Anda di halaman 1dari 47

PRAKTIK SEWA MENYEWA BUSANA PENGANTIN SYAR’I

DITINJAU PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH (STUDI PADA


BOUTIQUE ZAHWA GALLERY PEKANBARU)

PROPOSAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Fakultas Syariah Dan Hukum

Oleh:
ANANDA IRAWAN
NIM. 12120514478

PROGRAM S1
EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023M/1445H
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi syariah merupakan salah satu pilar yang berpotensi memperkuat

perekonomian suatu negara. Upaya dalam memaksimalkan potensi ekonomi dan

keuangan syariah tersebut, salah satu langkah prioritas yang perlu dilakukan

adalah melalui pengembangan regional halal value chain (rantai nilai halal

regional). Value chain atau biasa dikenal dengan rantai nilai adalah sebuah

ekosistem atau rantai pasok halal yang mencakup beberapa sektor industri dari

industri hulu sampai hilir seperti makanan dan minuman, pariwisata halal,

kosmetik halal, fashion muslim dan farmasi (Ahla dan et.al, 2020).

Dari berbagai jenis industri tersebut, fashion muslim merupakan salah satu

industri yang menunjukkan trend perkembangan yang pesat. Menurut The State Of

Global Islamic Economy Report 2020/2021 konsumsi fashion muslim dunia 2019

mencapai US$ 277 miliar, sedangkan konsumsi fashion muslim dunia pada 2020

mencapai US$ 311 miliar. Pertumbuhannya yang tinggi ini didukung oleh minat

yang lumayan besar dari konsumen muslim hingga perancang busana di berbagai

negara, termasuk Indonesia.

Fashion muslim di Indonesia sendiri marak pada tahun 2010 sejak

diselenggarakannya Indonesia Islamic Fashion Consortium (IIFC) dalam

8
acara Indonesia Islamic Fashion Fair (IIFF). Sejak saat itu beragamkegiatan

fashion mulai menyebar ke berbagai penjuru daerah. Bahkan menurut State Of

Global Islamic Economy Report 2020-2021 Indonesia menempati peringkat ke-3

dunia di sektor modest fashion muslim. Potensi industri halal di Indonesia

diprediksi mencapai 281,6 miliar dolar AS pada 2025 mendatang menurut

Indonesia Halal Market Report yang dirilis pada awal 2022.

Berikut dapat dilihat grafik Negara dengan populasi Muslim terbesar di

dunia menurut RISSC tahun 2021.


Gambar 1 : Grafik Negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia
menurut RISSC Tahun 2021
Sumber Data : RISSC, 2021

Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia.

Berdasarkan laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) atau

MABDA bertajuk The Muslim 500 edisi 2022, ada 231,06 juta penduduk

Indonesia yang beragama Islam. Jumlah itu setara dengan 86,7% dari total

penduduk Indonesia. Proporsi penduduk muslim di Indonesia pun mencapai

11,92% dari total populasinya di dunia. Adapun, jumlah penduduk muslim di dunia

diperkirakan sebanyak 1,93 miliar jiwa. Jumlah itu setara dengan 22% dari total

populasi dunia yang diperkirakan mencapai 8,94 miliar jiwa.

Pesatnya perkembangan Fashion Muslim di Indonesia dipengaruhi oleh

jumlah penduduk Muslim yang ada di Indonesia. Hal tersebut juga meningkatkan

minat masyarakat dalam mengadakan pernikahan dengan konsep Syariah di

Indonesia. Busana pengantin muslim semakin digemari masyarakat karena

maraknya trend Fashion Muslim di Indonesia.

Terdapat beberapa kriteria dalam berbusana bagi seorang muslimah,

diantaranya (Yanggo, 2009):

1. Baju yang digunakan bisa menutupi segala anggota badannya (tanpa

menampakkan lekuk badannya) kecuali apa yang dibolehkan dalam agama,

ialah tangan serta wajah buat perempuan.

2. Bukan merupakan baju untuk dibanggakan ataupun busana yang mencolok

mata. Busana mencolok mata (dibanggakan) yakni dalam bentuk penampilan

yang aneh-aneh di tengah orang banyak, sebab mengenakan warna yang


mencolok yang lain dari pada yang lain sehingga akan merangsang atensi orang

untuk memperhatikannya, yang bisa memunculkan rasa congkak, ketakjuban

serta kebanggaan terhadap diri sendiri secara berlebihan.

3. Busana yang digunakan hendaknya tidak tipis, supaya kulit pemakainya tidak

nampak dari luar.

4. Longgar serta tidak ataupun jangan begitu ketat, supaya tidak menampakkan

bentuk badan. Anjuran pakaian tersebut semacam cerita Nabi Muhammad

SAW. Nabi Muhammad SAW sempat membagikan pakaian yang berbahan

kain linen yang sangat lunak kepada teman- temannya yang bernama Usamah

bin Zaid tetapi, sehabis nabi mengenali bahwasanya pakaian itu diberikan oleh

istrinya, nabi mengatakan: “Suruhlah istrimu mengenakan pakaian dalam yang

tebal di dasar pakaian linen itu, saya takut kalau- kalau pakaian tersebut bisa

menampakkan wujud badannya”.

5. Berbeda dengan baju khas penganut agama lain, sebab di samping banyak

sekali ayat Al- Qur‟an yang melarang umat muslim meniru baju penganut

agama lain, secara tegas Nabi Muhammad SAW pula melarang

6. Baju antara pria serta wanita tidak serupa (mesti dapat dibedakan mana baju

laki- laki serta mana baju perempuan), karena Rasulullah SAW melaknat pria

yang mengenakan baju perempuan serta wanita yang mengenakan baju pria,

juga beliau mengutuk pria yang meniru- niru wanita serta wanita yang meniru

laki-laki.

7. Busana tidak menampakkan bentuk perhiasan kecantikan.


Allah SWT telah menjadikan manusia sebagai makhluk sosial. Masing-

masing saling membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong

menolong. Salah satu usaha yang dapat dilakukan manusia dalam memenuhi

kebutuhannya adalah dengan cara sewa menyewa (ijarah).

Kebutuhan masyarakat untuk memperoleh manfaat suatu barang sering

memerlukan pihak lain melalui akad ijarah. Menurut Dr. Muhammad Syafi‟i

Antonio, ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui

upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri

(Mardani, 2012).

Dalam Islam, kegiatan sewa-menyewa (ijarah) diperbolehkan berdasarkan

firman Allah SWT dalam surah al-Baqarah (2) ayat 233 yang berbunyi :

‫ف‬
ِ ُُ ‫بؼ ُس‬ ُ ‫ار‬² ُ‫ضؼُ ˜ُاُ ُ ُ جُ ػه ُ ذا سه‬ ‫سز‬ ‫ُ ِإ ُ أُ ُز‬
ُ
‫ن‬ ‫ُُز‬ ُ ‫ا ُ ى ُ ُب ُ ى‬ ُ ُ ‫ُدر ُى ا‬
ُ ُ ‫ُُز‬ ‫ُالُد ك ل ح ُ ك‬ ‫ُس‬ ُ‫ُُ ر‬
ُ
ُ ˜‫ُىبي‬ ُ ُ ُ
‫ُى‬

Artinya : “….Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang
patut….." (QS. Al-Baqarah : 233).
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT tidak melarang hambanya untuk

menyewa jasa orang lain guna menyusui anaknya, dengan syarat orang tersebut

harus membayar upah orang lain (perempuan yang menyusui) secara layak dan

sesuai dengan yang telah disepakati diantara keduanya.

Sewa menyewa Busana Pengantin Syar‟i merupakan salah satu dari bentuk

ijarah dalam kegiatan sehari-hari. Pada umumnya, acara pernikahan hanya

dilakukan satu atau dua hari, jadi konsumen lebih memilih untuk menyewabusana
pengantin syar‟i dari pada membelinya. Salah satu butik busana
pengantin syar‟i yang menjalankan usahanya menggunakan praktik ijarah adalah

Boutique Zahwa Gallery yang terletak di Kota Pekanbaru.

Menurut wawancara awal penulis dengan pegawai, Dini Khairani, dalam

praktik nya Boutique Zahwa Gallery menerapkan akad perjanjian sewa menyewa

(ijarah) pada gaun pengantin syar‟i, rias pengantin, jasa hias mahar dan lain

sebagainya.

Tabel 1 : Daftar Harga Sewa Busana Pengantin

No Jenis Harga Sewa


1. Baju Akad Pengantin Wanita Rp. 250.000 – Rp. 2.000.000
2. Ballgown Rp. 1.500.000 – Rp. 2.500.000
Baju Pengantin Pria (Beskap, Jas, dan
3. Rp. 350.000
Songket)
4. Baju Pengantin Perpasang Rp. 500.000 – Rp. 2.000.000
5. Jasa Rias Pengantin Rp. 1.000.000
Sumber : Boutique Zahwa Gallery Pekanbaru

Busana Pengantin Syari‟i yang disewakan oleh Boutique Zahwa Gallery

hanya boleh digunakan untuk acara Lamaran, Akad dan Resepsi pernikahan.

Boutique Zahwa Gallery tidak mengizinkan praktik sewa menyewa busana untuk

keperluan Acara Prewedding ataupun Fashion Show.

Jika calon penyewa ingin memesan Busana Pengantin Syar‟i di Boutique

Zahwa Gallery maka bisa dilakukan dengan membayar uang muka sebesar 30%

dari total harga. Pelunasan biaya sewa Busana Pengantin Syar‟i dapat dilakukan

ketika calon konsumen membawa Busana yang ia sewa. Namun jika calon
konsumen yang telah membayarkan uang mukanya lalu membatalkan pesanannya

maka uang muka tersebut tidak dikembalikan kepada calonkonsumen melainkan

menjadi hak milih penyewa. Untuk pengembalian Busana Pengantin Syari‟i di

Boutique Zahwa Gallery wajib dilakukan H+1 setelah acara selesai, jika melebihi

batas waktu yang telah ditentukan maka penyewa dikenai denda keterlambatan

sebesar Rp. 50.000/hari.

Dari pemaparan penulis diatas, penulis memiliki ketertarikan melakukan

penelitian lebih dalam terkait pengambilan uang muka menjadi milik penyewa

apabila terjadi pembatalan pesanan oleh pihak penyewa yang dirasa mengambil

harta tanpa adanya imbalan atau manfaat yang diberikan kepada pihak penyewa.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai hangusnya uang muka dalam praktik ijarah pada Boutique Zahwa

Gallery dengan melihat dari sudut pandang hukum ekonomi syariah dan

menuangkannya kedalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul “Praktik Sewa

Menyewa Busana Pengantin Syar’i Di Tinjau Perspektif Ekonomi Syariah

(Studi Pada Boutique Zahwa Gallery Pekanbaru)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dikemukan rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah Bagaimana Praktik Sewa Menyewa Busana Pengantin

Syar‟i Di Boutique Zahwa Gallery Pekanbaru Ditinjau Dari PerspektifEkonomi

Syariah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Tinjauan

Ekonomi Syariah Terhadap Praktik Sewa Menyewa Busana Pengantin Syar‟i Di

Boutique Zahwa Gallery Pekanbaru.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terlibat

untuk menerapkan sewa menyewa yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak yang

berkepentingan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

3. Bagi penulis, dapat menambah pengalaman dan wawasan serta kemampuan

berfikir menerapan teori yang di dapat dari bangku perkuliahan kedalam

praktek di masyarakat.

D. Sistematika Penulisan

Secara garis besar, sistematika penulisan penelitian ini dibagi dalam lima

bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini menjelaskan tentang kajian teoritis yang digunakan dalam

mendukung penulisan penelitian ini yang meliputi : Pengertian Sewa

Menyewa, Dasar Hukum Sewa Menyewa, Rukun dan Syarat Ijarah,

Hak dan Kewajiban Para Pihak, Pembatalan dan Berakhirnya Sewa

Menyewa, Pengertian Uang Muka (Urbun), Urgensi Urbun dalam

Transaksi Bisnis, Hukum Uang Muka (Urbun), Busana Pengantin,

Penelitian Relevan, Konsep Operasional, dan Kerangka Berpikir.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari Jenis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian,

Subjek dan Objek Penelitian, Informan Penelitian, Sumber Data dan

Teknik Pengumpulan Data, Metode Pengumpulan Data, Metode

Pengolahan Data dan Metode Analisis Data.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sewa Menyewa

1. Pengertian Sewa Menyewa dalam Islam (ijarah)

Sewa menyewa adalah akad persetujuan antara pihak penyewa denganpihak

yang mnyewakan dimana pihak yang menyewakan menyerahkan barang yang

hendak disewa kepada pihak penyewa untuk dinikmati manfaatnya (Harahap,

2008).

Menurut Muhammad bin Muhammad Al-Mukhtar Syanqiti, Ijarah secara

etimologi adalah masdar dari kata ‫( أجس – ُأجس‬ajara – ya‟jiru), yaitu upah yang

diberikan sebagai kompensasi sebuah pekerjaan. Al-ajru berarti upah atau imbalan

untuk sebuah pekerjaan. Al-ajru makna dasarnya adalah pengganti, baik yang

bersifat materi maupun immateri (Mustofa, 2016).

Menurut Dr. Muhammad Syafi‟i Antonio, ijarah adalah akad pemindahan

hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti

dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri

(Mardani, 2012).

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa ijarah adalah suatu

kegiatan sewa menyewa suatu barang atau jasa tanpa pemindahan kepemilikan

atas barang atau jasa tersebut dengan pembayaran berupa imbalan/

17
18

upah. Jadi dalam hal ini bendanya tidak berkurang sama sekali, yang berpindah

dalam sistem sewa menyewa ini hanya manfaat dari barangnya saja.

Ijarah merupakan muamalah yang telah disyariatkan dalam agama Islam.

Hukum dasar ijarah adalah mubah atau boleh apabila dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan syariat. Hukum ijarah ini diperbolehkan berdasarkan pada ayat Al-

Qur‟an dan Hadits (Affandi, 2009).

2. Dasar Hukum Sewa Menyewa

a. Al-Qur‟an

ُُ ‫فُإ ُِ ُُ ضؼ ك ُى ُُ ج‬
ُُ‫أُ ُز ُ فُأُ ا ُ ُز‬
ُ‫ر‬
ُُ

Artinya : “jika mereka telah menyusukan anakmu, maka berilah upah


mereka.” (Q.S. At-Thalaq : 6)

Selanjutnya terdapat juga dalam Al-Qur‟an Surat Al-Qashash ayat 26 :

ُُُ ‫ذ ج ُ ِسُ خ ُُ سز ُ د ا ُنقُ األ ُ ُِي‬ ُ ‫د ُُب‬² ‫بن ذ‬


‫س‬ ُ ُ‫ُِإ ُس ي‬ ‫ز‬ ‫س‬ ‫ا‬ ‫ُ د ُب ˜ُ ث‬
ِ
‫ج‬ ‫أ‬ ُ ‫ء ُأ‬ ‫إ‬
ُ

Artinya : Salah seorang dari wanita itu berkata : “wahai bapakku, ambillah
dia sebagai pekerja kita karena orang yang paling baik untuk
dijadikan pekerja adalah orang yang kuat dan dapat dipercaya”.
(Q.S. Al-Qashash : 26)

b. Hadits

ُ‫أػ طُ ج ُُ ج ُ ِسُ ق م اُ ُُ ػ ُسق‬


ُُُ ‫ُج‬ ‫ااُأل ُس‬
‫ُِجف‬ ُ‫ُ أ‬

Artinya : “Berikanlah olehmu upah orang sewaan sebelum keringatnya


19

kering” (H.R. Ibnu Majah)


ُُِ ‫اُِزُ ُِج ُى ُ اػط انذجب ُو أُج ُس‬
20

Artinya : “berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada


tukang bekam itu” (H.R. Bukhari dan Muslim)
ُُُ ُ ُِ ‫كُُُب ُ ُك ُِسُ األ ُ ُزض ثِ ُُب ػهُُ ااس ُُا يُ ان ُُص ُزع‬
ُ‫ُك ُاُ ُي ُس ُُب ُ ثِر‬
‫زسم لُال ُِ ص و ذُ ِن‬
‫ُت ا ُُ ُُ ُزق‬

Artinya : “Dahulu kami menyewa tanah dengan jalan membayar dari tanaman
yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami cara itu dan
memerintahkan kami agar membayarnya degan uang mas atau
perak” (H.R. Ahmad dan Abu Dawud).

c. Ijma‟

Pada zaman sahabat, para ulama telah sepakat bahwa akad ijarah

diperbolehkan. Hal ini didasari kebutuhan masyarakat akan kebutuhan barang

atau jasa tertentu. Pada hakikatnya, akad ijarah juga merupakan akad jual beli

yang objeknya berupa manfaat/jasa. Ketika akad jual beli diperbolehkan maka

ada kewajiban untuk memperbolehkan akad ijarah juga. Dengan dilakukannya

ijma‟, akan memperkuat keabsahan ijarah (Djuwaini, 2008).

3. Rukun dan Syarat Ijarah

Dalam melaksanakan ijarah, terdapat rukun dan syarat yang harus

terpenuhi. Berikut akan diuraikan rukun dan syarat ijarah (Rozalinda, 2017) :

a. Mu‟ajir dan Musta‟jir (dua orang yang berakad), disyaratkan :

1) Berakal dan Mumayiz. Namun tidak disyaratkan baligh. Seluruh pihak yang

melakukan akad ijarah wajib cakap bertindak hukum sehingga seluruh

perbuatannya dapat dipertanggung jawabkan. Tidak diperkenankan


21

memperkerjakan orang gila, anak kecil yang belum mumayiz serta orang

yang tidak berakal.

2) „An-Taradin, yaitu kedua belah pihak berbuat atas kemauannya sendiri

bukan karena ada unsur paksaan didalamnya.

b. Sesuatu yang diakadkan (barang atau pekerjaan) disyaratkan :

1) Objek yang disewakan bisa diserahterimakan baik manfaatnya ataupun

bendanya. Sehingga tidak boleh menyewakan sesuatu yang tidak bisa

diserahterimakan. syarat ini sama dengan dilarang melaksanakan jual beli

yang tidak bisa diserahterimakan.

2) Manfaat dari objek yang diserahterimakan merupakan sesuatu yang

dibolehkan agama (Mutaqawwimah). Contohnya menyewakan rumah

untuk didiami. Para fuqaha bersepakat bahwa melakukan ijarah terhadap

perbuatan maksiat dilarang seperti menyewakan rumah untuk prostitusi

dan lain sebagainya yang mengarahkan kepada perbuatan maksiat.

3) Objek yang akan diijarahkan harus diketahui manfaatnya agar terhindar

dari perselisihan.

4) Manfaat dari objek yang disewakan harus dapat dimanfaatkan secara

hakiki. Tidak boleh menyewakan objek yang tidak dapat dimanfaatkan

secara hakiki seperti menyewa orang bisu untuk berbicara.

5) Ijarah harus memiliki ukuran dan batas waktu yang jelas agar terhindar

dari perselisihan.
22

6) Perbuatan yang diupahkan bukan merupakan perbuatan yang fardhuatau

diwajibkan kepada penyewa seperti shalat, puasa, haji dan lain sebagainya.

7) Manfaat yang disewakan menurut kebiasaan dapat disewakan, seperti

menyewakan toko, maka tidak boleh meyewakan pohon untuk menjemur

pakaian, karena hal itu diluar kebiasaan.

c. Upah/imbalan

1) Berupa benda yang diketahui yang dibolehkan memanfaatkannya (mal

mutaqawwim).

2) Sesuatu yang berharga atau dapat dihargai dengan uang sesuai dengan

adat kebiasaan setempat.

3) Upah/imbalan tidak disyaratkan dari jenis yang diakadkan, misalnya sewa

rumah dengan sebuah rumah, sewa mobil dengan sebuah mobil.

d. Shigat

Menurut Ali Haidar, shigat disyaratkan berkesesuaian dan menyatunya majelis

akad, seperti yang dipersyaratkan dalam akad jual beli. Maka akad ijarah tidak

sah apabila antara ijab dan qabul tidak berkesesuaian, seperti tidak

berkesesuaian antara objek akad atau batas waktu.


23

4. Hak dan Kewajiban Para Pihak

Menurut Burhanuddin Susamto (dalam Kurniawan, Vol:4 No 2: 2018)

terdapat beberapa hak dan kewajiban ijarah baik bagi pihak penyewa maupun

pihak yang menyewakan, diantaranya :

a. Pihak Menyewakan (Mu‟ajir)

1) Menerima pembayaran atau upah sesuai dengan yang telah disepakati

dalam akad ijarah.

2) Menyediakan barang atau jasa yang disewakan.

3) Menanggung pembiayaan barang atau jasa yang disewakan.

4) Menjamin apabila terdapat kecacatan pada barang atau jasa yang

disewakan.

5) Bertanggung jawab atas kerusakan barang atau jasa yang disewakan yang

bukan merupakan kelalaian dari pihak penyewa.

6) Membuat pernyataan secara tertulis bahwa mu‟ajir atau pihak penyewa

menyerahkan pemanfaatan barang atau jasa yang disewakannya.

(pernyataan ijab)

b. Pihak Penyewa (Musta‟jir)

1) Memanfaatkan penggunaan barang atau jasa yang telah disepakati dalam

akad ijarah.

2) Memberikan upah/imbalan kepada pihak yang menyewakan sesuai dengan

yang disepakati dalam akad ijarah.


24

3) Bertanggung jawab dalam menjaga keutuhan barang sewaan serta

menggunakan manfaatnya sesuai dengan yang telah disepakati.

4) Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak

material) sesuai kesepakatan dalam akad ijarah.

5) Bertanggung jawab atas kerusakan barang sewaan yang disebabkan oleh

kelalaian pihak penyewa.

6) Membuat pernyataan secara tertulis bahwasannya musta‟jir menerima hak

pemanfaatan suatu barang atau jasa yang dimiliki oleh mu‟ajir (pernyataan

qabul).

5. Pembatalan dan Berakhirnya Sewa Menyewa

Pada dasarnya perjanjian sewa-menyewa merupakan perjanjian lazim,

dimana masing-masing pihak yang terikat dalam perjanjian itu tidak mempunyai

hak untuk membatalkan perjanjian tersebut (tidak mempunyai hak fasakh), karena

jenis perjanjian itu termasuk kepada perjanjian timbal balik (Suhendi, 2010). Jika

salah satu pihak meninggal dunia, perjanjian sewa menyewa tidak akan menjadi

batal asalkan benda yang menjadi obyek sewa menyewa tetap ada. Kedudukan

salah satu pihak yang meninggal akan digantikan oleh ahli warisnya.

Menurut Chairuman Pasaribu & Suwardi K. Lubis dalam (Kurniawan, 2018)

terdapat beberapa hal yang menyebabkan batalnya perjanjian sewa menyewa :


25

1) Terjadinya kerusakan terhadap barang yang disewakan akibat kelalaian pihak

penyewa.

2) Musnah/rusaknya barang yang disewakan. Contohnya ambruknya

rumah/bangunan gedung yang disewakan.

3) Rusaknya barang yang diupahkan. Seperti baju yang diupahkan untuk

dijahitkan.

4) Terpenuhinya manfaat yang diakadkan dengan masa yang telah ditentukan dan

selesainya pekerjaan.

5) Adanya udzur. Udzur yang dimaksud adalah suatu halangan yang

menyebabkan perjanjian tidak dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Ulama

Hanafiyah menjelaskan tiga udzur yang dapat merusak akad ijarah, yaitu :

(Mustofa, 2016)

a. Udzur yang terjadi pada pihak penyewa, seperti penyewa mengalami

kebangkrutan atau pailit sehingga pihak penyewa tidak mampu membayar

biaya sewa.

b. Udzur yang terjadi pada pihak yang menyewakan, misalnya adanya hutang

yang sudah jatuh tempo namun pihak yang menyewakan tidak bisa

membayar hutang kecuali dengan menjual barang yang ia sewakan, maka

akad menjadi fasakh.

c. Udzur yang terjadi pada barang yang disewakan. Misalnya orang yang

menyewa kamar mandi namun ternyata air di dalam kamar mandi itu
26

habis. Dalam kondisi seperti ini maka akad ijarah rusak dan tidak dapat

dilanjutkan.

B. Uang Muka (Urbun)

1. Pengertian Uang Muka (Urbun)

Ada enam (bentuk bacaan) dalam cara pengucapan kata ُُ‫أنؼسث‬. Tiga

diantaranya yang paling fasih yaitu „urbuun, „arabuun, dan „urbaan. Kata

„urbuun (uang muka) pada dasarnya adalah bahasa non-Arab yang sudah

mengalami Arabisasi. Adapun arti dasar kata „urbuun adalah meminjamkan dan

memajukan.

Adapun yang dimaksud dengan „urbuun adalah sebuah transaksi dimana

seseorang membayar sebagian kecil dari harga barang kepada penjual, dengan

syarat apabila transaksi dilanjutkan maka sebagian kecil harga yang telah

dibayarkan itu akan terhitung sebagai bagian dari harga. Tetapi jika transaksi

tersebut dibatalkan maka sebagian kecil harga yang telah dibayarkan akan menjadi

pemberian (hibah) bagi penjual (Az-Zuhaily, 2011).

Terdapat beberapa pengertian „urbuun menurut para ulama, sebagaimana

akan diuraikan sebagai berikut (Haidar, 2018) :

a. Imam Malik

„Urbuun menurut Imam Malik adalah sebagai berikut :


27

‫ُدُ أُ ُُ ُُزُ ل أػ ط د ُُ ُُب ُزا‬ ‫ُؼ ج‬


‫ُ ا ن جم ا ن‬ ‫ػهُ ُى شز‬ ُ ‫ُذُ ُ ُُب‬
ُ ُ ‫ُُ ُكب ُزُ اندُُاثُُخُ ث‬ ُ ُُ ُ‫ُِنك ُسُ ُ أ أ‬
ُ ‫س‬ ُِ ُ ُُ
ُُ ُ‫ُُى ُق‬
‫ك‬ ‫س‬ ‫لال‬

‫ا ُن ُِك ُ اس ُء ُف ُك نُك‬ ُ ‫ػهُُ أُ ُ رُذ ان‬


ُ ُ ‫ُب أػ خ أ‬ ‫س‬ ‫ُُُُِ أ ُِ ُس‬
ُ ُ
‫ز‬ ُ ‫ُك‬
‫ط‬ ‫ه‬

“jual beli al-urbun adalah ketika seseorang membeli budak atau menyewa
hewan kendaraan kemudian menyatakan “saya berikan kepadamu satu dinar
atau dirham dengan ketentuan apabila saya jadi membeli atau menyewamaka
uang muka tersebut termasuk dari harga. Dan apabila gagal beli atau gagal
menyewanya maka uang yang telah saya berikan itu menjadi milikmu dengan
bathil tanpa ada yang ditukarkan”.

b. Ibn Qudamah

„Urbuun menurut Ibn Qudamah adalah sebagai berikut :

ُُ‫ػه‬ ‫غ‬ ُ ُ ُ ‫خُغ اِنُُ ا ن‬ ُ ‫شز ُ ان‬ ُُ ُ ‫ُ فُِ ا‬ ُ‫ُا ُنؼ‬


ُ ُُُ‫ُُ أ‬ ‫فُ ُجب ُِئغ ُِ ز ُُب‬ ‫س‬ ُ ُ‫أ‬ ُ‫ُنج‬ ُُ ُ‫ُسث‬
ُِ‫ُس ُُ إ‬ ُ‫د ا‬ ُ ُِ
ُُ ُُ ُِ ‫ُُغ‬
ُِ ُ ُ‫ُدف‬ ‫ه‬ ‫س‬ ُُ
ُ ُ

ُِ ‫ُغ‬ ‫يُ ُُ نُ جرُ رك ن ه‬


‫ُ ُجب ِئ‬ ِ‫أُخرُ ان ُ خ ِا دز ت ث‬
‫انث ُ ُ إ ُى ُب ُِن‬ ُُِ ُ ‫س‬
ُ‫ُُُ ُِ ُأ‬ ‫س‬ ُ
‫ه‬

“Al-Urbun dalam jual beli adalah membeli barang dengan memberikan kepada
penjual satu dirham atau lebih, dengan kesepakatan bila dia jadi mengambil
barang itu maka dirham itu termasuk uang pembayaran dan bila tidak jadi
maka uang itu menjadi hak penjual”.

c. Ibnu Majah
ُ ُ ‫ب‬ ُ ُ
‫ُ ُُِل ُِإ ُىشز ُ ُِس‬ ‫ػ ُسث‬ ‫د‬ ‫ط‬ ‫ُُُُب ُز ُُؼ‬
ُ ‫ُز‬ ُ
‫أ‬ ُ‫ق‬ ‫ُُُُب‬ ُ ُُ ‫د‬
ُ ُُ
28

‫جم دُاثُُخُ ِث‬ ‫ا ُنؼ ُس ُ شزُ ُ ان‬


ُُِ ُ‫ُُِبئ‬ ُ ‫ُثب أُ ُِس‬
‫ُس‬ ُُ
ُ

‫اندُُاثُُخُُ نُك‬
‫فُبن ُِدُ ُُ ُُب‬
‫ُزا‬

“Al-Urbun adalah ketika seseorang membeli hewan dengan harga 100 dinar,
kemudian ia memberikan 2 dinar sebagai uang panjar. Dan berkata jika tidak
jadi membeli maka uang ini milikmu”.

2. Urgensi Urbun dalam Transaksi Bisnis

Secara garis besar prinsip-prinsip hukum Islam yang wajib dijadikan

pedoman dalam melakukan transaksi bermu‟amalah yakni sebagai berikut

(Basyir, 2000) :
29

a. Pada dasarnya seluruh bentuk mu‟amalah ialah mubah, kecuali yang telah

ditetapkan oleh al-Qur‟an serta Sunnah Rasul.

b. Mu‟amalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan

menjauhi mudharat dalam hidup masyarakat.

c. Mu‟amalah dilaksanakan dengan memelihara nilai-nilai keadilan, menjauhi

unsur-unsur penganiayaan serta unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam

kesempitan.

Prinsip pertama, bermaksud bahwa Islam memberikan kebebasan atas orang

yang melaksanakan akad mu‟amalah dengan syarat serta ketentuan yang

diinginkan, tetapi tidak terlepas dari syarat serta nilai agama. Prinsip kedua, ialah

harus memperhatikan kebebasan berkehendak. Tidak dibenarkan melakukan

transaksi yang memiliki unsur paksaan serta tipuan yang mengakibatkan kerugian

sebelah pihak. Seluruh bentuk transaksi wajib didasarkan suka sama suka serta

saling ridha. Sementara itu prinsip ketiga, dalam transaksi wajib terdapat nilai

keadilan di antara banyak nya pembeli. Penjual tidak boleh pilih kasih. Sehingga

transaksi jual beli bisa berjalan dengan kemudahan serta keikhlasan. (Basyir,

2000).

Dalam kehidupan sehari-hari yang sering terjadi pada saat ini,‟urbun atau

dikenal juga dengan panjar memiliki peran yang penting dalam melakukan

transaksi jual beli maupun sewa menyewa. Berikut ini diuraikan mengenai penting

nya panjar dalam sebuah transaksi bisnis :


30

a. Panjar dapat menjadi jaminan baik kepada pihak penjual maupun pembeli

mengenai kepastian transaksi yang akan dilaksanakan.

b. Panjar dapat menghindari permasalahan atau perselisihan antara pihak penjual

dan pembeli yang diakibatkan oleh sifat semena-mena dalam membatalkan

transaksi jual beli.

c. Memudahkan pembeli dengan memberikan tenggang waktu dalam

menentukan pilihan.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak masyarakat yang menggunakan sistem

panjar ini dalam bertransaksi jual beli maupun sewa menyewa. Biasanya dalam

transaksi bisnis yang menggunakan sistem panjar ini menerapkan adanya dana

hangus atau uang yang telah dibayarkan sebagai panjar menjadi milik pihak yang

menjual apabila terjadi pembatalan pesanan yang dilakukan oleh calon konsumen.

Hal ini dilakukan sebagai ganti rugi kepada pihak yang menjual. Namun ulama

memiliki perbedaan pendapat dalam menyikapi sistem panjar ini. Terdapat

sebagian ulama yang melarang dengan alasan hal tersebut termasuk memakan

harta orang lain secara batil namun ada juga sebagian yang membolehkan.

3. Hukum Uang Muka (Urbun)

Transaksi bisnis dengan sistem uang muka ini masih menjadi perdebatan

dikalangan Imam Mazhab dan para ulama. Sebagian ulama memperbolehkan


31

transaksi dengan menggunakan sistem uang muka namun sebagain lagi melarang

dengan beberapa alasan tertentu.

a. Pendapat yang membolehkan sistem Urbun

Imam Madzhab yang membolehkan sistem panjar hanyalah imam

Ahmad Bin Hanbal beserta dengan murid-muridnya. Beliau berpendapat

bahwa jual beli dengan sistem panjar itu mempraktikkan asas keyakinandalam

bermuamalah yang terjalin antara seorang penjual dengan pembeli. Jual beli

dengan sistem uang muka juga terjalin atas dasar adanya kebutuhan terhadap

sesuatu benda, namun tidak adanya kemampuan untuk membelidengan

uang tunai. Adapun landasan hukum yang dijadikan pedoman oleh para ulama

adalah Firman Allah dalam Q.S. A-Baqarah ayat 275 sebagai

berikut :

‫ُ سهف ُأُ ُي‬ ُُ‫جب ي ظخُ ز ِث‬ ‫د ُُس ُو ان‬ ‫ُ أدم ُن ُج‬
ُُِ ‫ُس‬ ُ ُ‫ُء ُ ُ يُ ُُِ فُب فُه‬ “ ‫ُِ ُس ُثب‬ ‫ُُغ‬
ُُ‫إِن‬ ‫ُُزُ ُُ يب‬ ‫ُِ ػ‬ ُُُ ُ‫ف‬ ‫ُُُلال ا‬
ُُ ُ

‫ة ُ ُى خب ِن‬
ُ ُُ ‫ُ د‬ ‫فُأ ُ ك أصذب‬ ُ ُۖ ُِ ‫ُلال‬
ُِ ‫ف‬ ‫انُُُب‬ ‫ُن‬ ‫ي‬
ُُ ۖ ‫ُِز‬ ُ‫ُػبد‬
‫ِئ‬
‫ُُب‬

Artinya : “padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan


riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum dating larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni- penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya” (Q.S. Al-Baqarah ; 275)
Selain itu terdapat juga dalam kitab Al-Mughni karya Ibn Qudamah :
ُ ُ
ُُِ ‫أ ػ ُُ ُسجب ُش‬ ‫ػ يا‬ ‫زض ُُلال‬ ‫ُ ػ‬ ُُِ ِ‫ض ث‬
ُ
ُُُ‫أ‬ ‫ُ ُث‬ ُُ ُ‫فؼه‬
ُُُ ُ ‫ُس‬
ُ
32

ُ‫د ُُدُ الُ ثأ‬ ُ‫بل أ‬

Artinya : “Imam Ahmad berkata tidak mengapa melakukan jual beli dengan
sistem urbun. Dan hal itu dilakukan Umar Radiallahuanhu.
33

Diriwayatkan pula dari Ibnu Umar bahwasannya ia


membolehkannya” (Haidar, 2018).
b. Pendapat yang melarang sistem Urbun

1. Imam Hanafi

Mazhab ini berpendapat bahwa jual beli dengan sistem urbun hukumnya

fasid. Sebagaimana disebutkan :

ُُُ‫ػهُُ ُ ُنث ُش ُس‬ ‫سد ُح‬ ‫ُا ُيب ا‬ ‫أُ ُُ ع ا ُنجُُ ُُ ِع ا سد‬
ُ
‫ب ا ن‬ُ ُ ‫ج‬ ُ ُ
‫فُ ث ُل‬ ُُُ‫ُنج‬ ُ ُ ‫ُُا‬
‫ب‬ ُ ‫ح‬ ‫نفب‬
‫ُُُِ ُِؼ‬ ُ ُُُ ‫ُِث‬ ُُُِ ‫ُُع ُِ انفُب‬

‫ُُغ انؼس ُثبُ ُل االز ُثب‬


ُ
‫ُق‬
‫ُب‬

Artinya : jenis jual beli fasid: “jual beli fasid ada 30 jenis…yang ke-22
adalah jual beli urbun atau sering disebut urban” (Haidar, 2018)
2. Imam Maliki

Mazhab Maliki juga berpendapat demikian, sebagaimana yang dijelaskan

oleh Imam Qorofi :

‫ُ ؼطُ ا‬ ‫شز ُ ان جم ان س‬
ُ ‫ا ُنؼ ُس ذ ك‬ ‫ػ‬ ُ ‫ُ ي ُُب‬
ُ‫ُنجُبئ ُِغ ي‬ ُ
‫ه‬ ُُ ُ ُ‫ُثبغ ُِن أ‬ ُُ ُُُ
ُ‫خ‬ ‫س‬ ُُ ُ ُُ
ُِ
‫س‬ ُ‫ث‬
ُُ

ُُ‫ُىض‬ ُ ‫ُ خر‬ ‫ُ يب ا شز‬ ُُ‫ُسثبُ ػه‬ ‫ث ُ ُُ ُُِ ُُب ثؼضُ قم‬


ُ ‫أ ُ ُِإ‬ ُ ُ‫زض‬ ُُُ ‫بػ أ‬ ‫أُ ُُ كث س‬
‫ُس‬ ُِ ُ ُِ ‫ُُُ ِإ‬
ُ ‫س‬

‫ُغ‬
‫ئ‬
‫ِ ُِ ن ه‬
‫ُ ُُرُاج ُُ ُش‬
ُ ُ‫ُجب ال‬
34

‫فبنؼس ُثب‬
Artinya : “termasuk jual beli yang dilarang adalah jual beli urbun. Yaitu
seseorang membeli barang dan memberikan sebagian
pembayaran sebagai uang muka, dengan kesepakatan jika
terjadi jual beli maka termasuk pembayaran, maka jika batal
uang menjadi milik penjual. Jenis jual beli ini tidak boleh”
(Haidar, 2018).
3. Imam Syafi‟i

Sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi :

ُ‫ُالُ صخ ُغ ا ُنؼ‬
ُُُ ُ‫ُسث‬ ُُ
35

Artinya : “tidak sah jual beli urbun” (Haidar, 2018)

C. Busana Pengantin

Busana pengantin ialah busana yang digunakan pada hari pernikahan yang

diharapkan menjadi busana istimewa yang hanya digunakan sekali dalam seumur

hidup. Selain berperan sebagai busana, busana pengantin ini juga sebagai identitas

mempelai diri pengantin. Busana pengantin biasanya memiliki model yang mewah

dan menarik perhatian. Seiring dengan berkembangnya zaman, busana pengantin

kini tidak lagi hanya berwarna putih. Busana pengantin pada saat ini memiliki

banyak variasi, diataranya busana pengantin tradisional, busana pengantin modern

serta busana pengantin internasional (Ervinawati dan Mally Maeliah, 2013).

Busana pengantin merupakan busana khusus yang digunakan pada saat

menggelar acara pernikahan yang diharapkan menjadi busana yang khusus karena

hanya akan digunakan sekali dalam seumur hidup. Busana pengantintermasuk

dalam houte couture atau pakaian eksklusif karena menggunakan bahan, teknik

jahit dan finishing untuk membuat busana ini memiliki kualitas yang tinggi. Selain

itu desain busana eksklusif akan mempengaruhi tingkat kemewahan dan

keistimewaan pada busana pengantin (Nuryahya dan Yuri Inang Prihatina, 2021)

Busana pengantin muslim adalah busana yang digunakan pengantin dalam

acara pernikahan yang modelnya sesuai dengan yang telah ditentukan oleh Al-
36

Qur‟an dan Sunnah. Adapun beberapa kriteria mengenai busana pengantin muslim

ini, diantaranya longgar atau tidak ketat, tidak mubazir bahan, tidak menggunakan

aksesoris secara berlebihan, tidak menerawang serta mengenakan jilbab yang

menutup dada (Novrinta dan et.al, 2021).

Sama seperti jilbab syar‟i, busana pengantin muslim memiliki beberapa

kriteria sebagai berikut (Baswedan, 2015) :

1. Longgar dan menggunkan jilbab panjang yang menutupi dada

2. Model gaun dan jilbabnya sederhana, tidak menggunkan aksesoris yang

berlebihan.

3. Bagian lengan baju harus menutupi bagian pergelangan tangan.

4. Baju tidak boleh membentuk lekuk tubuh atau ketat dan tidak dibenarkan

membentuk punuk unta pada bagian kepala.

5. Gaun dianjurkan panjang hingga menutup kaki dan hampir menyentuh tanah.

6. Mengenakan kaus kaki.

D. Penelitian Relevan

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah

yang peneliti lakukan, diantaranya sebagai berikut:

Tabel 2 : Penelitian Relevan

No Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan dan


Peneliti Perbedaan
1. Sofia Tinjauan Hasil penelitiannya Persamaan

Choiri Fiqh Ijarah menunjukkan bahwa penelitian ini


37

Indriarti Terhadap pengambilan uang dengan penelitian

(2016) Sewa Mainan muka/dp oleh pihak terdahulu terletak

Anak di Fun yang menyewakan pada jenis

Kiddy Toys disebabkan pembatalan penelitiannya yaitu

Rental sewa oleh pihak penelitian lapangan

Ponorogo penyewa (field research) dan

diperbolehkan. Karena merupakan

uang muka/dp yang penelitian

dibayarkan tersebut kualitatif. Selain

adalah sebagai ganti itu persamaan

rugi untuk pihak yang antara penelitian

menyewakan yang telah ini dengan

menolak penyewa lain penelitian

yang hendak menyewa terdahulu terletak

barang yang sama. pada teknik

pengumpulan data

yang berupa

wawancara dan

observasi. Adapun

perbedaan antara

penelitian ini
38

dengan penelitian

terdahulu terletak

pada subjek

penelitiannya. Pada

penelitian

terdahulu

subjeknya adalah

Fun Kiddy Toys

Rental Ponorogo

sedangkan pada

penelitian ini

subjeknya adalah

Boutique Zahwa

Gallery Pekanbaru.

2. Fadillah Perjanjian Hasil penelitiannya Persamaan

Putri Sewa menunjukkan bahwa penelitian ini

Mawarda Menyewa penyelesaian dengan penelitian

ni (2022) Mobil Rental wanprestasi yang terdahulu terletak

Dalam Upaya dilakukan oleh pihak pada objek

Penyelesaian Celebes Rent Car sudah penelitiannya

Wanprestasi sesuai dengan prinsip berupa hangusnya


39

Di Kota ekonomi islam. Salah uang muka (DP).

Makassar satu bentuk dari Perbedaan

(Perspektif wanprestasi yang penelitian ini

Hukum pernah terjadi adalah dengan penelitian

Ekonomi over time atau terdahulu terletak

Islam) keterlambatan pada subjek

pengembalian mobil penelitiannya yaitu

rental, pembatalan Boutique Zahwa

sewa, dan adanya Gallery sedangkan

kerusakan pada mobil pada penelitian

yang disewa. terdahulu

subjeknya adalah

Celebes Rent Car.

3. Luqia Pembatalan Hasil penelitiannya Penelitian

Salsabila Order dan menunjukkan bahwa terdahulu memiliki

(2018) Konsekuensi apabila pihak konsumen persamaan dengan

Terhadap melakukan pemesanan, penelitian ini yaitu

Panjar Pada maka uang muka (dp) meneliti tentang

Wedding yang telah dibayarkan hangusnya uang

Organizer akan menjadi hak pihak muka (dp) apabila

Dalam WO jika terjadi terjadi pembatalan


40

Perspektif pembatalan. Uang pemesanan. Selain

Ba‟i Al- muka tersebut itu penelitiannya

Urbun digunakan untuk juga menggunakan

menutupi kerugian yang metode penelitian

ditanggung oleh pihak yang sama yaitu

WO jika terjadinya penelitian

pembatalan pesanan deskriptif kualitatif

karena pihak WO sudah dengan jenis

mengatur segala bentuk penelitian

peralatan pelaminandan lapangan.

perangkat lainnya yang Perbedaannya

sudah dipesan. terletak pada

Fenomena ini apabila penelitian terdahulu

dilihat dari perspektif meneliti di salah

mazhab Hanafi, Maliki satu wedding

dan Syafi‟i merupakan organizer yang

tindakan yang tidak terletak di Kota

sesuai dengan syariat Banda Aceh

karena mengandung sedangkan pada

unsur gharar, penelitian ini

sedangkan menurut melakukan


41

mazhab Hanbali hal ini penelitian pada

diperbolehkan karena salah satu Butik

untuk menutupi Penyewaan Busana

kerugian yang muncul Pengantin Syar‟i

akibat pembatalan yang terletak di

pesanan oleh Kota Pekanbaru.

konsumen.

Sumber : Data Olahan, 2023

E. Konsep Operasional

Tabel 3: Konsep Operasional

Konsep Dimensi Indikator

Praktik Sewa Rukun Ijarah 1. Orang yang berakad


Menyewa Busana 2. Objek ijarah
Pengantin Syar‟i di 3. Upah/Imbalan
4. Sighat
Tinjau Perspektif
Syarat Ijarah 1. Berakal dan Mumayiz.
Ekonomi Syariah 2. „An-Taradin.
3. Objek ijarah dapat diserahterimakan.
4. Objek ijarah merupakan sesuatu
yang dihalalkan syara‟.
5. Objek ijarah diketahui manfaatnya.
6. Memiliki ukuran dan batas waktu
yang jelas.
7. Upah diketahui oleh kedua belah
pihak.
Sumber: Data Olahan, 2023
42

F. Kerangka Berfikir

Gambar 2 : Kerangka Berfikir

Praktik Sewa Menyewa Rukun


Busana Pengantin Ijarah
Syari‟i di Tinjau Hasil
Perspektif Ekonomi
Penelitian
Syariah (Studi Pada
Syarat
Boutique Zahwa
Ijarah
Gallery Pekanbaru)
Sumber: Data Olahan, 2023
BAB III

METODOLOGI

PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

lapangan (field research) dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Menurut Garna penelitian lapangan (field research) merupakan jenis penelitian

yang dilaksanakan di suatu tempat (diluar perpustakaan dan laboraturium) seperti

dilingkungan masyarakat, lembaga-lembaga, organisasi kemasyarakatan serta

lembaga pemerintahan (Misno dan Ahmad Rifai, 2018).

Metode penelitian deskriptif yaitu metode yang meneliti suatu kondisi,

pemikiran atau peristiwa pada masa kini, yang bertujuan untuk membuat

deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematika, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Bungin,

2005).

Menurut Misno dan Rifai (2008) penelitian kualitatif adalah penelitianyang

dilakukan untuk menjawab permasalahan yang memerlukan pemahaman secara

mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara

wajar dan alami sesuai kondisi objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi, serta

jenis data yang dikumpulkan data kualitatif.

39
40

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Boutique Zahwa Gallery Jln. Bunga Harum No.

22 Sukajadi, Pekanbaru. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 4 (empat) bulan

dengan perencanaan sebagai berikut :

Tabel 4 : Waktu Penelitian

Bulan
Jenis
NO Mei Juni Juli Agustus
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Masa Persiapan
2 Pengumpulan Data
3 Pengolahan Data
4 Penulisan Laporan
Sumber : Data Olahan, 2023

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pemilik dan karyawan Boutique Zahwa

Gallery Pekanbaru. Sedangkan objek penelitian ini adalah praktik sewa menyewa

busana pengantin syar‟i di tinjau perspektif ekonomi syariah.

D. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi karena penelitian

kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan

hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi tetapi ditransferkan ke


41

tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada

kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan

responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan (Sugiyono, 2014). Dalam

penelitian ini yang menjadi informan penelitian sebanyak 4 orang yaitu pemilik

(owner) dan karyawan Boutique Zahwa Gallery Pekanbaru serta 2 orang penyewa.

E. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat atau dikumpulkan oleh

peneliti secara langsung dari sumbernya. Data primer merupakan data asli atau

data baru yang bersifat up to date (Misno dan Ahmad Rifai, 2018). Pada

penelitian ini, data primer diperoleh melalui wawancara terhadap pemilik dan

karyawan Boutique Zahwa Gallery Pekanbaru.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapat atau dikumpulkan peneliti

dari semua sumber yang sudah ada. Data sekunder bisa diperoleh dari

berbagai sumber seperti jurnal, buku, laporan dan sebagainya (Misno dan

Ahmad Rifai, 2018).


42

F. Metode Pengumpulan Data

Terdapat beberapa metode untuk mengumpulkan data yang digunakan pada

penelitian ini agar mendapatkan penelitian yang relevan dan lengkap. Adapun

beberapa metode yang digunakan sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap lingkungan

fisiknya atau pengamatan langsung suatu aktivitas yang sedang berlangsung

yang mencakup seluruh aktivitas perhatian terhadap suatu kajian objek

dengan menggunakan alat indranya. Observasi juga bermakna suatu usaha

yang dilakukan secara sengaja dan sadar untuk mengumpulkan data dan

dilakukan secara sistematis sesuai prosedur (Misno dan Ahmad Rifai, 2018).

2. Wawancara

Moh. Nazir berpendapat bahwa wawancara adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap

muka antara si penanya atau si pewawancara dengan si penjawab atau

responden menggunakan alat yang dinamakan interview guide (pandauan

wawancara) (Misno dan Ahmad Rifai, 2018).

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada pihak yang terkait

langsung dengan praktik sewa menyewa di Boutique Zahwa Gallery

Pekanbaru yaitu pihak karyawan dan juga pemilik serta pihak penyewa di

Boutique Zahwa Gallery Pekanbaru.

3. Dokumentasi
43

Dokumentasi adalah suatu cara untuk mendapatkan data dengan cara

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan atau transkip,

buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda rapat dan lain

sebagainya (Arikunto, 1988). Teknik dokumentasi yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan hasil wawancara dengan narasumber berupa

foto, video, rekaman dan catatan hasil wawancara.

G. Metode Analisis Data

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Jadi data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan

(Sugiyono, 2014).

2. Penyajian Data

Menurut Miles dan Huberman, penyajian data adalah sebagai sekumpulan

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan (Salim, 2012).

3. Verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif

adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
44

berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang

atau gelap sehingga dapat diteliti menjadi jelas (Sugiyono, 2014).


DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdurrahman Misno, A. R. (2018). Metode Penellitian Muamalah. Jakarta : Penerbit


Salemba Diniyah.

Affandi, Y. (2009). Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Logung Pustaka.

Arikunto, S. (1988). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka


Cipta.

Az-Zuhaily, W. (2006). al-muamalat al-Maliyah al-Muashirah. Beirut Dar al-Fikr al-


Muashirah.

Az-Zuhaily, W. (2011). Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 05. Jakarta: Gema Insani.

Baswedan, S. (2015). Samudra Hikmah di Balik Jilbab Muslimah. Jakarta: Penerbit


Al-Inabah.

Basyir, A. A. (2000). Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam). Jakarta:


UII Press.

Bungin, B. (2005). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Pustaka.

Djuwaini, D. (2008). Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Haidar, M. A. (2018). Uang Muka Dalam Pandangan Syariah. Kuningan: Rumah


Fiqih Publishing.

Harahap, Y. (2008). Segi-Segi Hukum Perjanjian. bandung: Alumni.

Kurniawan, P. (2018). Analisis Kontrak Ijarah. Jurnal El-Qanuny, 204-205.

Mardani, D. (2012). Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta: Prenadamedia Group.

Mustofa, I. (2016). Fiqh Muamalah Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.

Rozalinda. (2017). Fikih Ekonomi Syariah : Prinsip dan Implementasinya Pada


Sektor Keuangan Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.

45
46

Salim, S. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Citapustaka Media.

Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suhendi, H. (2010). Fiqih Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers.

Syanqiti, M. b.-M. (2005). Syarh Zad al-Mustaqna' li al-Syantiqi. Digital Library.

Yanggo, H. T. (2009). Fiqih Perempuan Kontemporer. Bogor: Ghalia Indonesia.

Skripsi :

Indriarti, Sofia Choiri. 2016. Tinjauan Fiqh Ijarah Terhadap Sewa Mainan Anak Di
Fun Kiddy Toys Rental Ponorogo. Skripsi. Jurusan Syari‟ah Ekonomi Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN): Ponorogo.

Mawardani, Fadhillah Putri. 2022. Perjanjian Sewa Menyewa Mobil Rental Dalam
Upaya Penyelesaian Wan Prestasi Di Kota Makassar (Perspektif Hukum
Ekonomi Islam). Skripsi. Fakultas Syari‟ah Dan Ilmu Hukum Islam Institut
Agama Islam Negeri (IAIN): Parepare.

Salsabila, Luqia. 2018. Pembatalan Order Dan Konsekuensi Terhadap Panjar Pada
Wedding Organizer Dalam Perspektif Ba‟i Al-Urbun. Skripsi. Fakultas Syariah
Dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam: Banda Aceh.

Jurnal :

Kurniawan, P. (2018). Analisis Kontrak Ijarah. Jurnal el-Qanuniy: Jurnal Ilmu-Ilmu


Kesyariahan dan Pranata Sosial, 4(2), 201-213.

Ahla, A. (2020). Strategi Pengembangan Ekonomi Syari‟ah Melalui Penguatan Halal


Value Chain (Studi Kasus pada Industri Pariwisata Halal di Kota Banjarbaru)
(Doctoral dissertation, Universitas Islam Kalimantan MAB).

Novrinta, E. R. N. R., Naryoso, A., & Santosa, H. P. (2021). Busana Pengantin Muslim
Sebagai Media Komunikasi Dakwah di Kalangan Para Wanita Muslimah.
Interaksi Online, 9(4), 263-271.

Ervinawati, Y., & Maeliah, M. (2013). Busana pengantin barat dengan hiasan teknik
melipat. Fesyen Perspektif, 1(1).
47

Nuryahya, N. A., & Prihatina, Y. I. (2021). Pengembangan Desain Busana Pengantin


Dengan Tema The Alluring Asmat Tribe. Prosiding Pendidikan Teknik Boga
Busana, 16(1).
LAMPIRAN

48

Anda mungkin juga menyukai