Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2016

KONSTRUKSI MAKNA HIJAB DALAM KOMUNITAS


‘HIJABERS COMMUNITY GARUT’

Khalida Sri Utami1, Achmad Wildan Kurniawan2


1,2
Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Garut
email: khalidasri@yahoo.co.id1, pie.achmad@gmail.com2

Abstrak

Latar belakang penelitian ini adalah perkembangan fashion telah menjadi fenomena tersendiri di masyarakat.
Setiap lapisan masyarakat memiliki gaya fashionnya tersendiri. Dengan fashion orang dapat menampilkan
identitas dirinya yang berbeda dengan orang lain. Saat ini salah satu fashion yang tengah menjadi tren adalah
tren fashion hijab. Semakin berkembangnya tren hijab juga memunculkan banyaknya komunitas Hijabers yang
memiliki kesamaan dalam cara berpakaian. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan motif para anggota
komunitas Hijabers Community Garut dalam menggunakan hijab, motif anggota untuk bergabung dalam
komunitas Hijabers Community Garut dan pemaknaan hijab oleh para anggota komunitas Hijabers Community
Garut. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan motif para anggota komunitas Hijabers
Community Garut dalam menggunakan hijab, motif anggota untuk bergabung dalam komunitas Hijabers
Community Garut dan pemaknaan hijab oleh para anggota komunitas Hijabers Community Garut. Metode
penelitian ini menggunakan fenomenologi dengan pendekatan kualitatif, paradigm konstruktivis dengan tujuan
mengoptimalkan subjek dalam memaknai pemaknaan hidupnya terkait dengan konstruksi makna hijab dalam
komunitas di Garut. Subjek penelitian ini adalah anggota Hijabers Community Garut dengan kriteria tertentu
serta menyatakan bersedia mengikuti hingga selesai. Adapun yang dijadikan informan sebanyak 10 orang.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi
kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan memiliki motif yang beragam untuk menggunakan
hijab, yaitu motif modis, motif tuntutan lingkungan, motif pencitraan diri, motif proses pembelajaran, dan motif
ketaatan beragama. Adapun motif informan bergabung ke dalam komunitas antara lain motif syi’ar, motif
eksistensi diri dan motif bisnis. Pemaknaan hijab bagi informan yaitu sebagai pelindung, pencitraan, keharusan,
dan kecantikan diri. Konstruksi makna dalam penelitian ini disebabkan oleh perkembangan fashion,
penyesuaian diri, dan pengalaman di masa lalu.
Kata Kunci: Konstruksi Makna; Fenomenologi; Interaksi Simbolik; Fashion; Hijab

Abstract

The background of this research is the development of fashion has become a phenomenon in society. Every
society has its own fashion style. With the fashion to show his identity that is different from others. Nowadays
one of the fashion that a trend is a trend fashion hijab. The growing trend of hijab also raises many Hijabers
communities that have similarities in dress. This study aims to explain the motives of the members of the
community in using the Garut Community Hijabers hijab, motive members to join the community Hijabers
Community Garut and meaning of hijab by community members Hijabers Community Garut. The purpose of
this study is to explain the motives of the members of the community in using the Garut Community Hijabers
hijab, motive members to join the community Hijabers Community Garut and meaning of hijab by community
members Hijabers Community Garut. This research method using the phenomenological qualitative approach,
constructivist paradigm with the aim of optimizing the subject in defining the meaning of life associated with
the construction of the meaning of hijab in the community in Garut. The subjects were members of the
Community Hijabers Garut certain criteria as well as the states are willing to follow to the end. The informants
were used as many as 10 people. Data collection techniques are in-depth interviews, participant observation,
and literature study. The results showed that the informant had a variety of motives for the use of the hijab, the
fashionable motif, the motif of environmental demands, self-image motif, motif learning process, and the motive
of religious observance. The motive of the informant to join the community, among others syi'ar motif, motif
own existence and business motives. Pemaknaan hijab as protection for informants, imaging, necessity and
beauty of self.Construction of meaning in this study due to the development of fashion, adjustment, and
experience in the past.
Key words: Meaning Construction; Phenomenology; Symbolic Interactionism; Fashion; Hijab

I. Pendahuluan Berbusana merupakan hal yang tidak


akan pernah lepas dari perhatian setiap

Jurnal Komunikasi Volume. 2 No. 1 April 2016


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2016

individu, karena hal ini bisa menjadi penilaian Hijab merupakan istilah bahasa Arab,
tersendiri dari orang lain terhadap karakter hajaban, yang artinya tabir atau penutup
masing-masing individu tersebut. Pakaian (Zami, 2014: 30). Kata hijab lebih merujuk
yang kita gunakan membuat pernyataan pada kerudung yang digunakan oleh wanita
tentang diri kita. Bahkan, jika kita bukan tipe Muslim. Namun dalam keilmuan, hijab lebih
orang yang terlalu peduli tentang pakaian, tepat merujuk kepada tata cara berpakaian
orang yang berinteraksi dengan kita akan yang pantas sesuai dengan tuntunan Agama.
menafsirkan bahwa kita sedang ingin Hijab dalam arti pakaian terdiri dari khimar
menunjukkan sebuah pesan dari pakaian yang (kerudung) dan jilbab. Khimar atau kerudung
kita gunakan. Cara berpakaian mereka tentu yang dimaksud adalah kain yang menutupi
mencirikan penampilan fisik. Nilai-nilai kepala hingga bagian dada1.
agama, kebiasaan, tuntutan lingkungan Akan tetapi, saat ini hijab lebih
(tertulis atau tidak), nilai kenyamanan, semua diidentikkan dengan pakaian muslimah yang
itu mempengaruhi cara kita berdandan modis. Busana muslim yang dulunya
(Mulyana, 2008: 392). mewakili identitas busana Islami, dianggap
Biasanya orang akan memilih busana tradisional, monoton, ketinggalan zaman,
yang sedang populer pada jangka waktu kuno, dan sebagainya. Berbeda dengan
tertentu, hal tersebut biasanya kita kenal sekarang yang sudah menjadi tren di
dengan istilah fashion. Fashion membuat masyarakat. Tren ini dapat dilihat dari
setiap individu dapat mengekspresikan apa semakin banyaknya wanita muslimah yang
yang sedang dirasakan melalui pilihan warna menggunakan hijab modern yang stylish dan
yang digunakan, corak ataupun model yang modis.
digunakan. Hal itu terbukti dari beberapa wanita
Perubahan gaya hidup masyarakat muslimah yang awalnya tidak menggunakan
mempengaruhi perkembangan fashion hijab menjadi menggunakan hijab setelah
Indonesia. Seluruh lapisan memiliki gaya diterpa komunikasi para ikon Hijabers baik
masing-masing, bahkan fashion telah menjadi melalui blog atau jejaring sosial. Hadirnya
gaya hidup populer. Fashion telah menjadi tren hijab modern di tengah dunia fashion
status sosial dan identitas. Busana adalah seolah-olah melawan persepsi masyarakat
cermin status. Dari busana yang dikenakan tentang muslimah berhijab yang selama ini
dapat diketahui tingkat ekonomi dan status dilihat sebagai sosok yang kuno, tidak
sosial pemakainya. Selain itu juga dapat kita energik, tertutup, dan sebagainya.
nilai citra estetika, kepribadian, dan kualitas Kehadirannya tersebut juga mengubah gaya
moralnya (Surtiretna, 2000: 51). hidup wanita muslimah Indonesia yang dulu
Belakangan di masyarakat muncul hanya sedikit wanita yang menggunakan hijab
sebuah tren fashion baru yang diusung oleh atau busana muslim, kini semakin banyak
para wanita muslimah yang mengenakan hijab wanita yang berani memutuskan untuk
dan pakaian tertutup. Istilah hijab muncul menutup aurat.
sebagai identias pakaian muslim yang Komunitas Hijabers ini marak dengan
fashionable. Belum jelas siapa yang pertama kegiatan semacam praktik cara mengenakan
mempopulerkan istilah hijab hingga menjadi hijab (tutorial), kumpul-kumpul dengan gaya
umum di masyarakat dan dimaknai sebagai hijab menarik di tempat-tempat terbuka seperti
pakaian tertutup wanita muslimah. Jika pusat perbelanjaan, bazar, dan kampus.
sebelumya digunakan istilah pakaian muslim, Lengkap dengan photo session yang
jilbab atau kerudung, kini di masyarakat telah
berkembang istilah baru yaitu ‘hijab’. 1
http://kompasiana.com/post/read/561868/2/jilbab-
debat-dan-rekonstruksi-makna

Jurnal Komunikasi Volume. 2 No. 1 April 2016


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2016

menunjukkan eksistensi mereka secara fisik ibu-ibu. Banyak pula wanita yang sebelumnya
sebagai wanita yang menutup aurat. Meski tidak berhijab mulai mengenakan hijab dengan
tidak sedikit juga yang melakukan kegiatan berbagai gaya yang trendi. Tak sulit
berorientasi ibadah seperti pengajian atau menemukan wanita berhijab yang fashionable
charity. Komunitas Hijabers ini sangat masif. di berbagai tempat di Kota Garut. Berbagai
Mereka bahkan menguasai social media, tren fashion hijab yang belakangan booming
memiliki blog, dan Youtube untuk di Indonesia, seperti kaftan Syahrini sampai
mempublikasikan keberadaan komunitas hijab Fatin Shidqia juga banyak digemari oleh
(Zami, 2014: 59). masyarakat Garut.
Terdapat dua pokok penting yang Hal ini, semakin menegaskan tren
ditekankan dalam gaya yang ditampilkan fashion hijab telah sampai di Kota Garut.
individu yaitu sebagai simbol perlawanan Melihat mulai banyaknya Hijabers dan tren
terhadap apa yang terjadi dalam kehidupan fashion hijab di kota Garut, empat orang
sehari-hari dan sebagai cara agar diterima di muslimah yaitu Edelyne, Dini Zahra, Yuli dan
kelompoknya. Individu berusaha Endah memutuskan untuk mendirikan sebuah
mengidentifikasi diri mereka dan berkumpul komunitas Hijabers pada tahun 2012, yang
bersama orang-orang yang memiliki diberi nama Hijabers Community Garut.
kesamaan, sehingga identitasnya menjadi Beberapa kegiatan yang diadakan diantaranya
bagian dari identitas kelompok. Selain itu, pertemuan rutin, acara kajian, fashion show
bergaul dalam sebuah kelompok atau dan tutorial hijab di event tertentu.
komunitas mempermudah manusia mengenal Berdasarkan judul yang ditulis, maka
jati diri dan memperkuat identitas dirinya di fokus penelitian ini adalah: bagaimana
dalam masyarakat. Seperti yang sudah konstruksi makna hijab oleh para Hijabers
diuraikan diatas, kecenderungan anggota dalam komunitas Hijabers Community Garut.
komunitas untuk membentuk pribadi secara Sedangkan tujuannya adalah untuk
kolektif ditujukan untuk menguatkan menjelaskan motif para anggota komunitas
kepercayaan dirinya (Steele, 2005: 39). Hijabers Community Garut dalam
Komunitas Hijabers di Indonesia menggunakan hijab, motif anggota untuk
sampai saat ini terus berkembang hampir di bergabung dalam komunitas Hijabers
seluruh wilayah Indonesia. Hal tersebut Community Garut dan pemaknaan hijab oleh
menunjukkan bahwa penggunaan hijab para anggota komunitas Hijabers Community
modern sudah diterima di masyarakat. Itulah Garut.
yang membuat beberapa orang memilih untuk
bergabung dengan komunitas Hijabers yang II. Kerangka Konseptual
berisi sekelompok muslimah pengguna hijab a. Hijab
modern yang memiliki identitas sebagai Penggunaan hijab sudah dilakukan sejak
kelompok pengguna hijab masa kini. ribuan tahun silam, hanya saja saat itu belum
Kota Garut juga tak ketinggalan dalam digunakan sebagai perintah agama. Di kota-
mengikuti tren fashion hijab. Hal itu dapat kota tua seperti Mesopotamia, Babilonia dan
dilihat dari banyaknya toko-toko pakaian Asyiria, kebiasaan menggunakan tudung
mulai dari kios-kios sederhana, mal-mal, kepala pernah menjadi tradisi yang sangat
butik-butik, hingga online shop yang mengakar pada masyarakatnya. Bahkan
mengusung tema hijab yang rata-rata selalu wacananya sering menjadi isu-isu penting
ramai peminat. Wanita-wanita muslim Garut perundang-undangan seperti terlihat jelas
juga mulai berani memadu-padankan hijab dalam Code Bilalama (3000 SM), Code
yang mereka kenakan dengan berbagai gaya,
baik dari kalangan remaja, mahasiswi, sampai

Jurnal Komunikasi Volume. 2 No. 1 April 2016


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2016

Hamurabi (2000 SM), dan Code Asyiria (1500 Barnard (2006: 64) menunjukkan bahwa
SM). fashion secara simbolis mengikat suatu
Masyarakat pra-Islam juga sudah komunitas. Hal ini menunjukkan bahwa
mengenal tradisi berhijab. Kebiasaan itu kesepakatan sosial atau apa yang akan
didapat dari masyarakat Mesopotamia dari dikenakan merupakan ikatan sosial itu sendiri,
jalur perdagangan pada masa imperium yang pada gilirannya akan memperkuat ikatan
Kristen Byzantium (Turki). Tradisi tersebut sosial lainnya. Fungsi mempersatukan dari
sangat berkembang pesat di Jazirah Arab dan fashion berlangsung untuk
Timur Tengah yang pada mulanya disebabkan mengkomunikasikan keanggotaan satu
oleh kondisi geokultural. Bagi mereka yang kelompok baik kepada orang-orang yang
tinggal di wilayah berpasir, tudung kepala menjadi anggota kelompok tersebut ataupun
juga bermanfaat untuk mengurangi rasa panas bukan.
yang ditimbulkan oleh teriknya matahari dan Perlindungan, kamuflase, kesopanan, dan
serangan debu pasir yang dapat merusak kulit ketidaksopanan, semuanya
dan rambut. mengkomunikasikan suatu posisi dalam suatu
Ketika Islam datang, tradisi berkerudung tatanan sosial dan kultural, baik anggota
yang sebelumnya memang telah berkembang tatanan itu maupun orang yang berada di luar
pesat sebagai fungsi pelindung, mendapatkan tatanan tersebut. Tak dapat dipungkiri bahwa
legitimasi teologis sekaligus diperlengkap pakaian dan fashion mungkin digunakan
dengan bingkai nilai yang lebih humanis. untuk merefleksikan, meneguhkan,
Melalui Al-Qur’an, Islam mengajarkan bahwa menyembunyikan, atau membangun suasana
tujuan utama berbusana, termasuk etika hati. Mengenakan pakaian yang dipersepsi
berhijab bagi perempuan, adalah semata-mata sebagai keceriaan dan kegembiraan, mungkin
untuk mengekspresikan ketaqwaan (Q.S. Al- digunakan sebagai upaya untuk mengubah
A’raf, 7: 26), mempertegas jati diri agar suasana hati orang, dari bersedih menjadi
terhindar dari tindakan tak senonoh kaum laki- bergembira. Upaya lain yang dilakukan
laki yang tidak bertanggung jawab (Q.S. An- seseorang adalah dengan membeli dan
Nur, 24: 31). memakai pakaian baru, hal ini terlihat
b. Fashion Sebagai Komunikasi membuat banyak orang ‘kecanduan’ pada
Kata fashion merupakan istilah yang perasaan yang diperoleh saat mengenakan
tidak asing lagi di telinga kita. Secara sesuatu yang baru. Perasaan-perasaan itu bisa
epistimologis, kata fashion berasal dari bahasa saja ditingkatkan atau diperkuat oleh keunikan
Latin ‘factio’, yang berarti ‘membuat’ atau atau kesenangan dalam menunjukkan
‘melakukan’. Kata lain yang mengawali kata pengalaman yang berbeda pada dunia, dan
fashion adalah ‘facere’, yang juga berarti tidaklah sukar untuk memahami daya tarik
‘membuat’ atau ‘melakukan’. Karena itu, arti perasaan seperti itu pada orang-orang tertentu.
asli kata fashion mengacu pada hal yang Indiidu-individu pun mungkin memperoleh
berkaitan pada suatu kegiatan yang dilakukan kesenangan estetis baik dari penciptaan
seseorang. Bukan hanya seperti pemaknaan pemeran pribadi maupun dari apresiasi dari
yang dewasa ini lebih mengemuka, yakni orang lain (Roach & Eacher dalam Barnard,
memaknai fashion sebagai sesuatu yang 2006: 66), meski sikap-sikap estetis ini tak
dikenakan oleh seseorang (Barnard, 2006: 11). pelak akan memberikan makna non-estetis.
Fashion telah menjadi fenomena kultural Hal tersebut akan ditafsirkan atau digunakan
ketika fashion menunjukkan praktik-praktik untuk menunjukkan bahwa fashion atau
penandaan. Melalui fashion yang berproses pakaian bukan hanya menunjukkan sekedar
dengan caranya sendiri serta dikomunikasikan estetika.
dalam tatanan sosial. Roach & Eicher dalam

Jurnal Komunikasi Volume. 2 No. 1 April 2016


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2016

Sebagian orang berpandangan bahwa Metode penelitian ini adalah metode


pilihan seseorang atas pakaian mencerminkan fenomenologi, yang memfokuskan
kepribadiannya, apakah ia orang yang perhatiannya terhadap pengalaman sadar
konservatif, religius, modern, atau berjiwa seorang individu. Teori komunikasi yang
muda. Tidak dapat pula dibantah bahwa masuk dalam tradisi fenomenologi
pakaian, seperti juga rumah, kendaraan, dan berpandangan bahwa manusia secara aktif
perhiasan digunakan untuk memproyeksikan menginterpretasikan pengalaman mereka
citra tertentu yang diinginkan pemakainya. sehingga mereka dapat memahami
Pemakai busana itu mengharapkan bahwa kita lingkungannya melalui pengalaman personal
mempunyai citra terhadapnya sebagaimana dan langsung dengan lingkungan. Pendukung
yang diinginkannya (Mulyana, 2008: 394). teori ini berpandangan bahwa cerita atau
pengalaman individu adalah lebih penting dan
c. Komunitas memiliki otoritas lebih besar daripada
hipotesis penelitian sekalipun (Morissan,
Pengertian komunitas selalu digunakan 2013: 31).
silih berganti dengan kelompok, meskipun Pemilihan informan dilakukan dengan
komunitas itu sendiri merupakan salah satu strategi purposive. Strategi ini menghendaki
bentuk kelompok dalam masyarakat. informan dipilih berdasarkan pertimbangan
Pengertian komunitas selalu dihubungkan peneliti dengan tujuan tertentu. Dijadikan
dengan konsep sistem sosial, karena informan dengan pertimbangan bahwa
komunitas dianggap sebagai salah satu tipe merekalah yang paling mengetahui informasi
atau karakteristik khusus dari interaksi sosial yang akan diteliti. Secara khusus pada studi
yang bakal membentuk sistem sosial dalam fenomenologi, Creswell dalam Kuswarno
masyarakat (Liliweri, 2013: 17). (2009: 133) menyarankan untuk
Dapat disimpulkan bahwa gagasan mengutamakan wawancara mendalam
komunitas merupakan model yang kontras setidaknya 5-20 orang. Informan dalam
untuk membahas suatu masyarakat modern, penelitian ini adalah para anggota umum dan
sebab “tampilan beda” dari kelompok yang anggota kepengurusan Hijabers Community
dimodelkan itu kurang memperhatikan aspek- Garut sebanyak 10 orang.
aspek personal/ individual dan kultural,
transformasi teknologi, aspek rasional, mapun
aspek-aspek modernisasi lainnya dalam suatu
masyarakat yang diasumsikan seharusnya
dapat mengurus hidupnya sendiri (Liliweri, IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
2013: 19).
Adapun alasan seseorang mau bergabung Pada bagian ini penulis akan
menggambarkan dan menjelaskan tentang
dalam suatu kelompok/ komunitas menurut
hasil penelitian yang didapat dari hasil
Liliweri (2013: 20) adalah sebuah pertanyaan observasi dan wawancara, yaitu:
penting, sebab setiap orang mempunyai
harapan dan cita-cita yang berbeda, tentu ada 1. Hasil Penelitian
alasan mengapa mereka mau digabungkan Berdasarkan hasil pengamatan dan
dalam satu kelompok. Beberapa orang wawancara, maka diperoleh beberapa kategori
mungkin mau bergabung karrena termotivasi dari kajian konstruksi makna hijab dalam
oleh daya tarik pribadi terhadap anggota lain. komunitas hijabers community Garut yaitu:

III. Metode penelitian Motif Mengenakan Hijab

Jurnal Komunikasi Volume. 2 No. 1 April 2016


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2016

Dari 10 orang informan yang menggunakan hijab adalah sebagai upaya


diwawancarai, terdapat berbagai kesamaan informan untuk mengikuti tren fashion yang
maupun perbedaan peristiwa atau alasan yang saat ini berkembang, khususnya tren fashion
mendorong mereka untuk berhijab. Beberapa hijab.
peristiwa atau alasan yang serupa akan dibuat Dari 10 orang informan, empat orang
menjadibeberapa poin pembahasan, sehingga informan mengungkapkan alasan mereka
diperoleh beberapa kategori. Kategori- untuk berhijab pada awalnya adalah untuk
kategori itulah yang digunakan untuk mengikuti tren mode yang sedang berkembang
menyusun konstruksi makna. berdasarkan apa yang mereka lihat di
Beberapa informan mengemukakan masyarakat saat itu, yaitu Westi, Yuli, Fera,
berbagai alasan yang mendorong mereka dan Ayi.
untuk berhijab dan dalam prosesnya terus Westi (Informan 2) menceritakan
belajar untuk memperbaiki diri dan cara pengalaman awalnya mengenakan hijab
menggunakan hijab itu sendiri. Hampir semua karena melihat banyak muslimah yang
informan yang diwawancarai tidak menyebut mengenakan hijab dan ia terdorong karena
hanya satu alasan, dan satu informan dengan melihat model hijab yang ramai digunakan
lainnya memiliki kemiripan pengalaman. saat itu sangat menarik.
Dengan berbagai cara dan kesempatan “Waktu itu SMP kelas 2, itu mungkin awalnya
liat liat orang juga sih, ikut-ikut orang, coba
melakukan wawancara, diperoleh data yang coba pake tapi yang masih asal aja. Itupun
sudah jenuh dan dianggap sebagai informasi kayanya juga belum ngerti deh untuk apa,
yang absah untuk persoalan ini. pengen ikut-ikutan aja pakenya juga masih ya..
buka lepas buka lepas gitu. Dulunya sih cuma
Peneliti mengelompokkan motif-motif sebagai apa ya, ngikutin tren aja orang-orang
yang diungkapkan oleh para informan dengan kerudungan lucu lucu belum dari niat dalam
hati. Itupun kan sempat ditentang orangtua.
pedoman Fenomenologi Schutz, yaitu motif Orangtua bilang buat apa berhijab kalo cuma
karena (because-motive) yang merujuk pada ngikut-ngikut kalo udah pasti hatinya mantap
masa lalu, serta motif untuk (in-order-to baru berhijab. Cuma kan sayanya bandel
bedegong, gak denger orangtua ya ikut ikutan
motive) yang merujuk pada masa tren aja.”
depan.Sedangkan analisisnya menggunakan
Teori Interaksi Simbolik. Kedua motif Westi (Informan 2) melibatkan aspek
tersebut relevan menggambarkan kondisi society (lingkungan/ masyarakat) sekitarnya
alasan seseorang untuk menggunakan hijab. yang banyak menggunakan hijab modis yang
Motif Karena (Because Motive) kemudian mendorongnya untuk ikut
Schutz dalam Sobur (2009: 267) mengenakan hijab. Walaupun hal tersebut
menjelaskan because motive sebagai masih terhalang oleh orang tua yang belum
motifyang merujuk pada pengalaman masa mendukung keputusan Westi untuk berhijab.
lalu individu, karena itu berorientasi pada Namun Westi tetap teguh pada dirinya (self)
masa lalu. Hal ini merujuk pada hal apa yang untuk meggunakan hijab. Penggunaan hijab
medorong informan untuk mengenakan hijab modis oleh Westi adalah simbol aktualisasi
berdasarkan pengelaman masa lalunya, atau diri dengan lingkungan (society)dalam bentuk
singkatnya dapat disebut sebagai sebab mengikuti tren fashion hijab, bahwa ia adalah
informan mengenakan hijab. Adapun motif- seorang Hijabers yang berpakaian modis dan
motif tersebut sebagai berikut: mengikuti perkembangan jaman.
1. Motif Modis Yuli(Informan 4) juga mengungkapkan
Kata ‘modis’ berasal dari kata ‘mode’. pengalaman yang mirip dengan Westi saat
Modis diartikan sebagai cara berpakaian yang ditanyakan mengenai pengalaman awalnya
mengikuti tren mode terbaru. Hal ini berhijab:
dimaksudkan bahwa salah satu motif

Jurnal Komunikasi Volume. 2 No. 1 April 2016


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2016

“Justru aku selalu ngikutin tren juga ada gaya juga dilakukan untuk memperkaya wawasan
tersendiri terus orang orang sampe pada
ngikutin hehe. Dulu aku pake jilbab tuh masih ya mengenai fashion hijab.
gaul-gaul gitu hehe, diputer-puter sana sini, “Dulu suka… waktu pake jilboobs dibilangnya
padahal dalam Islam itu tidak diperbolehkan, kalo jaman sekarang mah hehe, kadang suka ide
pakaian aku masih suka ketat, membentuk sendiri gitu. Ada tutorialnya. Tapi sekarang mah
lekukan tubuh, pake celana panjang ketat, udah lupa hehe. Justru aku selalu ngikutin tren
legging, padahal dalam Islam itu ga boleh.” juga ada gaya tersendiri terus orang orang
sampe pada ngikutin hehe.”
Fera (Informan 3) juga mengungkapkan
Sedikit berbeda dengan Westi, selain
alasan untuk mengikuti tren fashion hijab:
karena mengikuti tren, Yuli mengungkapkan
“Ngikutin dong hehe biar gak ketinggalan
ia lebih menggunakan imajinasi diri sendiri jaman. Kadang kadang aja neng mun aya nu
dalam mengkreasikan hijabnya yang lucu gitu terus sesuai mah kenapa enggak
membuatnya memilih mengikuti tren fashion diikutin asalkan cocok.”
hijab gaul yang Yuli sebut dengan istilah Fera (Informan 3) semakin menegaskan
‘gaul-gaul gitu, diputer-puter sana sini’, bahwa ia mengikuti tren fashion hijab agar
bahkan banyak orang yang mengikuti gaya tidak ketinggalan jaman. Adapun tren tersebut
hijab yang ia gunakan. Hal ini menandakan ia sesuaikan dengan kebutuhan dan minat diri
aspek mind dalam diri Yuli yang memang sendiri (mind and self). Perilaku mengikuti
memiliki keinginan untuk menggunakan hijab tren fashion hijab adalah simbol aktualisasi
gaul dan perasaan senang ketika gaya hijabnya diri dengan lingkungan (society).
dicontoh oleh orang lain. Penggunaan hijab Ayi (Informan 5) juga menceritakan
gaul bagi Yuli adalah hasil interaksi antara pengalamannya dalam mengikuti tren mulai
mindyang memang memiliki keinginan untuk dari hijab modifikasi hingga hijab syar’i, lalu
tampil modis serta society yang mendukung kemudian memutuskan untuk konsisten
berkembangnya tren fashion hijab. dengan hijab syar’i:
Sambil menceritakan pengalaman “Iya, ikutan. Malah ikutan hijab tutor gitu,
malah teteh jadi tutornya, gitu hehe. Tapi da ga
pertama kali menggunakan hijab, para boleh yah itu teh sekarang mah udah
informan mengungkapkan pernah mengikuti paham.Jadi yang tabaruj itu teh kan mendandani
orangnya teh yang meni bararagus ternyata itu
tren fashion hijab yang terus berputar, mulai teh ga boleh, pake apa hiasan hiasan kepala
dari tren yang dilihat di masyarakat maupun gitu. Teteh mah kan sekarang liat fenomena
mencari referensi sendiri seperti melalui blog khimar kan lagi musim yah, kerudung syari
dimana mana kan kaya di mall gitu, mall elit
atau social media. Hal ini merupakan sampe pasar baru sampe grosir-grosir gitu kan
bentuk/simbol aktualisasi diri dengan lagi tren hijab syari. Tapi bersyukur, yang
pertama bersyukur ya, karena yang tren nya itu
lingkungan dan masyarakat (society). yang syari.Cuma mudah mudahan kalo hijab
Westi (Informan 2) menceritakan syarinya udah ga tren masih tetep pada dipake
gitu. Alhamdulilah lah gitu, teteh juga kan
pengalamannya dalam mengikuti tren fashion
sebelumnya ga terlalu syari, begitu musim, oh
hijab dengan melihat cara berpakaian musim ya, ikutan pake, tapi mudah mudahan
Selebgram Hijabers. Selebgram dijadikan permanen gitu. Ternyata setelah ngikutin,
enakeun, menutup gitu.Kalo sekarang yah,
panutan untuk meperkaya wawasan fashion . senengnya ke kalo artis yah,kalo artis, kayak ke
“Kalo dulu mungkin siapa ya, nggak juga sih Lyra Virna, Cindy Fatika gitu, yang bener bener
kalo untuk artis-artis tertentu tapi kalo sekarang kerudungnya panjang. Sampe kaki juga ditutup
saya lihat orang yang apa ya dibilangnya kayak gitu”
selebgram-selebgram gitu saya suka liat yang Ayi mengaku pernah mengikuti tren
hijabnya gak seperti orang-orang kebanyakan,
itulah yang saya suka liat.” fashion hijab bahkan menjadi model untuk
Serupa dengan Westi, Yuli (Informan 4) tutorial hijab. Ayi juga mengungkapkan ia
menceritakan pengalamannya saat mengikuti selalu mengikuti tren fashion hijab hingga tren
tren jilboobs yang sempat booming di hijab syar’i yang belakangan booming di
masyarakat melalui tutorial hijab. Hal tersebut masyarakat. Hal tersebut adalah bentuk
aktualisasi diri dengan lingkungan (society).

Jurnal Komunikasi Volume. 2 No. 1 April 2016


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2016

Ayi juga mengungkapkan bahwa tren fashion masih angin anginan sih dulu mah dipakena
hijab khususnya hijab syar’i adalah hal yang ka sakola hungkul’. Namun Fera tidak hanya
patut disyukuri, dengan hijab syar’i sudah tinggal diam menerima dorongan dari
menjadi simbol bahwa ia adalah wanita lingkungan, ia juga mulai mencari referensi
muslimah yang taat namun tetap tidak mengenai hijab melalui buku-buku Islami dan
meninggalkan kesan modis. informasi dari internet, untuk menguatkan
Empat informan mengungkapkan aspek mind and self sehingga memperkuat
bahwa motif awal mereka berhijab salah keputusannya untuk mengenakan hijab.
satunya adalah untuk mengukuti tren. Hal ini Yuli (Informan 3) juga mengungkapkan
dilakukan sebagai bentuk aktualisasi diri pengalaman yang mirip dengan Fera:
dengan lingkungan(society) yang memang “Awalnya sih itu ya tuntutan dari sekolah aja,
masih buka lepas sampe akhirnya sekarang saya
mendukung tren fashion hijab berkembang. mengenakan pakaian syar’i.”
Hal itu juga dilakukan untuk menunjang Anita (Informan 7) mengungkapkan
kepercayaan diri(mind and self)dalam pengalaman yang sama dengan Fera dan Yuli,
pergaulan. Penggunaan hijab modis adalah dan setelah terbiasa mengenakan hijab ia
simbol identitas diri sebagai muslimah yang merasa lebih nyaman dan memutuskan
taat beragama namun tetap modis. konsisten untuk mengenakan hijab.
2. Motif Tuntutan Lingkungan “Pertama kali kenal hijab teh waktu SMP. Itu
Motif tuntutan lingkungan diartikan kan diwajibkan dikerudung teh pas hari Jum’at.
Pas kelas tiga SMP baru pake hijab tapi masih
sebagai dorongan yang berasal dari orang- di lingkungan sekolah aja jadi di luar mah
orang terdekat, seperti keluarga, dan nggak. Pas SMA kan sekolahna di aliyah, jadi
tiap hari kedah di kerudung. Mulai lah dari situ
lingkungan sekolah. Informan enakeun di kerudung sehari-hari jadi pake
mengungkapkan bahwa keinginan kerudung.”
menggunakan hijab karena adanya dorongan Anita (Informan 7) menekankan faktor
dari anggota keluarga yang sudah lebih dulu kenyamanan dan kebiasaan yang ia sebut
berhijab, dan karena peraturan sekolah. dengan istilah ‘enakeun’ sehingga
(society).Tujuh dari sepuluh informan yaitu mendorongnya untuk konsisten mengenakan
Fera, Yuli, Rukruk, Anita, Arini, Resi dan hijab. Hal tersebut menunjukkan keterlibatan
Ayeshamengungkapkan motif tuntutan aspek society (peraturan dari sekolah) dan
lingkungan sebagai salah satu alasan berhijab, aspek self (kenyamanan karena sudah terbiasa)
yaitu aturan dari sekolah dan dorongan dari dalam diri Anita sebagai motif Anita untuk
keluarga. mengenakan hijab.
Fera (Informan 3) mengungkapkan Resi (Informan 9) juga mengungkapkan
bagaimana pengalaman pertamanya berhijab: pengalaman yang mirip dengan Anita yang
“Teteh pake kerudung SMP, ya masih angin mengenakan hijab karena peraturan dari
anginan sih dulu mah dipakena ka sakola sekolah.
hungkul. Jadi kan ti sakolana mewajibkan,
bukan pesantren tapi memang sakola biasa tapi “Awal pake hijab kelas 4 SD sejak sekolah
pami siswa muslim diwajibkeun nganggo Islam. Tapi kalo main main masih dibuka. Fix
gak dibuka sejak masuk SMP. Awalnya suka iri
kerudung. Kebetulan, punya kakak kan udah
pake kerudung panjang jadi teteh dikasih sama temen temen yang bisa pamer rambut
kerudung kerudung dikasih pinjem buku buku bagusnya, dan suka geer kalo pas main ke
Islami kitu, ya ditambih sekarang mah neng kan rumah pada muji rambutku. Tapi alhamdulillah
semoga istiqomah mencari ridho Allah ta’ala.
ada internet.”
Dan sekarang belajar memperbaiki hijabnya
Motif yang diungkapkan Fera untuk lebih baik lagi.”
menunjukkan bahwa keinginannya berhijab
adalah karena didorong oleh aspek society Sedikit berbeda dengan informan
(keluarga dan sekolah) namun ia masih belum sebelumnya, Rukruk (Informan 6)
memaknai hijab sebagai kewajiban (mind). mengungkapkan bahwa hijab sudah
Hal tersebut ditunjukkan dengan ungkapan ‘ya

Jurnal Komunikasi Volume. 2 No. 1 April 2016


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2016

dikenalkan oleh orang tuanya sejak usia Tujuh informan mengungkapkan bahwa
kanak-kanak. Terlebih ia tinggal di motif awal mereka menggunakan hijab adalah
lingkungan yang mayoritas wanita muslimah untuk menaati peraturan dari sekolah dan/atau
saat itu sudah mengenakan hijab. Hal ini dapat anjuran dari keluarga serta bukan sebagai niat
dikategikan pula sebagai aspek society. atau keinginan dari sendiri. Mereka juga
“Ari ibu mah da ti nuju alit keneh oge tos mengaku tidak konsisten mengenakan hijab di
nganggo jilbab. Da lingkunganna tos seeur nu
nganggo hijab. Jadi ti alit keneh ge tos luar lingkungan sekolah.Hal tersebut
dikerudung. Maknana waktos harita kedah menunjukkan bahwa aspek mind para
nganggo kerudung teh nya kitu weh ninggal informan saat itu belum menganggap hijab
batur sareng dipiwarang ku sepuh.”
Arini (Informan 8) juga bercerita bahwa sebagai kewajiban beragama, namun hanya
ia sudah dikenalkan dengan hijab sejak masih sebagai simbol ketaatan terhadap peraturan
anak-anak. Selain itu faktor kenyamanan sekolah atau orang tua. Namun seiring waktu
karena sudah terbiasa juga mendorongnya mereka memutuskan untuk konsisten
untuk konsisten mengenakan hijab. Selain itu, menggunakan hijab, baikitu didorong oleh
dengan mengenakan hijab Arini merasa faktor terbiasa, kenyamanan, maupun lebih
dirinya lebih cantik. percaya diri dengan menggunakan hijab.
“Kalo saya karena dibiasakan dari kecil sama Faktor-faktor tersebut dapat dikategorikan
orang tua. Dan semenjak sekolah SD juga udah sebagai aspek self, atau faktor yang datang
pake hijab. Jadi ya sudah terbiasa. Lebih lebih
sekarang mah hijab teh udah banyak yang pake, dari diri sendiri.Dapat disimpulkan bahwa
bagus bagus. Saya juga ngerasanya lebih cantik faktor lingkungan juga sangat berpengaruh
aja dengan pake kerudung hehe.” terhadap pilihan seseorang untuk mengenakan
Arini (Informan 8) juga melibatkan
hijab. Hal ini sesuai dengan bahasan teori
aspek society berupa pembiasaan dari orang
Interaksi Simbolik, bahwa hubungan individu
tua dan karena melihat lingkungan sekitar
manusia dengan masyarakat dan konsep
banyak yang menggunakan hijab modis yang
mengenai diri sendiri akan sangat
ia sebut dengan istilah ‘bagus-bagus’. Selain
mempengaruhi perilaku manusia tersebut
itu Arini juga merasakan dirinya lebih cantik
(Ardianto-2010: 20), dalam hal ini mendorong
dengan menggunakan hijab. Hal tersebut
motif informan untuk mengenakan hijab.
menunjukkan motifnya berhijab juga didorong
oleh aspek mind Arini yang meyakini dirinya
lebih cantik dalam balutan hijab.
3. Motif Pencitraan Diri
Ayesha (Informan 10) juga
Motif pencitraan diri diartikan sebagai
mengungkapkan pengalaman yang mirip
motif untuk menampilkan identitas diri
dengan informan sebelumnya. Ia mengenal
terhadap lingkungan. Informan ingin
hijab sejak usia kanak-kanak karena
menampilkan kesan tertentu dari hijab yang
dibiasakan oleh orang tua. Orang tua juga
dikenakan kepada lingkungan sosialnya. 3 dari
sudah menanamkan sejak kecil bahwa hijab
10 informan mengungkapkan alasan mereka
adalah kewajiban bagi setiapwanita muslimah.
berhijab sebagai bentuk pencitraan diri, yaitu,
“Aku sih udah dari kecil pake kerudung karena
dibiasakan sama orang tua. Ke sekolah kemana- Edelyne, Westi, dan Yuli. Sedangkan 1 dari
mana pake kerudung karena kata orang tua itu 10 informan mengungkapkan pandangannya
kewajiban buat perempuan muslim.
mengenai motif pencitraan diri bagi beberapa
Tidak hanya dorongan aspek society,
orang tua juga menanamkan sejak kecil bahwa muslimah yang mengikuti tren fashion hijab.
Edelyne (Informan 1) mengungkapkan
hijab adalah kewajiban. Hal tersebut telah
motif menggunakan hijab sebagai pencitraan
memperkaya aspek mind Ayesha bahwa hijab
adalah kewajiban. diri:
“Ya kan hijab itu identitas kita sebagai
muslimah dengan berhijab orang tau kita ini

Jurnal Komunikasi Volume. 2 No. 1 April 2016


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2016

muslimah. Juga sebagai apa ya perlindungan Yuli(Informan 3) juga mengungkapkan


gitu jadi orang gak berani macem-macem.”
pengalaman yang mirip dengan Westi:
Dengan hijab, Edelyne berusaha
“Tapi dulu sih mungkin ada perasaan pengen
menyampaikan pesan kepada orang lain yang dikenal karena tren tren jilbab yang aku pake,
mungkin memiliki maksud tidak baik pada sehingga memotivasi perempuan perempuan
biar bisa berjilbab. Karena jujur setiap yang aku
dirinya, ia menyebutnya dengan kalimat‘jadi pake, orang orang pada niru hehe.Ya itu juga
orang gak berani macem-macem’. Hijab kata orang orang katanya gitu, banyak yang
adalah simbol bahwa ia wanita muslimah yang bilang ke aku.Dari mulai ngobrol di bbm atau
dari temen temen gitu.”
tidak bisa sembarangan diganggu. Hijab
adalah identitas diri (self identity). Edelyne(Informan 1) mengungkapkan,
Sedangkan Westi(Informan 2) dengan hijab dirinya dapat menampilkan
mengungkapkan motif pencitraan diri yang identitas diri sebagai muslimah kepada orang
agak berbeda, yaitu keinginan untuk menjadi lain. Sebagai muslimah yang mengenakan
trendsetter: hijab ia ingin menampilkan pesan bahwa
“Waktu dulu sempet ngikutin, kan tren nya itu
mulai rame kira kira.. 2010an ya. Sempet orang lain tidak bisa melakukan hal-hal yang
ngikutin, ya sempet pengen jadi trendsetter juga tidak baik kepadanya. Berbeda dengan
hehe, bikin tutorial-tutorial hijab gitu juga yang Edelyne, Westi (Informan 2) dan Yuli
modern-modern katanya kan, yang di hijabers
juga identiknya seperti itu kan. Awalnya (Informan 4) ingin menampilkan pesan kepada
mungkin kok lebih kaya asesoris ya hijab ini, orang lain, bahwa dengan menggunakan hijab
pengen gak ketinggalan jaman, pengen modis
dan segala macem. Tapi jujur sih sampe mereka bisa menjadi trendsetter, mereka ingin
sekarang masih ngikutin tren hijab yang lagi membentuk identitas(self identity) sebagai
musim tapi lebih ke arah yg syar’i. Pengalaman Hijabers yang modis yang bisa menginspirasi
saya pribadi nih dulu, suami saya kan tentara di
Palu. Ibu ibu disana suka liat liat saya gitu muslimah lainnya dalam hal berpakaian, baik
hijaban kok mereka tertarik ya pengen ngikutin melalui tutorial hijab atau pakaian yang
cara saya berhijab gitu. Alhamdulillah kalo bisa
menginspirasi orang dari apa yang kita pakai. dikenakan. Hal ini sesuai dengan asumsi teori
Ada kebahagiaan tersendiri gitu.Makanya simbolik mengenai pentingnya konsep
sekarang saya jadi berusaha untuk merubah mengenai diri dalam interaksi individu dengan
imej, bahwa hijab itu bukan fashion, tapi hijab
itu kewajiban kita buat menaati perintah Allah, lingkungan, dalam hal ini bagaimana para
terus menutup diri, mengcover, bahkan mungkin informan membentuk identitas dan citra diri
melindungi diri kita dari segala macem hal hal
gangguan gangguan” sebagai muslimah yang terlindungi dari
berbagai kemungkinan gangguan, dan
Westi mengungkapkan adanya identitas diri sebagai trendsetter Hijabers.
kebahagiaan tersendiri saat gaya hijabnya 4. Motif Ketaatan Beragama
menginspirasi orang lain. Hal tersebut Motif ketaatan beragama diartikan
menunjukkan aspek self dalam diri Westi bahwa keinginan berhijab murni sebagai
berupa keinginan unuk dikenal sebagai wujud ketaatan terhadap perintah Agama,
trendsetter hijab dalam lingkungannya bahwa sebagai seorang wanita muslim adalah
(society), baik melalui hijab yang ia kenakan wajib hukumnya untuk mengenakan hijab. 2
sehari-hari maupun melalui tutorial hijab. dari 10 informan, yaitu Edelyne dan Ayi
Namun sekarang Westi ingin merubah imej mengungkapkan motif tersebut.
yang dulu ia bentuk, bahwa hijab adalah Edelyne (Informan 1) menceritakan
kewajiban dan juga simbol dentitas diri keinginannya untuk berhijab adalah sebagai
sebagai wanita muslimah. Serupa dengan wujud ketaatannya kepada perintah Agama:
Edelyne (Informan 1), dengan hijab Westi “Pertama kali pake hijab itu tahun 2004, ya
sebagai wujud keimanan aja kan ya sebagai
juga ingin menunjukkan bahwa ia adalah orang muslim. Nah kalo sekarang, kan waktu
wanita muslim yang tidak dapat sembarangan dulu sih belum begitu apa ya, mendalami apa itu
hijab. Tapi sekarang sih lama-lama udah lebih
diganggu. ini lah, lebih paham kalo hijab itu emang

Jurnal Komunikasi Volume. 2 No. 1 April 2016


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2016

kewajiban bagi muslimah, siap ga siap pokonya doing. Sambil mengenakan hijab walau
harus pake hijab, kalo yang ngaku muslimah
pokoknya harus pake hijab.” mungkin cara mengenakannya belum sesuai
Edelyne mengungkapkan bahwa ia telah syari’at agama, juga dibarengi dengan
mendalami mengenai hukum mengenakan memperdalam ilmu Agama dan memperbaiki
hijab sebagai kewajiban. Hal tersebut diri menjadi lebih baik, termasuk dari cara
menunjukkan aspek mind Edelyne yang menggunakan hijab itu sendiri. 7 dari 10
memang meyakini pilihannya berhijab adalah informan, yaitu Edelyne, Westi, Fera, Yuli,
simbol ketaatannya beragama. Ayi, Resi dan Ayesha mengungkapkan
Ayi(Informan 5) juga menceritakan pengalaman mereka yang termasuk dalam
pengalaman yang mirip dengan Edelyne: motif proses pembelajaran.
“Jadi semenjak dulu, semenjak masih gadis teh Edelyne (Informan 1) menceritakan
ada keinginan yah. Cuman belum tau kalau dulu pengalamannya dalam berhijab sebagai proses
perempuan teh wajib pake jilbab. Jilbab itu
hanya, apa ya, buat yang pengen aja gitu. Jadi pembelajaran menjadi lebih baik:
gatau apakah itu wajib ga wajib, ternyata itu “Yang jelas harus lebih ini ya, apa, yang tadinya
wajib, makanya jadi aja pake gitu.” masih belum begitu memahami tentang Islam
Edelyne dan Ayi mengungkapkan kalo udah berhijab ya haruslah, mau ga mau
harus jadi motivasi buat lebih memahami Islam.
bahwa alasan mereka berhijab adalah murni Jadi kalau kata aku sih apa ya, yang penting
sebagai keinginan diri(self)sebagai simbol buat menarik dulu, mungkin setelah apa ya,
ketaatan kepada Allah. Pada awalnya mereka kayak aku ya waktu pake hijab kan belum begitu
paham. Pertama harus tertarik dulu jadi lama-
belum memahami betul ketentuan berhijab. lama setelah mendalami, memahami lama-lama
Dibutuhkan proses bagi Edelyne dan Ayi jadi pasti tau lah harusnya seperti apa yang
bener.”
untuk memahami bahwa hijab adalah
Edelyne menjadikan hijab sebagai
kewajiban bagi setiap muslimah hingga
motivasinya untuk terus memahami Islam.
akhirnya memutuskan untuk menggunakan
Edelyne tidak hanya menjadikan hijab sebagai
hijab secara konsisten.
simbol identitas wanita muslim namun juga
ingin memperkaya diri dengan Ilmu Agama.
Motif Untuk (In-Order-To Motive)
Edelyne juga mengungkapkan dibutuhkan
Schutz dalam Sobur (2009: 297)
proses bagi tiap muslimah untuk terus
menjelaskan in-order-to motive sebagai tujuan
memperbaiki diri, dan langkah pertama yang
yang digambarkan sebagai maksud, rencana,
dapat dilakukan adalah dengan membuat hijab
harapan, minat, dan sebagainya yang
menjadi lebih menarik.
berorientasi pada masa depan. Hal ini merujuk
Westi (Informan 2) juga menceritakan
pada motif yang mendorong informan untuk
pengalamannya dalam berhijab sebagai proses
tetap konsisten(istiqomah) mengenakan hijab
pembelajaran dan melindungi dirinya dari
hingga masa yang akan datang. Rata-rata
berbagai hal yang tidak baik:
informan mengungkapkan perasaan mereka “Tapi kayanya kalo sekarang saya kaji lebih
setelah mengenakan hijab dan pengalaman jauh lagi, kayanya hijab tuh gak seperti itu.
mereka dalam mendalami agama hingga Makanya sekarang saya jadi berusaha untuk
merubah imej, bahwa hijab itu bukan fashion,
akhirnya memutuskan untuk tetap istiqomah tapi hijab itu kewajiban kita buat menaati
dalam menggunakan hijab. Adapun motif- perintah Allah, terus menutup diri, mengcover,
bahkan mungkin melindungi diri kita dari segala
motif tersebut antara lain sebagai berikut: macem hal hal gangguan gangguan walaupun
1. Motif Proses Pembelajaran saya awalnya cuma ngikutin tren fashion aja.
Motif proses pembelajaran diartikan Awalnya mungkin kok lebih kaya asesoris ya
hijab ini, pengen gak ketinggalan jaman, pengen
sebagai motif untuk merubah diri menjadi modis dan segala macem. Tapi jujur sih sampe
lebih baik. Beberapa informan menyatakan, sekarang masih ngikutin tren hijab yang lagi
musim tapi lebih ke arah yg syar’i.”
mereka mendalami ilmu agama termasuk
mengenai hijab ini dengan cara learning by

Jurnal Komunikasi Volume. 2 No. 1 April 2016


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2016

Westi mengungkapkan motif yang Ayi (Informan 5) juga menceritakan


berubah-ubah dalam mengenakan hijab, mulai pengalamannya yang semakin mendalami
dari mengikuti tren, ingin menjadi trendstter, Ilmu Agama setelah mengenakan hijab:
dan sebagai pelindung diri. Hal tersebut juga “Jadi ya pas pertama pake hijab, kan masih
pake celana ketat gitu, terus kata suami, ah
dijadikan motivasi untuk terus memperbaiki percumah atuh dikerudung juga ari pahanya
diri dan belajar mempelajari Islam. Aspek self ngetat. Nah mulai cari cari ilmu, ikut pengajian,
sangat berperan disini sebab dengan adanya ternyata banyaklah, di surat Al-Ahzab ya, surat
An-Nur kan, ternyata oh bukan cuman nutup.
berbagai pengalaman juga memunculkan kan itu mah kayak cuma ngebungkus kan, kita
keinginan dalam diri Westi untuk akhirnya bukannya membungkus aurat tapi harus
menutup aurat begitu katanya. Kalo pake celana
perlahan meninggalkan hijab modis dan ketat berarti kan hanya membungkus, tetapi
beralih ke hijab syar’i.Masih serupa dengan bentuknya keliatan kan kita harus menutup. Jadi
Edelyne dan Westi, Fera (Informan 3) juga mulailah pake yang pararanjang gitu.”

menceritakan pengalamannya berhijab sebagai


Ayi (Informan 5) menjelaskan bahwa
motivasi untukbelajar menjadi lebih baik lagi,
hijab adalah salah satu motivasi untuk terus
ia menyebutnya dengan ‘hidayah mah mesti
belajar dan memperbaiki diri. Ayi bahkan juga
dijemput’.
“Ya sebagai penutup aurat tapi kan sampai saat
menyebutkan ayat-ayat Al-Qur’an mengenai
ini saya masih terus belajar gitu, ya kan masih seruan kewajiban menutup aurat bagi tiap
proses ya, hidayah mah kalo menurut orang lain muslimah. Aspek self di sini sangat berperan
mah mesti dijemput jadi semua masih butuh
proses.” untuk mendorong diri dalam menguatkan
aspek mind, yaitu pemahaman mengenai hijab.
Yuli (Informan 3) juga mengungkapkan Arini (Informan 8) juga mengaku
pengalaman yang mirip dengan Westi, salah dengan hijab ia merasa lebih termotivasi untuk
satunya melalui buku motivasi berhijab menjaga ibadahnya dan tidak melakukan hal-
karangan Felix Siauw. hal yang tidak baik.
“Aku taunya sebagai penutup aurat aja di “Ya tinggal kitanya aja memperbaiki diri
kepala asal menutupi kepala aja udah bisa mengikuti aturan-aturan yang sudah ada. Ya
dibilang menutup aurat, ternyata aku salah. dengan hijab ini mungkin kan jadi pembatas kita
Kemudian saya dikasih buku yang berjudul yuk juga untuk gak berbuat yang salah atau apa ya
berhijab penulis Felix Siauw, alhamdulilah aku
semakin tau apa arti hijab sesungguhnya. bukan salah, yang gak sesuai dengan agama
Alhamdulillah sudah tiga tahun lebih saya gitu. Jadi motivasi kita lah buat memperbaiki
mengenakan pakaian syari.Justru dengan ibadah kita.”
berproses menuju syari aku jadi paham dan Selain Arini, Resi (Informan 9)
mulai mencari makna jilbab yang sesungguhnya
itu apa.Tapi dulu sih mungkin ada perasaan menceritakan niat untuk istiqomah dan
pengen dikenal karena tren tren jilbab yang aku memperbaiki diri karena termotivasi oleh
pake, sehingga memotivasi perempuan hijab yang ia kenakan, walau awalnya karena
perempuan biar bisa berjilbab. Karena jujur
setiap yang aku pake, orang orang pada niru mengikuti peraturan sekolah.
hehe. Ya itu juga kata orang rang katanya gitu, “Awal pake hijab kelas 4 SD sejak sekolah
banyak yang bilang ke aku. Dari mulai ngobrol Islam. Tapi kalo main main masih dibuka. Fix
di bbm atau dari temen temen gitu.” gak dibuka sejak masuk SMP. Awalnya suka iri
sama temen-temen yang bisa pamer rambut
bagusnya, dan suka geer kalo pas main ke
Yuli pada awalnya menggunakan hijab rumah pada muji rambutku. Tapi alhamdulillah
yang asal menutupi kepala saja. Namun semoga istiqomah mencari ridho Allah ta’ala.
setelah membaca buku Felix Siauw ia Dan sekarang belajar memperbaiki hijabnya
untuk lebih baik lagi.”
mengaku jadi termotivasi untuk menggunakan
hijab syar’i. Dengan berproses menuju syar’i Sedikit berbeda dengan Resi, Ayesha
ia juga menjadi termotivasi untuk memaknai (Informan 10) menceritakan ia memiliki niat
hijab yang sesungguhnya. untuk terus memperbaiki diri setelah
mengikuti akun dakwah dalam jejaring sosial

Jurnal Komunikasi Volume. 2 No. 1 April 2016


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2016

Instagram. Ia ingin menjadikan hijab yang ia tersebut menunjukkan aspek mind para
kenakan sebagai motivasi untuk terus belajar informan yang rata-rata memiliki kesamaan
menjadi lebih baik lagi. persepsi, bahwa wanita berhijab harus dapat
“Tapi belakangan aku suka ngefollow akun menjaga akhlak dan ibadah mereka. Mereka
dakwah gitu di Instagram ternyata banyak
aturan aturan berhijab yang belum aku ikutin, menganggap dengan hijab mereka harus
yah belum sesuai syari’at gitu. Makanya menampilkan citra yang baik sebagai
sekarang aku pengen memperbaiki hijab aku lah muslimah.
biar minimal sesuai lah, gak pake celana ketat
lagi, kerudungnya udah mulai dipanjangin.Ah 2. Motif Ketaatan Beragama
kalo aku mau dibilang sebagai muslimah itu Hampir seluruh informan menyatakan
tanggung jawabnya berat teh jadi kalo dibilang
yang muslimah sejati itu masih belum hehe. Aku bahwa setelah mengenakan hijab mereka
masih lebih banyak jalan-jalannya ketimbang memiliki motivasi untuk memperdalam Ilmu
ibadahnya, masih sering nyinyirin orang gitu, Agama. Mereka juga jadi semakin memahami
nyela-nyela orang dari hal kecil aja misal
bajunya kucel suka greget aja pengen apa sebenarnya tujuan berhijab menurut
ngomentarin. Masih suka pecicilan. Agama. Jika beberapa informan pada awalnya
Astagfirulloh. Suka kadang ya Allah aku pengen
berubah jadi orang baik itu godaannya banyak hanya menggunakan hijab untuk mengikuti
banget. Tapi Insya Allah semuanya berproses.Ya tren mode, keharusan dari sekolah, atau
dengan hijab juga jadi batasan kita kalo mau
permintaan dari keluarga, beberapa informan
ngelakuin apa gitu misal pengen uniko ka kolot
gitu hehe atau suka kapancing pengen menyatakan saat ini tujuan mereka berhijab
ngegosipin orang kan ya Allah ga boleh itu teh adalah murni sebagai wujud ketaatan diri
dosa. Mudah-mudahan aku bisa terus
memperbaiki diri lebih baik lagi, amin.” kepada Allah. 5 dari10 informan yaitu
Beberapa informan tersebut Edelyne, Westi, FeraYuli, dan
mengungkapkan pengalamannya, bahwa Ayimenceritakan perbedaan yang mereka
dengan berhijab menjadi motivasi untuk terus rasakan setelah menggunakan hijab.
memperbaiki diri dan lebih memahami Agama Edelyne(Informan 1) mengungkapkan
Islam. Dari awalnya hanya menggunakan perbedaan yang ia rasakan setelah
hijab untuk mengikuti tren mode, belum mengenakan hijab:
memahami apa itu hijab dan belum “Lebih nyaman sih, kan kalo waktu belum pake
hijab tuh, apa ya, kayanya tuh nggak enak
mendalami Islam, sehingga menjadi pribadi banget ya. Kalo pake hijab tuh rasanya lebih
yang lebih baik, baik itu dari cara berhijab nyaman, serasa ada perlindungan.”
yang lebih sesuai syari’at Agama, serta dalam
hal akhlak dan ibadah serta pemahaman Edelyne mengungkapkan dengan
mengenai Agama. Adapun sumber yang mengenakan hijab dirinya merasa lebih
digunakan informan untuk memahami hiab nyaman dan aman. Hal tersebut timbul karena
beragam, mulai dari acara-acara pengajian, adanya interaksi antara aspek self dengan
buku-buku Agama, internet sampai social merefleksikan diri sebagai wanita berhijab
media.Sesuai dengan hijab sebagai simbol yang menunjang keamanannya dari berbagai
wanita muslimah yang taat, mereka ingin macam gangguan. Selain Edelyne, Westi
memperkaya diri dengan Ilmu Agama agar (Informan 2) juga menceritakan perbedaan
sesuai dengan hijab sebagai simbol wanita yang ia rasakan setelah berhijab:
“Apa ya, kayak lebih nyaman aja gitu lebih
yang taat beragama. tenang, terlebih setelah mulai pakai hijab syar’i.
Hijab sebagai identitas wanita muslim Yang pasti terlindungi, terlindungi dari segala
mereka maknai sebagai motivasi untuk terus macem lah. Kadang kadang orang kan kalo liat
yang gak berhijab kalo misal lewat di jalan itu
memperbaiki diri menjadi muslimah sejati. sok dihereuyan, kalo pake hijab kok kayak lebih
Adapun definisi dari muslimah sejati sendiri banyak yang mendoakan. Kalo dihereuyan
paling ya assalamualaikum bu haji, kaya gitu
menurut informan adalah wanita yang anggun gitu ya waalaikum salam aja tapi lebih enak
dan senantiasa menjaga sikap, serta seperti itu. Terus apa ya, bukan merasa
menjalankan ibadah hanya karena Allah. Hal

Jurnal Komunikasi Volume. 2 No. 1 April 2016


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2016

sempurna sih tapi ngerasa kaya gimana ya, ya terhadap perintah Agama, bukan sebagai tren
enak lah, jadinya lebih nyaman aja.”
mode agar tidak ketinggalan jaman, seperti
yang ia alami sebelumnya :
Yuli (Informan 3) juga menceritakakan
“Makanya sekarang saya jadi berusaha untuk
perbedaan yang ia rasakan setelah berhijab: merubah imej, bahwa hijab itu bukan fashion,
“Yang saya rasakan perbedaannya banyak, tapi hijab itu kewajiban kita buat menaati
sebelum aku berhijab dan berhijab gaul masih perintah Allah, terus menutup diri, mengcover,
suka ada cowok-cowok yang iseng-isengin gitu bahkan mungkin melindungi diri kita dari segala
kalau jalan suka yang hey hey, atau colek colek macem hal hal gangguan gangguan walaupun
gitu. Nah sesudah syar’i jadi nyaman banget. saya awalnya cuma ngikutin tren fashion aja.
Gak ribet pake kerudung, aman, ya gitulah Awalnya mungkin kok lebih kaya asesoris ya
hehe.” hijab ini, pengen gak ketinggalan jaman, pengen
Berdasarkan pengalaman Westi dan modis dan segala macem. Tapi jujur sih sampe
sekarang masih ngikutin tren hijab yang lagi
Yuli, orang-orang terasa lebih menghargai musim tapi lebih ke arah yg syar’i.”
dirinya ketika telah menggunakan hijab.
Perlakuan dari orang lain dirasa lebih hormat. Ayi(Informan 5) juga mengungkapkan
Hal tersebut menunjukkan aspek society yang hal yang senada dengan Westi:
dialami oleh Westi dan Yuli, bahwa mereka “Ya itu neng, sebagai penutup aurat,wujud
telah berhasil memposisikan dirinya di tengah ketaatan kita kepada Allah bahwa dengan
menutup aurat salah satu kewajiban kita kepada
masyarakat sebagai seorang muslimah yang Allah.”
dihormati dan dihargai. Resi (Informan 9) menceritakan
Ayi (Informan 5) juga menceritakan perasaannya saat mengenakan hijab sejak
perbedaan yang ia rasakan setelah berhijab. Ia kelas 4 SD. Ia sering merasa iri dengan teman-
merasakan bahwa dengan mengenakan hijab teman lain yang bisa memamerkan rambut
seolah memiliki self control terhadap sikap indah mereka. Namun kini ia telah
dan perilakunya sebagai seorang muslimah. meneguhkan niat berhijab untuk mencari ridho
“Jadi lebih hati-hati gitu kan, kita pake baju Allah.
nutup. Otomatis kan kita juga lebih dijaga, “Awal pake hijab kelas 4 SD sejak sekolah
pandangan kita dijaga ucapan kita dijaga gitu, Islam. Tapi kalo main main masih dibuka. Fix
jadi membatasi diri lebih baik. Jadi pengen gak dibuka sejak masuk SMP. Awalnya suka iri
mencitrakan diri sesuai sama yang kita pake.” sama temen temen yang bisa pamer rambut
Setelah merasakan berbagai perbedaan bagusnya, dan suka geer kalo pas main ke
pasca mengenakan hijab, seperti perasaan rumah pada muji rambutku. Tapi alhamdulillah
semoga istiqomah mencari ridho Allah ta’ala.
tenang, aman, nyaman, dan terlindungi, Dan sekarang belajar memperbaiki hijabnya
hampir seluruh informan mengungkapkan untuk lebih baik lagi.”
bahwa saat ini mereka menyadari bahwa hijab Resi sempat merasakan konflik antara
bukanlah fashion sebagaimana mereka ketahui mind and self dalam dirinya, antara
sebelumnya, namun hijab adalah kewajiban mengetahui hijab adalah kewajiban namun
bagi setiap muslimah. Hal tersebut sesuai keinginan ingin membuka hijab karena
dengan asumsi dalam Teori Interaksi melihat teman-teman yang memiliki rambut
Simbolik, bahwa perilaku seseorang dapat yang bagus serta adanya pujian yang diterima
berubah dengan adanya interaksi antar indiviu saat dirinya tidak mengenakan hijab. Namun
dalam proses interaktif (Ardianto, 2010: 20). Resi mengimbanginya dengan terus belajar
Setelah berbagai perubahan positif yang memperbaiki hijabnya menuju syar’i dan
mereka rasakan pasca berhijab, maka saat ini semakin yakin untuk konsisten mengenakan
mereka menyatakan berhijab adalah wujud hijab dan mencari ridho Allah.
ketaatan mereka terhadap Allah. Seperti telah Sedangkan beberapa informan yang
diungkapkan oleh beberapa informan sebagai mengenakan hijab sejak anak-anak
berikut. menyatakan tidak ada perubahan yang
Westi (Informan 2) mengungkapkan signifikan yang mereka rasakan dengan
bahwa hijab adalah wujud ketaatannya berhijab. Karena hijab sudah menjadi

Jurnal Komunikasi Volume. 2 No. 1 April 2016


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2016

kebiasaan yang mengakar dan dimaknai dari berbagai macam gangguan orang yang
sebagaimana pakaian sehari-hari, namun tetap, tidak baik, memaknai hijab sebagai pelindung.
mereka juga memaknai hijab sebagai Informan yang merasakan dirinya lebih cantik
kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. dengan menggunakan hijab ketimbang tidak
Perilaku tersebut mereka pilih secara aktif dan menggunakan hijab, serta merasa lebih
sukarela, yang akhirnya mengantarkan para percaya diri dengan menggunakan hijab,
informan dalam proses pengambilan peran di memaknai hijan sebagai kecantikan diri.
tengah masyarakat, sebagai wanita berhijab Konstruksi makna dalam penelitian ini
yang semata menutup aurat karena perintah disebabkan oleh perkembangan fashion, upaya
Allah. untuk memahami hijab yang sesuai syari’at
Para informan mengungkapkan pengalaman kemudian menyesuaikan, serta masuk ke
mereka selama mengenakan hijab. Rata-rata tahap mengikuti syar’i. Informan yang
mereka mengakui pernah mengikuti tren hijab mengakui telah memahami hukum syar’i
modifikasi yang sedang populer, mengenakan menggunakan hijab biasanya telah
pakaian yang belum sesuai syari’at, juga menggunakan hijab panjang/ syar’i.
memiliki perasaan ingin dikenal sebagai Sedangkan informan yang mengakui belum
trendsetter dengan hijab yang mereka begitu mengetahui mengenai hukum syar’i
kenakan. Namun seiring waktu, mereka juga menggunakan hijab, biasanya menggunakan
terus memperdalam Ilmu Agama termasuk hijab pendek/ modifikasi. Dapat disimpulkan
mengenai hijab, hingga akhirnya mereka aspek kognitif juga mempengaruhi bagaimana
memahami bagaimana ketentuan mengenakan seseorang dalam memaknai sesuatu.
hijab yang benar dan sesuai ketentuan Adapun beberapa hasil wawancara terkait
Agama.Beberapa informan juga mengaku dengan makna, yaitu:
masih mengikuti tren mode dan disesuaikan Edelyne (Informan 1) mengungkapkan
dengan kebutuhan dan kenyamanan masing- makna hijab sebagai sebuah keharusan bagi
masing. setiap wanita yang beragama Islam:
“Tapi sekarang sih lama-lama udah lebih ini
Makna Hijab lah, lebih paham kalo hijab itu emang kewajiban
bagi muslimah, siap ga siap pokonya harus pake
Makna hijab yang diungkapkan
hijab, kalo yang ngaku muslimah pokoknya
informan sangat beragam. Biasanya makna- harus pake hijab.”
makna tersebut dipengaruhi oleh interaksi Edelyne menegaskan aspek mind yang
yang mereka lakukan dengan lingkungan, memaknai hijab sebagai keharusan. Hijab
serta pengalaman di masa lalu dan kontek- tidak hanya dijadikan simbol identitas namun
konteks tertentu. Makna juga mengalami dimaknai sebagai kewajiban yang tidak boleh
proses modifikasi sepanjang pengalaman ditinggalkan.
mereka berhijab, sehingga makna yang Westi (Informan 2) juga
diuangkapkan pun berbeda-beda. mengungkapkan makna yang mirip dengan
Adapun makna-makna tersebut antara Edelyne:
lain, hijab sebagai kewajiban, hijab sebagai “Ya hijab kan sebagai pelindung, pembatas kita
pelindung, hijab sebagai kecantikan diri, dan dari hal hal yang gak dianjurkan dalam agama,
hijab sebagai pencitraan diri. Para informan hijab itu wajib kalo sebagai wanita muslimah.”

mengungkapkan pengalaman mereka selama


2. Pembahasan
menggunakan hijab sehingga mempengaruhi
Setelah melakukan wawancara mendalam
makna mereka terhadap hijab yang mereka
dengan sepuluh orang informan, peneliti dapat
gunakan.
menyimpulkannya menjadi beberapa poin
Informan yang merasa lebih aman
pembahasan sesuai dengan pertanyaan
setelah menggunakan hijab karena terhindar

Jurnal Komunikasi Volume. 2 No. 1 April 2016


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2016

penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. kemanusiaan adalah bukan sekedar human
Adapun poin-poin tersebut disusun secara being tetapi human becoming. Manusia
bertahap untuk memudahkan analisis, mulai menjadi lebih bermakna jika dirinya
dari bagaimana motif para informan untuk dipandang sebagai ‘menjadi manusia’ (human
mengenakan hijab, bagaimana motif para becoming), bukan hanya atas dasar
informan untuk bergabung ke dalam ‘kemanusiaanya’ (human being) saja. Sebuah
komunitas, serta bagaimana para informan ‘proses yang menjadi’ itulah bagian dari
memaknai hijab serta pandangan mereka hakikat diri manusia.
mengenai diri sendiri sebagai muslimah yang Sebuah proses adalah sebuah pilihan.
mengenakan hijab. Pembahasan hasil Dengan mengamati ‘proses menjadi’, kita
penelitian menggunakan Teori Interaksi akan dapat lebih memahami mengapa banyak
Simbolik dengan asumsi bahwa para informan muslimah yang memilih untuk mengenakan
bertindak (berkomunikasi) dalam komunitas hijab. Sejalan dengan pandangan humanisme,
dan masyarakat atas dasar pemaknaan atau kita akan dapat mengungkapkan bagaimana
penafsiran mengenai hijab yang diperoleh dari proses seorang Hijabers dari awalnya belum
interaksi yang terjadi antara para anggota mengenakan hijab, atau belum memahami
komunitas dengan melibatkan unsur mind, benar makna hijab sehingga memutuskan
self, and society terhadap hijab yang mereka berhijab, yang akan membawa kita pada
gunakan baik melalui simbol-simbol maupun penjelasan tentang latar belakang atau alasan
perilaku. Dalam hal ini, interaksi dilakukan dan motif seorang Hijabers untuk mengenakan
untuk memaknai hijab melalui penanaman hijab serta memaknai hijab itu sendiri.
nilai-nilai dalam masyarakat khususnya dalam
komunitas. IV. Kesimpulan
Pemikiran Interaksi Simbolik ini Kesimpulan
Motif menggunakan hijab dan motif
menjadi dasar untuk menjelaskan bagaimana
bergabung ke dalam komunitas memiliki dua
makna atas simbol-simbol yang informan motif menurut pandangan Alfred Schutz,
pahami dan pikirkan menentukan tindakan yakni because motive dan in order to motive.
mereka. Makna atas simbol yang mereka Because motive atau motif karena, dimana
pahami akan semakin sempurna oleh adanya mendorong informan untuk menggunakan
interaksi di antara masyarakat dan sesama hijab sebagai identitas muslimahkarena
anggota Hijabers Community Garut. Simbol- pengaruh lingkungan seperti trend fashion
yang populer, dorongan dari orang tua dan
simbol yang diciptakan, dipikirkan dan
sekolah, rasa ikut-ikutan dengan lingkungan
dipahami oleh mereka merupakan bahasa yang menjadi motif yang paling umum yang
mengikat aktivitas di antara mereka dan mendorong informan dalam menggunakan
dengan masyarakat di luar komunitas. hijab. Sedangkaninorder to motive atau motif
Pandangan interaksi simbolik ini membantu untuk, dipengaruhi oleh bagaimana interaksi
menjelaskan bagaimana para informan informan dengan lingkungan dan upaya
memandang dirinya sendiri, bagaimana mereka untuk memahami hukum syar’i
berhijab.
mereka bertindak berdasarkan pandangan atas
Makna hijab sendiri bermacam-
dirinya tersebut, baik pandangan dari diri macam dan makna tersebut dipengaruhi oleh
sendiri maupun orang lain mengenai hijab interaksi mereka dengan lingkungan dan diri
yang mereka kenakan. Hal tersebut dilakukan sendiri. Informan biasanya melalui tahap-
berdasarkan harapan agar mereka dapat tahap tertentu dalam memaknai hijab. Hal
diterima oleh orang lain baik dalam komunitas tersebut mereka konstruksi melalui tiga tahap,
yaitu mengikuti perkembangan fashion, upaya
maupun masyarakat.
memahami hukum syar’i berhijab kemudian
Kuswarno (2009: 166) menyebutkan mengikuti menggunakan hijab yang syar’i.
bahwa dalam Psikologi Humanistik, hakikat

Jurnal Komunikasi Volume. 2 No. 1 April 2016


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2016

Dapat disimpulkan bahwa makna hijab


dimodifikasi melalui proses interaktif, dan
makna tersembut timbul karena interaksi
antarmanusia.

Daftar Pustaka

Barnard, Malcolm. (2006). Fashion sebagai


Komunikasi: Cara Mengkomunikasikan
Identitas Sosial, Seksual, Kelas &
Gender. Diterjemahkan oleh Idy
Ibrahim & Yosal Iriantara. Yogyakarta:
Jalasutra
Kuswarno, Engkus. (2009). Fenomenologi,
Konsepsi, Pedoman, dan Contoh
Penelitiannya. Bandung: Widya
Padjadjaran
Liliweri, Alo. (2003). Sosiologi & Komunikasi
Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara
Mulyana, Deddy. (2008). Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Steele, Valerie. (2005). Encyclopedia of
Clothing and Fashion Vol 1 & 2. USA:
Thomson Gale
Surtiretna. Nina, dkk (2000). Anggun
Berjilbab. Bandung: Mizan Pustaka
Zami, Elzam. (2014). A-Z Hijab: Panduan
Lengkap Hijab Menurut Al-Qur’an &
Hadis. Jakarta: Pustaka Oasis

Internet
http://kompasiana.com/post/read/561868/2/jil
bab-debat-dan-rekonstruksi-makna

Jurnal Komunikasi Volume. 2 No. 1 April 2016

Anda mungkin juga menyukai