Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Lingkungan dan Agama dalam Motivasi Berjilbab Mahasiswi

Aqidah dan Filsafat Islam Angkatan 2022 Kelas C

Abdul 1, Arif 2, Aulia 3

Aqidah dan Filsafat Islam


UIN Sunan Gunung Djati
Abstrak
jilbab dapat diartikan sebagai busana untuk menutupi tubuh seseorang. Bukan hanya
menutupi kulit tubuhnya, melainkan juga bentuk tubuhnya tidak terlihat. Awalnya di Indonesia
jilbab masih merupakan suatu hal yang kurang familiar pada masyarakat luas. Namun, setelah
itu ada istilah jilbaber (pemakai jilbab) populer dan menjadi tren tersendiri. Bahkan saat ini
jilbab telah menjadi bagian dari gaya hidup para muslimah. Metode penelitian yang digunakan
artikel ini adalah metode penelitian kuantitatif deskriptif yaitu menjelaskan pemecahan
masalah yang ada dengan berlandaskan data-data, dengan menyajikan dan menganalisa lalu
menginterpretasinya. Hasil jawaban mahasiswi menyatakan sangat setuju memakai jilbab dari
kesadaran diri sendiri karena mereka menyadari bahwa memakai jilbab itu adalah hal yang
wajib bagi mereka karena sebagai muslimah mereka diwajibkan untuk memakai jilbab sebagai
penutup aurat.
Kata Kunci: Jilbab, Mahasiswi, Motivasi.

Abstract
Hijab can be interpreted as clothing to cover one's body. Not only covering the skin of
his body, but also the shape of his body that is not visible. Initially in Indonesia the headscarf
was still something that was not familiar to the wider community. However, after that there
was the term jilbaber (hijab wearer) which became popular and became a trend in itself. Even
now the hijab has become part of the lifestyle of Muslim women. The research method used
in this article is a descriptive quantitative research method, namely explaining existing
problem solving based on data, by presenting and analyzing and then interpreting it. The
results of the female students' answers stated that they strongly agreed to wear the headscarf
out of self-awareness because they realized that wearing the headscarf was obligatory for
them because as Muslim women they were required to wear the headscarf as a cover for their
genitals.
Keywords: Hijab, Students, Motivation.
Pendahuluan
Jilbab adalah busana yang menjadi salah satu indikator keislaman seorang muslimah
karena jilbab merupakan perintah Allah SWT yang ada dalam Qs. Al-Ahzab ayat 59. Selain
dari perintah Allah, jilbab juga disebutkan memiliki manfaat yaitu dapat menjaga sikap dan
perilaku, dan dapat meneguhkan identitas keislaman dari diri seseorang.
Pada abad 20 di Indonesia jilbab masih merupakan suatu hal yang kurang familiar pada
masyarakat luas. Hal tersebut dikarenakan pada zaman itu pemerintah tidak memberikan ruang
terhadap para muslimah untuk berjilbab, Khusunya para pegawai negeri sipil dan para pelajar,
mereka mendapatkan perlakuan diskriminatif dilingkungannya.
Namun pada abad ke 21 ini jilbab menjadi suatu tren yang semakin marak dipakai oleh
para wanita baik dari kalangan tua maupun muda. Komunitas para pengguna jilbab ini pun
mulai bermunculan di Indonesia, yang membuat banyak yang termotivasi untuk menggunakan
jilbab. Namun dalam penggunaannya, banyak perbedaan yang memotivasi para wanita untuk
menggunakan jilbab tersebut.
Penggunaan jilbab yang semakin marak tersebut juga membuat model-model jilbab
makin berkembang dan memiliki variasi-variasi yang unik. Di era modern ini banyak sekali
media sosial yang mengajarkan cara-cara untuk membuat model jilbab menjadi banyak
variasinya. Hal tersebut juga dapat memotivasi pada muslimah untuk memakai jilbab karena
ketika banyak yang memposting variasi jilbab, maka jilbab akan menjadi tren fashion yang
akan banyak diikuti oleh para muslimah. Bahkan sekarang jilbab telah menjadi bagian dari
gaya hidup para muslimah (Susanti dan Fahyuni 2021: 2).
Tren tersebut terlihat juga pada mahasiswi Aqidah dan Filsafat Islam angkatan 2022
kelas c, dimana banyak variasi model jilbab yang digunakan oleh para mahasiswi tersebut. Dari
hal ini peneliti mengkaji apakah pemakaian jilbab tersebut karena banyak variasinya dan
banyak dipakai orang di sosial media dan hal tersebut dianggap menjadi tren maka mereka
menggunakan jilbab, atau ada hal lain yang membuat mereka ingin menggunakan jilbab.
Dalam penelitian ini, peneliti memberikan kuesioner kepada mahasiswi jurusan Aqidah
dan Filsafat Islam angkatan 2022 kelas c. Peneliti menanyakan hal apa saja yang memotivasi
mereka untuk menggunakan jilbab. Mulai dari pengaruh lingkungan seperti lingkungan rumah,
kampus, tempat tinggal, lalu pengaruh agama yang berupa doktrin yang berasal dari suatu
tafsiran ayat suci Al-Qur’an, dan motivasi dalam diri bahkan di luar diri seperti tren jilbab yang
ada di sosial media.
Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penulisan artikel ini munggunakan metode penelitian
kuantitatif deskriptif yang merupakan penelitian untuk menjelaskan pemecahan masalah yang
ada dengan berlandaskan data-data, dengan menyajikan dan menganalisa lalu menginterpretasi
nya (Narbuko 2015: 44).
Dalam penelitian ini peneliti melakukan peneilitian terhadap mahasiswi jurusan Aqidah
dan Filsafat Islam angkatan 2022 kelas c. Penelitian ini menggunakan metode Convenience
Sampling yang artinya Teknik yang digunakan dalam mengambil sampel yaitu dengan cara
mengumpulkan data atau informasi dari populasi yang tersedia dan setuju untuk memberikan
data atau informasi tersebut karena pengambilan datanya tidak begitu rumit, dan sangat cepat.
Hasil dan Pembahasan
A. Definisi Jilbab
Jilbab berasal dari kata jalab yang merupakan hal untuk menutupi sesuatu (aurat) di
atas sesuatu yang lain agar tidak terlihat. Masyarakat Islam selanjutnya, jilbab dapat
diartikan sebagai busana untuk menutupi tubuh seseorang. Selain menutupi kulit tubuhnya,
melainkan juga bentuk tubuhnya tidak terlihat (Wijayanti 2017: 162–63).
Imam (2013) didalam artikelnya yang berjudul tafsir ayat jilbab kajian terhadap Q.S
Al-Ahzab (33):59, ia mengemukakan bahwa jalabib adalah suatu bentuk jamak dari kata
jilbab, yang merupakan bentuk mashdar dari kata jalbaba yang serumpun dengan kata
jalaba, yang artinya menghimpun dan membawa. Artinya menutup sesuatu di atas sesuatu
yang lain hingga tak dapat dilihat (Imam 2013: 341).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilbab adalah kerudung lebar yang digunakan
wanita muslimah untuk menutupi kepala, leher, dan dada. Istilah "kerudung" mengacu pada
penutup kepala wanita. Ibnu Mandjur mendefinisikan jilbab sebagai pakaian besar yang
lebih panjang dari khimar (kerudung), bukan selendang dan bukan pula selimut kain besar
yang menutupi kepala, punggung, dada, dan seluruhnya dengan jilbab tersebut. Jilbab juga
dapat disebutkan sebagai pakaian wanita untuk menutupi kepala, punggung dan dada.
B. Fenomena Jilbab di Indonesia
Jilbab merupakan bentuk peradaban yang sudah dikenal beratus-ratus tahun sebelum
datangnya Islam. Ia memiliki bentuk yang sangat beragam. Jilbab bagi masyarakat Yunani
memiliki ciri khas yang berbeda dengan masyarakat Romawi. Demikian pula halnya
dengan jilbab pada masyarakat Arab pra-Islam. Ketiga masyarakat tersebut pernah
mangalami masa keemasan dalam peradaban jauh sebelum datangnya Islam. Hal ini
sekaligus mamatahkan anggapan yang menyatakan, bahwa jilbab hanya dikenal dalam
tradisi Islam dan hanya dikenakan oleh wanita-wanita muslimah saja. Dalam masyarakat
Yunani, sudah menjadi tradisi bagi wanita-wanitanya untuk menutup wajahnya dengan
ujung selendangnya, atau dengan mengunakan jilbab khusus yang terbuat dari bahan
tertentu, tipis dan bentuknya sangat baik.
Jilbab dulunya dapat disebut sebagai pakaian kehormatan, jilbab juga saat itu hanya
dapat digunakan oleh orang-orang yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas karena
perlu dana yang lebih banyak untuk memiliki jilbab yang bagus. Pakaian penutup kepala
perempuan di Indonesia pada awalnya dikenal dengan nama kerudung (Haris 2021: 7),
namun pada awal 1980-an lebih popular dengan naman jilbab.
Pada tahun 1980-an di Indonesia banyak muncul kasus-kasus siswi berjilbab di sekolah
negeri harus memilih tetap bersekolah tanpa menggunakan jilbab karena jika tetap
menggunakan jilbab, maka siswi tersebut harus meninggalkan sekolah. Hal ini tentunya
sangat ironis, karena agama tak lagi urusan personel, namun mulai dirampas oleh orang-
orang yang memiliki kedok normatif, seperti mengurangi konflik dan menjaga perdamaian
sosial.
Kondisi tersebut langsung berubah ketika tahun 1990-an, karena adanya surat
keputusan yang memperbolehkan siswi untuk belajar tanpa harus melepas jilbabnya. Pada
saat itu jilbab hanya dianggap sebagai suatu tanda bagi kaum pinggiran. Disamping adanya
pembatasan pemakaian oleh ruang dan waktu artinya jilbab hanya dapat dipakai ketika
momen-momen tertentu seperti shalat ke masjid, hari raya Idul Fitri/Adha, dll. Selain itu,
jilbab juga dapat dikatakan sebagai simbol seseorang yakin dan mendalami agama. Dan
saat itu, model jilbab tak menjadi tren fashion tertentu.
Namun, setelah beberapa tahun dari itu ada istilah jilbaber (pemakai jilbab) populer
dan menjadi tren tersendiri (Budiati 2011: 62). Ketika itulah mulai ada kebebasan untuk
mengekspresikan hal yang sudah lama terkungkung, yaitu jilbab. Setelah itu, banyak para
muslimah yang menggunakan jilbab. Lalu hal ini diikuti oleh kebijakan otonomi daerah
yang mengusulkan untuk adanya penerapan syariat Islam, seringkali agenda “jilbabisasi”
diadakan oleh otonomi daerah, hal ini menjadi indikasi bahwa daerah tersebut menerapkan
syariat Islam.
Timbulnya globalisasi ekonomi, budaya, dan informasi telah memberikan pengaruh
terhadap aktivitas manusia termasuk busana. Pergaulan antar manusia dan budaya yang
melewati batas- batas geografis, budaya dan agama telah meningkatkan intensitas dan
kompleksitas konsumsi fashion itu sendiri. Akhirnya berdampak dengan meluasnya
penggunaan jilbab sebagian besar masyarakat Indonesia.
Munculnya globalisasi ekonomi, budaya dan informasi telah berdampak pada aktivitas
manusia termasuk busana. Interaksi antara manusia dan budaya yang melintasi batas
geografis, budaya, dan agama telah meningkatkan intensitas dan kompleksitas konsumsi
fashion itu sendiri. Akhirnya hal tersebut berpengaruh pada maraknya penggunaan jilbab
oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
C. Motivasi dalam Berjilbab
Motivasi dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi dapat juga diartikan sebagai energi yang dimiliki oleh
seseorang untuk mengubah suatu kebiasaan yang kurang baik menjadi kebiasaan
melakukan hal yang lebih baik. Motivasi dapat muncul dari dalam diri ketika terdesak
dengan hal yang wajib diselesaikan dengan jangka waktu pendek. Motivasi juga dapat
muncul dari adanya dorongan serta desakan dari orang lain yang berpengaruh terhadap kita,
dan membuat kita menjadi semangat dalam menggapai tujuan yang kita mau (Fitriyani,
Prasetiya, dan Rifhan Halili 2022:25–26).
Motivasi berjilbab dari para mahasiswi tentunya berbeda-beda, ada yang berasal dari
dalam dirinya dan ada yang berasal dari luar dirinya. Motivasi dari dalam diri sendiri yaitu
pemaknaan terhadap ayat Al-Qur’an, atau ketaatannya terhadap agama. Sedangkan
motivasi dari luar dirinya yaitu dari lingkungan tempat tinggal, kampus, rumah, dll.
Mengenai motivasi berjilbab dari mahasiswi Aqidah dan Filsafat Islam angkatan 2022
kelas C mereka pada umumnya menyatakan bahwa motivasi untuk memakai jilbab berasal
dari dalam diri sendiri, yaitu memakai jilbab atas kesadaran diri sendiri, dan karena
memaknai Qur’an surat Al-Ahzab ayat 59, dibanding faktor dari luar dirinya yaitu
lingkungan tempat tinggal, rumah, dan kampus. Seperti dalam kuesioner tentang motivasi
berjilbab mahasiswi Aqidah dan Filsafat Islam angkatan 2022 kelas C yang dilihat dari
diagram lingkaran.

Gambar 1.1 Gambar 1.2


Hasil dari diagram lingkaran yang ditunjukan pada Gambar 1.1 menyatakan bahwa para
mahasiswi sangat setuju jika mereka memakai jilbab dari kesadaran diri sendiri karena
mereka sadar bahwa memakai jilbab adalah hal yang wajib bagi mereka, yang dimana hal
ini dinyatakan sesuai dari Gambar 1.2 karena sebagai muslimah mereka diwajibkan untuk
memakai jilbab sebagai penutup aurat.

Gambar 1.3 Gambar 1.4


Mahasiswi memiliki sangat setuju bahwa mereka menggunakan jilbab karena mereka
memaknai ayat suci Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 59 seperti yang ada pada Gambar 1.3
yang dimana surat Al-Ahzab ayat 59 ini menerangkan bahwa Allah memerintahkan agar
para wanita mukmin untuk menutup seluruh tubuhnya menggunakan jilbab. Adapun dalam
Gambar 1.4 mahasiswi ada beragam jawaban mahasiswi terhadap pemakaian jilbab yang
mempengaruhi sikap dan perilaku, dalam diagram tersebut menyatakan bahwa mahasiswi
lebih banyak setuju terhadap pernyataan bahwa ketika mereka menggunakan jilbab, maka
akan selalu menjaga sikap dan perilaku.

Gambar 1.5 Gambar 1.6


Dilihat dari aspek lingkungannya, para mahasiswi kebanyakan tidak setuju terhadap
pernyataan yang menyatakan bahwa mereka memakai jilbab karena diwajibkan oleh pihak
kampus seperti yang terlihat di Gambar 1.5, itu berarti mereka ketika diluar kampus akan
tetap memakai jilbab. Lalu dapat dilihat pada Gambar 1.6, para mahasiswi kebanyakan
tidak setuju jika mereka memakai jilbab karena di lingkungan rumahnya banyak yang
memakai jilbab, artinya mereka akan tetap memakai jilbab walaupun di lingkungan
rumahnya sedikit yang memakai jilbab.
Kesimpulan
Penelitian tentang pengaruh lingkungan dan agama dalam motivasi berjilbab mahasiswi
jurusan aqidah dan filsafat islam angkatan 2022 kelas c memiliki beberapa kesimpulan pada
umumnya motivasi untuk berjilbab datang dari kesadaran diri sendiri karena mereka sadar
bahwa memakai jilbab adalah hal yang wajib bagi mereka sebagai muslimah. Selain itu juga
mereka termotivasi karena adanya pemaknaan terhadap ayat suci Al-Qur’an surat Al-Ahzab
ayat 59 yang menerangkan bahwa Allah memerintahkan agar para wanita mukmin untuk
menutup seluruh tubuhnya menggunakan jilbab. Terakhir, mereka tidak terpengaruh oleh
lingkungan manapun baik rumah dan kampus, karena mereka akan selalu memakai jilbab

Daftar Pustaka
Budiati, Atik Catur. 2011. “Jilbab: Gaya Hidup Baru Kaum Hawa.” Jurnal Sosiologi Islam”
1(1): 60-70.
Fitriyani, Benny Prasetiya, dan Heri Rifhan Halili. 2022. “Hubungan Antara Kebiasaan dan
Motivasi Memakai Jilbab Terhadap Perilaku Islami Mahasiswi STAI Muhammadiyah
Kota Probolinggo.” Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman 6(1): 24–36.

Haris, M Akmal. 2021. Implikasi Penggunaan Jilbab. Indramayu: CV Adanu Abimata


Susanti, dan Eni Fariyatul Fahyuni. 2021. “Konsep Jilbab dalam Perspektif Al-Qur’an dan
Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam.” Tarlim : Jurnal Pendidikan Agama
Islam 4(1): 1-12.

Taufiq, Imam. 2013. “Tafsir Ayat Jilbab: Kajian Terhadap Q.S Al-Ahzab [33]:59.” Jurnal At-
Taqaddum 5(2): 336-349.
Wijayanti, Ratna. 2017. “Jilbab Sebagai Etika Busana Muslimah dalam Perspektif Al-
Qur’an.” Cakrawala: Jurnal Studi Islam 12(2): 151–70.

Anda mungkin juga menyukai