Anda di halaman 1dari 10

TASYABBUH DAN MUTARJJULAH SERTA FENOMENA PONDOK PESANTREN KHUSUS WARIA DI YOGYAKARTA

Laporan Penelitian ini Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis Dan Sosial Budaya
Dosen pengampu : Drs. Muhammad Yusuf, M.Ag.

DISUSUN OLEH: Akhmad Mughzi Abdillah (09532007)

JURUSAN TAFSIR HADITS FAKULTAS USHULUDDIN STUDI AGAMA DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2010

Bab I Tasyabbuh Dan Mutarajjulah Dalam Kacamata Hadis A. Tasyabbuh 1. Definisi tasyabbuh Secara etimologis, tasyabbuh merupakan bentuk isim mashdar dari kata syabbah-yusyabbihu, yang berarti menyerupai. Sedangkan secara terminologis, tasyabbuh adalah perilaku yang mengikuti atau menyerupai dengan perilaku lain. Sebenarnya, pemaknaan terhadap tasyabbuh ini memiliki cakupan yang cukup luas, sebab, tasyabbuh tidak hanya terbatas pada penyerupaan atas suatu perilaku namun ia juga memiliki kaitan dengan simbol serta sifat. 2. Hadist dan syarh tasyabbuh Ada banyak riwayat hadis yang mengatakan perihal tasyabbuh, diantaranya adalah riwayat Abu Daud. Di dalam hadis tersebut tertera bahwa seseorang yang menyerupai suatu golongnan, maka berarti ia termasuk dari golongan tersebut. Lebih jelasnya hadis tersebut adalah sebagai berikut: 1 , Syarh hadis: Awalnya, penjelasan dari kitab syarh sunan abu dawud, karya Abdul Muhsin alIbad, menyatakan bahwa perilaku tasyabbuh yang dimaksud adalah tasyabbuh dengan orang-orang kafir. Namun dalam hal ini, peneliti akan mengkiaskan tasyabbuh terhadap orang kafir dengan tasyabbuh terhadap lawan jenis. Dalam hal ini, Abdul Muhsin mengatakan bahwa menyerupai sesuatu bentuk yang dzahir, berimplikasi pada yang batin juga (dalamnya). Sehingga bisa dikatakan jika seorang pria berpakaian menyerupai
11

Abu Daud, Kitab Lubs al-Syuhrah, No. 3651

wanita, meskipun pada taran luarnya saja, disinyalir akan berimplikasi pada perilaku tataran batiniahnya. Sehingga secara tidak langsung, hadis ini mengecam wanita atau pria yang memakai pakaian seperti lawan jenis. namun yang menjadi pertanyaan besar adalah apa yang menjadi tolak ukur tasyabbuh. Oleh karena itu, selebihnya di makalah ini, penulis akan menjelaskan criteria tsyabbuh baik dari sisi agama maupun social-kebudayaan.

B. Mutarajjulah 1. Pengertian Mutarajjulah Menurut Imam Nawawi, Mutarajjulah adalah wanita-wanita yang menyerupai lelaki dalam tingkah perilaku dan cara berbicara serta hal-hal lainnya; 2: Sedangkan menurut al-Sindi, mutarajjulah adalah Wanita yang menyerupai pria dalam berpakaian dan bertingkah laku, ada pun penyerupaan dalam hal ilmu dan pemikiran adalah hal yang terpuji;
3

( )

Maka, dari kedua difinisi diatas, ada satu term yang perlu dilacak, yaitu kata. kata yang tersusun sebagai fil Mudhaaf ini memiliki arti penyerupaan yang disengaja. Hal yang sama dengan kata yang merupakan asal kata dari .Melalui analisis kata tersebut, dapat dipahami bahwa mutarajjulah dalam pengertian sederhannya ialah penyerupaan seorang wanta terhadap perilaku dan tata cara berbicara seorang pria. Sedangkan mutarajjulah merupakan bentuk takhshish dari tasyabbuh. Yaitu perilaku perempuan yang menyerupai laki-laki. Lawan dari kata ini ialah Mukhannatsun yakni laki-laki yang menyerupai wanita.

2 3

Imam Nawawi, Syarh Riyadlul Shalihin, juz 1, hlm. 193 Syarh Sunan An-NasaI, CD. Maktabah Syamilah

2. Hadis dan Syarh Mutarujjulah


4

Nabi saw. telah melaknat para banci dan wanita-wanita tomboi, lalu beliau bersabda, Usir mereka dari rumah kalian!, maka Nabi pun mengeluarkan seorang lakilaki(banci), dan Umar mengeluarkan seorang Wanita(tomboi). 5 Rasulullah saw. bersabda, Ada tiga orang yang tidak akan masuk surga dan tidak akan dilihat Allah di hari kiamat kelak: Seorang yang duhaka kepada orang tuanya, wanita yang menyerupai laki-laki, serta laki-laki dayyuts (tidak memiliki sifat cemburu). Syarh Hadis; Hadits diatas menjelaskan tentang anjuran untuk mengusir orang yang akan

menimbulkan gangguan terhadap manusia dari tempatnya sampai dia mau kembali dengan meninggalkan perbuatan tersebut atau mau bertaubat 6 . Al-Imam An-Nawawi Rahimahullahu menyatakan 7 : Ulama berkata: Dikeluarkan dan diusirnya mukhannats ada tiga makna: a. Sebagaimana tersebut dalam hadits yaitu mukhannats ini disangka termasuk lakilaki yang tidak punya syahwat terhadap wanita tapi ternyata ia punya syahwat namun menyembunyikannya.

Bukhari 5436, CD. Mausuah

Al-Nasai, Kitab Al-Zakat, No. 2515, CD. Mausuah CD ROM Maktabah Syamilah, Syarh Sunnah Li Al-Imam Al-Baghawi Matnan, juz 12, hlm 121 CD ROM Maktabah Syamilah, Imam An-Nawawi, Syarh riyadlul shalihin, Juz 1, hlm. 1934

6 7

b. Ia menggambarkan wanita, keindahan-keindahan mereka dan aurat mereka di hadapan laki-laki sementara Nabi Shallallahu alaihi wasallam telah melarang seorang wanita menggambarkan keindahan wanita lain di hadapan suaminya, lalu bagaimana bila hal itu dilakukan seorang lelaki di hadapan lelaki? c. Tampak bagi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dari mukhannats ini bahwa dia mencermati (memperhatikan dengan seksama) tubuh dan aurat wanita dengan apa yang tidak dicermati oleh kebanyakan wanita. Terlebih lagi disebutkan dalam hadits selain riwayat Muslim wanita bahwa dengan si detail mukhannats sampai-sampai ini ia

mensifatkan/menggambarkan

menggambarkan kemaluan wanita dan sekitarnya, wallahualam. (Syarah Shahih Muslim, 14/164)

BAB II FENOMENA PONDOK PESANTREN KHUSUS WARIA, Notoyudan Gt Ii/1294, Rt 85/ Rw 24, Yogyakarta A. Sekilas tentang pondok pesantren khusus waria senin-kamis, Pondok pesantren khusu waria ini didirikan pada tahun 2008, bertepatan di Notoyudan Gt Ii/1294, Rt 85/ Rw 24, Yogyakarta. Lembaga ini dipimpin oleh Maryani. Maryani adalah seorang waria. Menurut ayahnya, Marto Ngadi Petrus, sejak kecil sifat Maryani seperti perempuan. Meskipun telah disunat ia sering bermain dengan kaum perempuan. Hingga beranjak dewasa, perilakunya tetap seperti perempuan. Akan tetapi ini bukan penyakit. Ini hanyalah bawaan karakter dari kecil. Oleh Karena itu, sebagai kaum seering dipinggirkan, Maryani memilki keinginan untuk mendirikan Pondok pesantren khusus waria. Ia ingin menunjukkan bahwa waria juga butuh beribadah, layaknya makhluk Tuhan yang lain. Pendirian lembaga ini mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat, khususnya ketua RT-nya, Tugiman. Ada beberapa ustad yang membimbing para waria dalam beribadah, diantaranya adalah Ust. Heri Suchaeri. Menurutnya banyak kalangan waria yang terpinggirkan, padahal sebagian dari mereka juga umat muslim. Sehingga sebagai sesama muslim, setidaknya kita membantu mereka untuk beribadah. Baginya, prinsipnya adalah mereka juga manusia, mereka perlu ibadah, sehingga kita (asatid) siap membimbing. Menurut Vera (peserta ponpoes khusus waria), apapun yang kita lakukan setiap hari, namun jika tidak diimbangi dengan ibadah, maka percuma. Ini menunjukkan bahwa secara batiniah, mereka juga butuh penyegaran spiritual, kita sebut ibadah. Bahkan baginya Mengikuti pesantrenb pun tanpa paksaaan. Ketika ia sholat, ia berpenampilan layaknya seorang musilm (laki2). Setiap hari kerja, ngamen tidak hany di jogja, kadang sempai di Wooosari, Bantul. Dulu sholatnya bolong-bolong, namun setelah menjadi santri ponpes khusus waria, ibadahnya semakin meningkat.

Sebenernya disini tempat beribadah, bukan tempt pengobatan menurabah menjadi laki. Namun hany untuk mengjak beribadah semoga Allah memberikan jalan yang baik. Missal dengan memberikan jodoh sosok wanita. Sehingga diharapkan setelah menikah dan berkeularga, dapat melepaskan segala make up, pernak-pernik keperempuanan yang dahulu ia pakai. Mereka tidak tahu bagaimana kehdupan besok dialam barzah. Meskipun ada yang mengatakan bahwa apa yang kita lakukan adalah dosa. Namun kami percaya bahwa itu semua adalah tanggung jawab personal kita kepada Tuhan. Dengan adanya ponpes khusus waria, diharapkan mind set masyarakat yang dahulunya berpikir bhawa waria hanya bias nongkrong, hanya sebagai pekerja seks yang moralnya tidak baik, berubah bahwa waria juga manusia yang butuh untuk beribadah. Sehingga dahulu waria yang dianggap sebalah mata, diharapkan martabatnya dapat terangkat di tengah-tengah masyarakat. Harapan dari Maryani, pondok pesantren waria seperti ni tidak hanya di jogja, namun juga dibangun di kota lain. Karena waria tidak hanya di jogja. Harapan kepada masyarakat umum, dimohon untuk tidak mencela jika ada dari salah satu kelompok waria yang ingin beribadah di masjid/ mushola. Karena, mereka oun benar-benar ingin beribadah layaknya hamba Tuhan yang lain. B. Analisis hasil penelitian Dari pengamatan peneliti, menghasilkan beberapa konsep tentang seksualitas dan gender. Menurut penulis, kedua hal ini perlu di bedakan. Secara terminologi Seks merujuk pada jenis kelamin, yang biasanya bersifat dikotomis antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan seks ini biasanya bersifat adikodrati, atau bersifat given, yang sudah diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Adapun Konsep gender lebih mengarah pada perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial oleh masyarakat tertentu. Sedangkan seksualitas memiliki makna yang lebih luas. Seksualitas dapat dikatakan wacana tentang seks. Secara denotasi seksualitas dapat berarti semua aspek yang berkaitan dengan seks,

seperti nilai, sikap, orientasi seksual dan perilaku seksual. Seksualitas juga bisa berarti membicarakan seks dari berbagai dimensi, seperti dimensi biologis, psikososial, perilaku, klinis, dan kultural. Dari dimensi biologis misalnya, pembicaraan seksualitas bisa menyangkut perkembangan organ seksual, hingga fungsi, dan perkembangan seksual yang menyertainya. Dari dimensi psikososial, dapat meliputi faktor psikis yakni emosi, pandangan, dan kepribadian yang berkolaborasi dengan faktor sosial, yaitu bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungannya secara seksual. Sedangkan dari dimensi klinis, bisa berarti membicarakan seks dari sisi kesehatan seksual. Sehingga perlu dibedakan anatara identitas seksual. Diantaranya adalah sebagai berikut: a. Disebut laki-laki, ketika seseorang secara biologis memiliki kromosom seks sebagai laki laki, memiliki penis sebagai organ seks eksternal dan buah zakar sebagai sistem reproduksi internal. b. Disebut perempuan, ketika seseorang secara biologis memiliki kromosom seks sebagai perempuan, memiliki vagina sebagai organ seks eksternal dan rahim serta indung telur sebagai sistem reproduksi internal. c. Disebut interseks, ketika ketika seseorang secara biologis memiliki kromosom seks, sistem organ reproduksi internal, dan organ seks eksternal yang tidak dapat dikategorikan sebagai laki-laki dan perempuan Adapun identitas gender adalah sebagai berikut: a. Transgender adalah seseorang yang memiliki identitas biologis yang tidak sama dengan identitas gendernya. Misalnya identitas biologisnya adalah laki-laki, namun memiliki tingkah laku ke perempuan-perempuanan. Atau sebaliknya identitas biologisnya adalah perempuan, namun memiliki tingkah laku kelakilakian. b. Transseksual adalah individu yang mengidentifikasikan dirinya sebagai lawan jenisnya dan membutuhkan karakteristik fisik seks sebagai lawan jenisnya.

c. Transvestite (cross dresser) mengacu pada seseorang (laki-laki) yang sering menggunakan pakaian dan mengasosiasikan diri sebagai bagian dari lawan jenisnya.

BAB III KESIMPULAN Dari pengamatan penulis serta analisis diatas, menunjukkan bahwa masyarakat kita adalah masyarakat yang mutikultural, baik dari bawaan lahir (kelamin) ataupun dari hsil bentukan keadaan social masyarakat itu sendiri. Sehingga yang paling diperlukan disini adalah sikap saling meghormati antar sesama. Menegenai hal ini, ada beberapa poin yang perlu kita ingat. Diantaranya adlah sebagai berikut: a. Dalam DUHAM (10 Des 1948), hak hidup dengan bebas, hak untuk memeluk agama, hak untuk memperoleh perlakuan yang sama, hak atas perlindungan hukum, hak untuk berkeluarga, bahkan hak untuk bekerja mendapatkan pengakuan dan perlindungan secara internasional. b. Dikembangkan jadi ICCPR (Hak-Hak Sipil dan Politik) dan ICESCR (Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya) tahun 1996 . c. CEDAW (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women) tahun 1979, meurupakan bentuk munculnya wacana kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, justru bermula dari adanya kondisi yang tidak setara antara perempuan dan laki-laki. Yang dimaksud dengan kondisi yang tidak setara di sini adalah adanya perbedaan karakteristik biologis antara perempuan dan lakilaki. Sehingga sudah, bahwa kewajiban untuk saling menghormati dan menghargai segala perbedaan adalah besifat mutlak. Karena dimanapun berda, manusia bersifat heterogen, plural dan multicultural. Hal ini tidak dapat dinafikan Adapun mengenai prilaku waria yang yang bertentangan dengan dasar syariat islam, hal ini kembali ke masing-masing personalitas. Karena agama dan kepercayaan merupakan wilayah prifaik (individu). Dan masing-masing dari kitalah yang akan mempertanggung jawabkan kepada Maha Kuasa.

10

Anda mungkin juga menyukai