Anda di halaman 1dari 15

KONSUMSI TANDA PADA FASHION HIJAB

(Deskripsi Konsumsi Fashion Hijab


pada Anggota Hijab Beauty Community, Malang)

Devi Anandita
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Brawijaya
2014

ABSTRAK

Kehidupan manusia saat ini seakan tidak dapat terlepas dari gemerlap dunia
fashion. Fashion memasuki setiap sendi kehidupan, termasuk spiritual. Hal ini
tergambar pada semakin berkembangnya fashion hijab di Indonesia. Penelitian ini
kemudian diadakan untuk menganalisis dan mendeskripsikan konsumsi atas hijab yang
kini tengah berkembang berbaur dengan dunia fashion.

Perkembangan fashion hijab memiliki banyak dampak positif bagi umat


muslim di Indonesia, diantaranya semakin banyak muslimah yang berhijab dan juga
mampu meningkatkan perdagangan dalam negeri. Namun dampak negatif konsumsi
fashion tidak dapat dihindari. Muslimah semakin konsumtif dan memandang hijab
adalah sebuah komoditas fashion yang mampu digunakan untuk menaikkan prestise,
menunjukkan eksistensi ataupun mengukuhkan kelasnya sebagai muslimah mapan.

Konsep fashion diyakini Baudrillard seperti sebuah proyek yang menggiring


konsumen untuk memaksimalkan daya belinya demi menjadi manusia di baris depan
kenikmatan (lihat Baudrillard, 1970:89). Melalui tanda yang ada pada komoditas hijab,
mereka ingin memaksimalkan tampilannya untuk tampil lebih modis dan terlihat
berbeda daripada muslimah lainny. Pada akhirnya mereka semakin kecanduan berbagai
artefak fashion terbaru, lantas selalu mengupayakan untuk membelinya. Demikian
menurut Baudrillard, apa yang dikonsumsi oleh masyarakat postmodern adalah
konsumsi itu sendiri. Mereka yang menganut gaya hijab kontemporer kemudian
mengkonsumsi hijab bukan lagi berdasar pada nilai guna ataupun nilai tukar,
melainkan nilai tanda yang tersimpan dalam komoditas hijab.

Kata kunci: fashion hijab, modis, konsumsi, nilai tanda, dan eksistensi.
ABSTRACT

The current human life can not be separated as the glitzy world of fashion .
Fashion entering every aspects of life , including the spiritual . This is reflected in the
growing fashion hijab in Indonesia. This research then conducted to analyze and
describe the hijab fashion that is now growing mingled with the fashion world.
Hijab fashion trends have a positive impact on many Muslims in Indonesia,
incuding a growing number of Muslim women hijab and is also able to increase
domestic trade. However, the negative impact of fashion consumption is unavoidable.
Muslim women regard hijab increasingly consumerist and fashion is a commodity that
they use to raise the prestige, demonstrate or confirm the existence of the class as an
established Muslim. Furthermore, consumption expenditure over the hijab is a sign, no
longer pas attention to use value and exchange value hijab, but.
Baudrillard believed the concept of fashion as a project lead consumers to
maximize their purchasing power in order to be human in the front row enjoyment (see
Baudrillard,1970:89). Through markings on commodity hijab, they want to maximize
the zoom to look more fashionable and look different than the other Muslim. In the end
they are getting addicted to various artifacts latest fashion, then always try to buy it.
Simmiliarly, according to Baudrillard, what postmodern society is consumed by
consumption itself. Those who embrace contemporary style then consume hijab no
longer based on the use value or exchange value, but rather on the sign value that
stored in the commodity hijab.

Keywords: hijab fashion, fashionable, consumption, the value of the sign, and
existence.

Latar Belakang yang berhubungan langsung dengan


Menurut hasil sensus Badan agama Islam akan mampu menarik
Pusat Statistik pada tahun 2010, tercatat perhatian sebagian besar masyarakat
sebanyak 207.161.162 penduduk Indonesia. Begitu pula dengan
Indonesia memeluk Agama Islam. kemunculan lini fashion hijab yang kini
Jumlah tersebut setara dengan 87,18% menjadi sebuah trend dan sedang
dari total 237.641.326 penduduk sangat digandrungi oleh muslimah di
Indonesia. Memahami kepemilikan Indonesia.
warga negara muslim yang begitu Hijab dalam Kamus Besar
banyak, dapat dimengerti jika Bahasa Indonesia (2008) diartikan
kemunculan perkembangan apapun sebagai tutup (penutup); tabir;
selubung; cadar. Pengertian tersebut fashion seperti aksesoris perhiasan, tas,
senada dengan pendapat Tim sepatu, bahkan kesempurnaan make-up
Departemen Agama—penyusun Al harus serasi dengan hijab yang
Quran dan Terjemahan- nya—yang dikenakan. Akibatnya muslimah yang
mengartikan hijab sebagai tabir ingin tampil fashionable dituntut melek
(Shihab, 2004:74-75). Istilah hijab fashion dan selalu meng-update
kemudian diaplikasikan untuk berbagai artefak fashion mulai ujung
menyebut busana yang menutup kepala hingga ujung kaki. Demi
seluruh tubuh wanita kecuali wajah memenuhi kebutuhannya akan fashion,
serta pergelangan tangan dan kaki yang banyak muslimah yang kemudian
merupakan kewajiban bagi setiap memadati mall dan berbaur dengan
muslimah. hingar bingar dunia belanja.
Kini hampir setiap hari kita Hijab yang dijadikan sebuah
berpapasan dengan wanita-wanita praktik fashion itulah yang menurut
berhijab bergaya modern, entah itu di penulis kemudian menggiring wanita
sekolah, kantor, cafe, ataupun di muslim pada lingkaran konsumtivisme.
swalayan. Konsep hijab yang Semakin ramai muslimah yang
ditawarkan saat ini memang lebih pada memenuhi pertokoan dan butik yang
berhijab sesuai syariat Islam namun menjual berbagai asesoris dan busana
tetap modis dan mengikuti muslim terbaru. Hijab yang berawal
perkembangan fashion. Hadirnya dari sebuah kewajiban yang diatur oleh
fashion hijab ini lebih lanjut mampu agama dan seharusnya jauh dari segala
menggeser anggapan masyarakat pengaruh keduniawian, kini cenderung
umum selama ini bahwa berhijab itu menjadi obyek fashion yang membuat
tidak cantik, kolot dan tidak fleksibel. penggunanya malahan terkesan
Mencermati fenomena fashion materialistis. Pendapat yang
hijab yang kini marak di Indonesia, berkembang kini adalah semakin rumit
hijab kini telah dibaurkan dengan cara penggunaanya, semakin artistik
konsep fashion dan mengikuti penilaian terhadapnya. Semakin banyak
perkembangan dunia fashion. benda-benda prestisius yang menempel
Terminologi kata fashion (mode) lebih pada tubuh muslimah yang dikemas
mengacu pada ragam cara dan bentuk dalam bentuk hijab dan segala
terbaru pada waktu tertentu. Lebih artefaknya, semakin “berharga” pula
lanjut ketika telah berbaur dengan tubuhnya dan semakin diperhitungkan
fashion, maka kebutuhan berhijab tidak pula keberadaannya.
lagi sekedar perpaduan dari pakaian Berdasarkan penjabaran di atas,
longgar dan kerudung. Segala artefak dapat kita perhatikan bahwa konsumsi
atas hijab kini bukan lagi didasarkan Teori Masyarakat Konsumsi Jean
atas kegunaan komoditasnya. Paul Baudrillard
Pemilihan atas hijab lebih didasarkan Jean Paul Baudrillard adalah
pada nilai tanda yang terkandung dalam seorang filuf Perancis yang memiliki
komoditas hijab tersebut. Muslimah ketertarikan khusus terhadap budaya
semakin konsumtif dan memandang konsumsi pada masyarakat postmodern
hijab adalah sebuah komoditas fashion yang berkaitan dengan perkembangan
yang menyimpan berbagai tanda. media massa kontemporer. Masyarakat
Tanda-tanda yang tersimpan dalam postmodern menurut Baudrillard adalah
komoditas hijab mereka gunakan untuk sebuah masyarakat penuh
menaikkan prestise, menunjukkan kelimpahruahan. Baudrillard
eksistensi ataupun mengukuhkan menyatakan, masyarakat kontemporer
kelasnya sebagai muslimah mapan. adalah …masyarakat yang lekat dengan
Selanjutnya belanja hijab merupakan praktek konsumsi dan kelimpahruahan
sebuah konsumsi atas tanda, tidak lagi objek, jasa, dan barang-barang
memperhatikan nilai guna dan nilai material…(Baudrillard, 1970:3).
tukar hijab, tapi lebih pada nilai tanda Masyarakat kini dihadapkan
yang tersimpan dalam komoditas hijab. pada kenyataan mengenai objek
Demi memenuhi hasratnya komoditas yang berlimpah, teknologi
untuk menjadi muslimah modis dan yang sudah modern, serta “keramahan”
modern, wanita muslim yang menyukai iklan. Objek yang dikonsumsi
fashion hijab kemudian tak lagi mampu masyarakat postmodern menurut
menggunakan rasionalitasnya dalam Baudrillard bukan lagi objek yang
belanja hijab. Mereka akan terus murni memiliki nilai guna ataupun nilai
belanja berbagai artefak hijab terbaru tukar, melainkan objek yang memiliki
yang sedang tren dan tidak lagi nilai tanda. Apabila masyarakat modern
mempertimbangkan kegunaan berkutat seputar produksi dan konsumsi
sebenarnya dari hijab yang mereka beli. komoditas serta penyetabilan pasar,
Kenyataan demikian membuat peneliti masyarakat postmodern cenderung
tertarik untuk lebih memahami kegiatan berada dalam sistem simulakra yang
konsumsi yang dilakukan para hijaber, penuh dengan permainan citra (tanda)
khususnya para anggota Hijab Beauty dan pengefektifannya pada komoditas
Community sehubungan dengan yang ada.
peminatan mereka terhadap fashion Gaya cerdas dari mall dalam
hijab. menciptakan suasana layaknya musim
semi yang selalu indah, pada akhirnya
mampu mengaktifkan gairah (hasrat)
konsumsi para penikmat tanda. Semua hanyut dalam rayuan tanda, kehilangan
store menampilkan pertunjukan kehati-hatiannya dalam mengkonsumsi
konsumsi yang dahsyat, yang komoditas, dan pada akhirnya yang
semuanya dianggap “seni”, padahal dikonsumsi masyarakat postmodern
yang bermain didalamnya adalah adalah tanda itu sendiri, konsumsi itu
ambiguitas tanda pada objek sendiri. Mereka tidak mendapatkan
(komoditas). Komoditas yang tidak apapun kecuali kesadaran palsu bahwa
memiliki tanda akan dilewati, jadi agar kebutuhan—yang sejatinya adalah
dapat dikonsumsi, komoditas harus hasrat—mereka akan segera terpuaskan
terlepas dulu dari makna sebenarnya. jika mereka bisa mengkonsumsi
Jika realitas yang ada pada komoditas komoditas (bertanda) tersebut.
pakaian misalnya, hanya disajikan Menurut faktanya kini memang
sebagai penutup tubuh, maka tindakan konsumsi manusia terhadap
kemungkinan akan lama terjual dan barang dan jasa bukan lagi berdasar
hanya akan menjadi onggokan sampah atas pertimbangan rasionalitasnya,
di pojok ruangan. Maka dari itu, untuk melainkan cenderung untuk
menjual komoditas, produsen perlu mendapatkan citra tertentu dari tanda
menambahkan manipulasi tanda yang yang melekat dalam barang dan jasa
mampu menekan kesadaran konsumen, tersebut. Rasionalitas dan kehati-hatian
mempengaruhi logika kebutuhan masyarakat kontemporer dalam
konsumen. Itulah yang dikatakan Ritzer mengkonsumsi seakan telah runtuh
(dalam Baudrillard, 1970:xxxiv) demi mendapatkan ragam citra yang
sebagai “keindahan kemasan adalah diinginkan. Fenomena pencitraan pada
kunci keberuntungan”. masyarakat kontemporer sejalan
Fashion sejatinya menyajikan dengan pemikiran Baudrillard
sebuah (manipulasi) atas tanda. (1970:87), yang menyatakan bahwa
Realitas yang disajikan fashion “Logika sosial konsumsi tidak
kontemporer tidak merujuk pada terfokus pada pemanfaatan nilai
sesuatu yang nyata bahkan tidak guna barang, melainkan pada
menggiring kemanapun tetapi hanya produksi dan manipulasi
menciptakan suatu tanda. Fashion juga sejumlah penanda sosial.”
tidak memiliki nilai moralitas dan Pada akhirnya konsumsi yang
cenderung menyebar laksana virus dan notabene merupakan tindakan
kanker, secara pelan dan tidak disadari pemenuhan atas kebutuhan manusia
telah menyebar dan mempengaruhi menurut pandangan Baudrillard adalah
rasionalitas peminatnya. Penikmat bukan lagi suatu kegiatan yang
fashion pada akhirnya hanya terus dilakukan masyarakat secara bebas dan
rasional, melainkan sarat akan melengkapi tiga hal yang
‘paksaan’ yang seolah-olah menjadi lain dalam proses
suatu tugas yang tak terhindarkan. pengawasan total dengan
Dalam pandangan Baudrillard, kekuatan produktif dan
kebutuhan dan konsumsi adalah dengan proses produksi.
perluasan dari kekuatan produktif yang Dalam penelitian ini, penulis
diorganisir (Ritzer,2003:137). menganalisis konsumsi atas fashion
Baudrillard (1970:82) hijab berlandaskan pada teori
mengurutkan sejarah sistem industri masyarakat konsumsi yang disajikan
konsumsi sebagai berikut: oleh Baudrillard. Menurut penulis teori
1. Tatanan produksi ini lebih relevan untuk dijadikan acuan
menghasilkan mesin/ untuk menjabarkan kegiatan konsumsi
kekuatan produktif, sistem fashion hijab yang seakan menjadi
teknik yang secara radikal candu bagi muslimah saat ini.
berbeda dengan alat
tradisional. Metode Penelitian
2. Ia menghasilkan modal/ Sehubungan dengan usaha
kekuatan produktif yang penulis untuk memahami secara
masuk akal, sistem investasi mendalam permasalahan dalam
dan sirkulasi rasional yang penelitian ini, penulis menggunakan
secara mendasar berbeda paradigma penelitian kualitatif dengan
dengan “kekayaan” dan tipe penelitian deskriptif. Creswell
model perdagangan (2009:4) menyatakan bahwa riset
sebelumnya. kualitatif mengandung pengertian
3. Ia menghasilkan kekuatan adanya upaya penggalian dan
tenaga kerja bergaji, pemahaman pemaknaan terhadap apa
kekuatan produktif yang yang terjadi pada berbagai individu
abstrak, tersistematisir, yang atau kelompok, yang berasal dari
secara mendasar berbeda persoalan sosial atau kemanusiaan.
dengan pekerjaan nyata dan Lebih lanjut penelitian deskriptif
dengan “pekerjaan” diartikan sebagai prosedur pemecahan
tradisional. masalah yang diselidiki, dengan
4. Terakhir ia melahirkan menggambarkan atau melukiskan
kebutuhan-kebutuhan keadaan objek penelitian pada saat
produktif sebagai kumpulan sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang
yang dirasionalkan, tampak atau sebagaimana adanya, dan
disatukan, diawasi, memusatkan pada penemuan fakta-
fakta sebagaimana sebenarnya penelitian ini ditentukan dari sejauh
(Nawawi, 2005:63). Dengan mana temuan penelitian itu
menggunakan teknik penelitian mencerminkan penghayatan mengenai
kualitatif tipe deskriptif, diantaranya subjek yang diteliti.
melalui observasi partisipasi dan Penelitian mengambil lokasi di
wawancara mendalam diharapkan beberapa tempat di kota Malang,
kemudian penulis dapat memahami dimanapun anggota Hijab Beauty
secara spesifik pandangan anggota Community Malang menjalankan
Hijab Beauty Community Malang agenda kegiatan. Segala kegiatan
mengenai hijab dan fashion hijab, serta administratif komunitas ini dilakukan
mengetahui dengan jelas konsumsi di Jl. Trisula No.219, Kalipare, Malang,
mereka atas tanda yang ada pada namun mereka juga mengadakan
berbagai artefak fashion hijab. berbagai kegiatan seperti misalnya
Kegiatan dalam penelitian make up class, hijab class, ngaji bareng
kualitatif deskriptif meliputi serta kegiatan tausiah agama yang
pengumpulan data, menganalisis data, dilakukan di berbagai tempat, misalnya
menginterpretasi data, dan diakhiri di Cafe Ria Jenaka yang terletak di
dengan sebuah kesimpulan yang Jalan Bandung, atau terkadang juga
mengacu pada penganalisaan data mengadakan pertemuan di Mall @MX
tersebut. Laporan dalam riset kualitatif Malang.
berisi dokumentasi berbagai kejadian Dalam penelitian kualitatif,
riil, rekaman pembicaraan orang (kata- sumber data didapatkan dari para
kata, gerak-gerik dan nada berbicara), informan. Informan adalah orang yang
interaksi spesifik yang didapat dari dimanfaatkan untuk memberikan
pengamatan langsung, serta studi informasi tentang situasi kondisi latar
dokumen-dokumen tertulis. Isi laporan penelitian (Moleong, 2006:132).
riset menyampaikan secara naratif Jumlah informan dalam penelitian
antara permasalahan yang sedang kualitatif lebih ditekankan dari segi
dibahas dengan semua aspek konkret kualitas, dan bukan kuantitas. Secara
kehidupan secara holistik (menyeluruh) umum, prosedur pengambilan informan
tanpa memotong atau memisahkannya. dalam studi kualitatif memiliki karakter
Riset kualitatif juga memandang bahwa sebagai berikut (Salim, 2006:12):
realitas bersifat ganda, rumit, semu, 1. Tidak diarahkan pada jumlah
dinamis, dikonstruksikan, dan holistik, yang besar, melainkan pada
sehingga kebenaran (hasil) yang kekhususan kasus (spesifik)
ditemukan peneliti pun nantinya sesuai dengan masalah
bersifat relatif. Keberhasilan dari penelitian.
2. Tidak ditentukan secara kaku informasi dalam penelitian, tanpa
sejak awal, namun bisa berubah meninggalkan akurasinya. Diharapkan
di tengah jalan sesuai dengan pemilihan informan tersebut
pemahaman dan kebutuhan penulis mendapatkan informan yang
yang berkembang selama proses benar-benar mampu mewakili seluruh
studi. obyek dan mampu membantu
3. Tidak diarahkan pada menjawab permasalahan yang tengah
keterwakilan atau representasi, diteliti.
melainkan pada kecocokan
konteks (siapa dengan jenis Sejarah dan Perkembangan Hijab
informan apa). Hijab adalah busana tertutup
Berdasarkan ketentuan tersebut, penulis yang biasa digunakan oleh wanita
menentukan beberapak kriteria dalam muslim. Hijab pada dasarnya adalah
sehubungan dengan wawancara yang pengertian dari “penutup” secara
akan dilakukan, yaitu: umum, seperti kain, tirai, ataupun
1. Anggota HBC yang telah dinding yang fungsinya menutup aurat
bergabung dalam komunitas sehingga terhalang dari pandangan
lebih dari satu tahun, sehingga orang lain.
mengetahui dengan jelas Penggunaan hijab bagi para
tentang agenda kegiatan wanita muslim merupakan bentuk
komunitas. implementasi dari ketaatan mereka
2. Anggota HBC gaya pada agamanya, karena dalam agama
berpakaiannya menunjukkan Islam seluruh wanita yang telah balig
bahwa dia adalah penganut diwajibkan untuk berhijab. Kata Hijab
fashion hijab. berasal dari bahasa Arab yaitu hajaba
3. Anggota HBC yang mampu (‫ ) حجاب‬yang berarti penghalang atau
mendeskripsikan pemaknaan penutup. Pengertian hijab secara
fashion hijab dalam dirinya. harfiah adalah penutup secara umum,
4. Anggota HBC Bersifat terbuka dapat diartikan sebagai kain, tirai
dan berkenan berbagi informasi ataupun dinding yang pada intinya
kepada penulis mengenai mampu menghalangi pandangan
kebiasaan dan segala seseorang dari orang lain. Penggunaan
aktifitasnya dalam belanja hijab. hijab dalam agama Islam mempunyai
Berbagai kriteria yang beberapa kriteria, diantaranya adalah :
ditentukan penulis dibuat demi adalah 1. Menutup seluruh tubuh wanita,
menjaga fokus penelitian, serta kecuali wajah dan tangan.
membantu mempercepat perolehan
(HR. Ibn Jarir at-Thabari, Bina muslim untuk menutupi sebagian
Ilmu, 2011) kepala, leher hingga menjulur ke dada
2. Menjulurkan kain kerudung (QS. An Nuur:31, Diponegoro, cet.5,
hingga menutupi dadanya. (QS 2008).
An Nuur :31, Diponegoro, Pada mulanya fashion hijab
cet.5, 2008) muncul dan diperkenalkan oleh sebuah
3. Tidak diperbolehkan memakai komunitas muslimah, yaitu Hijabers
pakaian tipis yang Community yang beranggotakan 30
memperlihatkan lekuk tubuh wanita muslim berjilbab di Jakarta
wanita. (HR. Abu Daud dan Al pertengahan tahun 2010. Tujuan
Baihaqi, Shahab, 2013) didirikannya komunitas ini adalah
4. Tidak berhias berlebihan. (QS menghimpun muslimah dalam satu
Al-Ahzab : 33, Diponegoro, komunitas, melakukan kegiatan positif
Cet.5, 2008) yang berbasis keagamaan, dan
5. Hijab adalah penutup aurat, mendakwahkan penggunaan hijab.
bukan seperti perhiasan untuk Konsep hijab yang digagas oleh
menarik perhatian orang. anggota komunitas tersebut adalah
(Shahab, 2013:39) berhijab modis tapi tetap sesuai syariat
Berdasarkan penjabaran agama Islam. Gaya hijab yang mereka
tersebut, kita lantas dapat memahami gunakan memang dibentuk sedemikian
perbedaan antara hijab dan jilbab. Hijab rupa agar mampu mengesankan
adalah pengertian dari pelindung atau muslimah yang modern dan
penutup secara umum, bisa diartikan fashionable. Mulyana (2008:32)
sebagai kain yang dapat menghalangi menyatakan bahwa nilai-nilai agama,
pandangan orang lain. Sedangkan kebiasaan, tuntutan lingkungan (tertulis
jilbab digunakan untuk menyebut atau tidak), serta nilai kenyamanan,
pakaian jadi atau busana muslim yang semua itu mempengaruhi cara kita
menutup seluruh tubuh muslimah dari berdandan. Berkaitan dengan
ujung kepala hingga kaki, kecuali pernyataan tersebut, fashion hijab juga
wajah serta pergelangan kaki dan merupakan salah satu cara berpakaian
tangannya. Selain kedua istilah yang dipengaruhi oleh nilai-nilai
tersebut, terdapat istilah khimar atau agama.
kerudung yang juga menjadi bagian Berawal dari gaya berhijab yang
dari tata cara berpakaian wanita dikampanyekan komunitas tersebut,
muslim. Kata kerudung lebih spesifik penggunaan fashion hijab kemudian
dipakai untuk mengistilahkan kain berkembang sangat pesat dan begitu
penutup kepala yang digunakan wanita digemari oleh muslimah di Indonesia.
Lebih lanjut muncul pula komunitas- muslimah lain untuk ikut bergabung
komunitas hijaber lain di berbagai dalam komunitas.
daerah yang menunjukkan Konsep hijab yang diusung
perkembangan dan peminatan terhadap fashion hijab adalah berhijab modis
fashion hijab tidak hanya terjadi di mengikuti perkembangan fashion.
kota-kota besar, namun telah masuk ke Dengan demikian berarti berhijab tak
daerah-daerah di Indonesia. lagi sesederhana gaya konvensional,
Perkembangan hijab yang berbaur namun lebih dinamis disesuaikan
dengan fashion tersebut pada akhirnya perkembangan dunia fashion. Hal ini
juga memasuki kota Malang. Di kota menyebabkan muslimah yang
Malang kemudian juga terbentuk menganut fashion hijab kemudian
beberapa komunitas hijaber, cenderung belanja segala artefak
diantaranya adalah Hijab Beauty fashion terbaru, dan itu berarti
Community. Para anggota komunitas mengarah pada kegiatan pemborosan.
ini menggunakan gaya hijab yang Mereka bersedia melakukan hal
modern, terlihat atraktif dan tentunya tersebut demi mendapatkan tanda
sangat fashionable. muslimah yang mapan dan fashionable,
hal ini terbukti ketika wawancara, salah
Konsumsi Hijab pada Anggota HBC seorang anggota mengaku harus rela
Keberadaan Hijab Beauty memotong biaya kebutuhan pokok
Community—gaya mereka dalam demi memenuhi hasrat belanja
berhijab dan semua aktifitas komunitas hijabnya.
mereka—nyatanya kemudian cukup Lebih lanjut, hijab konvensional
menarik perhatian muslimah lain yang memang dewasa ini telah terlabeli
ada di kota Malang. Di dunia maya kesan kolot, tidak fleksibel dan telah
mereka aktif di jejaring facebook, ketinggalan jaman, sehingga para
sedangkan di dunia nyata mereka fashionista muslim tersebut seakan
sering mengadakan berbagai acara berusaha menghilangkan kesan kuno
misalnya pengajian, hijab class, make itu dengan terus belanja segala artefak
up class, fashion show, seminar, dan mode terbaru dan memadukannya
kegiatan lainnya. Akun facebook dan dengan hijab yang mereka kenakan.
fan page mereka memiliki cukup Beberapa faktor tersebut menurut
banyak anggota dan penggemar. Gaya penulis menjadi sebuah gambaran jelas
hijab dan dandanan para anggota bahwa dengan berkembangnya fashion
komunitas yang telah di upload keakun hijab, muslimah kini nampak semakin
tersebut mampu menarik minat konsumtif. Hijab yang merupakan
tuntunan agama sepatutnya jauh dari
rongrongan material keduniawian, pernyataan Baudrillard yang dikutip
namun ketika dipadu dengan fashion Ritzer dalam pengantarnya
malahan semakin mengarahkan (Baudrillard, 1990:xxii) bahwa:
muslimah pada penikmatan duniawi. “….analisis sebenarnya tentang
Mode hijab yang kini logika sosial konsumsi tidak
berkembang begitu dinamis, memang akan terfokus pada pemanfaatan
sengaja disajikan oleh para produsen nilai guna barang jasa oleh
hijab demi meraih keuntungan sebesar- individu, namun terfokus pada
besarnya atas tren fashion hijab yang produksi dan manipulasi
kini sangat diminati. Hijab terbaru yang sejumlah penanda sosial.”
menjadi tren akan sangat laris, Tanda-tanda yang ada pada hijablah
menggantikan gaya hijab sebelumnya. yang sesungguhnya dikonsumsi oleh
Padahal yang perlu kembali digaris muslimah kontemporer, terutama yang
bawahi, fugsi semua hijab adalah sama. tergabung dalam komunitas hijaber.
Fungsi semua hijab sebenarnya adalah
sama, yaitu sebagai penutup tubuh Simpulan dan Saran
muslimah serta menjadi penghalang Berdasarkan penelitian yang
dari pandangan mereka yang bukan telah dilakukan, dapat disimpulkan
muhrim. Nyatanya para kapitalis bahwa para muslimah yang tergabung
kemudian berhasil memanfaatkan dalam komunitas Hijab Beauty
momen digandrunginya fashion hijab Community (HBC) mengenakan hijab
dan menciptakan gaya-gaya hijab dengan gaya yang modis dan atraktif
terbaru dan diproduksi secara massal. demi menampilkan bahwa muslimah
Produk-produk tersebut kemudian kontemporer dapat tetap menjalankan
disajikan lewat berbagai media dan ketentuan agamanya untuk berhijab,
disisipi berbagai rayuan agar muslimah namun tetap dapat tampil modern dan
berpaling untuk mengkonsumsinya. fashionable.
Para hijaber inipun menyatakan Lebih lanjut konsep fashion
bahwa pemilihan dan pembelian hijab hijab yang diperkenalkan oleh para
cenderung mengacu pada fashion hijab hijaber tersebut membawa pengaruh
terbaru yang ditampilkan para model pada banyak muslimah di Indonesia.
atau pesinetron yang terlihat apik di Dampak positif yang terlihat saat ini
berbagai media massa. Demikian adalah banyak muslimah yang tadinya
dilakukan karena tanda muslimah belum berhijab, kini semakin yakin
modern, mapan dan fashionable yang menggunakan hijab yang merupakan
mampu tercermin lewat pilihan hijab identitas agamanya. Namun karena
yang dikenakan. Hal ini sesuai dengan konsep yang ditawarkan kini adalah
berhijab yang fashionable, maka dimiliki oleh komoditas hijab tersebut,
tampilan yang mereka usahakan adalah misalkan yang mampu menunjukkan
berhijab mengikuti perkembangan kemapanan seseorang atau yang
fashion. Berdasarkan fakta tersebut, mampu menunjukkan dia adalah
maka kemudian bukan lagi nilai guna muslimah yang fashionable karena
dari hijab sebagai pakaian penutup selalu belanja dan menggunakan hijab-
yang menjadi pertimbangan mereka, hijab yang sedang tren. Pada akhirnya
melainkan lebih pada tanda dan prestise yang mereka konsumsi bukanlah
yang dibawa oleh pakaian (hijab). komoditas, melainkan tanda itu sendiri.
Lebih lanjut, berhijab kini juga
bukanlah sebuah gaya pakaian Sebagai tindak lanjut dari hasil
berkonsep sederhana, melainkan lebih penelitian ini, saran yang bisa
atraktif serta perlu dilengkapi berbagai disampaikan penulis kepada pembaca
artefak fashion demi menunjukkan serta member dan committee yang
eksistensi muslimah dan menguatkan tergabung dalam komunitas Hijab
identitasnya sebagai hijaber yang Beauty Community Malang adalah:
stylish. Muslimah, sehubungan dengan 1. Dalam penelitian ini
hal tersebut harus selalu mendandani disimpulkan bahwa konsumsi
dan “melabeli” tubuh dengan berbagai atas fashion hijab kini sangat
tanda sesuai peranan yang ingin dipengaruhi oleh media massa
ditampilkan. Hal itu sekaligus yang memperkenalkan berbagai
menunjukkan keberhasilan kapitalis trend fashion terbaru. Dengan
dalam menciptakan realitas berpakaian demikian, sangat memung-
yang seharusnya, yang sebenarnya kinkan bagi peneliti selanjutnya
bukanlah realitas sesungguhnya untuk menggali kembali dan
(Hiperrealitas). membahas lebih dalam
Saat ini yang nampak dan mengenai rasionalitas tindakan
tengah ditampilkan adalah bahwa para hijaber dan pengaruh
muslimah berhijab adalah muslimah media massa sehubungan
yang juga bisa tampil modis dan cantik dengan fashion hijab.
melalui fashion hijab. Demi 2. Memperhatikan kembali
mendapatkan label muslimah modis, mengenai “label” kuno yang
kegiatan konsumsi mereka atas hijab kini melekat pada hijab
selanjutnya tidak lagi mementingkan konvensional, muslimah
pertimbangan atas nilai guna komoditas sebenarnya dapat kembali
hijab. Para hijaber ini lebih mempelajari hijab sesuai
mempertimbangkan tanda-tanda yang konvensi (berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan
agama) yang ternyata memang
lebih sederhana dan apa adanya.
Tidak perlu terlalu hanyut pada
hasrat memenuhi kebutuhan
fashion. Para hijaber juga
sebaiknya lebih cermat dalam
memilih gaya hijab, karena
tentunya tidak semua gaya hijab
cocok dengan diri kita. Tidak
perlu terlalu memikirkan
pendapat orang lain dalam
berhijab, dan jadilah diri
sendiri. Kegiatan konsumsi
memang lumrah dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan
hidup, hanya sebagai makhluk
yang berakal, manusia
seharusnya lebih jeli dan
berhati-hati dalam berbelanja.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Husainan, Khalid. 2012. Ensiklopedi Mini Muslimah: Panduan Praktis Fikih


Muslimah. Solo: Pustaka Arafah

Barnard, Malcolm. 1996. Fashion as Communication. Idy Subandi Ibrahim


(Penerjemah). Fashion sebagai Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra

Baudrillard, Jean P. 1970. La Societe de Consommation. Wahyunto (Penerjemah).


Masyarakat Konsumsi. Bantul: Kreasi Wacana Offset

_______. 1987. Forget Foucault&Forget Baudrillard. Jimmy Firdaus (Penerjemah).


Lupakan Postmodernisme: Kritik atas Pemikiran Foucault & Autokritik
Baudrillard. Yogyakarta: Kreasi Wacana

_______. 1990. Fatal Strategies.Philip Beitchman and W.G.J. Niesluchowski


(Penerjemah). New York : Semiotext(e)

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana.

Fatherstone, Mike. 2001. Consumer Culture and Postmodernism. Mizbah Zulfa


Elizabeth (penerjemah). Posmodernisme dan Budaya Konsumen. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset

Moleong, J Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja


Rosdakarya

Mulyana, D. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Pelangi, Dian. 2012. Hijab Street Style. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Ritzer, George. 1980. Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda. Jakarta: Cv. Rajawali.

Shahab, Husein. 2013. Hijab Menurut Al-Quran dan Al-Sunnah. Bandung: Mizan
Media Utama.

Shihab, M.Quraish. 2004. Jilbab: Pakaian Wanita Muslimah. Jakarta: Lentera Hati.
Storey, John. 1996. Cultural Studies and The Study of Popular Culture: Theories and
Methods. Laily Rahmawati (Penerjemah). Cultural Studies dan Kajian Budaya
Pop: Teori dan Metode. Yogyakarta: Jalasutra

Suyanto, Bagong. 2013. Sosiologi Ekonomi: Kapitalisme dan Konsumsi di Era


Masyarakat Postmodern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Jurnal dan Artikel Online

Pelangi, Dian. 2013. The Merchant Daughter Dian Pelangi.


http://dianrainbow.blogspot.com/themerchantdaughterdianpelangi. Diakses
pada tanggal 7 Mei 2013 pukul 18.40

Nasywa. 2013. Tips Hijab Syari. http://najwa89.blogspot.com/2013/01/tips-hijab-


syari.html. Diakses pada tanggal 7 Mei 2013 pukul 18.16

Contact Person
Nama : Devi Anandita
Alamat : Jl. Kedinding Lor Gg. Anggrek No.20 Surabaya
No. Telp : 081334506650

Anda mungkin juga menyukai