Anda di halaman 1dari 14

HIJAB DALAM ISLAM

Dosen Pengampu : Bizmar Sibuea,Mpd

Di susun oleh : Kelompok I

Anggi Ayumi : 21.02.0068


Annisa Dwi Sabiyah : 21.02.0065
Alpina Damayanti : 21.02.0066
Cindy Hanipa Adnin : 21.02.0093
Desi Arisanti : 21.02.0072
Desi Suriyanti : 21.02.0057
Fazlia Aminarti : 21.02.0071
Nisa Kharisma : 21.02.0066

PAI 2-3
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM “UISU”
PEMATANG SIANTAR
2021-2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang
telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah terutama nikmat kesempatan
dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “Bahasa
Inggris”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Pelajaran Bahasa
Inggris yang diampu oleh Bapak Bizmar Sibuea, M.Pd. Dalam proses
penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak.
Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini. Meski demikian, penulis menyadari masih banyak
sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi
tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima
segala kritik dan saran positif dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Siantar, 19 April 2022

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................6

A. Pengertian Hijab.............................................................................................................6

B. Kriteria Hijab yang Baik Menurut Islam..............................................................................7

C. Syarat Dalam Berhijab.......................................................................................................10

D. Alasan Najwa Shihab Tidak Berhijab................................................................................10

E. Alasan Megawati Soekarno Putri tidak Berhijab................................................................11

BAB III PENUTUP....................................................................................................................13

A. Kesimpulan........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam sangat menghormati kedudukan seorang wanita, hal ini dapat terlihat
bagaimana Islam memperlakukan kaum Muslimahnya dari segala aspek, termasuk tata
cara berpakaian. Hal ini dimaksudkan tidak lain untuk melindungi dan menjaga
kehormatan kaum Muslimah. Perhatian islam terhadap wanita muslimah sungguh sangat
besar hal ini agar mereka para wanita dapat menjaga kesuciannya, serta supaya menjadi
wanita yang mulia dan memiliki kedudukan yang tinggi di sisi-Nya. Syarat-syarat yang
diwajibkan pada pakaian dan perhiasannya tidak lain adalah untuk mencegah kerusakan
yang timbul akibat tabarruj (berhias diri). Inipun bukan untuk mengekang kebebasannya
akan tetapi sebagai pelindung baginya agar tidak tergelincir pada lumpur kehinaan atau
menjadi sorotan mata.

Jilbab merupakan kata yang tidak asing lagi diperdengarkan oleh telinga kita saat ini.
Suatu kain yang berfungsi sebagai penutup aurat wanita kini sedang ramai dipergunakan
sebagai trend center dunia fashion. Banyak terdapat model dan tipe-tipe jilbab
disugguhkan kepada wanita muslimah untuk mempercantik diri. Bahkan sampai
diadakan suatu pameran untuk mengenalkan produk jilbab dengan berbagai model.
Karena terdapat fenomena, jilbab digunakan hanya saat mengikuti perkulihan agar
terlihat rapi dan elegan bersama-sama teman kuliah. Lalu setelah selesai mengikuti
perkulihan dan sampai dirumah, kos, atau bermain jilbab sudah tergeletak  dan tidak
digunakan lagi.

Minimnya pengetahuan tentang hakikat menggunakan jilbab serta tuntunan yang


diberlakukan oleh agama Islam, membuat wanita-wanita muslim seenaknya
mengenakan jilbab. Pada dasarnya jilbab berfungsi untuk menutup aurat kewanitaan
agar terhindar dari hal maksiat. Akan tetapi, terkadang saat ini hanya digunakan sebagai
kedok atau identitas bagi wanita-wanita tertentu agar terkesan baik, sopan, santun, dan
berbudi luhur. Dan bahkan hanya dijadikan sebagai trend dan fashion style saja. Bila
fenomena ini terus berkelanjutan, betapa mirisnya kondisi wanita muslim dan harga diri
dari wanita muslim sekarang ini. Untuk menghadapi fenomena-fenomena dewasa ini
tentang pengetahuan menggunakan jilbab. Maka, akan dibahas tentang hakikat
berjilbab, fungsi jilbab, manfaat jilbab, dan hukum serta ketentuan berjilbab. Selain itu,
pembahasan ini agar bermanfaat bagi pembaca dan dijadikan sebagai suatu pengetahuan
yang berupa referensi menggunakan jibab yang baik dan benar seuai syariat Islam yang
sesungguhnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hijab
2. Kriteria hijab yang baik menurut syariat islam
3. Syarat dalam berhijab
4. Alasan Najwa Shihab tidak berhijab
5. Alasan Megawati Soekarno Putri tidak berhijab
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hijab
Hijab menurut bahasa berarti penghalang (al-man’u).[1] Kata hijab beserta
bentuk derivasinya disebut dalam Al-Qur’an sebanyak delapan kali.[2] Didalam kamus
bahasa arab hijab berarti penutup, tabir, tirai, layar dan sekat.[3]

Kata hijab sering dikaitkan dengan jilbab dan kerudung yang digunakan oleh wanita
muslim. Dalam kamus bahasa Arab Jilbab sendiri diartikan sebagai baju kurung panjang
sejenis jubah.[4] Sedangkan Khimaar/ khumrun berarti tutup, tudung, tutup kepala
wanita.[5]

Jilbab menurut kamus Al-Mu’jam al Wasith memiliki makna sebagai berikut:


1.            Qomish (sejenis jubah).
2.            Kain yang menutupi seluruh badan.
3.            Khimar (kerudung).
4.            Pakaian atasan seperti milhafah (selimut).
5.            Semisal selimut (baca: kerudung) yang dipakai seorang wanita untuk
menutupi tubuhnya.
Sedangkan jilbab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kerudung
lebar yang dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada.
Sedangkan kerudung berarti kain penutup kepala perempuan. Dan dalam bahasa Arab
jilbab memiliki arti sebagai kain lebar yang diselimutkan ke pakaian luar yang menutupi
kepala, punggung, dan dada, yang biasa dipakai wanita ketika keluar dari rumahnya.
Menurut Ibnu Hazm, jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh badan, bukan
hanya sebagiannya. Menurut Ibnu Katsir jilbab adalah semacam selendang yang
dikenakan di atas khimar yang sekarang ini sama fungsinya seperti izar (kain penutup).
Menurut Syaikh bin Baz jilbab adalah kain yang diletakkan di atas kepala dan badan di
atas kain (dalaman). Jadi, jilbab adalah kain yang dipakai perempuan untuk menutupi
kepala, wajah dan seluruh badan. Sedangkan kain untuk menutupi kepala disebut
khimar. Jadi perempuan menutupi dengan jilbab, kepala, wajah dan semua badan di atas
kain (dalaman). Beliau juga mengatakan bahwa jilbab adalah kain yang diletakkan
seorang perempuan di atas kepala dan badannnya untuk menutupi wajah dan badan,
sebagai pakaian tambahan untuk pakaian yang biasa (dipakai di rumah).
Pada dasarnya jilbab berbeda dengan kerudung. Kerudung merupakan kain yang
digunakan untuk menutupi kepala, leher, hingga dada sedangkan jilbab maliputi
keseluruhan pakaian yang menutup mulai dari kepala sampai kaki kecuali muka dan
telapak tangan hingga pergelangan tangan. Sehingga seseorang yang mengenakan jilbab
pasti berkerudung tetapi orang yang berkerudung belum tentu berjilbab.

B. Kriteria Hijab yang Baik Menurut Islam

Jilbab bukanlah berarti merendahkan martabat wanita, melainkan meninggikannya serta


melindungi kesopanan dan kesuciannya.
Jilbab yang sesuai dengan syariah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Menutup Seluruh Badan Kecuali Wajah dan Telapak Tangan


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri


orang mu’min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab:
59)
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya…” (QS. An Nuur: 31)
Dari syarat pertama ini, maka jelaslah bagi seorang muslimah untuk menutup
seluruh badan kecuali yang dikecualikan oleh syari’at. Maka, sangat menyedihkan
ketika seseorang memaksudkan dirinya memakai jilbab, tapi dapat kita lihat rambut
yang keluar baik dari bagian depan ataupun belakang, lengan tangan yang terlihat
sampai sehasta, atau leher dan telinganya terlihat jelas sehingga menampakkan
perhiasan yang seharusnya ditutupi.
Namun terdapat keringanan bagi wanita yang telah menopause yang tidak ingin kawin
sehingga mereka diperbolehkan untuk melepaskan jilbabnya, sebagaimana terdapat
dalam surat An Nuur ayat 60:
“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang
tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian (jilbab)
mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah
lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Bijaksana.”

2. Bukan Berfungsi Sebagai Perhiasan

Sebagaimana terdapat dalam surat An Nuur ayat 31, “…Dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya…” Ketika jilbab dan pakaian wanita dikenakan agar aurat
dan perhiasan mereka tidak nampak, maka tidak tepat ketika menjadikan pakaian atau
jilbab itu sebagai perhiasan karena tujuan awal untuk menutupi perhiasan menjadi
hilang. Banyak kesalahan yang timbul karena poin ini terlewatkan, sehingga seseorang
merasa sah-sah saja menggunakan jilbab dan pakaian indah dengan warna-warni yang
lembut dengan motif bunga yang cantik, dihiasi dengan benang-benang emas dan perak
atau meletakkan berbagai pernak-pernik perhiasan pada jilbab mereka.
Namun, terdapat kesalahpahaman juga bahwa jika seseorang tidak mengenakan jilbab
berwarna hitam maka berarti jilbabnya berfungsi sebagai perhiasan. Hal ini berdasarkan
beberapa atsar tentang perbuatan para sahabat wanita di zaman Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam yang mengenakan pakaian yang berwarna selain hitam. Salah satunya
adalah atsar dari Ibrahim An Nakhai,

 “Bahwa ia bersama Alqomah dan Al Aswad pernah mengunjungi para istri Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ia melihat mereka mengenakan mantel-mantel
berwarna merah.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Al Mushannaf)
Dengan demikian, tolak ukur sebagai perhiasan ataukah bukan adalah berdasarkan
kebiasaan (keterangan dari Syaikh Ali Al Halabi). Sehingga suatu warna atau motif
menarik perhatian pada suatu masyarakat maka itu terlarang dan hal ini boleh jadi tidak
berlaku pada masyarakat lain.
3. Kainnya Harus Tebal, Tidak Tipis

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang dua kelompok yang termasuk
ahli neraka dan beliau belum pernah melihatnya,
 “Dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya, suatu kaum yang
memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya dan
wanita yang kasiyat (berpakaian tapi telanjang, baik karena tipis atau pendek yang tidak
menutup auratnya), mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang),
kepala mereka seperti punuk onta. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan
baunya, padahal baunya didapati dengan perjalanan demikian dan demikian.” (HR.
Muslim)
Banyak wanita muslimah yang seakan-akan berjilbab, namun pada hakekatnya tidak
berjilbab karena mereka memakai jilbab yang berbahan tipis dan transparan.

4. Tidak Diberi Wewangian atau Parfum

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkaitan tentang wanita-wanita


yang memakai wewangian ketika keluar rumah,
“Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar
mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.” (HR. Tirmidzi)
“Siapapun perempuan yang memakai bakhur, maka janganlah ia menyertai kami dalam
menunaikan shalat isya’.” (HR. Muslim)

5. Tidak Menyerupai Pakaian Laki-Laki

Terdapat hadits-hadits yang menunjukkan larangan seorang wanita menyerupai laki-laki


atau sebaliknya (tidak terbatas pada pakaian saja). Salah satu hadits yang melarang
penyerupaan dalam masalah pakaian adalah hadits dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu,
ia berkata

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pria yang memakai pakaian wanita
dan wanita yang memakai pakaian pria.” (HR. Abu Dawud)
Dan hadist lain berbunyi:
“Allah melaknat kaum laki-laki yang menyerupai kaum perempuan dan kaum
perempuan yang menyeerupai kaum laki-laki”(HR. Bukhari).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Kesamaan dalam perkara lahir mengakibatkan
kesamaan dan keserupaan dalam akhlak dan perbuatan.”
Dengan menyerupai pakaian laki-laki, maka seorang wanita akan terpengaruh dengan
perangai laki-laki dimana ia akan menampakkan badannya dan menghilangkan rasa
malu yang disyari’atkan bagi wanita. Bahkan yang berdampak parah jika sampai
membawa kepada maksiat lain, yaitu terbawa sifat kelaki-lakian, sehingga pada
akhirnya menyukai sesama wanita.

C. Syarat Dalam Berhijab

Ada beberapa hal yang sangat penting bagi kaum muslimah dalam mengenakan hijab
atau pakaian yang sesuai tuntunan syariat.

1. Menutup seluruh badan Perempuan.

2. Tidak boleh transparan.

3. Harus longgar atau tidak menggambarkan lekuk-lekuk tubuh.

4. Tidak menyerupai pakaian kaum kafir.

5. Tidak menyerupai pakaian laki-laki

6. Bukan untuk pamer/mencari popularitas.

D. Alasan Najwa Shihab Tidak Berhijab

Kendati dididik dalam lingkungan yang religius, namun soal mengenakan jilbab Najwa
cukup demokratis dalam menyikapinya, orang tua Najwa sendiri tak mewajibkan
dirinya berhijab. Menurutnya, seorang wanita islam yang mengenakan jilbab itu itu
bagus dan sangat terhormat, namun tidak berjilbab pun tidak apa-apa.
Selama ini, ayahnya mendidik bahwa yang lebih penting bagi wanita adalah menjadi
terhormat dan menjaga kehormatan baik dalam berperilaku dan berpakaian, tapi
ayahnya tidak mewajibkan untuk berjilbab.
Selain itu, bukan berarti yang berjilbab tidak terhormat dan yang berjilbab sangat
terhormat, karena kan masih banyak interpretasi tentang hal itu.
Menurut Nana, yang penting tampil terhormat dan banyak cara untuk terhormat selain
dengan jilbab.
“Tidak pernah ada keharusan untuk berjilbab,” ucapnya.
Dengan cara berpakaian seperti dirinya sekarang, menurut Nana, tak pernah ada yang
komplain.“Karena mungkin melihat ayah, kalau ditanya orang pendapatnya
membolehkan, membebaskan berjilbab atau tidak. Jadi banyak alasan dari ayah saya.
Kalau ada yang komplain, paling pas bercanda. Dan saya selalu bilang: ya Insya Allah
mudah-mudahan suatu saat. Yang pasti hatinya berjilbab kok.”
Meski kini ada rekan reporter yang mengenakan jilbab, Nana tidak terpengaruh. Sampai
saat ini, dia merasa apa yang dilakukannya sudah berada pada jalur yang benar.
Kalau nanti ada hidayah lebih lanjut, atau kemantapan memakai jilbab, tanpa ragu Nana
akan memakainya.

E. Alasan Megawati Soekarno Putri tidak Berhijab

Capres Megawati Soekarnoputri yang berpasangan dengan Prabowo Subianto


sebagai cawapres, dengan jargon Mega-Pro, menyatakan enggan latah berjilbab.”Masa
orang berpakaian tidak boleh sesuai jati dirinya. Orang berpakaian harus sesuai jati diri
masing-masing,” ujar Mega di sela-sela acara peluncuran Media Centre Mega-Pro di
Jalan Prapanca, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (28/5).
Pilihan memakai jilbab kini sedang hangat menjadi pembicaraan, menyusul
keinginan PKS dan PPP agar Ny Ani Yudhoyono dan Ny Herawati Boediono sebagai
istri capres-cawapres Partai Demokrat, SBY-Boediono, sebaiknya berjilbab. Alasannya,
jika Ny Ani dan Ny Herawati berjilbab bisa menarik simpati massa pemilih PKS dan
umat Muslim.
Menurut Mega, sejak ia kecil, Bung Karno selalu mengatakan agar dirinya
berpakaian sesuai jati dirinya tanpa latah mengikuti orang lain. ”Jadilah diri sendiri.
Bagi saya hal itu yang sangat penting,” kata Mega.
Di sisi lain, Partai Golkar meminta pihak-pihak tertentu agar tak
menghubungkan Ny Ani Yudhoyono yang tidak berjilbab dengan isu politik menjelang
pilpres. Golkar menilai, cara berbusana merupakan hak asasi seseorang.
”Jangan disalahkan Ibu Ani tidak berjibab. Ibu Mufidah Kalla dan Ibu Uga
Wiranto sudah dari sananya berjilbab. Menurut beliau, hal itu merupakan ekspresi
panggilan kemusliman,” ujar Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso di Gedung
DPR, Senayan, Jakarta, kemarin.
Sementara itu, di tempat sama, Prabowo menjelaskan alasan pemilihan pakaian
sehari-harinya, yakni baju safari berwarna krem. Pakaian ini, kata Prabowo, meniru
gaya para pejuang nasional yang tampil sederhana.
”Saya kagum pada tokoh nasional, seperti Bung Karno, Bung Hatta, Jenderal
Sudirman, dan Sjahrir. Menurut Saya, mereka sangat sederhana dalam berpakaian dan
saya ingin meniru mereka,” ujar Prabowo
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk menetapkan kewajiban hijab bagi kaum wanita, kita juga bisa merujuk
sirah kaum wanita muslimah pada zaman Rasulullah. Mereka selalu menutupi tubuh
dan rambut mereka ketika berada di hadapan non muhrim, [Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat di Tahlile nu wa Amali az Hijab dar Asre Hadzir, hal 49] seperti yang
kita lihat dari hadis tentang kedatangan Rasulullah bersama Jabir ke rumah
Sayyidah Fathimah  as.
Begitu juga dengan akal manusia, akal manusia juga dapat membuktikan kewajiban
hijab bagi kaum wanita. Akal akan senantiasa memerintahkan segala perbuatan yang
membawa manfaat dan akan memerintahkan untuk melakukan hal itu, begitu juga
sebaliknya akal akan selalu memperingatkan manusia dari hal-hal yang
membahayakan manusia.
Oleh karena itu, ketika melihat bahwa hijab akan memberikan keamanan,
ketenangan atau dapat memupuk rasa cinta kasih di antara sesama maka akal yang
sehat dan tidak tertawan oleh hawa nafsu akan memerintahkan untuk berhijab.
Wallahu a’lam

DAFTAR PUSTAKA
http://mustyka-mustyka.blogspot.com/2011/12/makalah-jilbab-hijab.html
http://www.al-shia.org/html/id/service/maqalat/044.htm
https://halodunia.net/alasan-najwa-shihab-enggan-berhijab/
Kompas.com, [ 2009, mei 29 ] website News Nasional Megawati tak Ingin Latah
Berjilbab. https://amp.kompas.com/nasional/read/2009/05/29/08160377/megawati-tak-
ingin-latah-berjilbab

Anda mungkin juga menyukai