapat oleh seseorang. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak berarti kekuasaan untuk berbuat
sesuatu karena telah diatur dalam undang-undang.
Pengakuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia merupakan salah
satu ciri dari negara hukum.Negara Indonesia merupakan negara yang
berlandaskan atas hukum sesuai dengan bunyi pasal 1 ayat 3 UUD 1945
“Negara Indonesia adalah negara hukum”. Hak Asasi manusia adalah hak
dasar atau kewarganegaraan yang melekat pada individu sejak ia lahir
secara kodrat yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa yang
tidak dapat dirampas dan dicabut keberadaannya dan wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat
manusia. Selain dari pada itu, Indonesia wajib melaksanakan perlindungan
dan penegakan HAM untuk warga negaranya karena Indonesia telah
pelakukan perjanjian-perjanjian Internasional dalam masalah penegakan
HAM. Karena sebelum Indonesia melakukan perjanjian tersebut,
Indonesia pernah mendapat embargo dalam segala bidang dari negara lain.
Karena mereka menilai, jika pemerintah Indonesia sering melakukan
pelanggaran HAM kepada masyarakatnya. Persoalan yang timbul dalam
negara hukum Indonesia yaitu, belum terimplementasikan secara
menyeluruh dan komperhensif perlindungan Hak Asasi Manusia untuk
masyarakat Indonesia. Terbukti masih banyaknya pelanggaran-
pelanggaran HAM berat maupun ringan yang terjadi di Indonesia. Tetapi
kita juga tidak bisa menutup mata, jika pada era reformasi ini penegakan
HAM di Indonesia sudah menunjukan peningkatan . Tuntutan terhadap
penyelesaian kasus pelanggaran hak asasi manusia telah mendorong
lahirnya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
1
Manusia yang kemudian diikuti oleh UndangUndang Nomor 26 tahun
2000 mengenai Pengadilan Hak Asasi Manusia yang dimaksudkan untuk
menjawab berbagai persoalan pelanggaran hak asasi manusia khususnya
pelanggaran hak asasi manusia berat1. Banyak perkara yang telah masuk
ke pengadilan hak asasi manusia, yang terdiri atas Dua belas (12) perkara
pelanggaran hak asasi manusia berat di Timor-Timur, empat (4) Perkara
peristiwa Tanjung Priok dan dua (2) Perkara pelanggaran hak asasi
manusia berat di Abepura ,Papua tidak menghasilkan keputusan yang
memuaskan rasa keadalan khususnya bagi para korban pelanggaran hak
asasi manusia berat tersebut. Seperti telah uraikan di atas, Indonesia
merupakan negara yang berlandaskan atas hukum. Sehingga Negara
Indonesia wajib memberi perlidungan Hak Asasi Manusia kepada setiap
masyarakatnya, hal itu merupakan konsekuensi dari negara hukum. Hal-
hal yang telah dikemukakan diatas, yang akan menjadi pembahasan tulisan
ini.
Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa hukum hadir dalam masyarakat
adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan
kepentingan yang bisa bertubrukan satu sama lain. Pengkoordinasian
kepentingan-kepentingan tersebut di-lakukan dengan cara membatasi dan
melindungi kepentingankepentingan tersebut.9
Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara memberikan
kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam memenuhi kepentingannya
tersebut. Pemberian kekuasaan, atau yang sering disebut dengan hak ini,
dilakukan secara terukur, keluasan dan kedalamannya.10
Menurut Paton, suatu kepentingan merupakan sasaran hak, bukan
hanya karena ia dilindungi oleh hukum, melainkan juga karena ada
pengakuan terhadap itu. Hak tidak hanya mengandung unsur perlindungan
dan kepentingan, tapi juga kehendak.11 Terkait fungsi hukum untuk
memberikan perlindungan, Lili Rasjidi dan B. Arief Sidharta mengatakan
bahwa hukum itu ditumbuhkan dan dibutuhkan manusia justru
berdasarkan produk.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan HAM?
2. Apa sejarah munculnya HAM?
3. Seperti apa karakteristik HAM?
4. Apa macam-macam HAM?
5. Bagaimana perlindungan hukum yang ada di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian HAM.
2. Untuk menjelaskan karakteristik HAM.
3. Untuk menjelaskan macam-macam HAM.
4. Untuk menjelaskan perlindungan hukum yang ada di Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat HAM
Pengertian HAM dapat disimak dalam peraturan perundang-undangan
Indonesia yaitu dalam Undang-Undang 1945 Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia. Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, HAM merupakan seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hokum,
pemerintah, dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.
Jadi, Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak dasar atau hak pokok
yang dimiliki oleh manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. Pengakuan terhadap hak asasi
manusia pada hakikatnya merupakan penghargaan terhadap segala potensi
dan harga diri manusia menurut kodratnya.Hakikat penghormatan dan
perlindungan terhadap HAM adalah menjaga keselamatan eksistensi
manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan umum. Upaya menghormati ,
melindungi, dan menjunjung tinggi HAM menjadi kewajiban.1
B. Sejarah HAM
Lahirnya HAM dimulai dengan lahirnya Magna Charta. Ide untuk
merumuskan dalam suatu naskah internasional berangkat dari kondisi
perang dunia yang melibatkan banyak pihak di dunia ini, dimana hak asasi
manusia pada saat itu terinjak-injak. Perang dunia ke I dan ke II telah

1
Suparyanto Yudi, Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan (Klaten: Intan Paliwara,
2014), h. 2.
4
merevitalisasi HAM menjadi wacana dunia dengan dideklerasikannya
Universal Declaration of Human Right ( pernyataan sedunia tentang
HAM) pada tanggal 10 Desember 1948 oleh negara-negara yang
tergabung dalam PBB Sebelum adanya deklarasi tersebut, sebenarnya
telah lahir beberapa naskah HAM yang mendahuluinya, yang bersifat
universal dan asasi. Naskah-naskah tersebut sebagai berikut 5: a. Magna
Charta ( Piagam Agung 1215). Suatu dokumen yang mencatat beberapa
hak yang diberikan oleh raja John dari Inggris kepada beberapa bangsawan
bawahannya atas tuntutan mereka. Naskah ini sekaligus membatasi hak
raja di Inggris b. Bill of Right ( UU Hak 1689 ) Suatu UU yang diterima
parlemen Inggris, yang merupakan perlawanan terhadap raja James III
dalam suatu revolusi yang dikenal dengan istilah “ The Glorious
Revolotion of 1688 “ Declaration des Droit de I’home et ducitoyen
(pernyataan hak-hak manusia dan warganegara 1789). Suatu naskah yang
dicetuskan pada permulaan revolusi Perancis sebagai perlawanan terhadap
rezim lama. c. Bill of Right ( Undang-undang Hak ) Suatu naskah yang
disusun oleh rakyat Amerika pada tahun 1769, dan kemudian menjadi
bagian dar UUD 1891. Apabila dilihat dari perspektif substansi yang
diperjuangkan, sejarah perkembangan HAM di dunia dikategorikan
kedalam empat generasi Generasi pertama berpandangan bahwa substansi
HAM berpusat pada aspek hukum dan politik Pandangan ini merupakan
reaksi keras terhadap kehidupan kenegaraan yang totaliter dan fasis yang
mewarnai tahun-tahun sebelum Perang Dunia II. Oleh karena itu muncul
keinginan menciptakan tertib hukum yang baru.Sehingga seperangkat
hukum yang disepakati sarat dengan hak-hak yuridis, seperti hak untuk
hidup, hak tidak menjadi budak, hak tidak disiksa, hak kesamaan dalam
hukum, praduga tak bersalah dan sebagainya. Generasi kedua memperluas
pada aspek hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi substansi dari
HAM harus secara eksplisit merumuskan juga hak-hak sosial, ekonomi,
politik, dan budaya; dan tidak sekedar hak yuridis. Generasi ketiga
mengembangkan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial budaya,
5
politik dan hukum dalam satu wadah yang disebut hak pembangunan.
Kondisi ini muncul sebagai reaksi atas ketidak seimbangan dalam
kehidupan bermasyarakat, dimana berbagai aspek lain diprioritaskan dan
aspek hukum diabaikan. Generasi keempat mengukuhkan keharusan
imperatif dari negara untuk 6memenuhi hak asasi rakyatnya.Artinya
urusan hak asasi bukan urusan orang per orang, justru merupakan
tugasnegara. Generasi ini dipelopori negara-negara Asia yang pada tahun
1983 melahirkan deklarasi hak-hak rakyat yang disebut “ Declaration of
the Basic Duties og Asian People “. Deklarasi ini lebih menekankan pada
persoalan-persoalan kewajiban asasi bukan lagi hak asasi. Karena kata
kewajiban mengandung pengertian keharusan akan pemenuhan, sementara
kata hak baru sebatas perjuangan untuk memenuhi hak.

C. Sejarah Ham Di Indonesia


Sejak awal perjuangan kemertdekaan Indonesia, sudah menuntut
dihormatinya HAM. Sebagai misal “Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908”
menunjukkan kebangkitan bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari
penjajahan bangsa lain. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928,
memperlihatkan Bangsa Indonesia menyadari haknya sebagai satu bangsa
yang bertanah air satu, dan menjunjung satu bahasa persatuan Indonesia.
Selanjutnya “Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945” yang diikuti
dengan penetapan UUD 1945; dalam pembukaannya mengamanatkan “
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa. Oleh
karena itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan peri keadilan “. Di dalam sejarah
ketatanegaraan RI, rumusan HAM secara eksplisit dicantumkan dalam
UUD RIS, UUDS, maupun UUD 1945 hasil amandemen7. Pada
pelaksanakan sidang umum MPRS tahun 1966 telah ditetapkan Tap.MPRS
No.XIV/ MPRS/1966 tentang pembentukan panitia ad.Hoc.untuk
menyiapkan rancangan Piagam HAM dan Hak serta Kewajiban warga
negara. Hasil rancangan panitia ad.Hoc tersebut pada sidang umum MPRS
6
1968 tidak dibahas, karena lebih mengutamakan membahas masalah
mendesak yang berkaitan dengan rehabillitasi dan konsolidasi nasional
setelah terjadi tragedi nasional pemberontakan G 30 S /PKI.8 Selanjutnya
pada tahun 1993, berdasarkan Kepres No. 50 tahun 1993 dibentuklah
Komnas HAM.Ketika Sidang Umum MPR RI tahun 1968 perumusan
tentang HAM secara rinci telah tercantum dalam GBHN.Selanjutnya tahun
1999 lahir UU HAM no.39 tahun 1999.Sementara itu amandemen UUD
1945 yang kedua tahun 2000, rumus HAM secara eksplisit tertuang dalam
UUD 1945 tepat di BAB X A, pasal 28A s/d 28 J.

D. Karakteristik HAM
HAM memiliki sifat tertentu yang berbeda dari hak-hak
lainnya.Adapun sifat HAM sebagai berikut.
1. Universal, artinya HAM berlaku bagi semua orang, tanpa terkecuali.
2. Utuh, artinya HAM ini tidak dapat dibagi menjadi lebih kecil atau lebih
besar. Hal ini karena setiap manusia berhak atas seluruh haknya secara
utuh.
3. Hakiki, artinya HAM melekat pada setiap manusia sebagai makhluk
Tuhan. HAM dimiliki sejak lahir sebagai hak dasar atau hak pokok atas
karunia Tuhan Yang Maha Esa.
4. Kekal, artinya HAM yang melekat pada diri manusia tidak dapat
dipindah tangankan atau dicabut oleh kekuatan lain.2

E. Macam-Macam HAM
Secara garis besar HAM terdiri atas dua hak dasar atau hak pokok,
yaitu hak persamaan dan hak kebebasan.Selanjutnya, dari kedua hak
tersebut diturunkan menjadi hak untuk melanjutkan keturunan, ha katas
rasa aman, dan ha katas kesejahteraan.Hak persamaan dan hak kebebasan
memiliki peranan HAM dapat dikelompokkan dalam enam macam sebagai
berikut.
2
Suparyanto, h. 3…,
7
1. Hak Asasi Politik (Political Right)
Hak asasi politik adalah hak yang dimiliki oleh setiap individu
dalam bidang politik. Hak asasi politik antara lain hak untuk memilih
dan dipilih dalam pemilihan umum, hak ikut serta dalam kegiatan
pemerintahan, hak untuk membuat dan mengajukan suatu petisi, serta
hak berorganisasi atau berkumpul.
2. Hak Asasi Hukum (Legal Equality Right)
Setiap orang memiliki kedudukan yang sama di bidang hukum.
Ketentuan ini menunjukkan adanya hak asasi hokum dalam sebuah
Negara.Hak asasi hokum adalah hak yang dimiliki setiap individu
dalam bidang hokum. Hak asasi hokum antara lain mencakup hak
mendapat layanan dan perlindungan hokum serta hak mendapat
perlakuan sama di hadapan hokum.
3. Hak Asasi Peradilan (Procedural Right)
Hak asasi peradilan adalah hak asasi yang dimiliki setiap individu
di bidang peradilan.Hak asasi peradilan mencakup hak mendapat
keadilan, hak mendapat peradilan, hak mendapat pembelaan hokum di
pengadilan, hak persamaan atas perlakuan penggeledahan,
penangkapan, penahanan, dan penyelidikan di mata hokum, serta hak
mendapatkan perlindungan.
4. Hak Asasi Ekonomi (Property Right)
Hak asasi ekonomi adalah hak kebebasan yang dimiliki oleh setiap
individu untuk menyelenggarakan kegiatan ekonomi. Hak asasi
ekonomi antara lain sebagai berikut.
1) Hak melakukan kegiatan jual beli.
2) Hak mengadakan perjanjian kontrak.
3) Hak menyelenggarakan sewa-menyewa dan utang piutang.
4) Hak memiliki sesuatu.
5) Hak memiliki dan mendapat pekerjaan yang layak.
5. Hak Asasi Pribadi (Personal Right)

8
Hak asasi pribadi merupakan hak yang dimiliki setiap individu
untuk melakukan hal-hal yang diinginkan.Hak asasi individu terdiri atas
hak untuk bergerak, bepergian, menyatakan pendapat, serta hak
memilih dan aktif dalam kegiatan pemerintahan diantaranya dalam
organisasi dan perkumpulan.Selain itu, hak asasi individu memiliki hak
untuk memilih, memeluk, serta menjalankan agama dan
kepercayaannya.
6. Hak Asasi Social Budaya (Social Culture Right)
Hak asasi social budaya adalah hak asasi yang dimiliki setiap
individu di bidang social dan budaya antara lain mencakup hak
mendapat pelayanan kesehatan, hak mengembangkan kebudayaan , dan
hak mendapat pendidikan.3

F. Pengertian Peradilan Hukum


Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak
asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindunan tersebut
diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak
yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum
adalah berbgai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak
hukum untuk memberikan rasa amnan , baik secara pikiran maupun fisik
dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.
Menurut setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya
untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh
penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan
ketertiban dan ketenteraman sehingga memungkinkan manusia untuk
menikmati martabatnya sebagai manusia.4
Menurut muchsin perlindungan hukum merupakan suatu hal yang
melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan

3
Suparyanto, h. 4…,
4
Setiono. Rule Of Law, (Surakarta: Susremasi Hukum, 2004), h. 3.
9
yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan sanksi. Perlindungan
hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Perlindungan Hukum Preventif
Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk
mencegah sebelum terjadinya pelanggaran.Hal ini terdapat dalam
peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu
pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan
dalam melakukan suatu kewajiban.
b. Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan Hukum Represif merupakan perlindungan akhir
berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang
diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilkukan suatu
pelanggaran.

G. Sejarah Negara Hukum


Negara Hukum (rechts staat) tidak asing lagi dalam ilmu
pengetahuan ketatanegaraan sejak zaman purba hingga sekarang ini.
Hanya di dalam praktek ketatanegaraan orang masih menyangsikan
apakah negara hukum itu sudah dilaksanakan sepenuhnya. Hal ini dapat
dimengerti karena dalam praktek, pengertian yang bersih menurut teori,
masih perlu diperhitungkan dengan faktor-faktor yang nyata yang hidup
dalam masyarakat menurut waktu dan tempat. Karena itu tidaklah
mengherankan, sebab cita-cita yang universal mengenai negara hukum
yang diletakkan dalam konstitusi sering dilanggar dalam praktek. Jika
keadaan semacam ini terusmenerus terjadi, maka negara hukum hanya
bersifat formil, sedangkan kenyataan yang hidup sudah jauh menyimpang
daripada yang dituliskan dalam konstitusi seolah olah negara hukum ini
hanya suatu mitos saja yang belum pernah terbukti dalam sejarah
ketatanegaraan10. Konsep Negara Hukum Indonesia menurut Prof. M.
Yamin, sudah lama ada beribu-ribu tahun sebelum Proklamasi
Kemerdekaan RI 1945, yang menjadi sumber hukum secara tertulis dalam
10
Republik Indonesia. Istilah negara hukum jauh lebih muda daripada
pengertian negara hukum yang dikenal dalam Negara-negara Indonesia,
seperti Sriwijaya, Majapahit, Melayu Minangkabau dan Mataram. Hasil
penyelidikan ini menolak pendapat seolaholah pengertian negara hukum
semata-mata bersumber atau berasal dari hukum Eropa Barat. Tidak
demikian halnya, melainkan pengertian negara hukum telah dikenal
dengan baik dalam perkembangan peradaban yang sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia.

H. Konsep Perlindungan Hukum Di Indonesia


Perlindungan hukum bagi setiap warga negara Indonesia tanpa
terkecuali, dapat ditemukan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI 1945), untuk itu setiap produk
yang dihasilkan oleh legislatif harus senantiasa mampu memberikan
jaminan perlindungan hukum bagi semua orang, bahkan harus mampu
menangkap aspirasiaspirasi hukum dan keadilan yang berkembang di
masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari ketentuan yang mengatur
tentang adanya persamaan kedudukan hukum bagi setiap warga negara.
Perlindungan hukum juga dapat diartikan sebagai tindakan atau
upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang
oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan
ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk
menikmati martabatnya sebagai manusia.16
Dalam Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), konsep
perlindungan hukum, yang tidak lepas dari perlindungan hak asasi
manusia, merupkan konsep negara hukum yang merupkan istilah sebagai
terjemahan dari dua istilah rechstaat dan rule of law. Sehingga, dalam
penjelasan UUD RI 1945 sebelum amandemen disebutkan, “Negara
Indonesia berdasar atas hukum, (rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan
belaka (Machtsstaat)”.

11
Teori negara hukum secara essensial bermakna bahwa hukum
adalah supreme dan kewajiban bagi setiap penyelenggara negara atau
pemerintahan untuk tunduk pada hukum (subject to the law), tidak ada
kekuasaan diatas hukum (above the law), semuanya ada dibawah hukum
(under the rule of law), dengan kedudukan ini, tidak boleh ada kekuasaan
yang sewenangwenang (arbitrary power) atau penyalahgunaan kekuasaan
(misuse of power).17
Sejarah perkembangan cita negara hukum berawal dari konsep
pemikiran Plato (427-347 SM) yang kemudian dilanjutkan oleh Aristoteles
(384-322 SM). Plato dalam bukunya yang berjudul Politea memberikan
respons terhadap kondisi negara yang memprihatinkan karena saat itu
dipimpin oleh orang-orang atas dasar kesewenangwenangan. Ide Plato
dikembangkan lebih lanjut oleh Aristoteles. Dalam pandangannya, suatu
negara yang baik ialah negara yang diperintah dengan konstitusi dan
berkedaulatan hukum. Pandangan ini termuat dalam karyanya yang
berjudul politica.
Terdapat tiga unsur dari pemerintahan berkonstitusi, yaitu: (1)
pemerintahan dilaksanakan untuk kepentingan umum, (2) pemerintah
dilaksanakan menurut hukum yang berdasar ketentuanketentuan umum,
bukan hukum yang dibuat secara sewenang-wenang yang mengesamping-
kan konvensi dan konstitusi, (3) pemerintah berkostitusi, berarti
pemerintah yang dilaksanakan atas kehendak rakyat, bukan berupa
paksaantekanan seperti yang dilaksanakan pemerintahan despotis.
Pemikiran tentang negara hukum ini dilatari oleh situasi dan kondisi yang
sama ketika era Plato dan Aristoteles mengemukakan idenya tentang
Negara hukum, yaitu merupakan reaksi terhadap kekuasaan yang absolut
dan sewenang-wenang.18
Sementara, menurut Julius Stahl, konsep negara hukum yang
disebutnya dengan istilah ‘rechtsstaat’ itu mencakup empat elemen
penting, yaitu:

12
a. Perlindungan hak asasi manusia. b. Pembagian kekuasaan. c.
Pemerintahan berdasarkan undang-undang. d. Peradilan tata usaha
Negara.19
Selanjutnya, A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting
dalam setiap Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah “The Rule of
Law”, yaitu:
a. Supremacy of Law (supremasi hukum). b. Equality before the
law (persamaan di depan hukum). c. Due Process of Law (proses hukum
yang adil).20
Perumusan ciri negara hukum dari konsep rechtsstaat dan rule of
law sebagaimana dikemukan oleh Julius Stahl dan A.V. Dicey kemudian
diintegrasikan pada pencirian baru yang lebih memungkinkan pemerintah
bersikap aktif dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Perumusan kembali
ciri-ciri tersebut, antara lain, dihasilkan oleh International Comission of
Jurist yang pada konferensinya di Bangkok pada tahun 1965, mencirikan
konsep negara hukum yang dinamis atau konsep Negara hukum materiil
sebagai berikut:
a. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu,
konstitusi harus pula menentukan cara prosedural untuk memperoleh
perlindungan atau hak-hak yang dijamin.
b. Adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
c. Adanya pemilihan umum yang bebas.
d. Adanya kebebasan menyatakan pendapat.
e. Adanya kebebasan berserikat/ berorganisasi dan beroposisi.
f. Adanya pendidikan kewarganegaraan
Sementara, Arief Sidharta, mengatakan bahwa Scheltema,
merumuskan pandangannya tentang unsur-unsur dan asas-asas dasar
negara hukum adalah sebagai berikut:
1. Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan Hak Asasi
Manusia yang berakar dalam penghormatan atas martabat manusia (human
dignity).
13
2. Berlakunya asas kepastian hukum. Negara Hukum untuk
bertujuan menjamin bahwa kepastian hukum terwujud dalam masyarakat.
Hukum bertujuan untuk mewujudkan kepastian hukum dan prediktabilitas
yang tinggi, sehingga dinamika kehidupan bersama dalam masyarakat
bersifat ‘predictable’. Asas-asas yang terkandung dalam atau terkait
dengan asas kepastian hukum itu adalah:
a). Asas legalitas, konstitusionalitas, dan supremasi hukum
b). Asas undang-undang menetap-kan berbagai perangkat
peraturan tentang cara pemerintah dan para pejabatnya melakukan
tindakan pemerintahan
c). Asas non-retroaktif perundang-undangan, sebelum mengikat
undangundang harus lebih dulu diundangkan dan diumumkan secara layak
d). Asas peradilan bebas, independent, imparial, dan objektif,
rasional, adil dan manusiawi
e). Asas non-liquet, hakim tidak boleh menolak perkara karena
alasan undangundangnya tidak ada atau tidak jelas
f). Hak asasi manusia harus dirumuskan dan dijamin
perlindungannya dalam undangundang atau UUD.
3. Berlakunya Persamaan (Similia Similius atau Equality before
the Law). Dalam Negara Hukum, Pemerintah tidak boleh
mengistimewakan orang atau kelompok orang tertentu, atau
mendiskriminasikan orang atau kelompok orang tertentu. Dalam prinsip
ini, terkandung (a) adanya jaminan persamaan bagi semua orang di
hadapan hukum dan pemerintahan, dan (b) tersedianya mekanisme untuk
menuntut perlakuan yang sama bagi semua warga Negara.
4. Asas demokrasi dimana setiap orang mempunyai hak dan
kesempatan yang sama untuk turut serta dalam pemerintahan atau untuk
mempengaruhi tindakan-tindakan pemerintahan. Untuk itu asas demokrasi
itu diwujudkan melalui beberapa prinsip, yaitu:
a. Adanya mekanisme pemilihan pejabat-pejabat publik tertentu
yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil yang
14
diselenggarakan secara berkala; b. Pemerintah bertanggungjawab dan
dapat dimintai pertanggungjawaban oleh badan perwakilan rakyat; c.
Semua warga Negara memiliki kemungkinan dan kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan politik dan
mengontrol pemerintah; d. Semua tindakan pemerintahan terbuka bagi
kritik dan kajian rasional oleh semua pihak; e. Kebebasan
berpendapat/berkeyakinan dan menyatakan pendapat; f. Kebebasan pers
dan lalu lintas informasi; g. Rancangan undang-undang harus
dipublikasikan untuk memungkinkan partisipasi rakyat secara efektif.
5. Pemerintah dan Pejabat mengemban amanat sebagai pelayan
masyarakat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai
dengan tujuan bernegara yang bersangkutan. Dalam asas ini terkandung
hal-hal sebagai berikut:
a. Asas-asas umum pemerintahan yang layak; b. Syarat-syarat
fundamental bagi keberadaan manusia yang bermartabat manusiawi
dijamin dan dirumuskan dalam aturan perundangundangan, khususnya
dalam konstitusi; c. Pemerintah harus secara rasional menata tiap
tindakannya, memiliki tujuan yang jelas dan berhasil guna (doelmatig).
Artinya, pemerintahan itu harus diselenggarakan secara efektif dan efisien.
Konsep rechtsstaat bertumpu pada sistem hukum kontinental yang disebut
“civil law” atau “modern Roman Law” sedangkan konsep “the rule of
law” bertumpu atas sistem hukum yang disebut “common law”.
Karakteristik “civil law” adalah “administratif”, sedangkan karakteristik
“common law” adalah “judicial”. Berbeda dengan latar belakang negara
hukum Republik Indonesia, sama halnya dengan istilah “demokrasi”, yang
sebelumnya tidak dikenal namun dengan pengaruh pikiran barat dikenal
demokrasi dengan atribut tambahan, yang melalui Tap MPRS Nomor
XXXVII/MPRS/1967, disebut dengan “Demokrasi Pancasila”.
Begitu juga halnya dengan negara hukum yang dikenal dengan
Negara Hukum Pancasila. Sehingga, negara hukum Republik Indonesia
bukan sekedar terminologi dari “rechtsstaat” atau “rule of law”.23
15
Pancasila memiliki sekurang kurangnya empat kaedah penuntun
yang harus dijadikan pedoman dalam pembentukan dan penegakan hukum
di Indonesia. Pertama, hukum harus melindungi segenap bangsa dan
menjamin keutuhan bangsa dan karenanya tidak diperbolehkan adanya
hukum-hukum yang menanam benih-benih disintegrasi. Kedua, hukum
harus mampu menjamin keadilan sosial dengan memberikan proteksi
khusus bagi golongan lemah agar tidak tereksploitasi dalam persaingan
bebas melawan golongan yang kuat. Ketiga, hukum harus dibangun secara
demokratis sekaligus membangun demokrasi sejalan dengan nomokrasi
(Negara hukum). Keempat, hukum tidak boleh diskriminatif berdasarkan
ikatan primordial apapun dan harus mendorong terciptanya toleransi
beragama berdasarkan kemanusian dan keberadaban.
Berdasarkan pandangan diatas dan sesuai dengan prinsip NKRI
sebagai negara hukum sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 ayat (3)
UUD RI 1945, amandemen ketiga, tahun 2001, maka prinsip prinsip
negara hukum pancasila tersebut harus ditegakkan.
Dalam konteks tegaknya suatu negara modern, Jimly Assiddiqie
menambahkan, diperlukan pilar-pilar utama, sehingga dapat disebut
sebagai Negara Hukum (The Rule of Law, ataupun Rechtsstaat) dalam arti
yang sebenarnya, antara lain:
a. Supremasi Hukum (Supremacy of Law) 25
Adanya pengakuan normatif dan empirik terhadap prinsip
supremasi hukum, yaitu bahwa semua masalah diselesaikan dengan
hukum sebagai pedoman tertinggi. Dalam perspektif supremasi hukum
(supremacy of law), pada hakikatnya pemimpin tertinggi negara yang
sesungguhnya, bukanlah manusia, tetapi konstitusi yang mencerminkan
hukum yang tertinggi.
Pengakuan normatif mengenai supremasi hukum adalah pengakuan
yang tercermin dalam perumusan hukum dan/atau konstitusi, sedangkan
pengakuan empirik adalah pengakuan yang tercermin dalam perilaku
sebagian terbesar masyarakatnya bahwa hukum itu memang ‘supreme’.
16
Bahkan, dalam republik yang menganut sistem presidential yang bersifat
murni, konstitusi itulah yang sebenarnya lebih tepat untuk disebut sebagai
‘kepala negara’. Itu sebabnya, dalam sistem pemerintahan presidential,
tidak dikenal adanya pembedaan antara kepala Negara dan kepala
pemerintahan seperti dalam sistem pemerintahan parlementer.
b. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law)
Adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan
pemerintahan, yang diakui secara normative dan dilaksanakan secara
empirik. Dalam prinsip persamaan ini, segala sikap dan tindakan
diskriminatif dalam segala bentuk dan manifestasinya diakui sebagai sikap
dan tindakan yang terlarang, kecuali tindakan-tindakan yang bersifat
khusus dan sementara yang dinamakan ‘affirmative actions’.
Affirmative action diberikan untuk mendorong dan mempercepat
kelompok masyarakat tertentu atau kelompok warga masyarakat tertentu
untuk mengejar kemajuan sehingga mencapai tingkat perkembangan yang
sama dan setara dengan kelompok masyarakat kebanyakan yang sudah
jauh lebih maju.
Kelompok masyarakat tertentu yang dapat diberikan perlakuan
khusus melalui ‘affirmative actions’ yang tidak termasuk pengertian
diskriminasi itu misalnya adalah kelompok masyarakat suku terasing atau
kelompok masyarakat hukum adapt tertentu yang kondisinya terbelakang.
Sedangkan kelompok warga masyarakat tertentu yang dapat diberi
perlakuan khusus yang bukan bersifat diskriminatif, misalnya, adalah
kaum wanita ataupun anak-anak terlantar.
c. Asas Legalitas (Due Process of Law)
Dalam setiap Negara Hukum, dipersyaratkan berlakunya asas
legalitas dalam segala bentuknya (due process of law), yaitu bahwa segala
tindakan pemerintahan harus didasarkan atas peraturan perundang-
undangan yang sah dan tertulis. Peraturan perundang undangan tertulis
tersebut harus ada dan berlaku lebih dulu atau mendahului tindakan atau
perbuatan administrasi yang dilakukan.
17
Dengan demikian, setiap perbuatan atau tindakan administrasi
harus didasarkan atas aturan atau ‘rules and procedures’ (regels). Prinsip
normative demikian nampaknya seperti sangat kaku dan dapat
menyebabkan birokrasi menjadi lamban.
Oleh karena itu, untuk menjamin ruang gerak bagi para pejabat
administrasi negara dalam menjalankan tugasnya, maka sebagai
pengimbang, diakui pula adanya prinsip ‘frijs ermessen’ yang
memungkinkan para pejabat tata usaha negara atau administrasi negara
mengembangkan dan menetapkan sendiri ‘beleid-regels’ (‘policy rules’)
ataupun peraturanperaturan yang dibuat untuk kebutuhan internal (internal
regulation) secara bebas dan mandiri.

I. Fungsi Perlindungan Hukum di Indonesia


Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, agar
kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan secara
profesional. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung normal, damai, dan
tertib. Hukum yang telah di langgar harus di tegakkan melalui penegakkan
hukum. Penegakkan hukum menghendaki kepastian hukum, kepastian
hukum merupakan perlindungan yustisiable terhadap tindakan sewenang-
wenang. Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum karena
dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan tertib, aman dan damai.
Masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan penegakkan
hukum. Hukum adalah untuk manusia maka pelaksanaan hukum harus
memberi manfaat, kegunaan bagi masyarakat jangan sampai hukum di
laksanakan menimbulkan keresahan di dalam masyarakat. Masyarakat
yang mendapatkan perlakuan yang baik dan benar akan mewujudkan
keadaan yang tata tentrem raharja. Hukum dapat melindungi hak dan
kewajiban setiap individu dalam kenyataan yang senyatanya, dengan
perlindungan hukum yang kokoh akan terwujud tujuan hukum secara
umum: keteriban, keamanan, ketentraman, kesejahteraan, kedamaian,
keadilan.
18
Aturan hukum baik berupa undang-undang maupun hukum tidak
tertulis, dengan demikian, berisi aturan-aturan yang bersifat umum yang
menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam hidup
bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesama maupun dalam
hubungannya dengan masyarakat. Aturan-aturan ini menjadi batasan bagi
masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap individu.
Adanya aturan semacam itu dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan
kepastian hukum. Dengan demikian, kepastian hukum mengandung dua
pengertian, yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat
individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh di lakukan
dan dua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan
pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu
dapat mengetahui apa saja yang boleh di bebankan atau dilakukan oleh
negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal
dalam undang-undang, melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan
hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya
untuk kasusu serupa yang telah di putuskan.
Keputusan hukum secara normal adalah ketika suatu peraturan
dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan
logis. Jelas dalam arti tidak tidak menimbulkan keragu-raguan (multi
tafsir) dan logis dalam arti ia menjadi suatu sistem norma dengan norma
lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Konflik
norma yang di timbulkan dari ketidakpastian aturan dapat berbentuk
kontestasinorma, reduksi norma, atau distorsi norma. Undang-undang atau
bertentangan dengan undang-undang. Apabila hal itu terjadi, pengadilan
harus menyatakan bahwa peraturan demikian batal demi hukum, artinya di
anggap tidak pernah ada sehingga akibat yang terjadi karena adanya
peraturan itu harus dipulihkan seperti sedia kala. Akan tetapi, apabila
pemerintah tetap tidak mau mencabut aturan yang telah dinyatakan batal
itu, hal itu akan berubah menjadi masalah politik antara pemerintah dan
pembentuk undang-undang. Yang lebih parah lagi apabila lembaga
19
perwakilan rakyat sebagai pembentuk undang-ungang tidak
mempersoalkan keengganan pemerintah mencabut aturan yang dinyatakan
batal oleh pengadilan tersebut. Sudah barang tertentu hal semacam itu
tidak memberikan kepastian hukum dan akibatnya hukum tidak
mempunyai daya predikbilitas.

J. Sarana Perlindungan Hukum


Dalam menjalankan dan memberikan perlindungan hukum
dibutuhkannya suatu tempat atau wadah dalam pelaksanaannya yang
sering di sebut dengan sarana perlindungan hukum. Menurut Philipus M.
Hadjon, bahwa sarana perlindungan hukum ada dua macam, yaitu:
1. Sarana Perlidungan Hukum Preventif
Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum
diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya
sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif.
Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa. Perlindungan
hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintahan yang
didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya
perlindugan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk
bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didsarkan pada
diskresi.Di Indonesia belum ada pengaturan khusus mengenai
perlindugan hukum preventif.
2. Sarana Perlindungan hukum refresif
Perlindungan hukum yang bertujuan untuk menyelesaikan
sengketa. Penanganan perlindungan hukum oleh pengadilan umum
dan pengadilan administrasi di Indonesia termasuk kategori
perlindungan hukum ini.Prinsip perlindungan hukum terhadap
tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena
menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan
dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada
20
pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan
pemerintah.Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum
terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip negara hukum.Dikaitkan
dengan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia,
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia
mendapat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara
hukum.
Keadilan dibentuk oleh pemikiran yang benar, dilakukan secara
adil dan jujur serta bertanggung jawab atas tindakan yang
dilakukan.Rasa keadilan dan hukum harus ditegakkan berdasarkan
hukum positif untuk menegakkan keadilan dalam hukum sesuai
dengan realitas masyarakat yang menghendaki tercapainya masyarakat
yang aman dan damai. Hukum berfungsi sebagai perlindungan
kepentingan manusia, penegakkanhukum harus memperhatikan 4
unsur:
a. Kepastian hukum
b. Kemanfaatan hukum
c. Keadilan hukum
d. Jaminan hukum5
Penegakkan hukum dan keadilan harus menggunakan jalur
pemikiran yang tepat dengan alat bukti dan barang bukti untuk
merealisasikan keadialan hukum dan isi hukum harus ditentukan oleh
keyakinan etis, adil tidaknya suatu perkara.Persoalan hukum menjadi
nyata jika perangkat hukum melaksanakan dengan baik serta
memenuhi, menepati aturan yang telah dibakukan sehingga tidak
terjadi penyelewengan aturan dan hukum yang telah dilakukan secara
sistematis, artinya menggunakan kodifikasi dan unifikasi hukum demi
terwujudnya kepastian hukum dan keadilan hukum.

5
Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 43.
21
K. Penegakan Hukum
1. Pengertian penegakan hukum
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk
tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai
pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Penegakan hukum
menurut Satjipto Rahardjo, merupakan suatu proses untuk mewujudkan
keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan.6

2. Penegakan hukum objektif


Secara objektif, norma hukum yang hendak ditegakkan
mencakup pengertian hukum formal dan hukum materiel. Hukum
formal hanya bersangkutan dengan peraturan perundang-undangan
yang tertulis, sedangkan hukum materiel mencakup pula pengertian
nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Setiap norma hukum sudah dengan sendirinya mengandung
ketentuan tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban pada subjek
hukum dalam lalu lintas hukum. Secara akademis, hak asasi manusia
mestinya diimbangi dengan kewajiban asasi manusia. Akan tetapi,
dalam perkembangan sejarah, issue hak asasi manusia itu sendiri
terkait erat dengan persoalan ketidakadilan yang timbul dalam
kaitannya dengan persoalan kekuasaan. Dalam sejarah, kekuasaan
yang diorganisasikan ke dalam dan melalui organ-organ negara,
seringkali terbukti melahirkan penindasan dan ketidakadilan. Karena
itu, sejarah umat manusia mewariskan gagasan perlindungan dan
penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia.
Dengan kata lain, issue hak asasi manusia itu sebenarnya terkait
erat dengan persoalan penegakan hukum dan keadilan itu sendiri.
Karena itu, sebenarnya tidaklah terlalu tepat untuk mengembangkan
istilah penegakan hak asasi manusia secara tersendiri. Namun, dalam
praktik sehari-hari, kita memang sudah salah kaprah, kita sudah
6
Rahardjo Satjipto, Masalah Penegakan Hukum (Bandung: Sinar Baru, 1983), h. 24.
22
terbiasa menggunaka istilah ‘hak asasi manusia’. Masalahnya,
kesadaran hukum mengenai hak-hak asasi manusia dan kesadaran
untuk menghormati hak-hak asasi orang laindi kalangan masyarakat
kita pun memang belum berkembang secara sehat.
3. Aparatur penegak hukum
Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai
institusi penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum.
Dalam arti sempit, aparatur penegak hukum yang terlibat dalam proses
tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum,
jaksa, hakim, dan petugas sipir permasyarakatan. Setiap aparat dan
aparatut terkait mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan
tugas dan perannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau
pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian,
penjatuhan vonis , dan pemberian sanksi, serta upaya pemasyarakatan
kembali (resosialisasi) terpidana.

Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu,


terdapat tiga elemen penting yang mempengaruhi, yaitu:

a. Institusi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana dan


prasarana pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya;
b. Budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai
kesejahteraan aparatnya; dan
c. Perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaannya
maupun yang mengatur mengatur materi hukum yang dijadikan
standar kerja, baik hukum materielnya maupun hukum acaranya.
Hukum tidak mungkin akan tegak, jika hukum itu sendiri tidak ada
dan belum mencerminkan perasaan atau nilai-nilai keadilan yang
hidup dalam masyarakatnya. Hukum tidak mungkin menjamin
keadilan jika materinya sebagian besar merupakan warisan masa lalu
yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman. Karena itu, ada empat
fungsi penting yang memerlukan perhatian yang seksama, yaitu:

23
a. Pembuatan hukum
b. Sosialisasi, penyebarluasan dan bahkan pembudayaan hukum
c. Penegakan hukum
d. Administrasi hukum yang efektif dan efisien yang dijalankan oleh
pemerintah (eksekutif) yang bertanggung jawab.

4. Unsur penegakan hukum


a. Unsur penting dalam penegakan hukum
1) Unsur peraturan
Konsep pemikiran yang digunakan yaitu bahwa penegakan
hukum telah di mulai pada saat peraturan hukumnya di buat atau
diciptakan. Perumusan pikiran pembuat hukum yang dituangkan
dalam bentuk peraturan hukum akan turut mempengaruhi bagaimana
penegakan hukum itu dijalankan nantinya. Keberhasilan para petugas
hukum dalam penegakan hukum sebenarnya telah di mulai sejak
peraturan hukum yang harus dijalankan.
2) Faktor petugas atau penegak hukum
Petugas atau penegak hukum yang di maksud dalam hal ini yaitu
polisi, jaksa, hakim, dan lain-lain. Membahas penegakan hukum tanpa
menyinggung segi manusianya merupakan pembahasan yang steril
sifatnya, faktor manusia sebagai penegak hukum menjadi penting
karena hanya melalui faktor tersebut penegakan hukum itu dijalankan.
3) Faktor sarana atau fasilitas
Tanpa sarana atau fasilitas yang memadai bagi tegaknya hukum
yang telah di buat maka proses penegakan hukum pun mustahil untuk
dilakukan dengan baik.
4) Faktor kesadaranhukum masyarakat
Kesadaran hukum masyarakat mempengaruhi pelaksanaan
penegakan hukum. Tanpa adanya kesadaran hukum masyarakat maka
mustahil pula penegakan hukum dapat berjalan baik. Sebelum ada
kesadaran hukum masyarakat, maka harus ada kepatuhan hukum.
Kepatuhan hukum itu sendiri salah satunya timbul karena adanya
24
pengetahuan tentang hukum, sehingga dalam hal ini sosialisasi hukum
menjadi seseuatu yang penting untuk dilakukan oleh pemerintah.
b. Unsur-unsur penegakan hukum menurut Mertokusumo
1) Kepastian hukum
2) Kemanfaatan atau peleksanaan penegakan hukum
3) Keadilan7

7
Soemartono Gatot P., Hukum Lingkungan Indonesia (Jakarta, t.t.), h. 65.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diata diatas dapat disimpulkan bahwa hak asasi manusia
hendaknya dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu,
masyarakat, hingga Negara. Hak asasi yang dimiliki oleh manusia tetap
harus meminta atau menunggu orang lain memberikan haknya.
Perlindungan hukum adalah segala bentuk upaya pengayuman
terhadap harkat dan martabat manusia serta pengakuan terhadap hak asasi
manusia dibidang hukum. Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat
Indonesia bersumber pada pancasila dan komsep negara hukum, kedua
sumber tersebut mengutamakan pengakuan serta penghormatan terhadap
harkat dan martabat manusia.

26
DAFTAR PUSTAKA

Yudi. Suparyanto, Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan (Klaten: Intan


Paliwara, 2014)
Setiono. Rule Of Law, (Surakarta: Susremasi Hukum, 2004).
Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2009).
Rahardjo Satjipto, Masalah Penegakan Hukum (Bandung: Sinar Baru, 1983).
Soemartono Gatot P., Hukum Lingkungan Indonesia (Jakarta, t.t.).

27

Anda mungkin juga menyukai