Anda di halaman 1dari 4

Khutbah Jum’at Pasca Hari Raya

Tema : Kebaikan Tradisi Halal Bihalal Di Indonesia


Oleh : Agus Jamaludin, S.Ag. (Penyuluh Agama Islam Kota Cimahi)

Khutbah I

‫ َو َأْش َهُد‬.‫ َأْش َهُد َأْن َال ِإٰل َه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْيَك َلُه‬.‫ َو َس َالٌم َع ٰل ى ِع َباِدِه اَّلِذ ْيَن اْص َطٰف ى‬، ‫َاْلَحْم ُد ِ ِهلل َو َك ٰف ى‬
‫َأّن ُمَحّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه َال َنِبَّي َبْع َد ُه‬.
‫ َفَيا‬. ‫ َاَّم ا َبْعُد‬, ‫َاللُهّم َص ِّل َو َس ّلْم َع ٰل ى َس ِّيِد َنا ُم َحّمٍد َو َعلى آِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َم ْن َتِبَع ُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإٰل ى َيْو ِم الِّدْيِن‬
‫ َأُع ْو ُذ‬، ‫ َقاَل ُهللا َتَع اَلى فِى اْلُقْر آِن اْلَك ِر ْيِم‬. ‫ ُاْو ِص ْيُك ْم َو ِاَّياَي ِبَتْقَو ى ِهللا َو َطاَع ِتِه َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحْو َن‬,‫ِعَباَد ِهللا‬
‫ َياَأّيَها اّلَذ ْيَن آَم ُنْو ا اّتُقوا َهللا َح ّق ُتَقاِتِه َو َال َتُم ْو ُتَّن ِإّال َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬. ‫ِباِهلل ِم َن الَّش ْيَطاِن الَّر ِج ْيِم‬.
Sidang jamaah Shalat Jumat yang berbahagia,

Puji dan syukur alhamdulillah marilah kita panjatkan kehadirat Allah Rabbul’izzati. Pada
kesempatan Jumat ini kita kembali dapat melaksanakan kewajiban sebagai seorang Muslim yaitu
Shalat Jumat secara berjamaah. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah curah kepada
uswatun hasanah kita yaitu Baginda Nabi Besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Juga
kepada segenap keluarga dan sahabatnya, semoga kita semua yang hadir di masjid ini, kelak di Hari
Kiamat mendapatkan syafaat dari Nabi. Amin.

Mengawali khutbah singkat pada kesempatan ini, kami selaku khatib berwasiat kepada diri pribadi
saya dan kepada seluruh jamaah, marilah kita tingkatkan takwa kepada Allah dengan sebenar-benar
takwa yaitu melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.

Sidang jamaah Shalat Jumat yang berbahagia,

Hari ini adalah hari ketujuh bulan Syawal. Itu artiya masih dalam suasana Syawal yang juga
suasana halalbihalal bagi masyarakat Indonesia. Suasana saling memaafkan, bersalam salaman, dan
bahagia bersilaturahim sesasama saudara, tetangga, dan handai taulan semua.

Halalbihalal jika dilihat dari sudut pandang budaya, hanya ada di Indonesia dan istilahnya memakai
bahasa Arab. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna halalbihalal adalah acara maaf-
maafan pada hari Lebaran, sehingga mengandung unsur silaturahim. Sedangkan dalam bahasa Arab,
halalbihalal berasal dari kata halla atau halala yang mempunyai banyak arti sesuai dengan konteks
kalimatnya, antara lain penyelesaian problem (kesulitan), meluruskan benang kusut, mencairkan
yang beku, atau melepaskan ikatan yang membelenggu.

Sedangkan dari segi fiqih, halal yang oleh para ulama dipertentangkan dengan kata haram, apabila
diucapkan dalam konteks halalbihalal memberikan pesan bahwa mereka yang melakukannya akan
terbebas dari dosa.
Dengan demikian, halalbihalal menurut tinjauan hukum fikih menjadikan sikap yang tadinya haram
atau yang tadinya berdosa menjadi halal atau tidak berdosa lagi. Ini tentu baru tercapai apabila
persyaratan lain yang ditetapkan oleh hukum terpenuhi oleh pelaku halalbihalal, seperti secara
lapang dada saling maaf-memaafkan.

Hadirin sidang Shalat Jumat yang berbahagia,

Asal usul halalbihalal berasal dari KH Abdul Wahab Chasbullah pada 1948. KH Wahab merupakan
seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH Wahab memperkenalkan istilah halalbihalal pada Bung
Karno sebagai bentuk cara silaturahim antarpemimpin politik yang pada saat itu masih memiliki
konflik.

Atas saran KH Wahab, pada Hari Raya Idul Fitri 1948, Bung Karno mengundang seluruh tokoh
politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturahim yang diberi judul halalbihalal.
Para tokoh politik akhirnya duduk satu meja.

Mereka mulai menyusun kekuatan dan persatuan bangsa ke depan. Sejak saat itu, berbagai instansi
pemerintah di masa pemerintahan Bung Karno menyelenggarakan halalbihalal. Halalbihalal
kemudian diikuti masyarakat Indonesia secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai
pengikut para ulama. Hingga kini halalbihalal menjadi tradisi di Indonesia.

Setelah kita mengetahui sejarah dan makna halalbihalal, tentunya kita perlu lebih jauh mengetahui
sejauh mana kelebihan-kelebihan dari halalbihalal yang dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia
yang sudah membudaya begitu kental. Di antara kebaikan atau kelebihan yang didapatkan dari
budaya halalbihalal masyarakat Indonesia adalah:

1. Menjadi seorang pemaaf

Halalbihalal menjadi ajang silaturahim antarsesama setelah sebulan penuh menjalankan ibadah
puasa Ramadhan. Halalbihalal biasanya diawali dengan saling bermaafan atas segala kesalahan
melalui tradisi sungkeman atau salaman. Firman Allah:

‫ُخ ِذ اْلَع ْفَو َو ْأُم ْر ِباْلُعْر ِف َو َاْع ِر ْض َع ِن اْلَج اِهِلْيَن‬

“Jadilah pemaaf dan anjurkanlah orang berbuat baik, serta jangan pedulikan orang-orang yang
bodoh.” (QS Al-A`raf: 199).

2. Terbebas dari dosa sesama

Ketika budaya halalbihalal dilakukan dengan saling meminta dan memberi maaf atas segala dosa
dan kesalahan yang terjadi di antara masyarakat, dengan sendirinya masyarakat sudah tidak
memiliki dosa di antara mereka. Artinya bahwa mereka sudah terbebas dari dosa sesama manusaia
melalui budaya saling memaafkan diantara mereka. Hal ini penting dalam kehidupan beragama dan
juga bermasyarakat. Rasululloh bersabda:
‫"ِإَّن اْلُم ْس ِلَم ِإَذ ا َلِقَي َأَخ اُه اْلُم ْس ِلَم َفَأَخ َذ‬: ‫ َأّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬،‫َع ْن َس ْلَم اِن اْلَفاِرِس ِّي َر ِض َي ُهَّللا َتَع اَلى َع ْنُه‬
‫ َو َلْو َكاَنْت‬،‫ َو ِإال ُغ ِفَر َلُهَم ا‬، ‫ َك َم ا َتَتَح اُت اْلَو َر ُق ِم َن الَّش َجَر ِة اْلَياِبَسِة ِفي َيْو ِم ِر يٍح َعاِص ٍف‬،‫ِبَيِدِه َتَح اَّتْت َع ْنُهَم ا ُذ ُنوُبُهَم ا‬
‫ رواه الطبراني‬- " ‫ُذ ُنوُبُهَم ا ِم ْثَل َز َبِد اْلَبْح ِر‬

’’Dari Salman Al-Farisy RA, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya seorang muslim apabila
bertemu dengan saudaranya sesama muslim kemudian keduanya berjabat tangan, maka akan
gugurlah dosa-dosa keduanya sebagaimana bergugurannya daun-daun kering di hari angin
bertiup kencang. Ataupun jika tidak, maka dosa-dosa keduanya akan diampuni walaupun
seumpama sebanyak buih di lautan." (HR Turmudzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah)

3. Perekat persaudaraan

Fungsi dari halalbihalal adalah dapat mempererat persaudaraan antarsesama Muslim. Sebab, setiap
halalbihalal kita akan bertemu dengan sesama Muslim, saling memaafkan dan saling mendoakan.
Semua cair dan lebih siap untuk saling memafkan dan mendoakan sesama yang bertemu baik
sengaja maupun tidak sengaja, sehingga halalbihalal dapat membuat hubungan dengan orang lain
semakin dekat. Allah berfirman:

‫ِإَّنَم ا ٱْلُم ْؤ ِم ُنوَن ِإْخ َو ٌة َفَأْص ِلُحو۟ا َبْيَن َأَخ َو ْيُك ْم ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّلل َلَع َّلُك ْم ُتْر َحُم وَن‬

Artinya: "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat." (QS Al-Hujurat: 10)

4. Membangun nilai sosial bagi masyarakat

Tradisi halalbihalal memiliki nilai lebih. Tidak hanya sekadar bermaaf-maafan dan menyambung
tali silaturahim. Lebih dari itu. Tradisi halalbihalal dapat menghidupkan nilai-nilai sosial di tengah
kehidupan bermasyarakat. Dalam ilmu sosiologi agama menjelaskan bahwa sudah sepatutnya
agama dapat menangani masalah-masalah yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Problematika yang paling dominan adalah aspek psikologis yang bukan hanya bersifat pribadi
(private), tetapi lebih dari itu, publik (public). Oleh karena itu, ketika wilayah (domain) teknologi
dan teknik institusi tidak dapat menyelesaikan problematika manusia, maka agama dengan kekuatan
supernaturalnya yang dijadikan alternatif mengatasi keterbatasan tersebut.

’’Diriwayatkan dari Abi Musa ra. di berkata, “Rasulullah pernah bersabda, ‘Orang mukmin yang
satu dengan yang lain bagai satu bangunan yang bagian-bagiannya saling mengokohkan.’’ (HR
Bukhari – 481)

Demikian khutbah yang singkat ini, semoga kita tetap semangat untuk melestarikan budaya hala
bihalal dalam lingkungan masyarakat kita agar menjadi masyarakat yang marhamah dan maghfirah.
Amin.
‫َباَر َك ُهللا ِلْي َو َلُك ْم ِفي اْلُقْر آِن اْلَعِظ ْيِم ‪َ ,‬و َنَفَعِنْي َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن اآلَياِت َو الِّذْك ِر اْلَح ِكْيِم ‪َ ,‬و َتَقَّبَل ِم ِّنْي َوِم ْنُك ْم ِتَالَو َتُه ِإَّنُه‬
‫‪ُ.‬هَو الَّس ِم ْيُع اْلَعِلْيُم ‪َ .‬أُقْو ُل َقْو ِلْي َهَذ ا َو اْسَتْغ ِفُر َهللا اْلَعِظ ْيَم ِلْي َو َلُك ْم َفاْسَتْغ ِفُرْو ُه‪ِ ،‬إَّنُه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫َاْلَحْم ُد ِهلل َعلَى ِإْح َس اِنِه َو الُّشْك ُر َلُه َعلَى َتْو ِفْيِقِه َو ِاْمِتَناِنِه ‪َ .‬و َأْش َهُد َأْن َال ِاَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْيَك َلُه‪َ .‬و َأْش َهُد أَّن َس ِّيَدَنا‬
‫ُمَح َّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه الَّد اِع ى إلَى ِر ْض َو اِنِه‪ .‬اللُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد ِو َع َلى ٰا ِلِه َو َاْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َتْس ِلْيًم ا ِكثْيًرا‪َ .‬أَّم ا‬
‫‪َ:‬بْعُد‬
‫َفيَا َاُّيَها الَّناُس ‪ِ ,‬اَّتُقواَهللا ِفْيَم ا َأَم َر َو اْنَتُهْو ا َع َّم ا َنَهى َو اْع َلُم ْو ا َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َبَد َأ ِفْيِه ِبَنْفِس ِه َو َثـَنى ِبَم آل ِئَك ِتِه ِبُقْد ِس ِه‪.‬‬
‫َو َقاَل َتعَاَلى‪ِ ,‬إَّن َهللا َو َم آلِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َعلَى الَّنِبى يآ َاُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا‪ .‬اللُهَّم َص ِّل َع َلى‬

‫َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس ِّلْم َو َع َلى آِل َس ِّيِد نَا ُمَح َّمٍد َو َع َلى َاْنِبيآِئَك َو ُرُس ِلَك َو َم آلِئَك ِة الْـُم َقَّر ِبْيَن ‪َ ,‬و اْر َض الّلُهَّم َع ِن‬
‫ْالُخَلَفاِء الَّراِش ِد ْيَن َأِبى َبْك ٍر َو ُع َم َر َو ُع ْثَم اَن َو َع ِلي َو َع ْن َبِقَّيِة الَّص َح اَبِة َو الَّتاِبِع ْيَن َو َتاِبِع ي الَّتاِبِع ْيَن َلُهْم ِبِاْح َس اٍن ِالٰى‬
‫ىَيْو ِم الِّدْيِن ‪َ ,‬و اْر َض َع َّنا َم َع ُهْم ِبَر ْح َم ِتَك َيا َاْر َح َم الَّراِح ِم ْيَن‬
‫َاللُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو ْالُم ْؤ ِم َناِت َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو ْالُم ْس ِلَم اِت َاَالْح يآِء ِم ْنُهْم َو ْاَالْم َو اِت‬
‫اللُهَّم َأِع َّز ْاِإل ْس َالَم َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو َأِذ َّل الِّش ْر َك َو ْالُم ْش ِر ِكْيَن َو اْنُصْر ِعَباَدَك ْالُمَو ِّح ِد َّيَة َو اْنُصْر َم ْن َنَص َر الِّدْيَن َو اْخ ُذ ْل َم ْن‬

‫َخ َذ َل ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو َد ِّم ْر َأْع َداَء الِّدْيِن َو اْع ِل َك ِلَم اِتَك ِإَلى َيْو َم الِّدْيِن‬
‫اللُهَّم اْدَفْع َع َّنا ْالَبَالَء َو ْالَو َباَء َو الَّز َالِز َل َو ْالِمَح َن َو ُسْو َء ْالِفْتَنِة َو ْالِمَح َن َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن َع ْن َبَلِد َنا ِاْنُدوِنْيِس َّيا‬
‫خآَّص ًة َو َس اِئِر ْالُبْلَداِن ْالُم ْس ِلِم ْيَن عآَّم ًة َيا َر َّب ْالَع اَلِم ْيَن‬
‫َر َّبَنا آِتنَا ِفى الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو ِفى ْاآلِخ َر ِة َحَس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر ‪َ .‬ر َّبَنا َظَلْم َنا َاْنُفَس َناَو ِاْن َلْم َتْغ ِفْر َلَنا َو َتْر َح ْم َنا َلَنُك ْو َنَّن ِم َن‬
‫ْالَخاِس ِر ْيَن‬
‫ِعَباَد ِهللا ! ِإَّن َهللا َيْأُم ُرَنا ِبْالَع ْد ِل َو ْاِإل ْح َس اِن َو ِإْيتآِء ِذ ي ْالُقْر بَى َو َيْنَهى َع ِن ْالَفْح شآِء َو ْالُم ْنَك ِر َو ْالَبْغ ي َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم‬
‫َتَذَّك ُرْو َن َو اْذ ُك ُروا َهللا ْالَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم َو اْشُك ُرْو ُه َعلٰى ِنَعِمِه َيِز ْد ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبْر‬

Anda mungkin juga menyukai