Anda di halaman 1dari 5

HAJI MABRUR

‫ َو َأْش َهُد َأَّن َس ِّيدنا ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه‬، ‫ َأْش َهُد َأْن اَل ِإٰل َه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه‬.‫َاْلَحْم ُد ِهّٰلِل اَّلِذ ْي َأَم َر َنا ِبَتْر ِك اْلَم َناِهْي َوِفْع ِل الَّطاَعاِت‬
‫ َالّٰل ُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى ٰا ِلِه َو َأْص َح اِبِه اْلَهاِد ْيَن ِللَّص َو اِب َو َع َلى‬. ‫َو َر ُسْو ُلُه الَّد اِع ي ِبَقْو ِلِه َوِفْع ِلِه ِإَلى الَّرَش اِد‬
‫ ِاَّتُقْو ا َهللا َح َّق ُتَقاِته َو اَل َتُم ْو ُتَّن ِإَّال َو َأْنـُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن َفَقْد َقاَل ُهللا‬، ‫ َفَياَاُّيَها اْلُم ْس ِلُم ْو َن‬،‫الَّتاِبِع ْيَن َلُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم اْلَم آِب َأَّم ا َبْعُد‬
‫َتَع الَى ِفي ِكَتاِبِه اْلَك ِرْيِم‬

‫َو ِهّٰلِل َع َلى الَّناِس ِح ُّج اْلَبْيِت َمِن اْسَتَطاَع ِاَلْيِه َس ِبْياًل ۗ َو َم ْن َكَفَر َفِاَّن َهّٰللا َغ ِنٌّي َع ِن اْلٰع َلِم ْيَن‬

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Mengawali khutbah ini, tidak bosan-bosannya, khatib mengajak kepada diri khatib pribadi
dan seluruh jamaah untuk senantiasa bersyukur pada Allah swt atas segala anugerah nikmat
yang kita terima dalam kehidupan ini. Dan juga mari kita terus meningkatkan ketakwaan
kepada Allah swt, bukan hanya diucapkan melalui lisan kita saja, namun terlebih dari itu
ditancapkan dalam hati dan diwujudkan dalam perbuatan kita sehari-hari. Di antara wujud
komitmen bertakwa itu adalah senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi
segala yang dilarang-Nya.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam, yang menjadi panutan kita dan tiap sunnahnya selalu kita teladani.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Di antara sekian banyak ajaran Islam adalah mampu menunaikan Ibadah haji bagi yang
mampu. Ibadah Haji merupakan rukun Islam yang kelima merupakan rukun terakhir dalam
ajaran Islam. Menunaikan haji ini dapat diartikan menyempurnakan rukun Islam, Hal ini
dikarenakan setiap umat Islam akan merasa belum sempurna Islamnya kecuali setelah
melaksanakan ibadah haji. Hal inilah menjadikan haji sebagai ibadah dambaan setiap orang
Islam sepanjang masa dari manapun dia berasal serta haji yang mabrur menjadi impian setiap
muslim. Di dalam Al Qur’an Surat al Hajj ayat 27 dan Surat Ali Imran ayat 97 dijelaskan:

ۙ‫َو َاِّذ ْن ِفى الَّناِس ِباْلَح ِّج َيْأُتْو َك ِر َج ااًل َّوَع ٰل ى ُك ِّل َض اِم ٍر َّيْأِتْيَن ِم ْن ُك ِّل َفٍّج َع ِم ْيٍق‬
Artinya: “(Wahai Ibrahim, serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan
datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap
penjuru yang jauh.” (Qs. Al Hajj: 27).

Surat Ali Imran 97:

‫َو ِهّٰلِل َع َلى الَّناِس ِح ُّج اْلَبْيِت َمِن اْسَتَطاَع ِاَلْيِه َس ِبْياًل ۗ َو َم ْن َكَفَر َفِاَّن َهّٰللا َغ ِنٌّي َع ِن اْلٰع َلِم ْيَن‬

Artinya: (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke
Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu109) mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu
pun) dari seluruh alam. (Qs. Ali Imran: 97)

Haji merupakan ibadah yang sangat unik, dengan berbagai aspek yang harus dipersiapkan
seperti biaya yang sangat besar dan resiko tidak ringan, tenaga yang dikeluarkan juga
memerlukan persiapan yang besar, walaupun demikian jumlah yang menginginkan berangkat
haji setiap tahunnya selalu melebihi kuota. Berapa banyak orang yang menjual rumah maupun
tanahnya untuk berangkat haji. Maka sudah sewajarnya kalau faedah di balik ibadah haji lebih
besar dari segala pengorbanan tersebut. Hal ini dirasakan oleh ribuan bahkan jutaan manusia
yang pernah melakukan haji, hanya kuat dan lemahnya nilai yang mereka dapatkan berbeda
antara satu sama yang lainnya.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Dengan banyaknya hal-hal yang harus dipersiapkan Ibadah haji tidak jarang disamakan
dengan jihad karena dinilai sebagai amalan terbaik, sudah pasti memiliki pengaruh yang besar.
Agar haji dapat berpengaruh dalam kehidupan perlu dipahami bahwa haji bukan hanya
sekadar ibadah ritual melainkan terkandung di dalamnya nilai-nilai rabbaniyah dalam akidah,
ibadah, sosial, maupun politik yang jika dipahami dan diresapi akan menjadi point start
perubahan jiwa bagi yang menjalankannya.

Setiap muslim yang telah menunaikan ibadah haji mengharapkan hajinya menjadi haji yang
mabrur. Karena orang yang haji mabrur pahalanya adalah surga. Rasulullah bersabda: “Haji
Mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga. Shahabat berkata, ’Apa birrnya
(kebajikannya)?’ Beliau bersabda, ’Memberi makan dan baik dalam ucapan.” (HR. Thabarani
No. 8405).

Haji Mabrur adalah haji yang pelakunya mencapai derajar al-birr, dan dia masuk di kalangan
orang-orang abrar. Al-birr adalah keluasan dalam kebajikan, bukan hanya sekadar ibadah
ritual, tetapi ia mencapai kebaikan dalam dimensi iman, Islam, ibadah, akhlak, dan perjuangan.
Allah berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 177:

‫ٰۤل‬
‫۞ َلْيَس اْلِبَّر َاْن ُتَو ُّلْو ا ُوُجْو َهُك ْم ِقَبَل اْلَم ْش ِرِق َو اْلَم ْغ ِر ِب َو ٰل ِكَّن اْلِبَّر َم ْن ٰا َم َن ِباِهّٰلل َو اْلَيْو ِم اٰاْل ِخ ِر َو اْلَم ِٕىَك ِة َو اْلِكٰت ِب َو الَّنِبّٖي َن ۚ َو ٰا َتى‬
‫اْلَم اَل َع ٰل ى ُحِّبٖه َذ ِو ى اْلُقْر ٰب ى َو اْلَيٰت ٰم ى َو اْلَم ٰس ِكْيَن َو اْبَن الَّس ِبْيِۙل َو الَّس ۤا ِٕىِلْي ٰۤلَن َو فِى الِّر َقاِۚب َو َاَقاَم ٰۤلالَّص ٰل وَة َو ٰا َتى الَّز ٰك وَةۚ َو اْلُم ْو ُفْو َن‬
‫ِبَع ْهِدِهْم ِاَذ ا َعاَهُد ْو اۚ َو الّٰص ِبِرْيَن ِفى اْلَبْأَس ۤا ِء َو الَّضَّر ۤا ِء َو ِح ْيَن اْلَبْأِۗس ُاو ِٕىَك اَّلِذ ْيَن َص َد ُقْو اۗ َو ُاو ِٕىَك ُهُم اْلُم َّتُقْو َن‬

Artinya” Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan
kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-
malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi; memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak
yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya;
melaksanakan salat; menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji; sabar dalam
kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al Baqarah: 177).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Secara bahasa, kata Mabrur, berasal dari kata al Barra, artinya kebaikan atau berbuat baik.
Mabrur dapat berarti haji yang baik atau menjadikan pelakunya menjadi baik. Menurut istilah,
mabrur ialah ibadah haji yang sesuai dengan ketentuan Allah swt. dan RasulNya dilaksanakan
dengan ikhlas, semata mata mengharap RidhaNya, tidak dicampuri dosa dan menggunakan
biaya yang halal serta setelah melaksanakan haji menjadikan perbuatannya lebih baik dari
sebelumnya. Dari pengertian tersebut haji mabrur mempunyai dua dimensi, yaitu hablum
minallaah (Vertikal) dengan melaksanakan aturan haji (manasik) sesuai dengan ketentuan Allah
swt. dan RasulNya serta dimensi hablum minannaas (horizontal) dengan mengamalkan
hikmah dari ibadah haji kepada sesama dalam bentuk kepedulian sosial sekembalinya ke tanah
air. Perwujudannya dapat dilihat dari tutur kata dan sikapnya yang lebih baik dari
sebelumnya.

Haji yang mabrur ialah haji yang dalam diri individu tersebut mampu menumbuhkan dan
meninggikan keimanan kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab, para Nabi. Keimanan yang
menguatkan keyakinan bahwa hidup di dunia itu sementara yang kemudian ia
implementasikan dengan menginfakkan sebagian hartanya untuk bekal akhirat, meningkatnya
kualitas ibadah shalat, mewujudkan akhlaknya semakin luhur yang terejawantahkan dengan
berupaya untuk menunaikan segala janji kepada Allah sebagai hamba dan menepati janjinya
kepada sesama manusa serta bersabar dalam menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan.

Makna kata al barra yang artinya berbuat baik atau patuh kemudian menjadi masdhar kata
mabrur dengan makna orang yang mendapatkan kebaikan atau menjadi baik, adalah
bagaimana individu tersebut mampu mendahulukan kepentingan orang lain dibandingkan
dirinya dengan jalan menafkahkan harta kepada orang miskin, anak yatim dan orang-orang
yang kekurangan secara ekonomi. Hal tersebut merupakan karakter yang menonjol yakni
kedermawanan dan kepekaan sosial.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Dengan pemahaman di atas ada dua indikasi haji dikatakan mabrur yakni pertama,
Kemabruran haji dalam ubudiyah dapat diaktualisasikan melalui beberapa amalan, baik
mahdhah maupun ghair mahdhah, seperti shalat, zakat, puasa, sabar, syukur, jujur dan lain-
lain. Indikasinya, adanya perubahan atau peningkatan kualitas ibadah seseorang dan tampak
kepada kepribadian seseorang yang telah berhaji. Antara lain shalat yang berkualitas, puasa
yang meningkat, rajin bersyukur dan bertawakkal serta tidak kalah pentingnya adalah tetap
istiqamah dalam menutup aurat.

Kedua, Kemabruran haji dalam dimensi sosial terwujud dalam bentuk kepekaan atau
kepedulian sosial kepada sesama. Tersirat dari pesan nabi Muhammad saw. sewaktu haji wada
bahwa semua manusia sama di hadapan Allah swt. Setiap jamaah haji dipesan dan diingatkan
oleh Nabi Muhammad saw agar tidak hanya mementingkan diri sendiri. Namun harus
memperhatikan juga saudara yang kurang mampu dan dhuafa. Haji bukan hanya memperoleh
kepuasan individu dalam beribadah semata, melainkan harus diingat tanggung jawab sosialnya.

Mendapatkan haji mabrur merupakan suatu hal yang tidak mudah, karena harus menjaga
ketaatan selama haji dan meninggalkan segala larangan, tetapi memelihara kemabruran haji
adalah lebih sulit, karena berarti harus menjaga keistiqamahan iman, ibadah, akhlak dalam
kehidupan sehari-hari.
‫َباَر َك ُهللا ِلْي َو َلُك ْم ِبْاُلْقرَء اِن ْالَعِظ ْيِم َو َنَفَعِنْي َو ِإَّياُك ْم ِ بَم اِ فْيِه ِم َن ْاآلَياِت َو الِّذْك ِر اْلَحِكْيِم ‪َ ,‬فاْسَتْغ ِفُرْو ُه ِإَّنٗه ُهَو ْالَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬

Anda mungkin juga menyukai