PAI 2-3
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM “UISU”
PEMATANG SIANTAR
2021-2022
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang
telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah terutama nikmat kesempatan
dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “Bahasa
Inggris”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Pelajaran Bahasa
Inggris yang diampu oleh Bapak Bizmar Sibuea, M.Pd. Dalam proses
penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak.
Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini. Meski demikian, penulis menyadari masih banyak
sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi
tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima
segala kritik dan saran positif dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................6
A. Pengertian Hijab.............................................................................................................6
A. Kesimpulan........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam sangat menghormati kedudukan seorang wanita, hal ini dapat terlihat
bagaimana Islam memperlakukan kaum Muslimahnya dari segala aspek, termasuk tata
cara berpakaian. Hal ini dimaksudkan tidak lain untuk melindungi dan menjaga
kehormatan kaum Muslimah. Perhatian islam terhadap wanita muslimah sungguh sangat
besar hal ini agar mereka para wanita dapat menjaga kesuciannya, serta supaya menjadi
wanita yang mulia dan memiliki kedudukan yang tinggi di sisi-Nya. Syarat-syarat yang
diwajibkan pada pakaian dan perhiasannya tidak lain adalah untuk mencegah kerusakan
yang timbul akibat tabarruj (berhias diri). Inipun bukan untuk mengekang kebebasannya
akan tetapi sebagai pelindung baginya agar tidak tergelincir pada lumpur kehinaan atau
menjadi sorotan mata.
Jilbab merupakan kata yang tidak asing lagi diperdengarkan oleh telinga kita saat ini.
Suatu kain yang berfungsi sebagai penutup aurat wanita kini sedang ramai dipergunakan
sebagai trend center dunia fashion. Banyak terdapat model dan tipe-tipe jilbab
disugguhkan kepada wanita muslimah untuk mempercantik diri. Bahkan sampai
diadakan suatu pameran untuk mengenalkan produk jilbab dengan berbagai model.
Karena terdapat fenomena, jilbab digunakan hanya saat mengikuti perkulihan agar
terlihat rapi dan elegan bersama-sama teman kuliah. Lalu setelah selesai mengikuti
perkulihan dan sampai dirumah, kos, atau bermain jilbab sudah tergeletak dan tidak
digunakan lagi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hijab
2. Kriteria hijab yang baik menurut syariat islam
3. Syarat dalam berhijab
4. Alasan Najwa Shihab tidak berhijab
5. Alasan Megawati Soekarno Putri tidak berhijab
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hijab
Hijab menurut bahasa berarti penghalang (al-man’u).[1] Kata hijab beserta
bentuk derivasinya disebut dalam Al-Qur’an sebanyak delapan kali.[2] Didalam kamus
bahasa arab hijab berarti penutup, tabir, tirai, layar dan sekat.[3]
Kata hijab sering dikaitkan dengan jilbab dan kerudung yang digunakan oleh wanita
muslim. Dalam kamus bahasa Arab Jilbab sendiri diartikan sebagai baju kurung panjang
sejenis jubah.[4] Sedangkan Khimaar/ khumrun berarti tutup, tudung, tutup kepala
wanita.[5]
Sebagaimana terdapat dalam surat An Nuur ayat 31, “…Dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya…” Ketika jilbab dan pakaian wanita dikenakan agar aurat
dan perhiasan mereka tidak nampak, maka tidak tepat ketika menjadikan pakaian atau
jilbab itu sebagai perhiasan karena tujuan awal untuk menutupi perhiasan menjadi
hilang. Banyak kesalahan yang timbul karena poin ini terlewatkan, sehingga seseorang
merasa sah-sah saja menggunakan jilbab dan pakaian indah dengan warna-warni yang
lembut dengan motif bunga yang cantik, dihiasi dengan benang-benang emas dan perak
atau meletakkan berbagai pernak-pernik perhiasan pada jilbab mereka.
Namun, terdapat kesalahpahaman juga bahwa jika seseorang tidak mengenakan jilbab
berwarna hitam maka berarti jilbabnya berfungsi sebagai perhiasan. Hal ini berdasarkan
beberapa atsar tentang perbuatan para sahabat wanita di zaman Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam yang mengenakan pakaian yang berwarna selain hitam. Salah satunya
adalah atsar dari Ibrahim An Nakhai,
“Bahwa ia bersama Alqomah dan Al Aswad pernah mengunjungi para istri Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ia melihat mereka mengenakan mantel-mantel
berwarna merah.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Al Mushannaf)
Dengan demikian, tolak ukur sebagai perhiasan ataukah bukan adalah berdasarkan
kebiasaan (keterangan dari Syaikh Ali Al Halabi). Sehingga suatu warna atau motif
menarik perhatian pada suatu masyarakat maka itu terlarang dan hal ini boleh jadi tidak
berlaku pada masyarakat lain.
3. Kainnya Harus Tebal, Tidak Tipis
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang dua kelompok yang termasuk
ahli neraka dan beliau belum pernah melihatnya,
“Dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya, suatu kaum yang
memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya dan
wanita yang kasiyat (berpakaian tapi telanjang, baik karena tipis atau pendek yang tidak
menutup auratnya), mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang),
kepala mereka seperti punuk onta. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan
baunya, padahal baunya didapati dengan perjalanan demikian dan demikian.” (HR.
Muslim)
Banyak wanita muslimah yang seakan-akan berjilbab, namun pada hakekatnya tidak
berjilbab karena mereka memakai jilbab yang berbahan tipis dan transparan.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pria yang memakai pakaian wanita
dan wanita yang memakai pakaian pria.” (HR. Abu Dawud)
Dan hadist lain berbunyi:
“Allah melaknat kaum laki-laki yang menyerupai kaum perempuan dan kaum
perempuan yang menyeerupai kaum laki-laki”(HR. Bukhari).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Kesamaan dalam perkara lahir mengakibatkan
kesamaan dan keserupaan dalam akhlak dan perbuatan.”
Dengan menyerupai pakaian laki-laki, maka seorang wanita akan terpengaruh dengan
perangai laki-laki dimana ia akan menampakkan badannya dan menghilangkan rasa
malu yang disyari’atkan bagi wanita. Bahkan yang berdampak parah jika sampai
membawa kepada maksiat lain, yaitu terbawa sifat kelaki-lakian, sehingga pada
akhirnya menyukai sesama wanita.
Ada beberapa hal yang sangat penting bagi kaum muslimah dalam mengenakan hijab
atau pakaian yang sesuai tuntunan syariat.
Kendati dididik dalam lingkungan yang religius, namun soal mengenakan jilbab Najwa
cukup demokratis dalam menyikapinya, orang tua Najwa sendiri tak mewajibkan
dirinya berhijab. Menurutnya, seorang wanita islam yang mengenakan jilbab itu itu
bagus dan sangat terhormat, namun tidak berjilbab pun tidak apa-apa.
Selama ini, ayahnya mendidik bahwa yang lebih penting bagi wanita adalah menjadi
terhormat dan menjaga kehormatan baik dalam berperilaku dan berpakaian, tapi
ayahnya tidak mewajibkan untuk berjilbab.
Selain itu, bukan berarti yang berjilbab tidak terhormat dan yang berjilbab sangat
terhormat, karena kan masih banyak interpretasi tentang hal itu.
Menurut Nana, yang penting tampil terhormat dan banyak cara untuk terhormat selain
dengan jilbab.
“Tidak pernah ada keharusan untuk berjilbab,” ucapnya.
Dengan cara berpakaian seperti dirinya sekarang, menurut Nana, tak pernah ada yang
komplain.“Karena mungkin melihat ayah, kalau ditanya orang pendapatnya
membolehkan, membebaskan berjilbab atau tidak. Jadi banyak alasan dari ayah saya.
Kalau ada yang komplain, paling pas bercanda. Dan saya selalu bilang: ya Insya Allah
mudah-mudahan suatu saat. Yang pasti hatinya berjilbab kok.”
Meski kini ada rekan reporter yang mengenakan jilbab, Nana tidak terpengaruh. Sampai
saat ini, dia merasa apa yang dilakukannya sudah berada pada jalur yang benar.
Kalau nanti ada hidayah lebih lanjut, atau kemantapan memakai jilbab, tanpa ragu Nana
akan memakainya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk menetapkan kewajiban hijab bagi kaum wanita, kita juga bisa merujuk
sirah kaum wanita muslimah pada zaman Rasulullah. Mereka selalu menutupi tubuh
dan rambut mereka ketika berada di hadapan non muhrim, [Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat di Tahlile nu wa Amali az Hijab dar Asre Hadzir, hal 49] seperti yang
kita lihat dari hadis tentang kedatangan Rasulullah bersama Jabir ke rumah
Sayyidah Fathimah as.
Begitu juga dengan akal manusia, akal manusia juga dapat membuktikan kewajiban
hijab bagi kaum wanita. Akal akan senantiasa memerintahkan segala perbuatan yang
membawa manfaat dan akan memerintahkan untuk melakukan hal itu, begitu juga
sebaliknya akal akan selalu memperingatkan manusia dari hal-hal yang
membahayakan manusia.
Oleh karena itu, ketika melihat bahwa hijab akan memberikan keamanan,
ketenangan atau dapat memupuk rasa cinta kasih di antara sesama maka akal yang
sehat dan tidak tertawan oleh hawa nafsu akan memerintahkan untuk berhijab.
Wallahu a’lam
DAFTAR PUSTAKA
http://mustyka-mustyka.blogspot.com/2011/12/makalah-jilbab-hijab.html
http://www.al-shia.org/html/id/service/maqalat/044.htm
https://halodunia.net/alasan-najwa-shihab-enggan-berhijab/
Kompas.com, [ 2009, mei 29 ] website News Nasional Megawati tak Ingin Latah
Berjilbab. https://amp.kompas.com/nasional/read/2009/05/29/08160377/megawati-tak-
ingin-latah-berjilbab