Anda di halaman 1dari 5

NAMA KELOMPOK:

M. Andi Ghalib Rukmana (2051040399)


M. Figo Ananda (2051040089)
Rizki Rizal Ramdani (2051040150)

Judul : fenomena Perilaku berbelanja Fashion Thrifting pada kalangan mahasiswa (studi pada
mahasiswa uin raden intan lampung)
Latar Belakang:
Penggunaan internet semakin popular dikacamata para generasi muda tak terkecuali
mahasiswi.Mahasiswi adalah bagian masyarakat yang sangat dekat dengan persoalan akses
informasi dan dunia internet.Online shopping merupakan bentuk perubahan yang di sajikan oleh
internet dari segi inovasi dalam berbelanja.Pola konsumsi mahasiswa, khususnya konsumsi
produk fashion akhir-akhir ini mengalami peningkatan.Mahasiswi tertarik mengkonsumsi produk
fashion karena untuk mengikuti trend anak muda jaman sekarang.Pola konsumsi yang tinggi
cenderung konsumtif. Untuk itu semakin maraknya produsen yang menjual barang melalui
online shopping terutama produk fashion akan lebih meningkatkan mahasiswi untuk melakukan
transaksi melalui online shopping dalam memenuhi kebutuhannya. Selain itu mahasiswi
berpersepsi bahwa mereka akan diterima dalam lingkungan temantemannya jika mereka
mengikuti gaya hidup teman-temannya yang saat ini sedang gencarnya online shopping dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Pada setiap kesempatan online shopping menjadi perbincangan oleh
sebagian kalangan mahasiswi. Sekarang online shopping fashion sudah bisa diakses melalui
Blackberry Messenger, android, dan sosial media untuk itu lebih memudahkan bagi mahasiswi
untuk mengaksesnya dan melakukan online shopping. Dengan demikian semakin maraknya
online shopping dikalangan mahasiswi akan membuat mahasiswi semakin diberi kemudahan
untuk melakukan transaksi membeli online
Di era 2000-an istilah thrifting menjadi tidak asing bagi para pecinta barang lawas (Vintage).
Sejak tahun 2013 perdagangan barang bekas mulai masuk ke Indonesia, dimulai dari barang
langka hingga barang dengan brand terkenal. Peningkatan import ini bersamaan dengan
terjadinya penyebaran wabah di seluruh dunia yang menjadi pandemi yaitu virus corona yang
berasal dari kota Wuhan, China. Pandemi yang terjadi melahirkan banyak kebijakan baru di
Indonesia. Kebijakan dan keterbatasan yang terjadi tidak menghalangi perkembangan thrifting di
Indonesia, saat pandemi terjadi kegiatan thrifting tetap berkembang dan menjadi trend
dikalangan anak muda. Hal ini dapat di lihat dari data import pakaian bekas dan banyaknya
penjual pakaian bekas (thrifting shopping) yang muncul tidak hanya menjual di pasar atau
pinggir jalan terdapat juga penjualan secara online.
Namun pada dasarnya trifting di Indonesia sangat;ah diminati, namun yang menjadi
permasalahanya akibat naiknya minat trifting tersebut membuat industry textile lokal menjadi
lesu dan juga dapat merusak industri domestik di bidang konveksi dan garment. Adanya thrift
juga menjadikan minat beli masyarakat terhadap brand lokal semakin menurun karena perbedaan
harga yang cukup jauh. Kementrian perdagangan Indonesia mengeluarkan surat tentang bahaya
pakaian bekas impor, pemerintah juga menetapkan UU No.7 Tahun 2014 tentang perdagangan
yang menyebutkan bahwa "Setiap Importir wajib mengimpor barang dalam keadaan baru".
Akibat dari adanya larangan thrifting yang mengganggu industri tekstil lokal, pemerintah
menyita baju impor bekas yang akan di perjual belikan dan akan dimusnahkan. Upaya
pemusnahan ini merupakan tindak lanjut pengawasan terhadap perdagangan dan impor pakaian
bekas yang dilakukan secara berkelanjutan.

Industri fashion terus berkembang pesat dengan adanya tren mode yang terus berubah. Produk-
produk fashion menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, termasuk bagi mahasiswa.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
mahasiswa dalam berbelanja produk fashion.
Mahasiswa merupakan kelompok yang aktif dalam mengikuti tren mode dan berbelanja produk
fashion. Mereka seringkali menggunakan waktu dan uang untuk memenuhi kebutuhan fashion
mereka. Oleh karena itu, memahami perilaku belanja mereka menjadi penting dalam konteks
penelitian ini.
Merek Fashion Trifthing telah menjadi populer di kalangan mahasiswa. Merek ini menawarkan
produk-produk fashion dengan desain yang kreatif dan harga yang terjangkau. Dalam konteks
ini, mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mahasiswa dalam berbelanja
merek ini akan memberikan wawasan yang berharga.
Dengan memahami latar belakang ini, penelitian akan fokus pada analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku berbelanja mahasiswa terkait merek Fashion Trifthing. Dalam konteks
ini, dapat dilakukan penelitian kuantitatif atau kualitatif untuk mengidentifikasi faktor-faktor
seperti pengetahuan tentang merek, persepsi terhadap merek, kepuasan dengan produk,
preferensi harga, faktor sosial, dan lain sebagainya.
GAP Penelitian:
1. Kurangnya Penelitian Khusus tentang Perilaku Berbelanja Fashion Trifthing: Mungkin
belum ada penelitian yang secara khusus membahas perilaku berbelanja mahasiswa
terkait merek Fashion Trifthing. Gap ini menunjukkan perlunya penelitian yang lebih
mendalam dan spesifik untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi perilaku
belanja mahasiswa pada merek ini.
2. Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Perilaku Belanja: Studi sebelumnya
mungkin belum banyak memfokuskan pada faktor-faktor psikologis yang memengaruhi
perilaku belanja mahasiswa terkait merek fashion. Gap ini menunjukkan pentingnya
mengidentifikasi faktor-faktor psikologis seperti persepsi merek, preferensi gaya,
persepsi harga, dan kepuasan pelanggan dalam konteks merek Fashion Trifthing.
3. Pengaruh Media Sosial dan Teknologi dalam Perilaku Belanja: Penelitian terbatas
mengenai bagaimana media sosial dan teknologi mempengaruhi perilaku belanja
mahasiswa pada merek fashion. Gap ini menunjukkan pentingnya mempelajari pengaruh
platform media sosial, ulasan produk, dan pengalaman berbelanja online pada keputusan
mahasiswa dalam berbelanja produk Fashion Trifthing.
4. Faktor Sosial dan Pengaruh Teman Sebaya: Belum banyak penelitian yang membahas
bagaimana faktor sosial, termasuk pengaruh teman sebaya, mempengaruhi perilaku
belanja mahasiswa pada merek fashion tertentu. Gap ini menunjukkan kebutuhan untuk
memahami bagaimana opini dan rekomendasi teman sebaya memengaruhi preferensi dan
keputusan mahasiswa dalam membeli produk Fashion Trifthing.
5. Aspek Nilai dan Etika dalam Perilaku Belanja: Penelitian yang melibatkan aspek nilai
dan etika dalam perilaku belanja mahasiswa pada merek fashion mungkin terbatas. Gap
ini menunjukkan perlunya memahami apakah dan bagaimana faktor nilai dan etika
seperti keberlanjutan, etika produksi, dan keadilan sosial mempengaruhi perilaku belanja
mahasiswa pada merek Fashion Trifthing.
Landasan Teori:
1. Teori Perilaku Konsumen: Teori ini mencakup berbagai faktor yang mempengaruhi
keputusan konsumen, termasuk dalam konteks perilaku berbelanja. Anda dapat
menjelaskan mengapa mahasiswa tertarik pada fashion thrifting berdasarkan faktor-faktor
seperti kebutuhan ekonomi, eksplorasi gaya pribadi, ketertarikan pada berkeliling
keberagaman mode, dan lingkungan sosial.
2. Teori Kebutuhan dan Motivasi: Konsep kebutuhan dan motivasi dapat digunakan untuk
menjelaskan alasan mengapa mahasiswa tertarik pada fashion thrifting. Anda dapat
menggali tentang bagaimana mahasiswa mungkin memiliki kebutuhan untuk
mengekspresikan diri, memiliki pakaian dengan harga terjangkau, atau menjadi
berkeliling dalam mencari barang unik yang memuaskan keinginan pribadi mereka.
3. Teori Mode Lingkungan: Teori ini fokus pada pengaruh lingkungan sosial terhadap
perilaku individu. Anda dapat menjelaskan bagaimana lingkungan kampus dan kelompok
sebaya mahasiswa dapat mempengaruhi perilaku berbelanja mereka. Misalnya, apakah
ada pengaruh dari teman sebaya atau tren yang terlihat di kampus?
4. Teori Konsep Diri: Konsep diri mengacu pada persepsi individu tentang identitas dan
citra diri mereka. Dalam konteks fashion thrifting, mahasiswa mungkin melihatnya
sebagai cara untuk mengekspresikan kepribadian mereka, menjaga penampilan mereka
dengan gaya yang unik dan orisinal, atau merasa mereka berkontribusi pada
keberlanjutan dengan memilih pakaian bekas.
5. Teori Keberlanjutan dan Etika: Penelitian tentang perilaku berbelanja fashion thrifting
pada kalangan mahasiswa dapat dikaitkan dengan teori keberlanjutan dan etika.
Mahasiswa dapat menganggap fashion thrifting sebagai alternatif yang lebih
berkelanjutan daripada pembelian pakaian baru secara terus-menerus, dan mereka
mungkin memiliki keyakinan etis terkait dengan konsumsi dan limbah.
6. Teori Penerimaan Teknologi: Jika penelitian Anda juga mencakup aspek online atau
platform e-commerce dalam konteks fashion thrifting, teori penerimaan teknologi dapat
berguna. Anda dapat menggali persepsi mahasiswa terhadap penggunaan platform e-
commerce atau aplikasi berbagi barang, dan faktor-faktor yang mempengaruhi niat
mereka untuk menggunakan teknologi tersebut.

Populasi dan Sampel

Populasi: Populasi dalam konteks ini adalah seluruh mahasiswa yang terlibat dalam
perilaku berbelanja fashion thrifting. Ini mencakup seluruh mahasiswa Uin Raden Intan
Lampung.

Sampel: Sampel adalah subset dari populasi yang dipilih untuk penelitian. Dalam
penelitian ini, sampel yang mewakili populasi mahasiswa Uin Raden Intan Lampung
yang terlibat dalam perilaku berbelanja fashion thrifting.
1.Apa yang seharusnya terjadi (prescriptive) dan yang sebenarnya terjadi (descriptive)

Bagaimana tanggapan anda perihal adanya thrifting?, Dan apa yang menyebabkan
fenomena berbelanja thrifting ini menjamur?

2. Apa yang diperlukan (what is needed) dan apa yang tersedia (what is available)
Apakah fashion thrifting ini sangat membantu anda dalam berpakaian sehari hari?, Dan
jika membantu untuk anda, apakah berpengaruh positif kepada usaha yang menjual
pakaian lokal?

3. Apa yang diharapkan (what is expected) dan apa yang dicapai (what is achieved)
Apa harapan anda mengenai fenomena thrifting ini?, Apakah keadaan saat ini sudah
sesuai dengan apa yang anda harapkan atau ada yang perlu diperhatikan lagi untuk
kedepannya?

-kibo
Dengan harga yang murah tentunya kualotas tidak diragukan lagi dengan minus sedikit
seperti robek maupun kotor sedikit, tetapi dengan budget yang murah kita mendapatkan
baju maupun celana yang bermerek
Ya saya rasa sanagat membantu sekali apabila pakaian tersebut kita gunakan terlebih lagi
di jaman sekarang itu fashion this is number one, dan juga permasalahan baju lokal itu
sepertinya sudah menjamur dan tentu saja tidak ada masalah yah mas
Harapanya dengan adanya trifting ini tentunya akan menambah gairah fashion nasional,
dan juga adnya trifting ini akan sangat membantu untuk kita mencari baju yang memiliki
brand namun murah.

Anda mungkin juga menyukai