Dalam tulisan bapak Aep Kusnawan ada suatu ide dan pokok suatu topik problematika yang
sangat menarik unttuk dikaji, diantaranya seperti penejelasan tersebut:
Melintasi rentang waktu yang panjang, Dakwah Majelis Taklim menjadi fenomena agama
Dan sosial, yang sama tuanya dengan agama Islam. La juga menjadi sesuatu yang tanpa akhir
(on Going proses). Antara Dakwah Majelis Taklim dan Islam terjadi hubungan dialektis-dinamis,
Islam Tersebar karena Dakwah Majelis Taklim, dan Dakwah Majelis Taklim dilakukan atas
dasar tuntunan Ajaran Islam.
Sebagai wujud kedinamisan, dalam proses yang ditempuhnya, Dakwah Majelis Taklim
memiliki kekayaan nuansa. Hal itu karena Dakwah Majelis Taklim harus berhadapan dengan
dinamika kehidupan manusia di manapun berada.
Oleh karena itu, Dakwah Majelis Taklim “dituntut untuk mengalami dinamika secara
internal, yang dalam prosesnya terjadi “tarik-ulur” antara Dakwah Majelis Taklim dengan
kondisi masyarakat. Antara “merekayasa kondisi masyarakat, dan “direkayasa oleh masyarakat
yang “diciptakannya”. Sehingga adanya dinamika dalam Dakwah Majelis Taklim dan kajiannya,
merupakan konsekuensi logis dari adanya dinamika tersebut. Awalnya memang Dakwah Majelis
Ketika Dakwah Majelis Taklim kelak berhadapan dengan situasi masa depan seperti di
atas, Ada beberapa persoalan yang masih menyelimuti dunia Dakwah Majelis Taklim dewasa
ini. Beberapa persoalan tersebut nampaknya dapat menjadi bahan introspeksi dan renungan
untuk Disolusi, sehingga Dakwah Majelis Taklim dapat memiliki kesiapan untuk menjawab
berbagai Persoalan yang ada sebagai dampak perubahan sosial yang terjadi.
Penelitian telah dilakukan untuk menganalisa hubungan religiositas sebagai faktor yang
mempengaruhi gaya berpakaian di kalangan mahasiswi FISIP UIN Jakarta, serta pengaruh
religiositas terhadap pemilihan pakaian pada wanita muslim. Tren busana muslimah dalam
perspektif bisnis dan dakwah juga telah dikaji, yang menunjukkan bahwa Muslim clothing in
Indonesia terus menjadi trend dan memiliki peluang bisnis yang besar.
Penelitian juga telah dilakukan untuk menganalisa dampak tren fashion hijab terhadap
konsep diri remaja di Desa Penandingan Kecamatan Tanjung Sakti.
Tanggapan pegiat Majelis Taklim terhadap permasalahan fashion yang diakibatkan oleh
pengaruh dari barat adalah bahwa pengaruhnya tidak memenuhi syarat-syarat Islam. Pegiat
Majelis Taklim mengingatkan bahwa pakaian yang tidak memenuhi syarat-syarat Islam tidak
boleh digunakan oleh wanita muslimah. Pegiat Majelis Taklim juga menaruh pentingan pada
pengembangan pakaian yang memenuhi syarat-syarat Islam, sehingga wanita muslimah dapat
memakai pakaian yang sesuai dengan kepercayaan dan keagamaan mereka.
Tanggapan pegiat Majelis Taklim terhadap permasalahan pengaruh pakaian fashion dari barat
adalah bertentangan dengan syarat-syarat Islam. Syarat-syarat Islam mengatur bahwa wanita
harus berpakaian sesuai aturan Islam, yang meliputi pakaian muslim berkembang dan menjadi
mode di antara mereka wanita muslimah. Tren pakaian muslim di Indonesia, terutama di
kalangan remaja, telah menjadi budaya di Majelis Taklim, dengan diharuskan berpakaian secara
seragam.
Fashion hari ini menjadi budaya di Majelis Taklim, dengan pakaian yang diperuntukkan
untuk berpakaian seragam, tidak semua wanita muslimah memiliki pakaian yang sesuai dengan
syarat-syarat Islam. Banyak wanita muslimah yang memakai pakaian transparan, yang tidak
memenuhi syarat-syarat Islam. Pengaruh fashionable dari barat membuat pakaian muslim
berkembang dan menjadi trend di Indonesia, terutama di kalangan remaja.
Penelitian telah dilakukan untuk menganalisa dampak tren fashion hijab terhadap konsep diri
Kecamatan Gedebage Kota Bandung, yang menunjukkan bahwa tren fashion hijab
mempengaruhi konsep diri remaja. Fashion hijab menjadi trend dalam dunia fashion bukan
semata-mata karena pemanfaatan media berbasis internet, tetapi juga karena internalisasi nilai-
nilai dalam diri perempuan tentang estetika dan nilai-nilai agama tentang hijab.
Penelitian juga telah dilakukan untuk menganalisa dampak tren fashion hijab terhadap
konsep diri di kecamatan gedebage kota bandung.
Tanggapan pegiat Majelis Taklim terhadap permasalahan pengaruh pakaian fashion dari
barat berbeda-beda. Berikut adalah beberapa tanggapan yang ditemukan:
1. Pengaruh Pakaian Fashion Dari Barat adalah Benar, Banyak pegiat menganggap bahwa
pengaruan pakaian fashion dari barat adalah benar, karena pakaian fashion yang diterima
di sana telah menjadi trend di Indonesia, termasuk pakaian hijab. Ini disebabkan oleh
pemaknaan media berbasis internet, yang membuat trend fashion dari barat dapat tersebar
ke Indonesia.
2. Tren Fashion Hijab adalah Strategi Dakwah, Beberapa pegiat melihat tren fashion hijab
sebagai strategi dakwah, yang bertujuan untuk memperingati nilai-nilai Islam dalam
berpakaian. Ini disebabkan oleh faktor internalisasi nilai-nilai agama tentang hijab, yang
membuat perempuan muslimah maupun hijabers mengikuti trend hijab fashion.
3. Pengaruh Pakaian Fashion adalah Tentang Identitas, Banyak pegiat menyebutkan bahwa
pengaruh pakaian fashion adalah tentang identitas, baik identitas sebagai bagian dari
masyarakat muslim atau identitas trendsetter. Ini disebabkan oleh faktor estetika hijab,
yang membuat hijab menjadi gaya hidup fashion.
4. Pakaian Transparan Tidak Sesuai Syarat-Syarat Islam, Beberapa pegiat menganggap
pakaian transparan tidak sesuai syarat-syarat Islam, karena tidak menutupi seluruh aurat
wanita. Ini disebabkan oleh faktor aqidah Islam, yang memperingati tuntunan tentang
busana muslimah.
5. Pengaruh Pakaian Fashion adalah Komunikasi, Banyak pegiat melihat pengaruh pakaian
fashion sebagai komunikasi, baik di antara masyarakat muslim atau di antara masyarakat
umum. Ini disebabkan oleh faktor komunikasi melalui sosial media, yang membuat
pakaian fashion menjadi cara untuk menunjukkan identitas dan kesopanan.
6. Pengaruh Pakaian Fashion adalah Tentang Kesopanan, Beberapa pegiat menganggap
pengaruh pakaian fashion sebagai tentang kesopanan, baik dalam pendekatan estetika
hijab maupun dalam pendekatan aqidah Islam. Ini disebabkan oleh faktor kesopanan yang
disyaratkan dalam syarat-syarat Islam.
Dalam diskusi bersama pegiat Majelis Taklim, beberapa tema yang dijelaskan meliputi
pengaruh pakaian fashion dari barat, kesopanan dalam pakaian, dan identitas sebagai bagian dari
masyarakat muslim. Beberapa kegiatan yang dilakukan juga bertujuan untuk membantu
masyarakat muslim memahami dan mematuhi syarat-syarat Islam dalam berpakaian.
Hasil Dokumentasi