Anda di halaman 1dari 26

DRAFT PROPOSAL

Nama: Harlian

Nim : 30100119070

Prodi: Aqidah dan Filsafat Islam

Fakultas: Ushuluddin dan Filsafat

Judul: Stereotip Pakaian Cadar (Studi Kasus Atas Masyarakat Reo,

Manggarai)

A. Latar Belakang

Penutup wajah yang dikenal dengan cadar sangatlah berkaitan dengan

kerudung atau hijab. Menjadi wanita dengan pribadi yang baik dan terhormat di

sisi Allah swt. maupun manusia telah diatur dalam Islam. Salah satu aturan

tersebut yaitu dengan menutup aurat bagi perempuan. Menutup aurat dilakukan

agar perempuan dapat selalu menjaga harkat dan martabatnya dengan sebaik
mungkin. Kewajiban menutup aurat untuk perempuan telah diatur sebagaimana

firman Allah. Yang tercantum dalam QS al-Azhab/33:59:

‫ٰٓيَاُّيَها الَّن ُّي ُقْل َاِّلْز ا َك َبٰن ِتَك ِنَس ۤا ِء اْلُم ْؤ ِمِنْيَن ُيْد ِنْيَن َع َلْي َّن ِم ْن َج اَل ْي َّۗن‬
‫ِب ِبِه‬ ‫ِه‬ ‫َو‬ ‫َو ِج َو‬ ‫ِب‬
1
٥٩ ‫ٰذ ِلَك َاْد ٰن ٓى َاْن ُّيْع َر ْفَن َفاَل ُيْؤ َذ ْيَۗن َو َك اَن ُهّٰللا َغ ُفْو ًرا َّر ِح ْيًم ا‬

Artinya:
’wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu anak-anak prempuanmu,dan
istri-istri orang mukmin. ’hendaklah ia menutupkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka yang demikian itu agar mereka lebih dikenali, sehingga
mereka tidak diganggu dan Allah maha pengampun maha penyayang’’.
(QS.Al-Ahzab ayat 59).
1
Al-Quran Surah Al-Ahzab Ayat 59
Terdapat dua tujuan utama dalam syariat berpakaian bagi Muslimah yaitu

pertama, menjaga diri dari fitnah dengan menutup aurat dan kedua, menutup aurat

untuk menghormati agar sebagai pembeda dengan yang lainnya.2 Bahkan,

beberapa ulama memberikan pendapat bahwa bagi wanita, jilbab merupakan

kebutuhan yang mutlak dimana jilbab bukanlah hal yang lumrah dan sudah biasa

digunakan.

M.Qura’sh Shihab dalam penelitiannya mengemukakan bahwa

penggunaan cadar bukanlah budaya arab. 3 Murtada Muthahhari yang merupakan

filsuf dan cendekiawan kontemporer memberikan pendapat bahwa cadar

merupakan pakaian yang berfungsi untuk menutupi keseluruhan tubuh wanita.

Sebenarnya, penggunaan cadar telah dilakukan jauh sebelum kedatangan Islam

yaitu pada masa kalangan bangsa kuno utamanya bangsa Persia di kerajaan Iran.

Eksistensi cadar di wilayah tersebut sudah menjadi tuntutan bahkan aturannya

lebih keras dibandingkan ajaran Islam yang sesungguhnya.

Penggunaan cadar baru-baru ini dapat digambarkan sebagai fenomena

khususnya di kalangan wanita muslimah Indonesia. Awalnya, cadar digunakan

dengan dominasi warna yang gelap. Namun, seiring berjalannya waktu banyak

muslimah yang menggunakan cadar dengan warna yang terang dan hal itu
membuat mereka terlihat mencolok. Wanita muslimah yang bercadar bukanlah

sesuatu yang baru lagi terlebih di Indonesia dimana, banyak muslimah yang

menggunakan cadar. Namun, organisasi Islam yang fundamentalis dan fanatik

masih sering dikaitkan atau bahkan mereka terkait dengan hal itu. Pemahaman

mereka tentang ideologi secara fundamental yaitu Islam ditafsirkan kembali

secara klasik dan berkonsep konvensional4. Kalangan intelektual sebenarnya

masih mempedebatkan terkait penggunaan dan hukum dari cadar tersebut.

2
Syuqqah, A.,& Abdussalam, M. Busana dan Perhiasan Wanita Menurt Al-Quran dan
Hadis. (Bandung: Al Bayan.1995), h.20.
3
Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah (Jakarta: Lentera Hati, 2014), h.48.
4
Badarussyamsi, Fundamentalisme Islam Kritik Atas Barat, (Yogyakarta: PT.Lkis
Pelangi Aksara, 2015). h.75.
Mereka memberikan argumen dan pemahaman akan pandangan syariah dari

menggunakan cadar. Terdapat berbagai pendapat terkait penggunaan cadar yaitu

ada yang mengatakan bahwa cadar hanya untuk perempuan yang menawan

(cantik) untuk menghindari fitnah dan juga ada yang mengatakan bahwa sunnah

dan wajib dalam penggunaannya. Penggunaan cadar cenderung dianggap oleh

masyarakat adalah hal yang berlebihan dalam berpakaian dan interaksi sosial

orang yang menggunakannya cenderung menutup diri. Hal itulah yang

menyebabkan kekhawatiran akan perbuatan yang menyalahgunakan cadar untuk

mencapat suatu tujuan/kepentingan yang akan merugikan.

Penggunaan cadar biasanya juga dilakukan degan memadukan penutup

wajah dengan jilbab sehingga yang terlihat hanyalah kedua mata saja. Bahkan

penggunaan cadar juga biasanya dibarengi dengan penutup telapak tangan.

Perkara menutup aurat seperti cadar pada dasarnya merupakan kelanjutan dari

berjilbab. Bukan hanya itu, wanita muslimah yang menggunakan cadar biasanya

akan membatasi sikap dan perilakunya dalam berinteraksi terkhusus bagi yang

bukan mahram (lawan jenis) sebagai bagian untuk menghindari diri dari fitnah

dan dosa. Cadar bukanlah hanya persoalan busana, akan tetapi hal ini terkait

sebagai bentuk membedakannya dengan agama lain (ekspresi identitas


keagamaan). Tidaklah heran jikalau terjadi perbedaan pendapat atau bahkan

perdebatan khususnya di wilayah Indonesia terkait cadar tersebut. Perbedaan

dalam kesesuaian berpakaian dan pemahaman agama tersebut sering kali

memunculkan konflik yang diperparah denga maraknya pemberitaan terkait

terdakwa terorisme yang bercadar yang tersebar di berbagai media baik media

cetak maupun media elektronik.

Stereotipe negatif masih melekat pada wanita bercadar menurut

pandangan masyarakat. Padahal bukanlah keputusan yang mudah bagi wanita

tersebut untuk mengenakan cadar. Apalagi secara umum masyarakat di Indoesia

menganggap bahwa wanita berkewajiban menutup auratnya hanya dengan

menggunakan jilbab. Oleh karena itu, penggunaan cadar di Indoneisa masih


jarang sehingga cukup tabu di kalangan masyarakat. Hal tersebut menyebabkan

mereka mengalami pembeda dan dianggap sebagai minotitas (golongan kecil)

diantara umat islam lainnya. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan sebuah kajian

terkait latar belakang seorang wanita muslimah memutuskan menggunakan cadar

dan resiko apa yang mereka terima dalam stigma masyarakat sebagai masyarakat

minoritas.5

Wanita muslimah pada umumnya di Indonesia menjadikan alternatif

penutup aurat yaitu jilbab dan pakaian muslimah. Bukan hanya untuk menutup

aurat, pakaian tersebut juga dijadikan sebagai tanda dalam membangkitkan makna

sosial. Di Indonesia, penggunaan jilbab juga memiliki arti bagi wanita muslimah

sebagai aset dalam berpakaian. Fenomena yang dapat dilihat dengan semakin

merebaknya muslimah yang menggunakan pakaian muslimah yaitu penggunaan

cadar oleh wanita muslimah.

Islam memberikan pengertian akan cadar sebagai penutup aurat yaitu

telapak tangan dan wajah yang longgar dan tebal. Penggunaan cadar di Indonesia

sendiri dapat ditemui di seluruh wilayah Indonesia dimana penyebarannya hingga

di daerah-daerah di Indonesia. Namun, anggapan akan sikap fanatisme dalam

beragama oleh masyarakat terhadap wanita bercadar menimbulkan penolakan


yang bahkan mereka sering kali dianggap sebagai islam yang radikal. 6

Berbagai penolakan dan pertentangan juga dialami oleh wanita muslimah

yang menggunakan cadar utamanya yang terkait dengan pelayanan publik.

Masyarakat menganggap bahwa ketakutan wanita Muslimah dalam bersosialisasi

dengan masyarakat menjadi alasan mereka menggunakan cadar. Bahkan, individu

5
Jasperse.2012. Identitas, yang Dianggap Religious Diskriminasi, dan Psikologis
Kesejahteraan di Imigran Muslim Wanita. Psikologi terapan: AnUlasan Internasional.61, h.250-
271.
6
Azwar,S.(2003). Sikap Manusia:Teori dan Pengukurannya.Edisi 1.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
yang tidak memiliki relasi (hubungan) dengan wanita bercadar akan menimbulkan

jarak berupa terjadi pembeda kelompok tersebut dengan yang lain. 7

Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat dapat dilihat dari hubungan

individu tersebut dengan individu lainnya. Ada yang memiliki hubungan yang

begitu dekat dan lekat, ada juga yang kurang dalam segi hubungan sehingga jarak

sosial tidak dapat terhindarkan. Social distance atau jarak sosial memiliki konsep

dalam mengukur seberapa jauh dan dekat hubungan psikologis sebagai individu

yang termasuk dalam sebuah kelompok dangan kelompok lainnya. Chaplin J.P

(2011) memberikan pandangan bahwa jarak sosial dapat didefinisikan sebagai

suatu derajat atau tingkatan guna mengetahui apakah terdapat perbedaan antara

individu ataupun kelompok dengan individua tau kelompok yang lain. Heslin

(2016) juga memberikan pendapat terkait pengertian dari jarak sosial dimana

indikator dalam mengukur hubungan, penerimaan dan kedekatan dengan

kelompok lain merupakan jarak sosial. Jarak sosial (social distance) dapat juga

diartikan sebagai perbedaan/jarak dalam hubungan priskolongas antara dua invidu

atau lebih. Jarak tersebut tercipta karena adanya pengaruh terhadao tujuan dan

keinganan untuk melakukan kontak sosial yang lebih intens (akrab) 8

Hubungan dan relasi seseorang ataupun kelompok dapat dilihat


berdasarkan jarak sosial yang terjadi. Semakin jauh sebuah hubungan tentunya

akan berpengaruh pada bagaimana mereka bersatu dan bergabung. Dimensi akan

hubungan (interaksi) antar anggota dalam kelompok dengan berbagai perbedaan

dapat mengindikasikan terjadi jarak sosial. Jarak tersebut dapat kerupa hubungan

yang dalam (intim) ataupun tidak berhubungan sama sekali (terasingkan).

Manusia dalam menjalani kehidupan tentunya akan selalu ada jarak yang tercipta.

Interaksi sosial oleh individu yang dekat dengan lainnya memberi pengaruh akan

interaksi individu tersebut dengan yang lainnya. Semakin dekat interaksi yang

7
Azwar,S.(2003). Sikap Manusia:Teori Dan Pengukurannya. Edisi 1.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
8
Azwar,S.(2003). Sikap Manusia:Teori Dan Pengukurannya. Edisi 1.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
terjadi maka semakin intens hubungan yang ada dibandingkan dengan seseorang

dengan jarak sosial yang jauh. 9

Dalam pemakaian cadar di wilayah Indonesia khususnya di Masyarakat

Reo kabupaten manggarai dianggap sebagai sesuatu yang berbeda. Hal tersebut

memunculkan perspektif dan pandangan yang berbeda antar masyarakat akan

keberadaan perempuan yang menggunakan cadar. Terdapat berbagai perspektif

masyarakat akan wanita yang menggunakan cadar yaitu ada yang berpendapat

bahwa salah satu syariat islam yaitu menggunakan cadar bagi Muslimah untuk

menutup aurat. Ada juga yang mengatakan bahwa menggunakan cadar hanyalah

budaya arab dan bukan termasuk syariat. Bahkan, sebagian dari mereka

beranggapan bahwa penggunaan cadar oleh perempuan Muslimah akan

menimbulkan sekat dalam berinteraksi sehingga mereka lebih tertutup dan kurang

baik dalam hal berhubungan. Oleh karena itu penulis ingin meneliti terkait dengan

“Stereotip Pakaian cadar (Studi Atas Masyarakat Reo, Manggarai). Peneliti

melakukan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendapat

masyarakat Reo Terhadap pemakaian cadar dan juga ingin mengetahui bagaimana

respon masyarakat Reo terhadap Stigma dan Stereotip

B. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus


1. Fokus penelitian

Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui stereotip pakaian cadar di

masyarakat Reo

2. Deskripsi fokus

Berikut merupakan deskripsi fokus penelitian ini berdasarkan fokus

penelitian yang telah dipaparkan:

a. Stereotip

Penilaian akan seseorang berdasar pada pandangan atau persepsi suatu

golongan atau kelompok akan orang tersebut merupakan pengertian dari stereotip.

9
Azwar,S. (2003). Sikap Manusia:Teori Dan Pengukurannya.Edisi 1. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Stereotip juga merupakan bentuk dari penilaian yang tidak seimbang atau tidak

objektif.

b. Pakaian Cadar

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) cadar merupakan i

pakaian yang berupa kain penutup muka ataupun kepala perempuan/wanita

muslimah sebagai upaya untuk menjaga dan melindungi diri dari yang bukan

mahrom (lelaki lain). Penggunaan cadar sebagai syariat Islam merupakan perintah

Allah swt. untuk perempuan muslim tanpa memberdakannya apakah dia seorang

muslim negara Iran ataupun tidak. Secara universal penggunaan cadar merupakan

sebuah syariat.

3. Masyarakat Reo

Masyarakat dapat didefinisikan sebagai kumpulan individu yang saling

bekerja sama dan menjalani hidup sebagai bagian untutk mencapai tujuan

bersama. Suatu masyarakat memiliki adat istiadat, norma-norma dan tatanan

kehidupan yang mengikat anggotanya untuk ditaati. Masyarakat Reo adalah

sekumpulan penduduk yang menempati diwilayah kecematan Reo, Kabupaten

Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur.

C. Rumusan Masalah

Sebagaimana latar belakang yang peneliti telah paparkan, maka pokok

masalah dalam penelitian ini adalah “(Stereotip Pakaian cadar (Studi Atas

Masyarakat Reo, Manggarai)”.

Berdasarkan pokok masalah tersebut maka yang menjadi Sub Masalah

adalah:

1. Bagaimana pendapat masyarakat Reo terhadap pemakaian cadar?

2. Bagaimana respon masyarakat Reo terhadap stigma dan stereotip terhadap

pemakaian cadar?

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Peneltian
a. Untuk Mengetahui Pendapat Masyarakat Reo Terhadap Pemakaian Cadar

b. Untuk Mengetahui Respon Masyarakat Reo Terhadap Stigma Dan Stereotip

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara Teoritis.

Peneliti berharap dengan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan,

ilmu dan pemahaman terkait dengan Stereotip pakaian cadar masyarakat

Reo, Manggarai.

b. Secara Praktis,

Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat berkontribusi terhadap

masyarakat umum khususnya memberikan pemahaman pada masyarakat

Reo Manggarai dalam memahami penggunaan cadar.

E. Kajian Pustaka

Adapun beberapa literatur penelitian terdahulu didapatkan peneliti adalah

sebagai berikut:

1. Izzatur Rusuli dengan judul peneltian yaitu “Motivasi Bercadar Dan

Responnya Terhadap Stereotip Negatif Pengguna Cadar”. 10 Tujuan dari

penelitian ini khususnya bagi wanita muslimah yaitu untuk mengetahui apa
motivasi mereka menggunakan cadar serta respon mereka akan berbagai

pandangan negatif (streotip negative) yang ditujukan kepada mereka. Adapun

penelitian ini hanya akan melakukan penelitian persepsi masyarakat terkait

pakaian cadar dan juga perbedaan lainnya yaitu lokasi dalam penelitian. Pada

penelitian ini hanya membahas terkait faktor yang mempengaruhi mahasiswa

fakultas dakwah dalam bercadar

2. Yuni Sara yang judul penelitiannya yaitu “Komunikasi Sosial Mahasiswi

Bercadar Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Uin Allaudin Makassar” .11 Pada

penelitian ini fokusnya membahas faktor yang mempengaruhi mahasiswi

fakultas dakwah dalam bercadar bukan mengenai Stereotip atau penilaian

masyarakat pemakaian cadar tersebut.


3. Sri Mukhti dengan judul Penelitian yaitu “ Penilaian Masyarakat Terhadap

Penggunaan Cadar Dikalangan Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Dan Studi

Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara” .12 Pada penelitian ini lebih

membahas terkait psikologis atau mental dari pemakai cadar di Fakultas

Ushuluddin dan Studi Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, hingga

menjadi perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yakni

terkait dengan stereotip atau penilaian dari masyarakat itu sendiri terkait

penggunaan cadar dan perbedaan lokasi penelitian yakni di kecematan Reo.

4. Tika Nofalia dengan judul penelitian yaitu ”Stigma Negatif Terhadap

Pengguna Cadar Di kalangan Mahasiswi Universitas Negeri Padang” .13 Pada

penelitian ini, fokus kajiannya yaitu apa yang menyebabkan pengguna cadar di

kalangan mahasiswa Universitas Negeri Padang mendapatkan stigma yang

negatif serta dampak dan upaya apa saja yang pengguna cadar dapatkan dan

lakukan akan stigma negatif tersebut. Peneliti menggunakan metode penelitian

kualitatif secara desktiptif. Adapun pembeda antara penelitian ini dan

penelitian yang akan dilakukan adalah lokasi dan narasumber dan terkait judul

adalah bagaimana penilian masyarakat Reo terhadap pemakaian cadar.

5. Muhammad Danil dengan judul penelitian yaitu” Cadar: Pengaruh Dan Proses
Membentuk Ulang Identitas Diri Dalam Keminoritasan” penelitian ini terkait

dengan mahasiswa bercadar di STAIN Mandailing Natal. 4 Penelitian yang

lebih mengarah pada identitas diri mahasiswa yang bercadar dan apa yang

menjadi alasan mahasiswa dalam memutuskan untuk bercadar, serta terkait

pengaruh mahasiswa setelah bercadar, sehingga hal ini menjadi pembeda

dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yakni terkait dengan bagaimana

penilaian masyarakat Reo terhadap pemakaian cadar oleh wanita muslimah di

Reo dan bukan terkait psikologis dari pemakai cadar tersebut.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Mengenal Cadar
1. Pengertian Cadar

Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, cadar merupakan

penutup muka atau penutup kepala. Dalam bahasa Arab, cadar disebut sebagai
niqab yang memiliki arti sebagai pakaian yang digunakan perempuan untuk

menutupi wajahnya. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

cadar merupakan pakaian yang digunakan wanita untuk menutupi wajah dan

kepalanya. Cadar tersebut membuat semuanya tertutup dan hanya kedua matanya

yang terlihat. 15

Cadar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kain penutup

kepala atau muka. Cadar dalam bahasa arab disebut niqab, yang berarti pakaian

wanita yang menutup wajah. Dengan demikian, cadar dapat dipahami sebagai

pakaian perempuan yang menutup bagian kepala dan wajah, sehingga nampak

hanya kedua matanya saja.10

Pengertian lain terkait perempuan yang menggunakan cadar adalah

mereka yang melaksanakan syariat dengan menggunakan hijab disertai dengan

penutup wajah sehingga hanya tampak matanya saja.

Wanita muslimah bercadar adalah mereka yang mengenakan hijab yang

sesuai syariat Islam karena dilengkapi dengan penutup wajah dan hanya

menampakan kedua mata.

Al–Hajib dapat diartikan sebagai Bawwab yang berarti juru kunci atau

penjaga pintu. Adapun Mutahajjibah dapat diartikan sebagai perempuan yang


menutup keseluruhan dirinya dengan pakaian sehingga yang tampak hanya

terbatas. Selanjutnya yaitu kata Mahjub yang memiiliki ditutupi atau sesuatu

yang tertutup. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa Al-Hijab

merupakan sebiah kata yang berarti penutup atau penghalang. Adapun niqab dan

khimar juga termasuk di dalamnya.

Lisa Aisyiyah Rasyid, memberikan pendapat terkait hukum cadar,

menurutnya khimar merupakan kata yang asalnya dari kata khamara-yakhmuru-

khamran. Kata tersebut memiliki arti menyimpan dan menyembunyikan suatu hal.

Adapun khamr merupakan semua minuman keras yang dapat menutup akal

10
Probblematika Hukum Cadar Dalam Islam: Sebuah Tinjauan Normatif-Historis Lisa
Aisyiyah Rasyidrosdalina Bukindo, h.77.
manusia. Khamar adalah isim mufrad. Adapun khumur/khurmakhmirah

merupakan kata jamak yang memiliki arti sebagai kain penutup kepala.

Ibnu Katsir, memberikan pengertian terkait khimar. Menurut beliau segala

sesuatu yang menutup wajah dan kepala (maqani) disebut sebagai khimar. Hal

senada juga dikemukakan oleh Abu hayyam dan Biqa’I bahwa kerudung yang

diletakkan diatas kepala merupakan khimar. Khimar sendiri memiliki dua macam

yaitu yang berfungsi untuk menutupi wajah dan kepala serta yang berfungsi untuk

menutupi kepala saja. 11

Arab Saudi maupun negara Timur tengah merupakan tempat dengan

banyak wanita muslimah yang menggunakan hijab bercadar. Hal tersebut salah

satunya dikarenakan faktor geografis yang ada di daerahnya yaitu berada di gurun

pasir sehingga iklim cuaca sangatlah panas. Adapun di Indonesia penggunaannya

dominasi dikarenakan dorongan diri sendiri ataupun karena lingkungan yang

mempengaruhi baik itu organisasi, teman, keluarga dan yang lain.

Pengertian cadar lain yang masih relevan dengan pengertian sebelumnya

yaitu sebuah kain yang menutupi sebagian dari wajah wanita muslimah dimana

hanya matanya saja yang terlihat, mulut maupun hidungnya tidak terlihat.

Sebagian dari masyarakat tentunya mengenal burqa yang tidak lain masih
merupakan sinonim dari niqob, khimar dan cadar. Cadar merupakan penutup

kepala sebagaimana menurut pengertiannya dalam KBBI atau Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Berdasarkan pemahaman tersebut, dapat diketahui bahwa cadar

merupakan pakaian yang digunakan wanita muslimah dengan tujuan menutupi

wajah dan kepalanya sehingga hanya mata yang nampak.

Penggunaan cadar oleh muslimah merupakan penggunaan hijab yang

sesuai dengan apa yang disyariatkan. Hal ini karena penggunaan cadar hanya

menampakkan matanya dan menutup kain keseluruhan yang lain. Hijab sendiri

merupakan masdar. Masdar memiliki arti sebagai pembatas ataupun penghalang

11
Probblematika Hukum Cadar Dalam Islam:Sebuah Tijauan Normatif-Historis Lisa
Aisyiyah Rasyidrosdalina Bukindo, h.77.
dari yang tampak dan dilihat. Masdar juga dapat merarti suatu hal yang ditutupi

(Al-Satir).

Merujuk pada bahasa Arabnya sendiri, niqab memiliki beberapa artian

yang dijabarkan berikut ini:

1. Qina yaitu cadar merupakan penutup yang berfungsi untuk menutupi wajah

dan hidung wanita muslimah yang terletak pada pucuk hidung.

2. Warna. Contonya yaitu niqaabul mar’ah yang memiliki arti warna kulit

perempuan. Hal ini dikarenakan penggunaan niqab dapat menutupi warna kulit

wanita dengan penggunaan warna yang serupa.

Adapun manfaat dari pemakaian cadar diantrannya adalah:

a. Dapat membantu laki-laki untuk menjaga pandangan dan juga dapat

menghindari berbagai macam fitnah

b. Penggunaan cadar dapat memuliakan wanita yang memakainya sehingga laki-

laki tidaklah dapat memberi penilaian berdasarkan pada bentuk fisik saja.

c. Agar wanita tidak terlihat menggoda dimata yang bukan mahramnya

d. Semakin merosotnya moral dalam masyarakat dapat di minimalisir dengan

semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan cadar.

e. Terhindar dari debu dan kotoran.


f. Kejahatan dengan banyak macamnya dapat terhindarkan dari penggunaan

cadar oleh wanita. Bukan hanya itu, godaan akan kaum adam juga lebih dapat

di minimalisir.

g. Mendapat pahala dari Allah swt.12

Adapun berbagai macam bentuk pakaian bagi wanita muslimah adalah:

a. Wanita muslimah diwajibkan tidak berpakaian ketat dan menutupi tubuhnya

dari pandangan laki-laki yang buka mahramnya. Kecuali yang biasa terlihat

menurut kebiasaan dengan terbukannya. Bagian tubuh wanita yang terbiasa

terlihat tidak lain adalah kedua telapak kaki, kedua telapak tangan dan

muka/wajah.

12
Ahmad Jad, Fiqih Sunnah Wanita (Jakarta: P ustaka Al-Kautsar,2009), h .374.
b. Tidak sempit sehingga tidak terlihat bentuk tubuhnya. Sesungghunya pakaian

wanita disyariatkan adalah pakaian yang dapat menutupi tubuhnya ,maka

bagian-bagian anggota badannya tidak nampak

c. Wanita juga dalam berpakaian tidak boleh menyerupai laki-laki.13

2. Sejarah Pakaian Wanita Jahiliyah

Pakaian merupakan kebutuhaan yang tidak boleh ditinggalkan dan sangat

penting bagi manusia. Bahkan kelompok yang memilih untuk tidak menggunakan

pakaian (kelompok nudis) membutuhkannya ketika merasa kedinginan. Panasnya

pasir yang beterbangan dan sinar matahari di daerah gurun yang terbuka

menjadikan masyarakat di daerah tersebut senantiasa memakai pakaian untuk

melindungi tubuhnya. Hal serupa juga terjadi di daerah yang dingin sekalipun

yaitu daerah kutub yang senantiasa menghangatkan tubuh mereka dengan

memakai pakaian yang tebal.

Berdasarkan catatan sejarah bahwa Adam dan Hawa adalah manusia

pertama yang menginjakkan kaki ke muka bumi. Keduanya juga merasa sangat

membutuhkan pakaian yang setidaknya untuk menutupi tubuhnya terutama

kemaluannya. Ketika itu setan berusaha untuk menggoda mereka melanggar

perintah Allah dengan memakan buah sebuah pohon. Hingga tibalah saat dimana

mereka melanggar apa yang Tuhan mereka perintahkan sehingga mereka

memakan buah pohon tersebut yaitu pohon khuldi dan terperdaya dengan godaan

setan.

Kemaluan mereka akhirnya tampak setelah mengikuti saran setan

sehingga mereka malu dan membutuhkan pakaian sebagai penutup setidaknya

untuk menutupi kemaluannya. 20 .Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa

manusia pertama sekalipun sangatlah malu menampakkan tubuh dan

kemaluannya sehingga pakaian sangat dibutuhkan.

13
Muhammad Wahidi, Fikih Perempuan (Al-Huda 2007), h.5.
Dewasa ini, wanita berpakaian dengan berbagai macam elok rupa hingga

menjadikan mereka berlebih-lebihan dalam berpakaian (Tabarruj). Pengertian

Tabarruj Al-Jahiliyah Al-Ula dikemukakan Al-Sya’bi dalam Tafsir Al-Tha’labi.

Menurut beliau, Tabarruj merupakan memperindah pakaian dengan muriara yang

merupakan kebiasaan wanita jahiliyah. Pakaian tersebut tidaklah dijahit

menyeluruh, yaitu menyisakan daerah tidak di jahit bagian kanan dan kiri. Bukan

hanya itu, dibelakang pakaian tersebut juga sangat tipis sehingga tampaklah

tubuhnya.

Al-Tha’labi memberikan penafsiran terkait Al-Jahiliah yang merupakan

zaman dimana anak-anak Nabi Ibrahim as. Pada masa itu, mutiara ( ‫) اللؤلؤ‬

disematkan pada baju ( - (‫ الدرع‬untuk memperindahnya oleh kaum perempuan

masa itu dan hanya itulah pakaian mereka. Bukan hanya menambahkan mutiara,

mereka juga menampakkannya di depan pria sehingga semakin tampaklah

dirinya.

Tabarruj juga ditafsirkan oleh Al-Tabari yang mana terdapat satu riwayat

pada ayat Tabarruj al-Jahiliyah. Tabarruj merupakan wanita yang bi tabakhtur wa

taghannuj atau yang merjalan dengan penuh kesombongan dan centil/genit.

Pembahasan akan tabarruj juga diriwayatkan oleh Ibn ‘Aliyah dari Ibn Abi
Najih yang mengatakan bahwa perilaku yang menampakkan kehindangan dan

perhiasan kepada laki-laki merupakan perbuatan tabarruj. Adapun maksud dari al-

Jahiliyah al-Ula dalam suatu riwayat bahwa itu terjadi pada masa Nabi antara

Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW.

3. Asal-Usul Cadar Wanita

Terkait siapa yang menggunakan cadar peryama kali sangat sulit untuk

diketahui dan juga susahnya mendapatkan referensi yang valid menjadikan tidak

diketahuinya asal usul dari penggunaan cadar. Walaupun sulit untuk

menemukannya, peneliti akan berusa mengarahkan dan memberikan pandangan

terkait masa dan tempat pertama kali wanita menggunakan cadar.


Cadar dapat didefinisikan sebagai penutup wajah yang menutupi mulut

dan hidungnya yang dalam artian cadar tersebut menutupi wajab wanita yang

memakainya. Niqab ataupun cadar untuk umat islam yang berdada di luar Arab

menafsirkannya berdasarkan Firman Allah (Al Qur’an) dalam surah Al-Ahzab

dan An-Nur sebagaimana yang diuraikan oleh sebagian sahabat nabi. Berdasarkan

hal tersebut dapat diketahui bahwa cadar termasuk disiplin ilmu dan bukan hanya

sebuah adat, tradisi, kebiasaan atau lainnya karena pembahasannya termasuk

dalam sosial dan fikih.

Dewasa ini, khususnya di daerah Arab, pembahasan akan penggunaan

cadar semakin terdengar baik oleh masyarakat maupun media. Pembahasan cadar

semakin terjadi dikarenakan adanya anggapan bahwa cadar hanyalah sebuah

budaya yang berasal dari arab sehingga asal mula penggunaan cadar dianggap

dari arab. Anggapan tersebut bias jadi salah sebagaimana penelitian yang

dilakukan ole M. Qurash Shihab bahwa cadar bukanlah budaya arab dan hal

tersebut bukanlah berarti bahwa arab ingin memopoli pakaian tertutup seperti
22
cadar. . Bahkan, menurut Murtada Mutahhari yang merupakan filosof besar

dan ulama kontemporer Iran, bahwa bangsa kuno sudah jauh mengenal pakaian

yang menutupi seluruh badan yang dimana cadar termasuk di dalamnya. Jadi,
dapat diketahui bahwa penggunaannya sudah ada sebelum kedatangan islam.

Peggunaan cadar melekat pada bangsa Persia terkhusus Sassan Iran. Pada

masyarakat di daerah tersebut itu termasuk sebuah tuntutan yang bahkan lebih

keras dibandingkan ajaran islam.23

Bahkan, pakar lain mengungkapkan bahwa orang arablah yang meniru

bangsa Persia yang pada saat itu menganut agama Zardasyt. Pada masa itu

perempuan/wanita tidak dianggap suci sehingga mengharuskan mereka untuk

menutup hidung dan mulutnya. Keharusan tersebut agar api suci yang disembah

Persia lama tidak mereka kotori dengan nafas. Bukan hanya mniru bangsa Persia,

Arab juga dianggap meniru bangsa Romawi (Byzantium). Peniruan tersebut

terkait.
Orang-orang Arab meniru juga masyarakat Byzantium (Romawi) yang

mengurung perempuan dalam rumah (memingit). Sumber dari pendapat ini

mengatakan bahwa bangsa Yunani kuno pada saat itu membangun rumah dan

membaginya menjadi dua bagian. Bagian tersebut terdiri dari satu untuk wanita

dan satunya lagi untuk pria. Terkait memingit tersebut, terjadi di bangsa Arab

terkhusus pada Dinasti Umayyah masa kekuasaan Al -Walid H pada tahun 125 H

atau 747 M. Pada masa itu, tempat khusus ditetapkan oleh penguasa dimana

wanita dibuatkan tempat khusus di rumahnya. 24

Pada awal islam dating atau pada saat itu masih masa Jahiliyah, di Jazirah

Arab wanitanya memakai pakaian yang dapat membuat para pria terkagum

dengan apa yang dipakainya sehingga pakaian bukan hanya akan kebutuhan untuk

melindungi tubuh dari panasnya udara, tetapi juga untuk keindahan. Bukan hanya

memakai pakaian untuk menutupi tubuh, mereka juga menggunakan penutup

kepala (kerudung) namun pemakaiannya menampakkan kalung yang ada di leher

dan dada mereka atau pemakaiannya hanya sekedar diletakkan di kepala sehigga

tampaklah aurat dan keindahan mereka. Bahkan karena longgarnya pakaian yang

mereka pakai membuat tampaknya buah dada mereka. Semakin bersoleknya

wanita masa itu juga ditambah dengan perhiasan kalung dan anting untuk
menghiasi leher dan telinga. Penghias mata yaitu celak juga mereka pergunakan

sehingga tampak indahlah mata mereka dan begitu juga disematkannya gelang

bergerincing pada tangan dan kaki mereka. Hal ini ditambah lagi dengan

penggunaan pacar sebagai penghias di telapak kaki dan tangan mereka. Begitupun

dengan pipi mereka yang dimerahkan dan alis yang dicabut. Penampilan seperti

itu banyak ditemui sekarang ini walaupun bangsa terdahulu menggunakannya

masih sangat tradusuinal. Bahkan, perempuan pada saat itu menggunting dan

menyambung rambut wanita lain untuk rambut mereka. Setelah kedatangan islam,

dalam AL Qur’an dan Sunnah dipaparkan bagaimana selayaknya perempuan

dalam berpakaian dan sebagai perempuan dituntut untum mengikuti cara tersebut.
B. Stigma dan Streotipe
1. Pengertian Stigma

Pengertian dari stigma yaitu kata ini asalnya dari Bahasa inggris yang

artinya cacat atau noda. Dalam lingkungan masyarakat, terdapat ketidak setujuan

antara suatu masyarakat dengan suatu hal. Ketidak setujuan dan ketidak cocokan

tersebutlah yang dinamakan stigma. Contoh dari stigma yaita suatu kondisi atau

tindakan. KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian

akan stigma yaitu karakteristik yang dinilai buruk (ciri negative) yang ada pada

diri individu akibat pengaruh lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Pada

kalangan masyarakat, munculnya stigma karena mereka melihat suatu hal yang

aneh ataupun menyimpang dan hal tersebut tidaklah wajar. Seseorang yang

mengalami stigma dalam masyarakat akan mengakibatkan penurunan motivasi,

kepercayaan diri, menghindari kepercayaan, menarik diri dari lingkungan dan ada

juga yang karena stigma tersebut masa depannya hilang.

Berikut merupakan pengertian stigma yang dikemukakan oleh beberapa

ahli:

1. Thesaurus

Thesaurus memberikan pengertian jika stigma merupakan suatu noda, tanda


ataupun brand. Brand dalam hal ini memiliki arti sebagai nama yang

masyarakat berikan terhadap suatu layanan maupu produk. Adapun tanda

disini memiliki arti yaitu pembeda antar simbol. Adapun noda memiliki arti

sebagai keburukan maupun aib.

2. Chaplin

Chaplin memberikan pengertian akan stigma sebagai suatu catatan atau celaan

terhadap karakter seseorang yang diberikan oleh masyarakat.

3. Mansyur

Menurut beliau bahwa ciri negatif melekat dari kata stigma dimana apabila

seseorang mendapatkan stigma maka seseorang tersebut memiliki ciri negative

dimana lingkungan berpengaruh di dalamnya.


Adapun faktor terbentuknya stigma adalah:

1. Knowledge atau pengetahuan

Pengetahuan mempegaruhi kemampuan seseorang untuk memahami suatu hal

sehingga apabila pengetahuannya kurang maka akan memunculkan suatu hal

yang memunculkan stigma. Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa

factor diantaranya lingkungan, umur, pekerjaan, sosial budaya dan pendidikan.

2. Perception atau persepsi

Stigma dapat muncul dalam diri seseorang dikarenakan persepsi masyarakat

sekitarnya. Semakin tinggi Pendidikan seseorang maka pengetahuan yang

dimilikinya juga akan lebih luas, berbanding terbalik apabila pendidikannya

rendah tentu pengetahuannya juga rendah.

3. Age atau usia

Stigma seseorang dipengaruhi oleh daktor usia. Sikap dan perilaku seseorang

dapat berubah seiring dengan semakin bertambahnya usia. Semakin

bertambahnya usia juga membuat semakin berubahnya pemikiran.

4. Adherence to Religion

kepatuhan terhadap agama. Agama mempengaruhi stigma dalam diri seseorang


dimana juga mempengaruhi sikapnya.

2. Pengertian Stereotip

Stereotip berasal dari kata Yunani, stereos yang artinya kaku dan tupos

yang artinya cetakan atau jejal. Sejak tahun 1922 saat Walter Lippman

mengemukakan suatu konsep terkait stereotip maka istilah ini banyak

dikemukakan oleh kalangan baik di psikologi sosial maupun ilmu-ilmu sosial

lainnya. Menurut Walter Lippman, stereotip adalah pictures in our heads atau

gambar-gambar yang ada di kepala tentang sekitaran lingkungannya. Tidak ada

perbedaan akan tanggapan secara langsung akan relalitas objek, karena setiap
individu dalam pikiran akan mengolahnya terlebih dahulu. Besarnya dunia nyata

menjadi factor hal tersebut bias terjadi sehingga sulit dikenali karena terlalu

kompleks. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia tidak dapat menghadapi

banyaknya kombinasi, perubahan, variasi dan kepelikan yang ada.

Perlu membuat gambaran sederhana untuk mengetahui dunia nyata

seseorang. Hal ini disebut sebagai quasi environment sebagaimana yang

disebutkan oleh Lippman. Awal perkembangan studi tentang stereotip bermula

dari kemunculan konsep ini utamanya teori kognisi sosial dan identitas sosial

yang dewasa ini dikenal sebagai pendengatan yang sangat handal. Hasil produk

dari proses stereoryping adalah stereorip yang dapat diartikan sebagai sesuatu

yang sebelumnya telah jauh berlangsung. Hamilton dan Troiler (1986)

memberikan pendapat akan Stereoryping sebagai seuabh proses pengklasifikasian

akan informasi terkait suatu kelompok ataupun individu sebagai pengamat

terhhadap lawan interaksinya baik secara simbolik maupun konkrit. .25

Definisi lain terkait stereotip yaitu mengklasifikasikan secara general atau

umum terhadap perilaku dan sifat seseorang maupun kelompok tertentu secara

tidak akurat yang pada akhirnya akan menjadi keyaknan akan perilaku dan sifat
26
individua atau kelompok tersebut terhadap individua tau kelompok lainnya.
Dalam hal ini berkaitan dengan seseorang yang cenderung memberikan gagasan

dan gambaran terkait kelompok lainnya secara keliru atau false idea. Gambaran

atau tanggapan tersebut terkait watak dan sifat suatu golongan atau individu yang

negative dikarenakan tidak lengkapnya info yang diperoleh serta bersifat

subjektif. Beberapa contoh stereotip yang dikemukakan oleh Deddy Mulyana

yaitu orang berkulit hitam adalah pencuri, wanita bersikap emosional, orang

berjenggot fundamentalis, orang batak kasar, orang padang pelit, orang Meksiko

pemalas, dan laki-laki berfikir logis. 27


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitan berupaya menganalisis

kehidupan sosial dengan cara menggambarkan dunia sosial dari sudut

pandang,penilaian ,interpretasi individu (informah) dalam latar belakang ilmiah.

Dengan kata lain penelitian kualitatif ini berupaya menjelaskan bagaimana


individu melihat,menilai,menggambarkan atau memakai dunia sosialnya.

Pemaknaan ini juga termasuk dari hasil interaksi sosialnya. 14 Dalam hal ini

peneliti mendeskripsikan tentang Stereotip atau Penilaian Dalam Pemakaian

Cadar Di Masyarakat Reo Manggarai.15

2. Lokasi Penelitian

Masalah yang paling penting yang harus diperhatikan oleh peneliti adalah

lokasi penelitian yang berkaitan dengan penelitian. Lokasi penelitian itu adalah

tempat yang harus dipilih sebagai lokasi yang ingin diteliti untuk mendapatkan

data-data yang dibutuhkan dalam penelitian.16. Pemilihan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa di Masyarakat Reo

tepatnya di Kabupaten Manggarai, Peneliti ingin mengetahui bagaimana

pandangan atau penilaian Masyarakat Reo terhadap pemakaian cadar.

B. Pendekatan dan Penelitian

Penelitian ini Mengunggunakan jenis Penelitian kualitatif dengan

pendekatan sosial ,dengan teori interaksi simbolik,maka secara umum teknik

analisis datanya menggunakan alur yang lazim digunakan dalam metode


penulisan kualitatif dengan metode pengumpulan data dan metode analisis

dilengkapi dengan penjelasan-penjelasan lengkap yang diperoleh dari hasil

temuan`dilapangan. Pendekatan kualitatif dengan pendekatan Sosial sangat sesuai

untuk diterapkan dalam rangka menjalin komunikasi dan menumbuhkan

partisipasi dari Masyarakat. Pendekatan sosial tentang apa saja yang dialami

subjek penelitian, baik itu prilakunya, persepsi, maupun tindakannya dan secara

14
Nanang Martono.”metode penelitian sosial”(jakarta:rajawali Pers,2015),hlm.191.
15
Burhan Bungin (Ed), Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta :PT Raja
Grafindo,2008), h.150.
16
Hamid Darmadi,metode penelitian pendidikan dan sosial :teori konsep dasar
implementasi,(Bandung;Alfabeta,2014),hlm.70
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,pada suatu konteks khusus yang

dialamiah dan memanfaatkan berbagai metode alamiah.17

C. Sumber Data

1. Primary Data atau data primer merupakan kumpulan data/informasi yang

diperoleh langsung oleh peneliti di tempat penelitian melalui narasumber

(sumber pertama). Pada pengambilan data primer dilakukan dengan

wawancara, observasi ataupun dengan cara yang lain yang bias juga berupa

hasil pengamatan yang peneliti lakukan sendiri. Data utama dalam

penelitian sebagai bagian untuk menjawab permasalahan dalam kajian

merupakan data primer.

2. Secondary Data atau data sekunder merupakan sumber data kedua yang

masih berhubungan dengan data pertama yaitu data primer. Posisi peneliti

dengan penggunaan data sekunder yaitu bukan pengumpul data yang

pertama. Penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai penguat dan

penunjang dari data primer yang diperoleh. Data primer juga digunakan

sebagai pelengkap dari data primer yang diperolej melalui proses

pengkajian penelitian terkait yang sudah dilakukan sebelumnya terkait


bagaimana penilaian Masyarakat Reo,Manggarai Terhadap pemakaian

cadar.

D. Teknik Pengumpulan Data

Langkah utama dalam suatu penelitian adalah menentukan teknik

penelitian yang akan digunakan. Hal ini bertujuan untuk mencapatkan data atau

informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan teknik berikut ini:

17
Lexy J Meleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: Remaja
Yosdakarya,2007),hlm.6.
1. Observation atau observasi. Peneliti melakukan penelitian dengan

memanfaatkan pancaindra untuk memperoleh data dan informasi yang


32
dibutuhkan. Teknik ini sangatlah penting dalam sebuah penelitian.

Penelitian ini melakukan observasi langsung mengenai Stereotip pemakaian

cadar di Masyarakat Reo,Kabupaten Manggarai

2. Tanya jawab atau wawancara. Data yang dikumpulkan oleh peneliti melalui

proses pengajuan pertanyaan secara lisan kepada narasumber. Pertanyaan

yang diajukan tentunya terkait dengan penelitian yang dilakukan yang mana

nantinya dari pertanyaan tersebut dapat menjawab persoalan yang sedang

diteliti.33. Penggunaan wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara

langsung dengan para informanya itu Masyarakat Reo. Untuk mengetahui

langsung mengenai stereotip atau penilaian terhadap pemakaian cadar di

Masyarakat Reo,kabupaten Manggarai.

3. Documentation atau dokumentasi. Peneliti dalam suatu penelitian dapat

memperoleh informasi ataupun data yang diperlukan melalui berbagai

dokumen terkait dengan yang diteliti. Definisi dari dokumen tersebut adalah

segala objek ataupun benda dengan karakteristik yaitu berupa tulisan seperti

hasil karya seseorang, undang-undang, laporan keuangan, rekaman pidato,


buku harian, foto ataupun gambar, hasil penelitian, dokumen pemerintah

dan dokumen lainnya. Keberadaan dari data atau informasi tersebut dapat

menjadi sumber pokok ataupun menguat/penunjang untuk melakukan

eksplorasi lebih dalam penelitian.34

E. Instrumen Penelitian

Dengan Instrument ini penulis menggunakan tinjauan informasi dengan

cara melakukan wawancara kepada Masyarakat setempat khususnya Masyarakat

Reo,Kabupaten Manggarai, yang akan membantu peneliti untuk mendapatkan


berbagai macam informasi tentang bagaiman Masyarakat Reo memberikan

penilaian pemakaian cadar.

1. Peneliti sendiri

Penelitian kualitatif yang digunakan peneliti menjadikan peneliti sebagai

instrument penelitian. Peneliti bertugas untuk mengumpulkan

data/informasi yang dibutuhkan melalui proses tanya jawab, mendengar,

mengambil dan meminta.

2. Pedoman wawancara

Wawancara atau tanya jawab dilakukan peneliti dengan menggunakan

pedoman yang telah disiapkan sebelumnya. Terdapat beberapa macam

pertanyaan yang menjadi pengarah peneliti dalam melakukan wawancara

bersama informan.

F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Sebuah penelitian akan melalui proses pengolahan data atau informasi

yang telah diperoleh sebagai bagian untuk memcahkan masalah yang ingin

diteliti. Setelah melalui proses pengolahan data, akan dilakukan analisis data yang
merupakan proses menganalisis, menyajikan, mengolah dan menginterpretasikan

data tersebut agar makna dari data tersebut dapat diketahui. Proses tersebut akan

menghasilkan hasil penelitian sesuai dengan yang diharapkan.

2. Reduksi Data Dan Penyajian Data

Reduksi data merupakan pemutusan perharian, pemilihan serta

menyederhanakan data ataupun informasi yang peneliti dapatkan di lokasi

penelitian. Data di reduksi dengan cara melakukan penyederhanaan,

pengkategorian serta data yang tidak diperlukan akan dibuang. Setelah hal

tersebut dilakukan maka informasi yang didapatkan akan memiliki makna

sehingga penarika kesimpulan dapat lebih mudah dilakukan. Setelah melalui

proses reduksi, data tersebut akan mendeskripsikan data dari makna yang
diperoleh. Adapun penyusunan datainformasi yang kompleks menjadi bentuk

yang sistematis disebut sebagai display data. Proses ini memghasilkan data yang

lebih sederhana serta mudah dipahami sehingga penentuan peneliti dapat

menentukan selanjutnya rencana apa yang akan dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai