Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS SIKAP WANITA BERCADAR AKIBAT

DISKRIMINASI OLEH KALANGAN MASYARAKAT


SEKITAR
(Studi Kasus Pondok Pesantren Darul Ma’rifah Desa Makmur
Mulia Kecamatan Satui)

Oleh:
Ziyadatul Husna
NISN 0031352240
Guru pembimbing : M.Ridha Ilhami `

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


MADRASAH ALIYAH NEGERI INSAN CENDEKIA
TANAH LAUT
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap muslimah memiliki kewajiban untuk menutup auratnya. Tidak
sedikit para muslimah di Indonesia yang masih belum menutup auratnya.
Menggunakan celana jeans, berbaju ketat dan tidak mengenakan jilbab. Namun,
masih banyak pula para muslimah yang menutupi auratnya dengan mengenakan
jilbab, bahkan ada yang menggunakan cadar. Banyak wanita muslimah yang
sudah berjilbab bahkan yang bercadar sejak mereka masih kecil. Persoalan
tentang penggunaan jilbab khususnya cadar masih diperdebatkan. Berbagai
macam argumen mendukung dan kontraversi yang diperbincangkan mengenai
jilbab dan cadar. Ada yang mengatakan bahwa hukum berjilbab adalah suatu
kewajiban dan adapula yang mengatakan bukan suatu kewajiban. Bukan suatu
hal yang mudah bagi seseorang yang memutuskan untuk bercadar wanita yang
bercadar biasanya memerlukan suatu proses. Dari yang tidak mengenakan
hijab, lalu mengenakannya. Memakai khimar panjang dan baju terusan yang
longgar hingga akhirnya memutuskan untuk bercadar.
Mengenakan cadar memang suatu hal yang dapat mengundang kontra
karena rasul tidak pernah mensyariatkan untuk bercadar, akan tetapi jilbab
model zaman sekarang yang menjadi trend jauh dari syariat islam, tapi tidak
dipermasalahkan oleh masyarakat. Para muslimah yang bercadar kerap sering
diidentikkan dengan terorisme sehingga menyebabkan sulitnya untuk
berkomunikasi dengan lingkungan disekitarnya. Padahal, cadar bertujuan untuk
menjaga dari fitnah dan melindungi dari laki-laki yang bukan mahramnya.
Keputusan seorang muslimah mengenakan cadar memiliki resiko yang sangat
besar di kalangan masyarakat. Karena, banyak masyarakat yang beranggapan
negatif tentang cadar. Mereka harus mampu menghadapi resiko tersebut dan
mengatasinya agar bisa beradaptasi dengan baik di lingkungannya.
Ada masyarakat yang tidak senang dengan keberadaan muslimah
bercadar, sehingga menutup diri dan mengucilkannya. Wanita bercadar sulit
berkomunikasi di suatu lingkungan masyrakat akibat doktrin negatif yang
timbul pada masyarakat bahwa wanita bercadar berkaitan dengan terorisme,
sesat, dan keras. Adanya anggapan, persepsi, dan doktrin negatif yang diberikan
masyarakat kepada wanita bercadar akan menimbulkan anti sosial dalam diri
wanita tersebut. Sehingga akan berdampak kesulitan bersosialiasi pada
masyarakat luas. Mengingat bahwa kita adalah makhluk sosial yang
membutuhkan bantuan orang lain. Maka sudah seharusnya para masyarakat
untuk memahami dan tidak beranggapan buruk tentang wanita diatas. Dari latar
belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan analisis sikap wanita
bercadar akibat diskriminasi masyarakat sekitar studi kasus Pondok Pesantren
Darul Ma’rifah Desa Sungai Danau Kecamatan Satui.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka timbul rumusan
masalah, yaitu bagaimana sikap para wanita bercadar akibat diskriminasi
masyarakat sekitar?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap para wanita bercadar
akibat diskriminasi masyarakat sekitar di lingkungan pondok pesantren
darul ma’rifah desa sungai danau kecamatan satui.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Bagi para Pembaca
Untuk menghentikan sikap diskriminasi pada masyarakat
tradisional tentang wanita yang bercadar. Serta menambah
pengetahuan tentang bagaimana mengambil sikap yang tepat
dalam menjalin hubungan sosial dengan kalangan wanita
bercadar.
b. Bagi para Lembaga
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Cadar
Cadar adalah kain penutup kepala atau muka (bagi perempuan).
Niqab (Arab; niqab) adalah istilah syar’i untuk cadar yaitu sejenis kain
yang digunakan untuk menutupi wajah. Niqab dikenakan oleh sebagian
kaum perempuan muslimah sebagai kesatuan dengan jilbab (hijab).
Niqab banyak dipakai wanita di negara-negara Arab sekitar Teluk
Persia seperti Arab Saudi,Yaman, Bahrain, Kuwait, Qatar, Oman, dan
Uni Emirat Arab. Ia juga biasa dipakai di Pakistan dan beberapa wanita
muslim di Barat.
Cadar merupakan versi lanjutan dari jilbab, penggunaan cadar
menambahkan penutup wajah sehingga hanya terlihat mata mereka
saja, bahkan telapak tangan dan kaki harus ditutupi. Penggunaan cadar
selalu diidentikkan dengan wanita muslim. Padanan kata untuk cadar
sangat beraneka ragam, antara lain :hijab, niqab, burqah atau purdah.
Intinya ialah selembar kain tipis yang menutupi wajah wanita, saat
dirinya berada di luar rumah. (Waskito, 2009)
Cadar merupakan kain untuk digunakan sebagai penutup kepala
atau wajah bagi kaum wanita. Beberapa anggapan menyatakan bahwa
penggunaan cadar adalah wajib dan ada juga yang menyatakan tidak
wajib (Nur Laili, 2019). Kata “Cadar” oleh para ulama sering disebut
dengan istilah “hijab”. Secara harfiah “hijab” berarti pemisah antara
laki-laki dan perempuan. sedangkan, secara istilah adalah sejenis baju
kurung yang lapang dan dapat menutupi kepala, wajah, dan dada.
Rasulullah SAW telah menerangkan bahwa wanita adalah aurat yang
mesti dilindungi atau ditutupi (Labib MZ, 1993).
Ibnu Abbas dan Qotadat seperti yang dikutip Nashruddin Baidan
(1999) bahwa hijab atau cadar adalah pakaian yang menutup pelipis dan
hidung, meskipun kedua mata pemakaiannya terlihat namun tetap
menutup muka dan bagian dadanya (Baidan, 1999). Kemudian Abu
Fathan (1992) mengemukakan bahwa :
“Cadar (hijab) adalah kain penutup muka dan sebagian
wajah wanita hingga mata saja yang nampak.” (Abu Fathan,
1992: 6).
Ahmad Husnan (1995) menyatakan lebih lanjut bahwa “hijab adalah
sejenis tirai, dinding, dan penutup yaitu penutup muka”. (Ahmad
Husnan, 1995: 33).

2.2 Diskriminasi
Diskriminasi hampir sama dengan prasangka, bahkan kadang-
kadang kedua istilah tersebut digunakan secara bergantian. Perbedaan
keduanya adalah bahwa kalau prasangka itu adalah sikap (attitude)
sedangkan diskriminasi adalah tindakan (action). Watson (1984)
menyatakan bahwa sikap diskriminasi adalah perlakuan negatif terhadap
kelompok tertentu. Sedangkan Brigham (1991) menyatakan bahwa
diskriminasi adalah perlakuan secara berbeda karena keanggotaannya
dalam suatu kelompok etnik tertentu. Kelompok etnik tersebut diantaranya
adalah suku, bahasa, adat istiadat, agama, kebangsaan, dan lainnya.
Swim (dalam Baron & Byrne, 1997) menyatakan bahwa
diskriminasi adalah tindakan negatif terhadap orang yang menjadi objek
prasangka seperti rasial, etnik, dan agama. Dapat dikatakan bahwa
diskriminasi adalah prejudice in actions. Menganggap orang negro itu
bodoh adalah prasangka sedangkan melarang mereka bekerja atau
bersekolah pada lembaga tertentukarena mereka berkulit hitam adalah
diskriminasi. Menganggap kaum wanita itu lemah adalah prasangka
sedangkan menghalangi mereka untuk menjadi pemimpin adalah
diskriminasi.
Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai
dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusia
untuk membeda-bedakan yang lain. Diskriminasi juga berarti merujuk
kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana
layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu
tersebut.
Diskriminasi berasal dari bahasa inggris yakni discrimination
yang artinya ‘perbedaan perlakuan’. Dalam bahasa Arab disebut dengan
‘tafriq’ dan merupakan sifat tercela yang harus dihapuskan, apalagi di
negara yang menganut sistem demokrasi. Menurut Kamus Bahasa
Indonesia Karangan Purwodarminto, diskriminasi adalah perbedaan
perlakuan terhadap sesama warga negara berdasarkan warna kulit, ras,
golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya. Istilah diskriminasi
kemudian meluas maknanya kepada segala bentuk pembedaan atas warga
negara atas dasar suku bangsa dan ras antar negara (SARA).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan berbentuk penelitian lapangan
yaitu penelitian yang dilakukan langsung ke lapangan seperti
lingkungan masyarakat, lembaga-lembaga, organisasi kelompok
masyarakat dan yang lainnya. Untuk itu, peneliti mempersiapkan
setting penelitian berupa keterangan lokasi penelitian, waktu penelitian,
sarana dan prasarana serta gambaran umum tempat penelitian. Berikut
penjelasan lebih rinci mengenai setting penelitian diantaranya :
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian yaitu di Pondok Pesantren Darul Ma’rifah,
Desa Sungai Danau, kecamatan Satui, kabupaten Tanah Bumbu
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dalam melaksanakan penelitian lapangan,
peneliti memerlukan rancangan waktu yang tepat agar penelitian
dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan
sehingga memperoleh hasil yang baik.
3.2 Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitiaan
Subjek penelitian ini adalah para santriwati di Pondok
Pesantren Darul Ma’rifah Desa Sungai Danau Kecamatan Satui
Kabupaten Tanah Bumbu.
2. Objek Penelitian
Letak Pondok Pesantren Darul Ma’rifah ini di Jalan Karya
Bersama Desa Sungai Danau Kecamatan Satui Kabupaten
Tanah Bumbu
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian secara umum dimengerti sebagai
suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan secara bertahap dimulai
dengan penentuan topik, pengumpulan data, dan menganalisis
data, sehingga nantinya diperoleh suatu pemahaman dan
pengertian atas topik, gejala atau isu tertentu. Jenis penelitian
yang dilakukan oleh penulis di sini adalah jenis penelitian
lapangan (field reseacrh) metode kualitatif yang menggunakan
pendekatan deskriptif-analitis. Desain deskriptif-analitik
ditujukan dengan mempelajari masalah-masalah dalam
masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta
situasi-situasi tertentu, termasuk hubungan, kegiatan, sikap,
pandangan serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh
dari suatu fenomena. Untuk mampu memahami keadaan
lapangan secara teliti untuk menemukan data yang menunjang
dalam penelitian sehingga dalam proses analisisnya akan
menemukan suatu pemahaman yang mempunyai nilai kolerasi
sebagaimana tujuan dari penelitian kualitatif.
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif. Penelitian ini mempunyai gaya yang fleksibel
dengan melakukan fokus penelitian secara perlahan serta
mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan
keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan
menampilkan apa adanya. Penelitian deskriptif kualitatif
menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan
dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan
yang terjadi di dalam masyarakat. Penelitian lapangan yaitu
penelitian yang dilakukan di lapangan, seperti lingkungan
masyarakat, lembaga-lembaga, organisasi kemasyarakatan
dan lembaga penelitian. Pengertian lapangan dapat pula
diartikan sebagai penelitian dengan jalan terjun langsung ke
tempat penelitian untuk mengamati dan terlibat langsung
dengan objek penelitian.
2. Sumber Data
Sumber data merupakan informasi yang diambil oleh
peneliti untuk menopang validitas hasil penelitian dan
mempermudah proses analisis. Data dalam penelitian
ini diperoleh dari dua sumber yaitu sebagai berikut :
a. Data primer adalah data yang diambil dari proses
wawancara. Dengan mengajukan pertanyaan pada
lima orang muslimah bercadar di Pondok Pesantren
Darul Ma’rifah. Pertanyaan mengenai kegiatan,
sikap masyarakat, serta faktor pendorong dan
penghambat wanita bercadar.
b. Data sekunder adalah data yang didapat dari
dokumen atau hasil laporan penelitian orang lain
tentang wanita bercadar.
3. Metode pengumpulan data
Proses pengambilan data yang sesuai dengan metode
penelitian kualitatif adalah dengan cara wawancara,
obsevasi lapangan dan dokumen yang ada.
a. Wawancara
Penulis disini menggunakan metode wawancara
yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan
yang sama kepada setiap responden terkait sikap
diskriminasi masyarakat terhadap wanita bercadar.
Wawancara tersebut bertujuan untuk mengetahui
bagaimana bentuk sikap para wanita bercadar tersebut
dalam menyikapi diskriminasi masyarakat tradisional.
Dalam penelitian ini, dengan menggunakan model
wawancara yang terstruktur diharapkan mampu
memperoleh data yang seakurat mungkin. Beberapa
poin yang ditanyakan mengenai pertama sikap para
wanita bercadar dalam menghadapi diskriminasi para
masyarakat, kedua faktor pendorong dan penghambat
para wanita bercadar.
b. Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis
partisipan non-partisipan karena hanya melakukan
beberapa pengamatan saja tanpa terlibat langsung
dalam keseluruhan pelaksanaan kegiatan yang ada.
Dengan teknik pengamatan ini diharapkan penulis
mampu untuk melihat kehidupan dan tingkah laku para
wanita muslimah bercadar di Pondok Pesantren Darul
Ma’rifah.
c. Dokumentasi
Adapun pengumpulan data dengan menggunakan
metode dokumentasi ini meliputi pengumpulan dan
pengambilan gambar, rekaman wawancara, serta
mengumpulkan buku-buku, artikel, dan jurnal yang
terkait dengan masalah penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Bentuk analisis data yang digunakan penulis
disini adalah deskriptif analisis, yaitu memaparkan dan
menjelaskan secara jelas bagaimana sikap para wanita
bercadar tersebut dalam menghadapi diskriminasi para
masyarakat tradisional. Analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain. Analisis data bersifat induktif atau analisis
berdasarkan yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan
menjadi hipotesis.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Fathan. 1992. Panduan Wanita Shalihah, Jakarta: Asaduddin Press.


Agus Fitrahuzaman. 2004. Pengaruh Motivasi Penggunaan Cadar Terhadap Akhlakul
Karimah. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ahmad Husnan. 1995. Hukum Berjilbab dan Bercadar, Solo: Ulul Albab Press.
Baron, A. Robert & Byrne, Donn. 1991. Social Psychology. London : Allyn and Bacon.
Brigham. C. John. 1991. Social Psychology. Harper Collins Publishers Inc.
Labib MZ. 1990. Wanita Dan Jilbab. Gresik: Bintang Pelajar
Mujahidin.2019. Cadar: Antara Ajaran Agama dan Budaya, JUSPI (Jurnal Sejarah
Peradaban Islam), 3(1), 11-16.
Muthoharoh Nur Laili. 2019. Metode pemaknaan hadis tentang Cadar perspektif
Muhammad al Ghazali di http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/32743 (di akses 21
September)
Nashruddin Baidan. 1999. Tafsir bi Al-Ra’yi: Upaya Penggalian Konsep Wanita Dalam
Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Umi Latifah. 2017. Perempuan Bercadar Dalam Gerakan Pemberdayaan.Skripsi.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Vito Septian Ekawiyanto. 2018. Perspektif Masyarakat Terhadap Wanita Bercadar.
Skripsi. Universitas Lampung Bandar Lampung.
Waskito, Abu Muhammad. 2009. Hukum Cadar Dan Pola Makan. (online)
(http//abisyakir.wordpress.com/tag/niqab-hijab-burqa/).
Watson, L. David & Frank, Joyce. 1984. Social Psychology. Scot Foresman Company.

Anda mungkin juga menyukai