Anda di halaman 1dari 5

BAB I

A. Pengertian Tawasul
Secara etimologi tawassul berasal dari kata tawassala yatawassalu
tawassulan yang berarti mengambil perantara (wasilah), taqarrub atau
mendekat. Dan secara terminology, tawassul adalah usaha
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menggunakan wasilah
(perantara). Wasilah sendiri berarti kedudukan di sisi Raja, jabatan,
kedekatan dan setiap sesuatu yang dijadikan perantara pendekatan
dalam berdo’a. Imam An-Nasafi berkata: “Wasilah adalah semua
bentuk di mana seseorang bertawassul atau mendekatkan dirinya
dengannya.”
Kiai Wazir menerangkan tentang macam-macam tawassul.
1. Yang pertama, tawassul bi asmaillah (tawassul dengan nama
Allah). Tawassul ini adalah tawasul yang paling tinggi. Misalnya
dengan perkataan a‘ûdzu biqudratillah, a‘udzu bi izzatillah dan
yang lainnya. Seperti tawasul kepada Allah agar disembuhkan dari
sakit. Tawassul ini juga bisa dilakukan dengan menyebut asmaul
khusna, secara lengkap atau sebagian.
2. Kedua, tawasul bi a'mal shalihat (tawassul dengan amal yang
baik). Kiai Wazir menjelaskan, dalam kitab Riyadus Shalihin
dikisahkan, ada 3 orang sahabat, yang dalam perjalanan mereka
menemukan gua. Karena penasaran, ketiganya memasuki gua
tersebut. Saat sudah masuk, tiba-tiba ada angin kencang, yang
merobohkan batu besar sehingga menutupi gua. Mereka
mengalami kesulitan, seminggu tidak makan, dan memanggil-
manggil orang tidak ada yang dengar, lalu ketiganya muhasabah.
Seorang dari mereka berdoa dan bertawassul dengan perbuatan
birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua). Akhirnya batu
terdorong angin besar, dan ada sinar matahari. Kemudian yang
lain berdoa dengan amal unggulannya, akhirnya batu tergeser
sedikit demi sedikit.
3. Ketiga, tawassul bis shalihin (tawassul dengan orang-orang
shalih). Tawasul kepada orang-orang shalih, baik masih hidup atau
sudah meninggal. Apa bisa tawasul kepada yang masih hidup.
Diceritakan dalam hadits shahih, ada salah satu sahabat buta,
yang ingin bisa melihat, kemudian ia tawassul Allahumma inni
as'aluka wa atawajjahu bi nabiyyika fi hajati hadzihi... (Ya Allah
saya meminta dan menghadapmu dengan wasilah kepada Nabi
dalam memenuhi kebutuhan saya ini...). Akhirnya sahabat tersebut
bisa melihat. “Tawasul kepada orang yang sudah meninggal, yang
ditawassuli Nabi SAW. Para nabi itu masih hidup di kuburannya,
apa yg dilakukan? Para Nabi melakukan shalat. Bahkan orang
yang memiliki kelebihan (khos) bisa kontak dan belajar kepada
mereka. Bahkan, tamah Kiai Wazir, Nabi Adam AS juga pernah
tawassul kepada Nabi Mahammad SAW, padahal Nabi
Muhammad belum lahir. “Ketika Nabi Adam AS melakukan
kesalahan, beliau berdoa ya rabbi as'aluka bihaqqi muhammdin.
Ini juga dari Hadits Shahih. Selanjutnya, Imam Syafii pernah
mengatakan: ‘Saya punya masalah berat, saya tawasul dan ambil
berkah kepada guru saya, yaitu Abu Hanifah. Saya datang ke
makam beliau setiap malam sepanjang masalah berat masih
menimpa saya, dan sebelum datang makam, saya shalat dulu 2
rakaat’,” paparnya.
4. Keempat, tawassul bi dzat (tawassul dengan dzat). Cara
melakukan tawassul macam ini, misalnya bi jahi (dengan
kedudukan), bi hurmati (dengan kemuliaan), bi karamati (dengan
kemurahan). Shalawat Nariyah merupakan tawassul bi dzat.
Tawassul yang keempat ini diperselisihkan oleh para ulama'.
"Menurut sebagian besar ulama, tawassul dengan empat macam
di atas tidak masalah, tetapi menurut Ibn Taimiyah, semua
tawassul bisa diterima secara syariat kecuali tawassul bi dzat,"
ulas Kiai.Wazir. (Muslimin Abdilla/Mahbib)
BACAAN TAWASUL

‫ِبْس ِم ِهَّللا الَّر ْح َٰم ِن الَّر ِحيم‬


Bismillahirrahmaarinnrahiim

‫ِاَلى َح ْض َر ِة الَّن ِبِّي َص َّلى ُهللا َع َليِه َو َس َّلَم َو َاِلِه وَص ْح ِبِه َش ْي ٌء ِهلِل َلُهُم اْلَفاِتَح ُة‬

Latin: Ilaa hadhratin nabiyyi shollallahu 'alaihi wasallama wa aalihi


wa shahbihi syaiun lillaahi lahumul faatihah
Terjemahnya: “Dengan menyebut nama Allah yang maha
pengasih lagi maha penyayang. Untuk yang terhormat Nabi
Muhammad SAW, segenap keluarga, dan para sahabatnya.
Bacaan Al-Fatihah ini kami tujukan kepada Allah dan pahalanya
untuk mereka semua.

‫ُثَّم ِاَلي َح َض َر اِت ِاْخ َو ا ِنِه ِمَن اَاْلْن ِبَي اِء َو اْلُمْر َس ِلْي َن َو اَاْلْو ِلَي اِء َو َالَّش َه َد اِء َو َالَّص ا ِلِحْي َن‬

‫َو َالَّص َح ا َب ِةَو الَّت ا ِبِع ّي ن‬

‫َو اْلُع َلَم اِء اْلَع ا ِم ِلْي َن َو اْلُمَص ِّن ِفْي َن اْلُم ْخ ِلِص ْي َن َو َج ِم ْي ِع اْلَم َلِئَك ِة اْلُم َقَّر ِبْي َن ُخ ُصْو ًص ا َسِّي ِد َن ا‬

‫ اْلَفاِتَح ة‬. ‫الَّش ْي ِخ َعْي ِد اْلَقاِد ِر ا ْلَج ْي اَل ِنى‬

Tsumma ilaa hadhorooti ikhwaanihi minal anbiyaa’I wal mursaliina wal


auliyaa’I wash syuhadaa’I wash shoolihiina wash shohaabati wat
taabi’iina wal ulamaa’il aamiliina walmushonni final mukh’lishina wa
jamii’il malaa ikatil muqorrobiina khusuushon sayyidinaa asy
syaikhi’abdil qoodiril jailaani. Al Fatihah. (Dilanjutkan dengan al-Fatihah)
Artinya: “Kemudian kepada yang terhormat para handai taulan dari para
nabi dan rasul, para wali, para syuhada’, orang-orang saleh, para
sahabat, para ulama yang mengamalkan ilmunya, para pengarang yang
ikhlas dan kepada segenap malaikat yang mendekatkan diri kepada
Allah, terutama kepada penghulu kita syaikh Abdul Qadir Jailani.”

‫ِاَلى َج ِم ْي ِع َاْه ِل اْلُقُبْو ِر ِم َن ا ْلُمْس ِلِم ْي َن َو اْلُمْس ِلَماِت َو اْلُمْؤ ِم َن اِت ِم ْن َم َش اِر ِق اَاْلْر ِض َو َم َغ ا ِر ِبَه ا‬

‫َب ِّر َه ا َو َب ْح ِر َه ا ُخ ُصوًصا َاَب اَء َن اَو ُاَّم َه ا ِتَن ا َو َاْج َدا َد َن اَو َج َّد ا ِتَن ا َو َم َش ا ِيَخ َن ا َو َم َش ا ِيَخ َم َش ا ِيِخ َن ا‬

‫ اْلَفِتَح ْة‬. ‫َو َاَس ا َت َذ ِة ِاَساِتَذ ِتَن (َو ُحُصْو ًصا ِاَلى الُّر …) َو َلِم ِن اْج َت َم ْع َن ا َه ُهَن ا ِبَسَب ِبِه‬
‫ِح‬

Ilaa jamii’ii ahlil qubuuri minal muslimiina wal muslimaati walmu’miniina


walmu’minaati min masyaariqil ardhi wa maghooribihaa barrihaa wa
bahrihaa khususon aabaa anaa wa umma haatinaa wa ajdaadanaa wa
jaddaatinaa wa masyaayikhonaa wa masyaayikho masyaayikhinaa wa
asaatidzatinaa wa khushuushoon ilarruhi (…) wa limini ijtama’naa haa
hunaa bi sababihi. Al-Fatihah. (dilanjutkan dengan al-Fatihah)

Artinya: “Kepada segenap ahli kubur kaum muslimin laki laki dan
perempuan, kaum mukminin laki laki dan perempuan dari timur dan
barat, baik yang ada di darat maupun di laut, terutama kepada para
bapak dan ibu kami, para nenek laki laki dan perempuan kami, kepada
syaikh kami dan syaikhnya syaikh kami, kepada gurunya guru kami, dan
kepada orang yang menyebabkan kami sekalian berkumpul di sini.”

Anda mungkin juga menyukai