Anda di halaman 1dari 9

LARANGAN TABARRUJ PERSPEKTIF TAFSIR MAQASIDI IBNU ‘ASYUR

Amaliatus Sholihah, Siti Muplihah, Tajudin Subki, Yoga Setiyawan


Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri
Email: tajudinsubqi11@gmail.com

ABSTRAK

Pada zaman modern ini berbagai wacana terkait dengan perempuan banyak
bermunculan. Pada kenyataanya sekarang, hampir seluruh gerakan
perempuan, lazimnya disebut dengan gerakan feminisme, yang mana selalu
menyuarakan hak bagi perempuan untuk berkarir di luar rumah. Islam
memang tidak melarang hal tersebut. Berhias dan memakai perhiasan
merupakan hal yang wajar dilakukan oleh kaum perempuan karena sudah
menjadi fitrahnya ingin tampil cantik dan elegan. Ironisnya, kecantikan yang
mereka perjuangkan tersebut hanya bertujuan untuk dipamerkan di hadapan
yang bukan mahram mereka, bukan dihadapan suami. Islam memandang
fenomena ini dengan istilah tabarruj. Penelitian ini bertujuan untuk
memahami makna tabarruj dalam al-Qur’an serta memahami maqashid dari
larangan tabarruj menurut tafsir maqasidi Ibnu ‘Asyur. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode deskriptif analalisis dengan pendekatakan
kualitatif. Sumber data primer penelitian ini adalah tafsir Al-Tahrir wa Al-
Tanwir karya Ibnu ‘Asyur. Adapun data sekunder didapatkan dari jurnal-
jurnal maupun buku terkait dengan tabarruj.
Kata kunci: tabarruj,tafsir maqashidi, Ibnu ‘Asyur

PENDAHULUAN

Perkembangan dan perubahan zaman yang ditandai dengan kemajuan


sains dan teknologi telah melahirkan generasi manusia yang cenderung
‘mundur’ dari segi moral. Dampak yang bisa kita lihat secara langsung adalah
sikap, pandangan, dan perilaku kaum perempuan, serta pandangan dunia
terhadap kaum perempuan. Berbagai wacana terkait dengan perempuan
banyak bermunculan pada zaman modern ini. Wacana seperti emansipasi,
feminisme, dan kesetaraan gender menjadi wacana yang banyak disuarakan.
Wacana-wacan seperti ini ide awalnya selaras dengan perjuangan agama
Islam, dalam mengangkat harkat kaum perempuan. Namun, pada

1
perkembangannya justru menjadi gerakan-gerakan yang sangat liberal, dan
tidak jarang bertentangan dengan nilai-nilai agama.1
Pada kenyataanya sekarang, hampir seluruh gerakan perempuan,
lazimnya disebut dengan gerakan feminism, yang mana selalu menyuarakan
hak bagi perempuan untuk berkarir di luar rumah. Islam memang tidak
melarang hal tersebut. Berhias dan memakai perhiasan merupakan hal yang
wajar dilakukan oleh kaum perempuan karena sudah menjadi fitrahnya ingin
tampil cantik dan elegan. Namun disamping itu, Islam juga memberikan
batasan dan atruran-aturan tertentu dalam berhias. Demi mendapatkan label
cantik dari orang lain, perempuan berhias dan berpakaian dengan cara
mereka. Ironisnya, kecantikan yang mereka perjuangkan tersebut hanya
bertujuan untuk dipamerkan di hadapan yang bukan mahram mereka, bukan
dihadapan suami.2 Fenemona seperti hal ini menimbulkan kesan negatif
dalam kehidupan sosial bermasyarakat, di mana para perempuan berlomba-
lomba pada urusan dunia sehingga lupa akan kehidupan akhirat, dengan
tujuan ingin terlihat fashionable. Islam memandang fenomena ini dengan
istilah tabarruj.
Istilah tabarruj dari bahasa Arab al buruj yang berarti bangunan
benteng, istana atau menara, yang menjulang tinggi. Wanita yang ber-
tabarruj berarti dia yang menampakkan tinggi-tinggi kecantikannya,
sebagaimana benteng atau istana atau menara yang menjulang tinggi-tinggi.
Demi menjaga masyarakat dari bahaya tabarruj, menjaga tubuh wanita dari
tindak kejahatan, dan demi menghindarkan jiwa kaum laki-laki agar jangan
tertipu serta tersungkur dalam kenistaan, maka Allah yang maha mengetahui
lagi maha bijaksana melarang kaum wanita ber-tabarruj.3

1
M. Hasbi Umar dan Abrar Yusra, “Perspektif Islam tentang Tabarruj dalam
Penafsiran Para Ulama,” Jurnal Literasiologi 3, no. 4 (6 Juli 2020),
https://doi.org/10.47783/literasiologi.v3i4.124.
2
Mahfidhatul Khasanah, “Adab Berhias Muslimah Perspektif Ma’nā -cum-Maghzā
tentang Tabarruj dalam QS Al-Ahzab 33,” Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan 16,
no. 2 (15 Desember 2021): 171–84, https://doi.org/10.37680/adabiya.v16i2.920.
3
Mariyatul Alawiyah, “Kosep Tabarruj dalam Al-Qur’an dan Kontekstualisasinya
dalam Kehidupan Sosial di Era Modern (Studi Penafsiran M Quraish Shihab)” (UIN Kiai Haji
Achmad Siddiq Jember, 2022).

2
Atas latar belakang tersebut, penulis memcoba untuk menggali
mengenai tabarruj yang terdapat dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 33,
dari perspektif tafsir maqasidi Ibnu Asyur. Adapun rumusan masalahnya
adalah; Bagaimana makna tabarruj dalam al-Qur’an; Bagaimana penafsiran
ayat tabarruj; Bagaimana maqashid dilarangnya tabarruj menurut Tafsir
Maqasidi Ibnu ‘Asyur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami
konsep dari tabarruj serta memahami maqashid ayat tabarruj.
Penelitian tentang tabarruj sudah pernah dilakukan oleh beberapa
peneliti terhaduhulu salah satunya penelitian Mahfidhatul Khasanah (2021),
“Adab Berhias Muslimah Perspektif Ma’na-cum-Maghza tentang Tabarruj
dalam QS Al-Ahzab 33,” UIN Sunan Kalijaga. Dalam penelitian tersebut
disimpulkan bahwa tabarruj adalah perilaku buruk perempuan yang berhias
secara berlebihan di era jahiliyyah dan menjadi relevan kembali saat ini.
meskipun ayat tersebut ditunjukkan kepada istri-istri Nabi Saw, namun tetap
relevan bagi semua wanita Muslim hingga saat ini karea pesan moralnya
yang universal.4
Penelitian ini dengan penelitian terhadulu terdapat persamaan, yaitu
sama-sama membahas tentang tabarruj. Adapun perbedaannya adalah
mengenai pendekatan dan perspektif yang dilakukan, pada penelitian
sebelumnya menggunakan perspektif Ma’na-cum-Maghza melalui
pendekatan semantik. Sedangkan penelitian sekarang menggunakan
perspektif tafsir maqasidi Ibnu Asyur.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tabarruj

Kata tabarruj merupakan kata dasar dari bentuk kata kerja depan
tabarraja. Kata itu sendiri merupakan kata turunan (musytaqq) bentuk dasar
tsulatsi dari kata baraja-yabruju yang berarti: tampak dan naik atau tinggi.
Kata tabarraja telah menjadi istilah yang dikhususkan bagi kaum perempuan,

4
Mahfidhatul Khasanah, “Adab Berhias Muslimah Perspektif Ma’nā -cum-Maghzā
tentang Tabarruj dalam QS Al-Ahzab 33,” Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan 16,
no. 2 (15 Desember 2021): 171–84, https://doi.org/10.37680/adabiya.v16i2.920.

3
sehingga di dalam Al-Munjid fi al-Lughah dituliskan yang artinya sebagai
berikut: “perempuan bertabarruj sama dengan perempuan yang
menampakkan perhiasan dan kecantikannya kepada orang-orang asing”.5
Konsep tabarruj menimbulkan perbedaan penafsiran di kalangan
mufasir. Menurut Ibnu Katsir misalnya, tabarruj adalah wanita yang keluar
rumah dengan berjalan di hadapan laki-laki dengan maksud mengundang
nafsu mereka. Tabarruj adalah menampakkan perhiasan dan kemolekan
yang justru seharusnya ditutupi karena dapat mengundang syahwat laki-laki.
Pengertian tabarruj juga meliputi pengertian berlenggak-lenggok di hadapan
laki-laki seperti mempertontonkan rambut, serta perhiasan seperti kalung,
permata, dan sejenisnya.6
Selain Ibnu Katsir, beberapa ulama juga memberikan definisi tentang
tabarruj, diantaranya:
1. Syeikh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, mendefinisakn tabarruj
yaitu larangan memperlihatkan perhiasan yang wajib ditutup. 7 Dalam
arti bahwa yang biasanya tidak diperlihatkan oleh wanita baik-baik
atau mengenakan perhiasan yang berlebiha atau mengenakan sesuatu
yang tidak wajar dipakai dengan maksud untuk menarik syahwat laki-
laki.
2. Sayid Sabiq, menurutnya tabarruj adalah keluarnya perempuan dari
kesopanan dan menampakkan bagian-bagian tubuhnya yang dapat
mengundang fitnah dan senghaja mengumbar kecantikan.8
3. Ahmad Musthafa Al-Maraghi, mendefinisikan tabarruj adalah wanita
yang menampakan sebagian kecantikannya yang seharusnya ia
tutupi.9

5
Umar dan Yusra, “Perspektif Islam tentang Tabarruj dalam Penafsiran Para Ulama.”
6
Khasanah, “Adab Berhias Muslimah Perspektif Ma’nā -cum-Maghzā tentang
Tabarruj dalam QS Al-Ahzab 33,” 15 Desember 2021.
7
Masyiatillah, M. (2021). Kontekstualisasi ayat-ayat tabarruj dalam penafsiran Syekh
Muhammad Mutawalli Asy-Sya'rawi (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati
Bandung).
8
Umar dan Yusra, “Perspektif Islam tentang Tabarruj dalam Penafsiran Para Ulama.”
9
Khasanah, “Adab Berhias Muslimah Perspektif Ma’nā -cum-Maghzā tentang
Tabarruj dalam QS Al-Ahzab 33,” 15 Desember 2021.

4
Perbedaan-perbedaan dalam pemaknaan tabaruj, tidak terlepas dari
penafsiran-penafsiran oleh ulama-ulama tersebut terhadap ayat yang
menjadi rujukan tabarruj, yaitu Q.S al-Ahzab ayat 33.

B. Teori Maqasid Syari’ah Ibnu Asyur

Definisi Ibnu ‘Ā syū r tentang maqā ṣid asy-syarīʻah secara umum bahwa
istilah maqā sid terangkum sejumlah makna maʻā nī, ḥ ikam, awṣā f dan tujuan
umum. Ia mengatakan:

‫ِه َي اْلَم َع ايِن َو اُحْلْك ُم اْلَم ْلُح وَظ ُة ِللَّش اِر ِع يِف ِمَج ي ِع اْح َو اٍل ِلَتْش ِر يٍع َأْو ُمْع َظِم َه ا‬

‫َحِبْيُث اَل ْخَتَتُّص ِبَنْو ٍع َخ اٍّص ِم ْن َأْح َك اِم الَّش ِر يَعِة َفَي ْد ُخ ُل يِف َه َذ ا َأْو َص اُف‬

‫الَّش ِر يَعِة َو َغاَيُتَه ا اْلَعاَّم ُة‬

Yaitu maʻāni dan ḥikam yang terlihat [dikehendaki] asy-Syāriʻ (Allah)


dalam seluruh atau sebagian besar ahwal pembentukan syariat, tidak
terbatas pada jenis hukum syariat tertentu saja dengan demikian
termasuk dalam (pengertian) ini awṣāf syariat, tujuan syariat yang
umum.

Selain makna-makna yang telah diterangkan, dari definisi maqā ṣid


syarīʻah khusus yang dikemukakan Ibnu ‘Ā syū r dipahami maqā sid juga
berarti interpretasi suatu teks. Ia mengatakan:

‫ِه اْلَك ِف َّيا اْل ْق و ُة ِللَّشاِر ِع ِلَت ِق يِق َق اِص ِد الَّناِف ِة‬
‫َع‬ ‫ْح َم‬ ‫َي ْي ُت َم ُص َد‬

Yaitu cara-cara yang diinginkan pembuat syariat untuk mewujudkan


kegiatan-kegiatan manusia yang bermanfaat.10

10
Fatmah Taufik Hidayat, “Pemikiran Ibn Ā syū r Tentang Qawai’d Al-Maqā ṣid Al-Lughawiyah
Serta Implikasinya Dalam Menafsirkan Al-Qur’an,” An-Nida’ 45, no. 1 (2021): 115,
https://doi.org/10.24014/an-nida.v45i1.19275.

5
Ibnu ‘Asyur mempunyai langkah untuk menemukan maqashid syariah,
beliau menawarkan beberapa langkah, antara lain:

1. Melakukan observasi secara induktif atau istiqra’, dengan cara


mengkaji syari’at dari semua aspek, Ibnu Asyur memetakan objek
induksi pada dua kategori, yaitu:
a. Meneliti semua hukum yang diketahui alasan hukumnya melalui
masalik al-‘illah (penetapan ‘illah).
b. Meneliti dalil-dalil hukum yang sama ‘illatnya hingga yakin bahwa
‘illat tersebut adalah maqshad (tujuan) yang dikehendaki syar’i.
2. Menemukan dalil-dalil melalui petunjuk tekstual al-Qur’an. Untuk itu,
Ibnu Asyur mensyaratkan adanya kemungkinan tersebut di luar teks
al-Qur’an.
3. Menemukan dalil-dalil sunah yang mutawatir, baik mutawatir
maknawi melalui kesaksian para sahabat terhadap Nabi, maupun
mutawatir ‘amali melalui kesaksian sahabat secara individu terhadap
perbuatan Nabi secara berulang-ulang.

Selanjutnya Ibnu Asyur menawarkan langkah-langkah untuk mendeteksi


maqashid, di antaranya yaitu:

1. Menetapkan beberapa hukum yang diketahui ‘illatnya, dan


selanjutnya menggali hikmah yang dimaksud syara’.
2. Menetapkan dalil-dalil hukum yang bersekutu dalam satu ‘illat, hingga
adanya kemungkinan bahwa ‘illat tersebut adalah maksud syar’i.11

C. Penafsiran Q.S Al-Ahzab Ayat 33

Berikut redaksi Q.S al-Ahzab ayat 33:

11
Umayyah, “Tafsir Maqashidi: Metode Al-Ternatif Dalam Penafsiran Al-Qur’an,” Diya Al-
Afkar 4, no. 01 (2016): 36–58.

6
‫َو َقْر َن ْيِف ُبُيْو ِتُك َّن َو اَل َتَبَّر ْج َن َتَبُّر َج اَجْلاِهِلَّيِة اُاْلْو ىٰل َو َاِقْم َن الَّص ٰل وَة َو ٰاِتَنْي الَّزٰك وَة‬
‫ِت‬ ‫ّٰل ِل ِه‬ ‫ِا‬ ‫ِط ّٰل‬
‫َو َا ْع َن ال َه َو َرُسْو َلهٗۗ َمَّنا ُيِر ْيُد ال ُه ُي ْذ َب َعْنُك ُم الِّر ْج َس َاْه َل اْلَبْي َو ُيَطِّه َر ُك ْم‬
٣٣ ‫َتْطِه ْيًر ۚا‬
Tetaplah (tinggal) di rumah-rumahmu dan janganlah berhias (dan
bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu. Tegakkanlah
salat, tunaikanlah zakat, serta taatilah Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah hanya hendak menghilangkan dosa darimu, wahai
ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.12

Menurut Syeikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam tafsirnya yaitu Al-
Wajiz, menjelaskan bahwa:
Menetaplah di dalam rumah, jangan terlalu banyak keluar tanpa
keperluan yang disyariatkan. Jangan kalian tampakkan perhiasan
(bersolek/menampakkan kecantikan) yang wajib kalian tutupi sehingga
tidak mengundang syahwat para laki-laki. Dirikanlah shalat pada awal waktu,
tunaikanlah zakat fitrah, dan taatilah perintah syariat Allah dan rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah hanya ingin membersihkan kalian dari dosa-dosa dan
mensucikan kalian dari segala yang kotor wahai ahlu bait (keluarga nabi).”
Maksud ahlul bait dalam ayat ini adalah para istri Nabi. Asy-syaukani
mengatakan: Ini adalah kebenaran, ayat ini turun kepada/untuk para istri
Nabi. Sebelum ayat ini maupun sesudah ayat ini. Ayat ini bukan untuk
keluarga Ali dan istrinya Fatimah atau putera-puteranya radliyallahu ‘anhum.
Seperti maksud kata ahlul bait pada surat Hud adalah istri Nabi Ibrahim.13
Dalam redaksi tafsir tersebut, tidak disebukan bahwa ayat tersebut juga
berlaku untuk perempuan secara umum. Salah satu ulama kontemporer

D. Tabarruj menurut Tafsir Maqasidi Ibnu ‘Asyur

12
Al-Qur’an Kemenag 2019.
13
“Surat Al-Ahzab Ayat 33 Arab, Latin, Terjemah Dan Tafsir | Baca Di TafsirWeb,”
diakses 31 Oktober 2023, https://tafsirweb.com/7645-surat-al-ahzab-ayat-33.html.

7
Di dalam tafsir Al-Tahrir Wa Tanwir karya Ibnu ‘Asyrur menjelaskan
potongan ayat, “dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang jahiliyah yang dahulu”. Tabarruj memiliki makna seorang
perempuan yang menampakkan keelokan tubuh, pakaian, dan perhiasan di
hadapan laki-laki. Isyarat ini juga sama dengan Q.S. Al-Nur: 60.

Penisbatan tabarruj kepada kaum jahiliah terdahulu mengandung


makna supaya perempuan menjauhi berhias secara berlebihan. Tujuannya
adalah agar senantiasa mereka terjaga dan terjauh dari hal-hal yang dilarang
Allah. Hal ini juga dilarang kepada perempuan secara umum, karena pada
saat ayat ini diturunkan ada beberapa orang perempuan munafiq yang masih
mengikuti tradisi yang pernah ia lakukan pada zaman jahiliah dahulu. Maka
seruan Allah di ayat ini untuk mencegah semua perempuan supaya tidak
bertabarruj lagi.

Adapun larangan tabarruj kepada isrti-istri nabi tetap berlaku, bahkan


dalam perkara perempuan biasa diberi keringanan untuk mengerjakannya,
tapi tidak untuk mereka, seperti bertabarruj di rumah. Untuk perempuan
biasa hal ini diperbolehkan, tetapi bagi mereka tetap dilarang karena
meninggalkan tabarruj adalah sebagai bentuk kesempurnaan dan kesucian
dari segala hal yang mengotori jiwa mereka.

E. Maqashid Syari’ah Larangan Tabarruj

Sasaran larangan tabarruj yang dinyatakan dalam al- Qur'an adalah:

a. Untuk menghilangkan perbuatan dosa (rijs); dá n untuk pembersihan


diri sebersih-bersihnya (QS. Al-Ahzab: 33).
b. Agar mudah dikenali sebagai wanita terhormat, sehingga tidak
diganggu oleh orang-orang yang hatinya kotor (QS. Al-Ahzab: 59)

KESIMPULAN

8
DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, Mariyatul. “Kosep Tabarruj dalam Al-Qur’an dan


Kontekstualisasinya dalam Kehidupan Sosial di Era Modern (Studi
Penafsiran M Quraish Shihab).” UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember,
2022.

Khasanah, Mahfidhatul. “Adab Berhias Muslimah Perspektif Ma’nā -cum-


Maghzā tentang Tabarruj dalam QS Al-Ahzab 33.” Al-Adabiya: Jurnal
Kebudayaan dan Keagamaan 16, no. 2 (15 Desember 2021): 171–84.
https://doi.org/10.37680/adabiya.v16i2.920.

Rifqi, M. Ainur, dan A. Halil Thahir. “Tafsir Maqasidi: Membangun Paradigma


Tafsir Berbasis Mashlahah.” Millah 18, no. 2 (16 Februari 2019): 335–56.
https://doi.org/10.20885/millah.vol18.iss2.art7.

“Surat Al-Ahzab Ayat 33 Arab, Latin, Terjemah Dan Tafsir | Baca Di


TafsirWeb.” Diakses 31 Oktober 2023. https://tafsirweb.com/7645-
surat-al-ahzab-ayat-33.html.

Sutrisno, Sutrisno. “Paradigma Tafsir Maqasidi.” Rausyan Fikr: Jurnal Studi


Ilmu Ushuluddin dan Filsafat 13, no. 2 (5 Februari 2018): 321–57.
https://doi.org/10.24239/rsy.v13i2.269.

Syahridawati, Syahridawati. “Fenomena Fashion Hijab dan Niqab Perspektif


Tafsir Maqā sidi.” Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 22, no. 2 (30
Oktober 2020): 135. https://doi.org/10.22373/substantia.v22i2.8206.

Umar, M. Hasbi, dan Abrar Yusra. “Perspektif Islam tentang Tabarruj dalam
Penafsiran Para Ulama.” Jurnal Literasiologi 3, no. 4 (6 Juli 2020).
https://doi.org/10.47783/literasiologi.v3i4.124.

Anda mungkin juga menyukai