Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS KASUS

Nama : Achmad Yafik Mursyid


NIP. : 199003092019031004
Angkatan : XXI

A. Masalah Pokok
1. Kasus korupsi di lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maros, Sulawesi
Selatan.
2. Pemecatan terhadap enam oknum ASN di lingkup Pemerintah Kabupaten
(Pemkab) Maros, Sulawesi Selatan yang terlibat.
3. Penolakan terhadap pemecatan tersebut dengan upaya hukum yang akan
dilakukan oleh oknum ASN tersebut.

B. Aktor yang Terlibat dan Peran Masing-Masing


1. AR (Abdul Rahman), mantan sekretaris KPU Maros.
2. AS (Adi Surahman), mantan Lurah Baji Pamai.
3. SY (Syahrul), mantan ASN Dinas Pertambangan.
4. SR (Hj. S. Rabiah), mantan ASN Desa Baji Mangai Mandai.
5. MU (Mahmud Usman), mantan Camat Mandai.
6. AP (Andi Pangeran), dari Dinas Pertanian.

C. Analisis
1. Bentuk Penerapan dan Pelanggaran terhadap Nilai-Nilai Dasar PNS (ANEKA)
dan Pengetahuan tentang Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI (Pelayanan
Publik, Manajemen ASN, dan Whole of Government) oleh Setiap Aktor
Jawab:
a. AR (mantan sekretaris KPU Maros). Saat masih menjabat sebagai sekretaris
KPU, ia melanggar kode etik anggota KPU, terutama dalam sumpah janji
yang berbunyi “Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji: ... Bahwa saya
dalam menjalankan tugas dan wewenang akan bekerja dengan sungguh-
sungguh, jujur, adil, dan cermat demi suksesnya ....dst. Perilaku korupsi
tersebut telah melanggar asas jujur, adil, dan cermat. Artinya, AR telah
melanggar nilai-nilai dasar PNS akuntabilitas (tidak dapat bekerja dengan
pertanggungjawaban dan tidak bisa mengemban amanah serta tidak cermat
dalam menetapkan suatu keputusan), nasionalisme (tidak dapat
mewujudkan sila kedua Pancasila: kemanusiaan yang adildan beradab), anti
korupsi (merugikan keuangan negara), serta tidak bisa memanage diri
sebagai ASN yang kredibel, berdikari, bekerja tanpa pamrih, dan berdedikasi
tinggi.
b. AS (mantan Lurah Baji Pamai). Sebagaimana AR, AS juga pasti dulu pernah
dilantik dan megucapkan sumpah jabatan yang kurang lebih sama dengan
AR. Sebagai seorang Lurah (dulu), ia telah melanggar nilai-nilai akuntabilitas
(menjadi Lurah yang tidak bisa mempertanggungjawabkan pekerjaannya),
anti korupsi (merugikan keuangan negara), nasionalisme (tidak
berperikemanusiaan dan keadilan), dan tidak bisa menjadi pelayan publk
yang dapat mengayomi dan menjadi contoh bagi bawahan dan masyarakat.
c. SY (mantan ASN Dinas Pertambangan). Telah melanggar nilai-nilai dasar
PNS seperti akuntabilitas, nasionalisme, dan anti korupsi.
d. SR (mantan ASN Desa Baji Mangai Mandai), ia sebagai bawahan AS, tidak
mau melakukan tindakan melawan korupsi, malah ikut larut dengan
kenikmatan sesaat yang ditunjukkan atasannya. Ia juga melanggar nilai-nilai
akuntabilitas, nasionalisme, dan anti korupsi.
e. MU (mantan Camat Mandai), malah menjadi contoh tidak baik bagi AS dan
anak buahnya. Ia telah melanggar nilai etika publik, akuntabilitas,
nasioalisme, dan anti korupsi.
f. AP (dari Dinas Pertanian), dengan enaknya mengajak stakeholder terkait
untuk melakukan tindakan curang bersama koleganya. Ia melanggar nilai-
nilai akuntabilitas, etika publik, nasionalisme, dan anti korupsi.
Adapun seluruh pelaku tindak korupsi tersebut secara bersama-sama dalam
whole of government lintas sektor dan dinas telah bersepakat untuk
melakukan tindak korupsi sehingga mencederai nama baik dinas-dinas
terkait dan elemen pemerintah.
2. Dampak Tidak Diterapkannya Nilai-Nilai Dasar PNS dan Pengetahuan tentang
Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI dalam Kasus Tersebut
Jika nilai-nilak dasar PNS tersebut tidak diterapkan, maka tidak hanya
korupsi yang akan terjadi, tapi lebih brutal dari itu. Perampokan massal
kepada masyarakat, secara massif, brutal, dan sistematis.
Coba kita bayangkan, kasus tersebut baru terjadi di lingkungan
pemerintahan yang terbilang masih rendah. Jika budaya korupsi berjamaah
lintas sektor semacam ini masih berlanjut, bahkan pelakunya tidak tahu malu,
maka fantadhiris-saa’ah.
D. Gagasan-Gagasan Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Konteks
Deskripsi Kasus Tersebut
1. Pemangkasan birokrasi, sehingga kontrol pemerintah dan aparat penegak
hukum lebih mudah.
2. Pengawasan bersama pemerintah, penegak hukum, dan masyarakat. Jika kita
menyaksikan peristiwa sekecil apapun terkait korupsi, maka langsung saja
laporkan ke pihak berwajib.
3. Jika berani, maka “cegahlah dengan tangannya”. Maksudnya, langsung tegur
orang yang secara jelas dicurigai melakukan pelanggaran korupsi di hadapan
mata kita.
4. Perberat hukuman bagi pelaku korupsi.
5. Buat jera pelakunya dan orang-orang yang punya niat untuk melakukan juga.
Tunjukkan di muka publik.
6. Tempatkan terdakwa di penjara dengan pelayanan minimal (jika pelaku
dipenjarakan).
7. Perjelas lagi regulasi hukum dalam tipikor. Jangan sampai masih ada pasal
karet yang digunakan.
E. Konsekuensi Penerapan Setiap Alternatif Gagasan Pemecahan Masalah dari
Kasus Tersebut
1. Banyak terjadi PHK terhadap PNS, atau paling tidak pengurangan petugas,
sehingga angka pengangguran bertambah. Atau paling ringan adalah
pemindahtugasan karena pemenuhan kebutuhan pegawai sesuai dengan
keahlian masing-masing.
2. Jika tidak jeli menanggapi laporan masyarakat, maka akan terjadi salah
tangkap. Jangan sampai hukuman dijatuhkan kepada orang yang tidak
bersalah.
3. Bisa terjadi main hakim sendiri, seperti yang terjadi di Amerika dan Rusia.
4. Banyak protes dari para pelaku tipikor dan keluarganya karena mungkin akan
mengakibatkan tidak terurusnya keluarga pelaku tipikor.
5. Pelaku dan keluarga pelaku tipikor akan menanggung malu yang luar biasa.
6. Akan banyak diprotes oleh Komnasham.
7. Jika masih ada pihak yang memiliki kepentingan, maka regulasi yang dibuat
akan banyak menimbulkan konflik kepenetingan, terutama melibatkan koasa
hukum pelaku tipikor dan pihak pengadilan serta KPK.

Anda mungkin juga menyukai