Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP MINAT BELI PAKAIAN THRIFT PADA

MASYARAKAT DI KOTA PEKANBARU

PROPOSAL

Diajukan untuk Melangkapi Tugas dan Memenuhi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh

MUHAMMAD AGUNG LAKSAMANA


12120514826
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

1445 H/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan zaman telah mempengaruhi berbagai sektor industri, termasuk industri

fashion, seperti industri pakaian. Pakaian merupakan kebutuhan pokok manusia dan

sering disebut dengan fashion. Di kalangan remaja fashion menjadi salah satu ikon yang

paling populer. Fashion merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penampilan, gaya

keseharian dan bentuk mengekspresikan diri. Dalam prosesnya, perubahan fashion sering

dikaitkan dengan kondisi sosial, ekonomi dan budaya pada zamannya. Hal ini

menyebabkan tren fashion berubah dari waktu ke waktu yang mengarah pada fakta,

sehingga sering disebut sebagai fashion style atau gaya fashion. Tren fashion merupakan

gaya berpakaian yang populer di kalangan remaja selama periode tertentu dan digunakan

sebagai bentuk perubahan yang cepat dari zaman ke zaman, hingga membuat fesyen

memungkinkan remaja untuk mengekspresikan diri melalui pakaian yang dipakai dan

merupakan kekuatan individualitas1

Saat ini keberadaan gaya hidup seperti dijadikan tuntutan yang harus dipenuhi dalam

kehidupan sehari-hari. Terutama di daerah perkotaan. Gaya hidup umumnya dikaitkan

dengan gaya hidup individu yang dapat dijadikan sebagai identitas bagi setiap

kepribadian seseorang. Konsumen dianggap sebagai peserta aktif dalam penciptaan

makna sosial serta budaya dari konsumsi gaya hidup yang menjadi proses estetika pada

kehidupan sehari-

2
1
Saradiva Nadhila dkk, Eksistensi Diri Remaja Dalam Penggunaan Pakaian Bekas (Studi Kasus Pada
Konsumen Thrifting Pajak Melati Medan), Volume 3 Nomor 3 Tahun (2023), h.2

3
hari. Perilaku ini memerlukan biaya yang lebih besar, karena tidak lagi untuk memenuhi

kebutuhan, tetapi tentang memuaskan keinginan, dan saat ini ada kecenderungan pakaian

bekas (fashion thrift) untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat.

Pakaian bekas adalah pakaian yang telah dipakai oleh seseorang namun masih layak

pakai dan dijual kembali.

Dulu, membeli baju bekas dianggap sebagai fenomena umum bagi masyarakat umum,

selain dikatakan sampah, kualitasnya tidak bagus, dan banyak bakterinya.membeli

pakaian bekas juga disebabkan ketidakmampuan untuk membeli baju baru yang harganya

lebih tinggi. Tetapi zaman telah berubah, membeli baju bekas menjadi sebuah trend dan

pilihan gaya hidup. Informasi fashion sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat, dan

gaya hidup yang fashionable dan fashionable adalah suatu keharusan. Namun, jika

melihat merek luar negeri seperti H&m, Uniqlo, Zara, Polo, Converse, Chanel, Levis,

Dickies, Adidas, Lacoste, dll, upaya tersebut dinilai cukup mahal. Namun tidak harus

mahal untuk tampil fashionable saat ini, selain terjangkau, membeli baju bekas juga

menjadi pilihan yang fashionable, menjual baju dengan corak dan keunikan tersendiri

yang menunjang penampilan.2 Menurut Kotler dan Keller dalam Mahadi minat beli

konsumen adalah perilaku konsumen yang mempunyai keinginan dalam membeli atau

memilih suatu produk, berdasarkan pengalaman dalam memilih, menggunakan dan

mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk.3Sehingga adanya gaya hidup di

masyarakat menimbulkan rasa keinginan membeli pakaian salah satunya pakaian thrift,

yang mana dapat dijadikan sebagai gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan.

2
Ahyan Syaraahiyya, Emmy Yuniarti Rusadi, Fenomena Thrift Shopping Di Kalangan MasyarakatAkibat
Perubahan Gaya Hidup Hidup Modern (Studi Globalisasi Di Wilayah Jawa Timur), Vol. 5. No. (1 Juni 2023)’ h. 2087
3
Tsamara Athirah, skripsi “pengaruh gaya hidup terhadap minat beli pakaian thrift pada masyarakat
kecamatan sekupang di masa pandemi covid-19 menurut ekonomi syariah” (Pekanbaru: UIN SUSKA, 2022), h.2

4
Kebutuhan (need) biasanya dikaitkan dengan sesuatu yang harus dipenuhi agar

sesuatu berfungsi secara sempurna. Islam tidak melarang manusia untuk memenuhi

kebutuhan ataupun keinginan seseorang. Selama hal itu mendatangkan maslahah dan

tidak mendatangkan mafsadah. Tidak ada larangan bagi seorang Muslim untuk

bersenang- senang dan membelanjakan uangnya untuk memenuhi kebutuhan. Selama hal

tersebut tidak melampaui batas yang mengakibatkan pada pemborosan. Seperti yang

dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an:

‫ب ˚س ِرفِ ̊ي َن‬
‫َ م َ ُ كلُ َ ˚ش َ و ˚س ِرفُ َ ل‬ ُ ِ ُ ‫يبَِن يٰ ُ ِ ز‬r
‫˚س ّ ˚وا و َربُ َل ت ˚و “ا ِانَّ ه ُي ِح ا ˚ل‬ ‫ك‬ ‫˜ ادَ خذُ ˚يَنتَ ك ع‬
‫ُم‬ ‫ِج و ا ˚ او‬ 'ِ ‫˚ن َد‬ ‫˚ َم ˚وا‬
‫„د‬ ‫ل‬ ˚
‫م‬

Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki)

masjid, dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya

Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (Al- A’raf 7:31)

B. BATASAN MASALAH

Untuk mempermudah penulis dalam menyusun proposal ini maka diperlukanlah

sebuah batasan masalah agar mempermudah peneliti dalam pengumpulan data. Peneliti

akan membatasi tentang pembahasan gaya hidup pada Masyarakat Pekanbaru. Gaya

hidup sebagai pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada aktivitas,minat dan

opini untuk membeli pakaian thrift.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah gaya hidup berpengaruh terhadap minat beli pakaian thrift pada Masyarakat

Pekanbaru

5
2. Bagaimana tinjauan Ekonomi Syariah tentang gaya hidup terhadap minat beli

pakaian thrift masyarakat Pekanbaru

6
D. Tujuan Dan Manfaat penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah Untuk

mengetahui gaya hidup berpengaruh terhadap minat beli pakaian thrift pada

masyarakat pekanbaru

b. Untuk menjelaskan pandangan Ekonomi Syariah tentang minat beli pakaian thrift

pada masyarakat pekanbaru

2. Manfaaat Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, maka penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat berupa :

a. Manfaat Akademis

Dari penelitian diharapkan dapat memberikan berupa ilmu serta informasi

kepada berbagai pihak, terutama bagi pihak yang suka berbelanja pakaian thrift

dan kepada masyarakat yang senang berbelanja pakaian thrift agar mengetahui

bagaimana pandangan minat beli pakaian thrift menurut perspektif Ekonomi

Syariah.

b. Manfaat Secara Praktis

Dari penelitian ini diharapkan mengetahui minat beli pakaian thrift untuk

memenuhi gaya hidup pada saat ini. Serta untuk menambah pemahaman peneliti

tentang informasi yang telah diteliti menurut Ekonomi Syariah.

7
c. Manfaat Bagi Peneliti

Dari penelitian ini peneliti dapat mengetahui tentang pengaruh gaya hidup

terhadap minat beli masyarakat pekanbaru. Dan dari penelitian ini peneliti dapat

mengetahui tinjauan Ekonomi Syariah terhadap minat beli pakaian thrift.

8
BAB II

LANDASAN TEORI

A. GAYA HIDUP

1. PENGERTIAN GAYA HIDUP

Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan

oleh bagaimana seseorang mengidentifikasi waktu mereka (aktivitas), apa yang

mereka anggap penting dalam lingkungan (ketertarikan), dan apa yang mereka

pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia sekitarnya (pendapat). Gaya hidup

suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat yang lainnya. Bahkan dari masa

ke masa gaya hidup suatu individu dan kelompok masyarakat tertentu akan bergerak

dinamis, namun demikian gaya hidup tidak cepat berubah sehingga pada kurun waktu

tertentu gaya hidup relatif permanen. 4 Menurut Kotler dan keller (2016) Gayahidup

merupakan penghargaan terhadap aktivitas, minat, dan opini seseorang dalam

menyikapi pola hidup di dunia. Gaya hidup mencerminkan reaksi seseorang dalam

mengimbangi interaksi yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Di zaman yang sudah

modern seperti sekarang tuntutan gaya hidup pada masyarakat semakin muluk.

Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi di kota kota besar saja, seiring

berkembangnya zaman yang sangat pesat dan maju inimasyarakat pedesaan turut

bereaksi dalammengimbangi gaya hidup modern.Pandangan masyarakat terhadap

tolak ukur gaya seseorang dilihat dari selera pakaian,aksesoris, dan alat rias.

Demi meraih image,masyarakat rela bersaing

4
Tsamara Athirah, skripsi "penaaruh gaya hidup terhadap minat beli pakaian thrift pada masyarakat

9
kecamatan sekupang di masa pandemi covid-19 menurut ekonomi syariah" (Pekanbaru: UIN SUSKA,
2022), h.11

10
mengikuti trend fashion terkini dengan berbelanja dan berganti ganti produk fashion

seperti pakaian dan kosmetik agar selalu berpenampilan modis dimata publik5

2. FAKTOR YANG MEMENGARUHI GAYA HIDUP

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup (Life Style) Menurut pendapat

Amstrong gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh

individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-

barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan

kegiatan-kegiatan tersebut. Lebih lanjut Amstrong menyatakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari

dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor

internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif,

dan persepsi dengan penjelasannya sebagai berikut :

a. Sikap

Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk

memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui

pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa

tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan

sosialnya.

5
Ahyan Syaraahiyya, Emmy Yuniarti Rusadi, Fenomena Thrift Shopping Di Kalangan Masyarakat Akibat
Perubahan Gaya Hidup Higup Modern (Studi Gobalisasi Di Wilayah Jawa Timur), Vol. 5. No. (1 Juni 2023)
2087 h.

11
b. Pengalaman dan Pengamatan

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku

pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat

dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari

pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.

c. Persepsi

Persepsi merupakan proses dalam memilih, mengatur dan mengiterpretasikan

informasi untuk membentuk pemahaman dan gambaran mengenai suatu hal.

d. Konsep Diri

Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep

diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan

hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana

individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek.

Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku

individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri

merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.

e. Motif

Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman

dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika

motif

12
seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk

gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.

f. Persepsi

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur,dan

menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti

mengenai dunia.

Adapun faktor eksternal sebagai berikut :

a) Kelompok Referensi.

Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh

langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.

Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok

dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi,

sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah

kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok

tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu

pada perilaku dan gaya hidup tertentu.

b) Keluarga

Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan

sikap dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan

13
membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi

pola hidupnya.

c) Kelas Sosial

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan

bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah

urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki

nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam

sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan

(status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang

dalam lingkungan pergaulan, prestise hak- haknya serta kewajibannya.

Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang

sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek

yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan

suatu peranan dalam kebudayaan. Kebudayaan yang meliputi

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan

kebiasaankebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota

masyarakat.6

6
INRIANI,PENGARUH GAYA HIDUP HEDONISME DAN KONFORMITAS TERHADAP MINAT BELI ONLINE

14
PRODUK FASHION YANG DIMODERASI OLEH VARIABEL PERILAKU KONSUMTIF PADA SEGMEN REMAJA DI KOTA
MAKASSAR h. 32-35

15
3. Indikator Gaya Hidup

Psikografis adalah pengukuran kuantitatif gaya hidup, kepribadian, dan

demografis konsumen. Psikografis sering diartikan sebagai pengukuran activity,

interest, dan opinion (AIO, yaitu pengukuran kegiatan, minat, dan pendapat

konsumen. Schiffman dan Kanuk menyatakan psiko grafis disebut sebagai analisis

gaya hidup atau riset AIO adalah suatu bentuk riset konsumen yang memberikan

profil yang jelas dan praktis mengenai segmen- segmen konsumen, tentang aspek-

aspek kepribadian konsumen yang penting, motif belinya, minatnya, sikapnya,

keyakinannya, dan nilai-nilai yang dianutnya. Activities, interest, dan opinion (AIO),

secara rinci dijabarkan sebagai berikut:

1) Kegiatan (activities)

Berkaitan dengan pernyataan apa yang dikerjakan konsumen, produk apa yang

dibeli atau digunakan, kegiatan apa yang mereka lakukan untuk mengisi waktu

luang, serta berbagai aktivitas lainnya.

2) Minat (interest)

Minat berhubungan dengan kesukaan, kegemaran dan prioritas dalam hidup

konsumen. Minat juga berkaitan dengan objek, peristiwa, atau topik tertentu

yang menjadi perhatian perhatian khusus maupun terus- menerus bagi konsumen.

16
3) Pendapat (opinion)

Pendapat merupakan pandangan dan perasaan konsumen dalam menanggapi isu-

isu tertentu. Opini digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran, harapan, dan

evaluasi seperti kepercayaan mengenai maksud orang lain, antisipasi sehubungan

dengan peristiwa masa datang, dan penimbangan konsekuensi yang memberi

ganjaran atau menghukum dari jalannya tindakan alternatif.

4. Jenis-jenis Gaya Hidup

Secara umum, jenis gaya hidup konsumen terdiri dari:

1) Gaya Hidup Mandiri

Merupakan salah satu fenomena yang populer dalam perkotaan. Perusahaan

harus memahami dengan baik terkait dengan kebutuhan dan keinginan

konsumen dengan gaya hidup yang mandiri. Konsumen dengan jenis seperti

ini biasanya merupakan konsumen dengan tingkat pendidikan yang memadai

dengan dukungan finansial yang memadai pula.

2) Hidup Modern

Gaya hidup modern erat kaitnya dengan gaya hidup digital (digital lifestyle).

Gaya hidup digital merupakan istilah yang sering kali digunakan untuk

menggambarkan gaya hidup modern konsumen dimana dalam kehidupannya

syarat akan penggunaan teknologi dan informasi digital. Konsumen jenis ini

17
sering melek dengan teknologi baru danharga bukan merupakan pertimbangan

utama untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut.

3) Gaya Hidup Sehat

Gaya hidup sehat adalah pilihan sederhana yang sangat tepat untuk dijalankan.

Hidup dengan pola makan, pikiran, kebiasaan, dan lingkungan yang sehat.

4) Gaya Hidup Hedonis

Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari

kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah,

lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang

mahal yang disenanginya, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.

Konsumen dengan gaya hidup seperti ini, saat ini telah menjadi semacam tren

terbaru dalam anak muda.

5) Gaya hidup Hemat

Gaya hidup hemat adalah konsumen yang mampu berpikir secara ketat terkait

dengan pengelolaan keuangan yang dilakukannya.

6) Gaya Hidup Bebas

Gaya hidup bebas marak dilakukan pada anak remaja, terutama di kota- kota

besar. Gaya hidup bebas tersebut nampak dari pemahaman bahwa yang update

adalah gaya hidup bebas. Misalnya banyak anak remaja yang saat ini

18
berpakaian terbuka dan seksi yang bukan merupakan budaya dan gaya hidup

dari Indonesia, dan lainnya.

5. Gaya Hidup Menurut Ekonomi Islam

Sudah sifat manusia secara umum bahwa bersifat boros dan hobi menghamburkan

uang jika mendapatkan kelebihan ekonomi, seolah-olah kekayaannya tidak berarti

jika pemiliknya tidak menggunakan hartanya untuk keperluan yang lebih besar dan

mewah, walaupun kebutuhan tersebut kurang penting.

Allah SWT memerintahkan manusia agar dalam memenuhi kebutuhannya secara

sederhana, dan tidak boros dalam pengeluaran. Allah SWT berfirman dalam (QS-Al

A’raf ayat 7:31)

‫ب ˚س ِرفِ ˚ي‬ ُ‫َ م َ ُ كلُ َ ˚ش َ و ˚س ِرف‬ ُ ِ ُ ِ ُ ٰ‫ٰ ي َب ي‬


‫َل‬
‫يُ ِح ا ˚ل‬ ‫رب َل ت ˚و “ا ِا َّن‬ُ َ ‫˚س ّ ˚وا و‬ ‫خذ ز ك ع ك‬ ُ ‫˜ َاد‬
‫ُم‬ ‫ه‬ ‫ِج و ا ˚ او‬ 'ِ ‫˚ن َد‬ ‫ن ˚ َم ˚وا ˚ي‬
‫„د‬ ‫ل‬ ˚ ‫نَ ت‬
‫م‬

Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki)

masjid, dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya

Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.

B. MINAT BELI

1. Pengertian Minat Beli

19
Minat beli Menurut Kotler dan Amstrong (2012) minat beli adalah sesuatu yang

timbul setelah menerima rangsangan dari produk yang dilihatnya, lalu muncul

keinginan untuk membeli dan memilikinya. Menurut Schiffman dan Kanuk Minat

beli

20
adalah sesuatu kekuatan psikologis yang ada di dalam individu,yang berdampak pada

sebuah tindakan. minat beli dianggap sebagai pengukuran kemungkinan konsumen

membeli produk tertentu dimana tingginya minat beli berdampak pada kemungkinan

yang cukup besar dalam terjadinya keputusan pembelian. Minat beli menciptakan

suatu motivasi yang akan terus terekam dalam pikiran dan menjadi suatu keinginan

yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika akan memenuhi kebutuhannya mereka

akan merealisasikan apa yang ada dalam pikiraannya. Menurut Schiffman dan Kanuk

bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang memaksa

mereka untuk melakukan tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi

terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai

produk tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk

menghindari obyek yang bersangkutan. Sebelum melakukan keputusan pembelian,

konsumen terlebih dahulu akan memunculkan minat beli. Minat beli merupakan

keinginan terpendam yang ada dalam diri seorang konsumen dan tidak ada seorang

pun yang tahu apa yang sebenarnya ada di benak konsumen.7

1. Faktor yang membentuk minat beli konsumen:

a. Sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang

disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu, intensitas sifat negatif

orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen

untuk menuruti keinginan orang lain.

7
Indirani, skripsi "Pengaruh Gaya Hidup HedonismeDan Konformitas Terhadap Minat Beli Online Produk
Fashion Yang Di Moderasi Oleh Variabel Perilaku Konsumtif Pada Segmen Remaja Makassar" (Makassar: Uin
Alauddin, 2022 h. 24

21
b. Faktor situasi yang tidak terantisipasi, faktor ini nantinya akan dapat

mengubah pendirian konsumen dalam melakukan pembelian. Hal tersebut

tergantung dari pemikiran konsumen sendiri, apakah dia percaya diri dalam

memutuskan akan membeli suatu barang atau tidak.

Selanjutnya Kotler dan Keller (2016) mengemukakan bahwa perilaku

membeli dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu :

a) Budaya (culture, sub culture, dan social classes)

b) Sosial (kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status)

c) Pribadi (usia dan tahapan daur hidup, pekerjaan dan keadaan ekonomi,

kepribadian dan konsep diri, serta gaya hidup dan nilai)

d) Psikologis (motivasi, persepsi, pembelajaran, emotions, memory).

2. Aspek-Aspek minat beli

Sedangkan menurut Lucas dan Britt mengatakan bahwa aspek-aspek yang

terdapat dalam minat beli antara lain:8

a) Perhatian

Adanya perhatian yang besar dari konsumen terhadap suatu produk, baik

barang ataupun jasa.

b) Ketertarikan

8
Arief Adi Sastri, "Pengaruh Harga Promosi, Dan Kualitas Produk Terhadap Minat Beli Konsumen Pada
Perusahaan A-36" (Surabaya : Universitas Ciputra, 2017 h. 46

22
Setelah adanya perhatian maka akan timbul rasa tertarik pada konsumen

c) Keinginan

Perasaan untuk mengingini atau memiliki suatu produk tersebut.

d) Keyakinan

Keyakinan pada diri individu terhadap produk tersebut sehingga

menimbulkan keputusan (proses akhir) untuk memperolehnya dengan

tindakan yang disebut membeli.

e) Keputusan

Perilaku konsumen dalam mengambil keputusan membeli,

mempertimbangkan barang dan jasa apa yang akan dibeli, dimana, kapan,

bagaimana, berapa jumlah, dan mengapa membeli produk tersebut.

C. Kajian Penelitian Terdahulu

a. Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Dan Gaya Hidup (Fashion Lifestyle) Terhadap

Pengambilan Keputusan Pembelian Pakaian Bekas Branded Preloved Di Thrift Shop

Online Instagram”. Skripsi (2017). Penelitian ini ditulis oleh Akhmad Ikhu program

studi Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung. Dalam

penelitian ini mendapatkan hasil yaitu variabel citra merek (brand image) dan gaya

hidup (fashion lifestyle) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

pembelian pakaian bekas branded preloved. Metode penelitian yang digunakan dalam

23
penelitian ini yaitu metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian asosiatif

(sebabakibat). Persamaan penelitian ini dengan yang sedang diteliti oleh peneliti

adalah pada variabel independent menggunakan variabel gaya hidup (fashion

lifestyle) dan juga objek penelitian yaitu kepada mahasiswa. Sedangkan perbedaanya

terletak pada variabel penelitian yang diambil oleh penulis.9

b. “Hubungan Antara Gaya Hidup Brand Minded Terhadap Intensi Membeli Pakaian

Bekas Pada Remaja Di Kota Malang”. Skripsi (2018). Penelitian ini ditulis oleh

Dhien Saraswaty dari Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Brawijaya. Hasil dari penelitian ini yaitu gaya hidup brand minded

dengan keputusan pembelian pakaian bekas tidak berhubungan. Intensi membeli

pakaian bekas pada remaja dipengaruhi oleh variabel lain yaitu: teman sebaya. Hal

tersebut yang dipengaruhi bukan hanya sifat konsumen melainkan juga pengaruh

sebuah kelompok. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti terletak pada metode penelitian yang digunakan oleh kedua peneliti.

Kemudian variabel dependent yang digunakan oleh peneliti yaitu variabel keputusan

pembelian. Sedangkan perbedaanya terletak pada analisis yang digunakan kedua

peneliti serta variabel yang digunakan oleh peneliti.10

c. “Pengaruh Brand Image Dan Kualitas Layanan Terhadap Keputusan Pembelian Jasa

Dalam Prespektif Ekonomi Islam (Studi Pada Penggunaan Jasa J&T Di Bandar

Lampung)”. Skripsi (2018). Penelitian ini ditulis oleh Dwi Endriani dari program

studi Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Hasil dari

penelitian

9
Akhmad IKhnu, “Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Dan Gaya Hidup (Fashion Lifestyle) Terhadap
Pengambilan Keputusan Pembelian Pakaian Bekas Branded Thrift Shop Online Instagram”. Skripsi (2017)

24
10
Dhien Saraswaty, “Pengaruh Brand Image Dan Kualitas Layanan Terhadap Keputusan Pembelian Jasa
Dalam Prespektif Ekonomi Islam (Studi Pada Penggunaan Jasa J&T Di Bandar Lampung)”. Skripsi (2018).

25
ini yaitu variabel brand image berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan

pembelian jasa di perusahaan J&T Expres. Kualitas layanan juga berpengaruh secara

signifikan terhadap keputusan pembelian jasa pada perusahaan J&T Ekspres. Penelitian

ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi

linear berganda. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti yaitu terletak pada variabel yang dipakai oleh peneliti yaitu variabel

keputusan pembelian sebagai variabel dependentya. Sedangkan perbedaan penelitian

ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu terletak pada variabel yang

digunakan yaitu lebih banyak dan peneliti menggunakan variabel tambahan yaitu

variabel harga dan fashion lifestyle sebagai variabel independentya.11

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak

pada metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode penelitian

kuantitatif. Serta teknik sampling yang digunakan menggunakan teknik purposive

sampling. Sedangkan perbedaanya terletak pada variabel independentnya, ketiga

variabel yang dipakai dalam penelitian ini semuanya berbeda

11
Dwi Endriani, “Pengaruh Tagline SHOPEE Terhadap Keputusan Pembelian Pada Mahasiswa Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya”. Skripsi (2018)

26
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu menggunakan

pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan yang sangat

identik dengan data-data numerical (angka) yang selanjutnya akan diolah menggunakan

metode statistika dengan tujuan untuk menguji hepotesis yang telah di tetapkan

sebelumnya.12Sesuai dengan pendekatan yang digunakan oleh peneliti, maka peneliti

menggunakan data berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan metode statistika

yang digunakan untuk menganalisis pengaruh signifikansi antara variabel dependentt dan

variabel independent.

B. Subyek dan Obyek Penelitian

Subjek adalah sumber tempat memperoleh keterangan penelitian atau lebih tepat

dimaknai sebagai atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan 13.

Sedangkan objek merujuk pada masalah atau tema yang sedang diteliti.Subjek dalam

penelitian ini adalah konsumen Thrift di Kota Pekanbaru. sedangkan objek dalam

penelitian ini PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP MINAT BELI PAKAIAN

THRIFT PADA MASYARAKAT DI KOTA PEKANBARU

12
Nanang Martoyo, “Metode Penelitian Kuantitatif” (Jakarta: Rajawali Pers Januari, 2019), 20
13
Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h. 92-93

27
Dalam penelitian ini adalah pemilik usaha, karyawan dan konsumen Thrift di

Kota Pekanbaru. Obyek penelitian adalah kualitas produk, harga dan minat konsumen

Thrift di Kota Pekanbaru

C. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Ada dua jenis data

yang digunakan pada penelitian ini, yaitu:

a. Data Primer yaitu data yang hanya dapat diperoleh dari sumber asli atau sumber

pertama.Dalam hal ini yang menjadi responden pada penelitian ini adalah masyarakat

kota Pekanbaru.

b. Data Sekunder yaitu data yang yang sudah ersedia sehingga kita tinggal mencari dan

mengumpulkan.Data-data sekunder dalam penelitian ini berasal dari buku, jurnal,

skripsi, tesis serta dokumen yang berasal dari internet.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan analisis data secara deskriptif kuantitatif.

Metode deskriptif kuantitatif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok

manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada

masa sekarang dengan mendeskripsikan, menggambarkan atau melukiskan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar

fenomena yang sedang diteliti14.Metode kuantitatif merupakan penelitian dengan

pendekatan yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka-angka) yang

14
Moh Nazir, Metode penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 54

28
diolah dengan metode statistik. Pada dasarnya pendekatan kuantitatif dilakukan pada

jenis penelitian inferensial dan menyendarkan kesimpulan hasil penelitian pada suatu

probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan

diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel

yang diteliti15.

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan Teknik;

1. Observasi

Pengumpulan data dengan mengamati secara langsung pada obyek penelitian,

tujuannya untuk mengetahui kondisi sebenarnya yang terjadi dilapangan.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada

informan mengenai topik permasalah dalam penelitian.

3. Angket

Berpedoman kepada pendapat Hadjar angket (questionary) adalah suatu daftar

pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subyek, baik

secara individual atau kelompok untuk mendapatkan informasi tertentu, seperti

referensi, keyakinan, minat dan perilaku.

4. Dokumentasi Data atau fakta yang tersimpan dalam bentuk dokumentasi serta

mengumpulkan data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian

29
15
Sutrisno Badri, Metode Statistika Untuk Penelitian Kuantitatif, (Yogyakarta: Ombak, 2002), h. 12

30

Anda mungkin juga menyukai