Hari ini, kali kedua kita melaksanakan sholat Id dalam kondisi Pandemi Covid 19.
Yang pertama saat sholat Idul Fithri beberapa waktu lalu, yang kedua hari ini. Kondisi seperti
ini bukan hanya kita yang mengalami, tapi juga saudara-saudara kita di belahan bumi lainnya.
Makhluk kecil yang tidak tampak ini, benar-benar membuat kondisi dunia berubah. Kita
sepertinya berada dalam peradaban baru yang aneh. Yang tidak pernah kita alami pada tahun-
tahun sebelumnya. Bahkan ibadah haji yang biasa tumpah ruah dihadiri jutaan manusia, tahun
ini, hanya diikuti oleh ribuan umat Islam saja, itupun dengan protokoler yang sangat ketat.
Kondisi wabah Covid-19 yang sampai hari ini belum juga mereda, jangan sampai
membuat umat Islam kehilangan kendali akal sehatnya. Semua yang terjadi di dunia tentu
atas rencana dan ketentuan Sang Maha Kuasa. Karenanya umat Islam harus bijak dan
senantiasa mengedepankan prasangka baik (husnudzan). Tentunya takdir Allah Swt, ini tidak
boleh serta-merta menurunkan semangat spiritual kita sebagai umat Islam. Kita harus
meyakini bahwa selalu ada hikmah besar yang terkandung dari setiap ketetapan yang
diberikan oleh-Nya. Semoga dengan keberkahan idul adha ini, Allah angkat segala musibah
dan wabah yang melanda negeri ini.
Jamaah, kaum muslim dan musliman yang dirahmati Allah.
Dihari raya idul adha ini, merilah kita senantiasa memetik hikmah yang terdapat pada
hari raya ini. Sesungguhnya ada tiga peristiwa penting yang tidak bisa lepas dari prosesi
pelaksanaan Hari Raya Idul Adha. Ketiga peristiwa tradisional tersebut adalah ibadah haji,
salat ‘Id dan penyembelihan hewan kurban, yang menjadi sejarah hari raya Idul Adha (hari
Raya Kurban) itu sendiri.
Ibadah pertama dan utama dalam Hari raya Idul Adha adalah pelaksanaan ibadah haji.
Haji merupakan rukun Islam yang kelima. Karena masuk rukun atau pilar, ibadah ini
tentu bukan ibadah yang remeh. Ia wajib dilaksanakan oleh setiap orang yang mampu.
Kemampuan ini meliputi kemampuan secara fisik, ekonomi, juga keamanan. Dengan bahasa
lain, ketika seseorang sudah memiliki biaya yang mencukupi, kesehatan fisik yang memadai,
dan kondisi aman yang memungkinkan ia sampai ke Tanah Suci, maka ia wajib
melaksanakan ibadah tersebut. Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 97 menyatakan:
َت َم ِن ا ْستَطَا َع إِلَ ْي ِه َسبِياًل َو َم ْن َكفَ َر فَإ ِ َّن هَّللا َ َغنِ ٌّي ع َِن ْال َعالَ ِمين
ِ اس ِحجُّ ْالبَ ْي
ِ ََّوهَّلِل ِ َعلَى الن
Hikmah yang bisa kita ambil dari ibadah haji yang pertama adalah makna Tauhid.
Makna ini tersirat dalam posisi Ka’bah sebagai sentra kedatangan para jamaah dari berbagai
belahan dunia. Jutaan orang dari berbagai penjuru dan bangsa berkumpul dalam satu pusat,
tanpa dibedakan bahwa satu daerah lebih utama dibanding daerah lainnya. Ini adalah simbol
bahwa tujuan dari keseluruhan hidup ini adalah satu, yakni Allah. Hal ini sebagaimana doa
yang sering baca oleh para sufi.
Ilahi anta maqsudi wa ridhoka matlubi (ya allah, engkau adalah punya dari segala
tujuan hamba, dan hanya ridhomu lah kami mohon)
Hal ini terkait dengan sebuah hadis dalah arbain nawawi terkait dengan niat
Innamal a’malu bin niyat
Makna kedua dari ibadah haji adalah kemanusiaan. pakaian ihram yang dikenakan
orang-orang saat memulai haji adalah simbol kesamaan dan kesetaraan semua manusia.
Dalam ihram seluruh pakaian dianjurkan berwarna putih. Bagi jamaah haji laki-laki bahkan
harus mananggalkan semua pakaian berjahit dan menggantinya dengan hanya dua helai kain.
Kaum laki-laki dilarang mengenakan topi atau peci, sedangkan jamaah perempuan dilarang
mengenakan cadar. Ritual ini menandai kesatuan identitas manusia sebagai hamba Allah, dan
melepaskan identitas-identitas selainnya, seperti suku, ras, nasab, jabatan politik, kelas
ekonomi, dan ketokohan. Pemulung, selebritis, ulama, menteri, atau presiden datang ke
Tanah Suci sebagai hamba Allah, bukan sebagai orang dengan kedudukan duniawinya.
Sebagaimana firman-Nya al-hujurat ayat 13:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَ لَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوأُ ْنثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َع ا َرفُوا ۚ إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم
ِع ْن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم ۚ إِ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم خَ بِي ٌر
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd, Ma’asyiral Muslimin wal
Muslimat Rahimakumullah.
Kurban bisa menjadi bukti kepekaan sosial masyarakat mampu terhadap yang lemah.
Kurban semakin memberikan kesadaran kepada kita, bahwa harta yang kita miliki bukanlah
mutlak milik kita. Harta dan materi di dunia hanya titipan dari Allah subhanahu wata'ala yang
di dalamnya terdapat hak orang lain. Kenikmatan yang kita rasakan tidak akan berkurang
sedikitpun ketika harus dibagi dengan orang lain melalui pembelian hewan kurban. Kita
harus menyadari bahwa sesungguhnya hakikat memberi adalah menerima. Manusia tidak
perlu khawatir karena nikmat Allah subhanahu wata'ala sangatlah banyak. Saking banyaknya
nikmat Allah, kita tidak akan bisa menghitungnya. Allah subhanahu wata'ala berfirman(QS:
An-Nahl : 18):
َوإِ ْن تَ ُع ُّدوا نِ ْع َمةَ هَّللا ِ اَل تُحْ صُوهَا إِ َّن هَّللا َ لَ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم
al-Qur’an menunjukkan adanya anjuran supaya berqurban untuk mendekatkan diri
kepada Allah Swt, yaitu dengan menyembelih binatang ternak. Dalam QS. al-Kautsar ayat 1-
3 dinyatakan:
Ayat dalam surat tersebut menunjukkan agar senantiasa beribadah hanya kepada Allah
Swt. Berqurban sebagai tanda bersyukur atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Semoga
kurban di tengah pandemi ini, memberikan pelajaran berharga untuk kita semua. Mari
maksimalkan syiar kurban di lingkungan kita dan rajutlah jala ukhuwah dengan saling
mengakrabkan satu dengan lainnya. Dengan keakraban dan kelekatan sosial inilah kita bisa
saling tolong menolong dan meringankan beban penderitaan kita. Kiranya kita tetap dalam
lindungan Allah agar terhindar dari virus Corona. Amin ya rabba alamin
.ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم ِ َونَفَ َعنِي َواِيِّا ُك ْم بما فيه ِمنَ اآليَ ا.آن ْال َع ِظي ِْم ِ ْك هللاُ لِي َولَ ُك ْم فِي ْالقُر
َ ار
َ َب
ِ فَا ْستَ ْغفِرُوْ ا اِنَّهُ هُ َو ْال َغفُوْ ُر الر.َوتَقَبَّلْ ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِال َوتَهُ اِنّهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم
َّح ْي
Khutbah 2
هلل عَل َى إِحْ َس انِ ِههللَا ُ أَ ْكبَ ُر هللَا ُ أَ ْكبَ ُر هللَا ُ أَ ْكبَ ُر هللَا ُ أَ ْكبَ ُر هللَا ُ أَ ْكبَ ُر هللَا ُ أَ ْكبَ ُر هللَا ُ أَ ْكبَ ُر اَ ْل َح ْم ُد ِ
أن ك لَ هُ َوأَ ْش هَ ُد َّ َلى تَوْ فِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِهَ .وأَ ْش هَ ُد أَ ْن الَ اِلَ هَ إِالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي َ َوال ُّش ْك ُر لَهُ ع َ
ص ِّل َعلَى َس يِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه ض َوانِ ِه .اللهُ َّم َ َس يِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُس وْ لُهُ ال َّدا ِعي إل َى ِر ْ
َواَصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا أَ َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما أَ َم َر َوا ْنتَهُوْ ا َع َّما نَهَى َوا ْعلَ ُموْ ا
أَ َّن هللاَ أَ َم َر ُك ْم بِأ َ ْم ٍر بَدَأَ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَا َل تَع اَلَى إِ َّن هللاَ َو َمآلئِ َكتَ هُ ي َ
ُص لُّوْ نَ
ص لَّى ص لِّ َعلَى َس يِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا ت َْس لِ ْي ًما .اللهُ َّم َ َلى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا َ ع َ
ض اللّهُ َّم ُس لِكَ َو َمآلئِ َك ِة ْال ُمقَ َّربِ ْينَ َوارْ َ آل َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْنبِيآئِ كَ َور ُ هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى ِ
الص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِع ْينَ َوتَ ابِ ِعي َّاش ِد ْينَ أَبِى بَ ْك ٍر َو ُع َم ر َو ُع ْث َم ان َو َعلِى َوع َْن بَقِيَّ ِة َّ َع ِن ْال ُخلَفَا ِء الر ِ
َّاح ِم ْينَ اَللهُ َّم ا ْغفِ رْ ك يَ ا اَرْ َح َم ال ر ِ ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ ان اِلَى يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن َوارْ َ التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم بِاِحْ َس ٍ
ت اللهُ َّم أَ ِع َّز ْا ِإل ْس الَ َم ت اَالَحْ ي آ ُء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ ت َو ْال ُم ْس لِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْس لِ َما ِ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُم ْؤ ِمنَ ا ِ
اخ ُذلْ ص َر ال ِّد ْينَ َو ْ ك َو ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ َوا ْنصُرْ ِعبَادَكَ ْال ُم َو ِّح ِديَّةَ َوا ْنصُرْ َم ْن نَ َ َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوأَ ِذ َّل ال ِّشرْ َ
َم ْن خَ َذ َل ْال ُم ْس لِ ِم ْينَ َو َد ِّمرْ أَ ْعدَا َءال ِّد ْي ِن َوا ْع ِل َكلِ َماتِ كَ إِلَى يَ وْ َم ال ِّد ْي ِن .اللهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء
لوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َحنَ َوسُوْ َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َحنَ َما ظَهَ َر ِم ْنهَ ا َو َم ا بَطَنَ ع َْن بَلَ ِدنَا اِ ْن ُدونِي ِْس يَّا َو ْا َ
َان ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِم ْينَ َ .ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َس نَةً َوفِى ْاآل ِخ َر ِة صةً َو َسائِ ِر ْالب ُْلد ِ خآ َّ
اس ِر ْينَ . ارَ .ربَّنَا ظَلَ ْمنَ ا اَ ْنفُ َس نَا َواِ ْن لَ ْم تَ ْغفِ رْ لَنَ ا َوتَرْ َح ْمنَ ا لَنَ ُك وْ ن ََّن ِمنَ ْال َخ ِ اب النَّ ِ َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ
ان َوإِيْت آ ِء ِذي ْالقُ رْ ب َى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ ش آ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر ِعبَا َدهللاِ ! إِ َّن هللاَ يَ أْ ُم ُر بِاْل َع ْد ِل َو ْا ِإلحْ َس ِ
َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ َو ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوْ هُ عَل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر
هللاِ أَ ْكبَرْ