Judul : fenomena Perilaku berbelanja Fashion Thrifting pada kalangan mahasiswa (studi pada
mahasiswa uin raden intan lampung)
Latar Belakang:
Penggunaan internet semakin popular dikacamata para generasi muda tak terkecuali
mahasiswi.Mahasiswi adalah bagian masyarakat yang sangat dekat dengan persoalan akses
informasi dan dunia internet.Online shopping merupakan bentuk perubahan yang di sajikan oleh
internet dari segi inovasi dalam berbelanja.Pola konsumsi mahasiswa, khususnya konsumsi
produk fashion akhir-akhir ini mengalami peningkatan.Mahasiswi tertarik mengkonsumsi produk
fashion karena untuk mengikuti trend anak muda jaman sekarang.Pola konsumsi yang tinggi
cenderung konsumtif. Untuk itu semakin maraknya produsen yang menjual barang melalui
online shopping terutama produk fashion akan lebih meningkatkan mahasiswi untuk melakukan
transaksi melalui online shopping dalam memenuhi kebutuhannya. Selain itu mahasiswi
berpersepsi bahwa mereka akan diterima dalam lingkungan temantemannya jika mereka
mengikuti gaya hidup teman-temannya yang saat ini sedang gencarnya online shopping dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Pada setiap kesempatan online shopping menjadi perbincangan oleh
sebagian kalangan mahasiswi. Sekarang online shopping fashion sudah bisa diakses melalui
Blackberry Messenger, android, dan sosial media untuk itu lebih memudahkan bagi mahasiswi
untuk mengaksesnya dan melakukan online shopping. Dengan demikian semakin maraknya
online shopping dikalangan mahasiswi akan membuat mahasiswi semakin diberi kemudahan
untuk melakukan transaksi membeli online
Di era 2000-an istilah thrifting menjadi tidak asing bagi para pecinta barang lawas (Vintage).
Sejak tahun 2013 perdagangan barang bekas mulai masuk ke Indonesia, dimulai dari barang
langka hingga barang dengan brand terkenal. Peningkatan import ini bersamaan dengan
terjadinya penyebaran wabah di seluruh dunia yang menjadi pandemi yaitu virus corona yang
berasal dari kota Wuhan, China. Pandemi yang terjadi melahirkan banyak kebijakan baru di
Indonesia. Kebijakan dan keterbatasan yang terjadi tidak menghalangi perkembangan thrifting di
Indonesia, saat pandemi terjadi kegiatan thrifting tetap berkembang dan menjadi trend
dikalangan anak muda. Hal ini dapat di lihat dari data import pakaian bekas dan banyaknya
penjual pakaian bekas (thrifting shopping) yang muncul tidak hanya menjual di pasar atau
pinggir jalan terdapat juga penjualan secara online.
Namun pada dasarnya trifting di Indonesia sangat;ah diminati, namun yang menjadi
permasalahanya akibat naiknya minat trifting tersebut membuat industry textile lokal menjadi
lesu dan juga dapat merusak industri domestik di bidang konveksi dan garment. Adanya thrift
juga menjadikan minat beli masyarakat terhadap brand lokal semakin menurun karena perbedaan
harga yang cukup jauh. Kementrian perdagangan Indonesia mengeluarkan surat tentang bahaya
pakaian bekas impor, pemerintah juga menetapkan UU No.7 Tahun 2014 tentang perdagangan
yang menyebutkan bahwa "Setiap Importir wajib mengimpor barang dalam keadaan baru".
Akibat dari adanya larangan thrifting yang mengganggu industri tekstil lokal, pemerintah
menyita baju impor bekas yang akan di perjual belikan dan akan dimusnahkan. Upaya
pemusnahan ini merupakan tindak lanjut pengawasan terhadap perdagangan dan impor pakaian
bekas yang dilakukan secara berkelanjutan.
Industri fashion terus berkembang pesat dengan adanya tren mode yang terus berubah. Produk-
produk fashion menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, termasuk bagi mahasiswa.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
mahasiswa dalam berbelanja produk fashion.
Mahasiswa merupakan kelompok yang aktif dalam mengikuti tren mode dan berbelanja produk
fashion. Mereka seringkali menggunakan waktu dan uang untuk memenuhi kebutuhan fashion
mereka. Oleh karena itu, memahami perilaku belanja mereka menjadi penting dalam konteks
penelitian ini.
Merek Fashion Trifthing telah menjadi populer di kalangan mahasiswa. Merek ini menawarkan
produk-produk fashion dengan desain yang kreatif dan harga yang terjangkau. Dalam konteks
ini, mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mahasiswa dalam berbelanja
merek ini akan memberikan wawasan yang berharga.
Dengan memahami latar belakang ini, penelitian akan fokus pada analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku berbelanja mahasiswa terkait merek Fashion Trifthing. Dalam konteks
ini, dapat dilakukan penelitian kuantitatif atau kualitatif untuk mengidentifikasi faktor-faktor
seperti pengetahuan tentang merek, persepsi terhadap merek, kepuasan dengan produk,
preferensi harga, faktor sosial, dan lain sebagainya.
GAP Penelitian:
1. Kurangnya Penelitian Khusus tentang Perilaku Berbelanja Fashion Trifthing:
Mungkin belum ada penelitian yang secara khusus membahas perilaku berbelanja
mahasiswa terkait merek Fashion Trifthing. Gap ini menunjukkan perlunya
penelitian yang lebih mendalam dan spesifik untuk memahami faktor-faktor yang
memengaruhi perilaku belanja mahasiswa pada merek ini.
2. Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Perilaku Belanja: Studi
sebelumnya mungkin belum banyak memfokuskan pada faktor-faktor psikologis
yang memengaruhi perilaku belanja mahasiswa terkait merek fashion. Gap ini
menunjukkan pentingnya mengidentifikasi faktor-faktor psikologis seperti
persepsi merek, preferensi gaya, persepsi harga, dan kepuasan pelanggan dalam
konteks merek Fashion Trifthing.
3. Pengaruh Media Sosial dan Teknologi dalam Perilaku Belanja: Penelitian
terbatas mengenai bagaimana media sosial dan teknologi mempengaruhi perilaku
belanja mahasiswa pada merek fashion. Gap ini menunjukkan pentingnya
mempelajari pengaruh platform media sosial, ulasan produk, dan pengalaman
berbelanja online pada keputusan mahasiswa dalam berbelanja produk Fashion
Trifthing.
4. Faktor Sosial dan Pengaruh Teman Sebaya: Belum banyak penelitian yang
membahas bagaimana faktor sosial, termasuk pengaruh teman sebaya,
mempengaruhi perilaku belanja mahasiswa pada merek fashion tertentu. Gap ini
menunjukkan kebutuhan untuk memahami bagaimana opini dan rekomendasi
teman sebaya memengaruhi preferensi dan keputusan mahasiswa dalam membeli
produk Fashion Trifthing.
5. Aspek Nilai dan Etika dalam Perilaku Belanja: Penelitian yang melibatkan aspek
nilai dan etika dalam perilaku belanja mahasiswa pada merek fashion mungkin
terbatas. Gap ini menunjukkan perlunya memahami apakah dan bagaimana faktor
nilai dan etika seperti keberlanjutan, etika produksi, dan keadilan sosial
mempengaruhi perilaku belanja mahasiswa pada merek Fashion Trifthing.
Landasan Teori:
1. Teori Perilaku Konsumen: Teori ini mencakup berbagai faktor yang mempengaruhi
keputusan konsumen, termasuk dalam konteks perilaku berbelanja. Anda dapat
menjelaskan mengapa mahasiswa tertarik pada fashion thrifting berdasarkan faktor-faktor
seperti kebutuhan ekonomi, eksplorasi gaya pribadi, ketertarikan pada berkeliling
keberagaman mode, dan lingkungan sosial.
2. Teori Kebutuhan dan Motivasi: Konsep kebutuhan dan motivasi dapat digunakan untuk
menjelaskan alasan mengapa mahasiswa tertarik pada fashion thrifting. Anda dapat
menggali tentang bagaimana mahasiswa mungkin memiliki kebutuhan untuk
mengekspresikan diri, memiliki pakaian dengan harga terjangkau, atau menjadi
berkeliling dalam mencari barang unik yang memuaskan keinginan pribadi mereka.
3. Teori Mode Lingkungan: Teori ini fokus pada pengaruh lingkungan sosial terhadap
perilaku individu. Anda dapat menjelaskan bagaimana lingkungan kampus dan kelompok
sebaya mahasiswa dapat mempengaruhi perilaku berbelanja mereka. Misalnya, apakah
ada pengaruh dari teman sebaya atau tren yang terlihat di kampus?
4. Teori Konsep Diri: Konsep diri mengacu pada persepsi individu tentang identitas dan
citra diri mereka. Dalam konteks fashion thrifting, mahasiswa mungkin melihatnya
sebagai cara untuk mengekspresikan kepribadian mereka, menjaga penampilan mereka
dengan gaya yang unik dan orisinal, atau merasa mereka berkontribusi pada
keberlanjutan dengan memilih pakaian bekas.
5. Teori Keberlanjutan dan Etika: Penelitian tentang perilaku berbelanja fashion thrifting
pada kalangan mahasiswa dapat dikaitkan dengan teori keberlanjutan dan etika.
Mahasiswa dapat menganggap fashion thrifting sebagai alternatif yang lebih
berkelanjutan daripada pembelian pakaian baru secara terus-menerus, dan mereka
mungkin memiliki keyakinan etis terkait dengan konsumsi dan limbah.
6. Teori Penerimaan Teknologi: Jika penelitian Anda juga mencakup aspek online atau
platform e-commerce dalam konteks fashion thrifting, teori penerimaan teknologi dapat
berguna. Anda dapat menggali persepsi mahasiswa terhadap penggunaan platform e-
commerce atau aplikasi berbagi barang, dan faktor-faktor yang mempengaruhi niat
mereka untuk menggunakan teknologi tersebut.
Populasi: Populasi dalam konteks ini adalah seluruh mahasiswa yang terlibat dalam
perilaku berbelanja fashion thrifting. Ini mencakup seluruh mahasiswa Uin Raden Intan
Lampung.
Sampel: Sampel adalah subset dari populasi yang dipilih untuk penelitian. Dalam
penelitian ini, sampel yang mewakili populasi mahasiswa Uin Raden Intan Lampung
yang terlibat dalam perilaku berbelanja fashion thrifting.
UJI KREDIBILITAS
1. Bagaimana tanggapan anda perihal adanya thrifting?, Dan apa yang menyebabkan
fenomena berbelanja thrifting ini menjamur?
2. Apakah fashion thrifting ini sangat membantu anda dalam berpakaian sehari hari?,
Dan jika membantu untuk anda, apakah berpengaruh positif kepada usaha yang menjual
pakaian lokal?
3. Apa harapan anda mengenai fenomena thrifting ini?, Apakah keadaan saat ini sudah
sesuai dengan apa yang anda harapkan atau ada yang perlu diperhatikan lagi untuk
kedepannya?
Narasumber Tegar Sukma Salah satu mahasiswa UIN RIL yang sering berbelanja
Thrifting: pertanyaan pertama beliau menjawab “Ya tanggapan saya perihal adanya
thrifting ini Pas lah terus untuk anak muda yang dimana harga harga itu masih terjangkau
gitu di kantong para pelajar Para mahasiswa dan Barang barangnya juga masih
berkualitas.”
Pertanyaan kedua: “Seperti yang sudah saya katakan tadi, salah satu penunjang utama
terbesar itu. Ya iyalah harga yang murah. Nah, banyak teman teman yang tidak mampu
membeli barang barunya terutama merek merek terkenal ya karena hambatannya kendala
karena biaya mahal. Nah dengan adanya thrifting ini, Pelajar maupun mahasiswa dapat
mampu membeli barang barang branded tersebut dengan harga yang relatif murah.”
Pertanyaan ke tiga: “Kalau berbicara perihal membantu, Itu menurut saya biasa saja sih
karena saya enggak apa ya? Saya enggak menjadi Penunjang utama saya lah ya. Saya
masih sering juga belanja produk lokal Dan jadi saya enggak selalu melulu beli produk
thrifting gitu. Jadi balance Antara saya beli produk lokal dan produk thrifting. Jadi saya
segimana mungkin saya harus bisa ya membeli dari produk lokal apa namanya
memberikan kontribusi juga lah terhadap pedagang, pedagang lokal kita maupun gitu.”
Pertanyaan ke lima: “Ya jadi lebih spesifiknya untuk pemerintah itu. Walaupun ingin
menertibkan pedagang, memberikan solusi juga yang terbaik bagi pengusaha pengusaha
teliti terutama di Bandar Lampung ini.”
Pertanyaan ke enam: “Mungkin harapan saya sedikit agak kecewa karena adanya
pembatasan ataupun pelarangan dari kebijakan pemerintah terkait dari penjualan barang
barang ini. Namun saya tetap mendukung penuh pemerintah Namun perlu diperhatikan
juga harus ada solusi yang efektif dan efisien bagi para penjual ini agar Nantinya para
pejuang penting ini. Ketika mereka dilarang mereka tidak. Mereka tidak menjadi
kebingungan ataupun jadi pengangguran terkait karena adanya pembatasan atau
pelarangan ini. Jadi mereka tetap bisa bersinergi ataupun berjualan dengan solusi solusi
terbaik yang dikeluarkan oleh pemerintah gitu.”
WAWANCARA
https://drive.google.com/file/d/1EcnPS71EW_9jvGukdHOTYPZPhN_4PA8Q/view?
usp=drivesdk
blob:https://web.whatsapp.com/897204d0-a282-429d-ad03-6289d290c556
Proposal Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna
Memperoleh nilai Metode Penelitian
Disusun Oleh:
M. Andi Ghalib R. (2051040399)
M. Figo Ananda (2051040089)
Rizki Rizal R. (2051040150)
1. Pendahuluan
A. Penegasan Judul
Berbelanja Menurut Levy dalam Prastia (2013) gaya hidup berbelanja adalah
gaya hidup yang mengacu pada bagaimana seseorang hidup, bagaimana mereka
menghabiskan waktu dan uang mereka, kegiatan pembelian yang dilakukan, sikap
dan pendapat mereka tentang dunia dimana mereka tinggal2.
Thrifting Kata Thrifting merupakan kata yang berasal dari bahasa inggris, kata
“Thrift” diambil darikata thrive yang berarti berkembang dan maju. Sedangkan
kata thrifty dapat diartikan sebagai cara menggunakan uang dan barang secara
baik dan efisien (Gafara, 2019).5
1
Mardalis. (2007). Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi Aksara.
2
Andriyanto, D. S., et al. 2016. Pengaruh Fashion Involvement dan Positive Emotion Terhadap Impulse Buying
(Survey pada Warga Kelurahan Tulusrejo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 31, No.
1.
3
Fitriyani, N., Widodo, P. B., & Fauziah, N. (2013). Hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada
mahasiswa di Genuk Indah Semarang. Jurnal Psikologi, 12(1), 1-14.
4
Dikutip dari website jurnal https://jagad.id/pengertian-fashion-stylist-secara-umum-dan-menurutpara-ahli/ Menurut
Polhemus dan Procter (2001)
5
Ristiani, N., Raidar, U., & Wibisono, D. (2022). FENOMENA THRIFTING FASHION DI MASA PANDEMI
COVID-19: STUDI KASUS PADA MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG. Jurnal Sociologie, 1(2), 186-195.
Mahasiswa Menurut Budiman (2006), mahasiswa adalah orang yang belajar di
sekolah tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu
keahlian tingkat sarjana.6
6
Pamungkas, A. S. (2017). Pengembangan bahan ajar berbasis literasi pada materi bilangan bagi mahasiswa calon guru
SD. JPsd (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar), 3(2), 228-240.
volume impor pakaian bekas yang masuk ke Indonesia pada 2022 jumlahnya
meningkat 227,75 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 8 ton.
Angka tersebut setara dengan Rp4,21 miliar. Negara yang mengimpor pakaian
bekas tertinggi ke Indonesia adalah Jepang, totalnya mencapai 12 ton. Meskipun
sebenarnya pemerintah telah mengatur larangan impor pakaian bekas, namun
masih saja ada importir yang bebas masuk ke Indonesia. 7 Menurut data Badan
Pusat Statistik (BPS), angka impor pakaian bekas selama tahun 2018-2020
memang sempat melonjak hingga ratusan ton. Apalagi pada tahun 2019,
volumenya mencapai 392 ton. Namun, angka tersebut mulai menurun dari tahun
ke tahun sampai pada 2021 volume impor pakaian bekas berhasil menyentuh
angka dibawah 10 ton.8
7
Dikutip dari https://data.goodstats.id/statistic/adelandilaa/statistik-impor-pakaian-bekas-5-tahun-terakhir-RLqTo
8
Dikutip dari https://www.idxchannel.com/economics/impor-baju-bekas-capai-rp4-miliar-ini-alasan-konsumen-suka-
thrifting
9
Virginia, G. A. (2022). Fenomena Thrifting Sebagai Budaya Populer Masyarakat Pasar Pagi Tugu Pahlawan Kota
Surabaya. Skripsi Sarjana Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya.
10
Agustina. (2010). Gaya Hidup Konsumtif Remaja Dalam Prilaku Berpakaian. Skripsi Sarjana Program Studi
Sosiologi Fakultas ISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
mungkin terbatas. Gap ini menunjukkan perlunya memahami apakah dan
bagaimana faktor nilai dan etika seperti keberlanjutan, etika produksi, dan
keadilan sosial mempengaruhi perilaku belanja mahasiswa pada merek Fashion
Trifthing.11
11
Karimah, N. U. & Drs. Syafrizal, M.Si. (2014). Motivasi Masyarakat Membeli Pakaian Bekas di Pasar Senapelan
Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Menurut sumber jurnal yang ada, penelitian merupakan proses
kegiatan yang bertujuan untuk menemukan poin-poin utama dengan kritis
melalui langkah-langkah tertentu yang sistematis dan menemukan fakta
sebagai kunci penelitian.
I. Sistematika Pembahasan
Dalam mempermudah pembahasan penelitian, oleh karena itu, perlu adanya
pembahasan secara sitematis pada setiap bab. Dalam penelitian ini terdapat lima
bab yaitu :
Pertama, pada bab ini membahas tentang pendahuluan, penegasan judul, Alasan
Memilih Judul, latar belakang, Fokus dan Subfokus Penelitian, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta membahas definisi konsep dari
penelitian ini atau yang disebut dengan sistematika pembahasan.
Kedua, pada bab ini merupakan landasan teori yang membahas tentang teori-teori
dan juga penelitian terdahulu yang relevan. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini digunakan untuk menganalisis masalah penelitian dan juga
memberikan teori terkait dengan prespektif islam.
Ketiga, pada bab ini membahas tentang deskripsi onjek penelitian. Yang
menjelaskan tentang gambaran umum objek serta penyajian fakta dan data
penelitian.
Keempat, pada bab ini merupakan pembahasan dari analisis penelitian yang berisi
tentang analisis data penelitian dan temuan penelitian.
2. Landasan Teori
2.1 Teori Konsumtif
Menurut Endang (2013) perilaku konsumtif dapat diartikan sebagai
kecenderungan seseorang untuk berperilaku secara berlebihan dalam membeli dan
menggunakan sesuatu secara rasional dan lebih mengutamakan keinginan daripada
kebutuhan (Astuti, 2013). Perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku yang ditandai
dengan adanya kehidupan yang berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap
paling mahal dan memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta
adanya pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh suatu keinginan
untuk memenuhi hasrat keinginan semata (Al-Ghifari, 2003: 11). Perilaku konsumtif
secara tidak sadar telah menjadi budaya yang turun temurun bertahan di Indonesia.
Dengan adanya faktor pendorong berupa globalisasi, perilaku konsumtif dapat
bertahan mengakar menjadi budaya yang tidak baik. Kemudahan mendapatkan
informasi, produk, maupun jasa melalui media sosial menjadi faktor pendorong
perilaku konsumtif dalam masyarakat.