SYARIAT ISLAM
MAKALAH BERPAKAIAN SESUAI SYARIAT ISLAM
Nama kelompok:
1.
2.
3.
4.
SMK N 48 JAKARTA
Kata pengantar
Dengan rahmad Allah. Yang maha kuasa kita dapat berdiri, bernafas, serta
menghirup udara segar. Sudah sepatutnya kita mensyukuri segala nikmatNya tersebut dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala
larangannya.
Kemudian dari pada itu, dengan datangnya makalah ini kita dituntun untuk
dapat mempelajari sehingga dapat mengetahui apa saja informasi yang
terdapat di dalam makalah ini.
Dengan mempelajari adab berpakaian ini, kita dapat lebih mengetahui lebih
dalam tentang adab berpakaian menurut syariat agama islam.
Akhir kata, penyusun berharap dengan ini dapat menambah kreatifitas kita
sebagai pelajar khususnya dalam pelejaran agama islam. Sekian terima
kasih
(Kelompok 7)
Daftar isi
Judul1
Kata pengantar.2
Daftar isi3
BAB. 1
Pendahuluan4
BAB. 2
Berpakaian sesuai syariat islam5
BAB. 3
Adab berpakaian bagi muslimah6
BAB. 4
Adab berdandan menurut syariat islam11
BAB. 5
Perbedaan Antara muslim dan non muslim..12
BAB. 6
Berjilbab dan Kasiyatun ariyatun.15
BAB. 7
Azab bagi wanita yang berpakaian tapi telanjang.19
BAB. 8
PENUTUP
Kesimpulan21
BAB. 9
Daftar pusaka21
BAB. 10
Lampiran powerpoint kelompok 7.22
BAB.1
Pendahuluan
Berpakaian sesuai syariat islam hukumnya wajib bagi seluruh umat
muslim di dunia. Namun budaya berpakaian sesuai syariat islam pun saat ini
sudah memudar, anak muda mulai terpengaruh oleh budaya pakaian dari
barat. Ironisnya mereka (perempuan) seakan bangga memamerkan lukuk
tubuh serta bentuk tubuhnya. Mereka (perempuan) seringkali memamerkan
bagian tertentu pada tubuh mereka dengan tujuan untuk mendapatkan
pujian dari oranglain akan indahnya tubuh mereka. Perbuatan tersebut
sudah tentu diharamkan oleh agama islam.
Tentunya kita sebagai umat manusia dan sebagai umat muslim, kita
patut menjauhi apa saja yang diharamkan dalam agama islam. Budaya yang
bukan termasuk budaya kita seharusnya kita buang jauh-jauh dari hadapan
kita. Aurat yang semestinya kita tutup janganlah kita umbar-umbar. Dalam
makalah ini akan dijelaskan secara rinci tentang berpakaian sesuai syariat
islam serta azab bagi yang tidak mengikuti ajaran berpakaian sesuai syariat
islam. Berikut pembahasannya.
BAB. 2
Berpakaian sesuai syariat islam
Adab berpakaian adalah sebagai berikut :
1. Pakaian harus menutupi aurat.
2. Pakaian harus bersih dan rapi
3. Untuk laki-laki, agar memakai pakaian yang panjang sampai menutupi
aurat
4. Sedangkan wanita, harus menggunakan pakaian yang menutupi anggota
tubuhnya keculai wajah dan kedua telapak tangan
5. Para lelaki muslim, haram hukumnya menggunakan sutra dan emas. Oleh
karena itu, dilarang bagi lelaki muslim untuk menggunakan barang-barang
diatas.sebagaimana sabda Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya dua benda ini (emas dan sutera) haram atas lelaki
ummatku. (H.R.Abu Daud)
6. Dalam islam tidak diperkenankan lelaki memakai pakaian wanita dan
sebaliknya. Karena hal ini dapat menyebabkan tassabuh
7. Dalam ajaran islam, hukumnya sunat memakai pakaian dengan diawali
bagian kanan
8. Tidak diperkenankan memakai pakaian yang mewah
9. Lebih mengutamakan pakaian yang berwarna putih
10. Hendaklah berpakaian yang rapi dan sopan
BAB. 3
Adab Berpakaian Bagi Muslimah
Haruskah Hitam?
Terkait dengan warna pakaian terutama pakaian perempuan, terdapat
beragam sikap orang yang dapat kita jumpai. Ada yang beranggapan bahwa
warna pakaian seorang perempuan muslimah itu harus hitam atau minimal
warna yang cenderung gelap. Di sisi lain ada yang memiliki pandangan
bahwa perempuan bebas memilih warna dan motif apa saja yang dia sukai.
Sesungguhnya Allah itu maha indah dan mencintai keindahan, kata mereka
beralasan. Manakah yang benar dari pendapat-pendapat ini jika ditimbang
dengan aturan al-Quran dan sunnah shahihah yang merupakan suluh kita
untuk menentukan pilihan dari berbagai pendapat yang kita jumpai?
Salah satu persyaratan pakaian muslimah yang syari adalah pakaian
tersebut bukanlah perhiasan. Dalam syarat ini adalah firman Allah yang
artinya, Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya.(QS. an Nur:31). Dengan redaksinya yang
umum ayat ini mencakup larangan menggunakan pakaian luar jika pakaian
tersebut berstatus perhiasan yang menarik pandangan laki-laki.
Dari Fadhalah bin Ubaid, dari Nabi beliau bersabda, Tiga jenis orang yang
tidak perlu kau tanyakan (karena mereka adalah orang-orang yang
binasa). Yang pertama adalah orang yang meninggalkan jamaah kaum
muslimin yang dipimpin oleh seorang muslim yang memiliki kekuasaan yang
sah dan memilih untuk mendurhakai penguasa tersebut sehingga meninggal
dalam kondisi durhaka kepada penguasanya.Yang kedua adalah budak lakilaki atau perempuan yang kabur dari tuannya dan meninggal dalam
keadaan demikian. Yang ketiga adalah seorang perempuan yang ditinggal
pergi oleh suaminya padahal suaminya telah memenuhi segala kebutuhan
duniawinya lalu ia bertabarruj setelah kepergian sang suami. Jangan pernah
bertanya tentang mereka. (HR Ahmad no 22817 dll, shahih. Lihat Fiqh
Sunnah lin Nisa, hal 387)
Sedangkan tabarruj itu didefinisikan oleh para ulama dengan seorang
perempuan yang menampakkan perhiasan dan daya tariknya serta segala
sesuatu yang wajib ditutupi karena hal tersebut bisa membangkitkan birahi
seorang laki-laki yang masih normal.
Di samping itu, maksud dari perintah berjilbab adalah menutupi segala
sesuatu yang menjadi perhiasan (baca: daya tarik) seorang perempuan.
Maka sungguh sangat aneh jika ternyata pakaian yang dikenakan tersebut
malah menjadi daya tarik tersendiri. Sehingga fungsi pakaian tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
Meski demikian anggapan sebagian perempuan multazimah (yang komitmen
dengan aturan agama) bahwa seluruh pakaian yang tidak berwarna hitam
adalah pakaian perhiasan adalah anggapan yang kurang tepat dengan
menimbang dua alasan.
Yang pertama, sabda Nabi,
Wewangian seorang laki-laki adalah yang tidak jelas warnanya tapi nampak
bau harumnya. Sedangkan wewangian perempuan adalah yang warnanya
jelas namun baunya tidak begitu nampak. (HR. Baihaqi dalam Syuabul
Iman no.7564 dll, hasan. Lihat Fiqh Sunnah lin Nisa, hal. 387)
Hadits ini mengisyaratkan bahwa adanya warna yang jelas bukanlah suatu
hal yang terlarang secara mutlak bagi seorang perempuan muslimah.
Yang kedua, para sahabiyah (sahabat Nabi yang perempuan) bisa memakai
pakaian yang berwarna selain warna hitam. Bukti untuk hal tersebut adalah
riwayat-riwayat berikut ini:
Dari Ikrimah, Rifaah menceraikan istrinya yang kemudian dinikahi oleh
Abdurrahman bin az Zubair. Aisyah mengatakan, Bekas istri rifaah itu
memiliki kerudung yang berwarna hijau. Perempuan tersebut mengadukan
dan memperlihatkan kulitnya yang berwarna hijau. Ketika Rasulullah tiba,
Aisyah mengatakan, Aku belum pernah melihat semisal yang dialami oleh
perempuan mukminah ini. Sungguh kulitnya lebih hijau dari pada
pakaiannya. (HR. Bukhari no. 5377)
Dari Ummi Khalid binti Khalid, Nabi mendapatkan hadiah berupa pakaian
berwarna hitam berukuran kecil. Nabi bersabda, Menurut pendapat kalian
siapakah yang paling tepat kuberikan pakaian ini kepadanya? Para sahabat
hanya terdiam seribu bahasa. Beliau lantas bersabda, Bawa kemari Ummi
Khalid (seorang anak kecil perempuan yang diberi kunyah Ummi Khalid)
Ummi Khalid dibawa ke hadapan Nabi sambil digendong. Nabi lantas
mengambil pakaian tadi dengan tangannya lalu mengenakannya pada Ummi
Khalid sambil mendoakannya, Moga awet, moga awet.Pakaian tersebut
memiliki garis-garis hijau atau kuning. Nabi kemudian berkata,Wahai Ummi
khalid, ini pakaian yang cantik. (HR. Bukhari no. 5823)
Meski ketika itu Ummi Khalid belum balig namun Nabi tidak mungkin melatih
dan membiasakan anak kecil untuk mengerjakan sebuah kemaksiatan.
Sehingga hadits ini menunjukkan bolehnya seorang perempuan mengenakan
pakaian berwarna hitam yang bercampur dengan garis-garis berwarna hijau
atau kuning. Jadi pakaian tersebut tidak murni berwarna hitam.
Dari al Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr, Sesungguhnya Aisyah memakai
pakaian yang dicelup dengan ushfur saat beliau berihram (HR. Ibnu Abi
Syaibah 8/372, dengan sanad yang shahih)
Pada tulisan yang lewat telah kita bahas bahwa yang dimaksud dengan
celupan dengan ushfur adalah celupan yang menghasilkan warna merah.
Perbuatan Aisyah sebagaimana dalam riwayat di atas menunjukkan bahwa
seorang perempuan muslimah diperbolehkan memakai pakaian berwarna
merah polos. Bahkan pakaian merah polos adalah pakaian khas bagi
perempuan sebagaimana keterangan di edisi yang lewat.
Berikut ini beberapa riwayat yang kuat dari salaf tentang hal ini:
menjumpai beberapa istri Nabi. beliau melihat para istri Nabi tersebut
mengenakan pakaian berwarna merah.
Dari Ibnu Abi Mulaikah, aku melihat Ummi Salamah mengenakan kain
1.
2.
Pakaian yang sering dikenakan oleh para istri Nabi. Ketika Shafwan
menjumpai Aisyah yang tertinggal dari rombongan, Shafwan melihat
sosok hitam seorang yang sedang tidur. (HR. Bukhari dan Muslim)
2.
Hadits dari Aisyah yang menceritakan bahwa sesudah turunnya ayat
hijab, para perempuan anshar keluar dari rumah-rumah mereka seakanakan di kepala mereka terdapat burung gagak yang tentu berwarna
hitam. (HR. Muslim)
BAB. 4
Adab berdandan menurut syariat islam
Adab ini adalah amalan yang diamalkan oleh Nabi Yusuf A.S. yang
telah diangkatkan darjat dari hamba menjadi seorang pembesar..
BAB. 5
Andai meniru perilaku lahiriah orang kafir tidak termasuk mengikuti hawa
nafsu orang kafir maka tidak disangsikan lagi bahwa menyelisihi orang kafir
dalam perilaku lahiriah itu lebih memupus kemungkinan terjerumus dalam
sikap mengikuti hawa nafsu mereka dan lebih membantu agar mendapatkan
ridho Allah dengan tidak mengikuti hawa nafsu orang kafir. Sesungguhnya
meniru orang kafir dalam perilaku lahiriah itu bisa jadi sarana untuk
mengikuti orang kafir dalam hal-hal yang lain. Karena siapa yang berani
dekat-dekat dengan daerah larangan maka dia akan terjerumus di dalamnya.
Dua penjelasan di atas bermuara pada satu titik yang sama yaitu mengikuti
perilaku lahiriah orang kafir itu terlarang. Meski penjelasan yang pertama itu
lebih tepat. (al Iqtidha, hal. 8)
Allah berfirman yang artinya, Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu
mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada
pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. (QS. ar-Radu
[13]: 37)
Yang dimaksud dengan hawa nafsu mereka dalam ayat di atas adalah ahzab
(kelompok orang kafir) yang mengingkari sebagian dari al-Quran. Sehingga
termasuk dalam hal ini semua orang yang mengingkari sebagian dari alQuran meskipun sedikit baik Yahudi, Nasrani ataupun yang lainnya.
Mengikuti orang kafir dalam hal yang merupakan ciri khas mereka baik
terkait dengan agama mereka atau konsekuensi agama mereka adalah
termasuk mengikuti hawa nafsu orang kafir. Bahkan karena hal yang lebih
remeh lagi seorang bisa dinilai telah mengikuti hawa nafsu orang kafir.
Allah berfirman yang artinya, Dan janganlah mereka seperti orang-orang
yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah
masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan
kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. al-Hadid
[57]: 16)
Janganlah kalian seperti orang-orang yang dalam ayat di atas
merupakan larangan mutlak untuk menyerupai orang-orang kafir ahli kitab.
Larangan tersebut secara khusus merupakan larangan untuk menyerupai
ahli kitab dalam masalah memiliki hati yang keras. Sedangkan hati yang
keras merupakan buah dari berbagai bentuk maksiat.
Tentang ayat ini Ibnu Katsir dalam Tafsirnya 4/310 mengatakan, Oleh karena
itu Allah melarang orang-orang yang beriman untuk tasyabbuh/menyerupai
ahli kitab dalam hal-hal pokok ataupun hal-hal yang bersifat rincian meski
hanya sedikit.
Allah berfirman yang artinya, Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu katakan (kepada Muhammad): Raaina, tetapi katakanlah:
Unzhurna, dan dengarlah. Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang
pedih. (QS al Baqarah [2]: 148)
Dalam kitab tafsirnya 1/148, Ibnu Katsir mengatakan, Allah larang hambahambaNya yang beriman untuk tasyabbuh/menyerupai orang-orang kafir
baik dalam perilaku ataupun dalam kata-kata. Orang-orang Yahudi memiliki
perhatian untuk menggunakan kata-kata yang bermakna ganda namun yang
mereka maksudkan adalah makna jelek yang terkandung dalam kata-kata
tersebut. Moga Allah melaknat mereka.
Jika mereka ingin mengatakan kepada Nabi, Dengarkanlah kami mereka
menggunakan kalimat Roinaa yang bisa bermakna perhatikan kami dan
bisa bermakna dasar tolol. Sedangkan sebenarnya makna kedualah yang
mereka maksudkan, sebagaimana firman Allah (QS an Nisa[4]:46.)
Demikian pula terdapat beberapa hadits yang menceritakan ulah mereka.
Jika orang-orang Yahudi mengucapkan salam maka yang mereka ucapkan
adalah assamu alaikum sedangkan makna assamu adalah kematian. Oleh
karena itu kita diperintahkan untuk menjawab salam mereka dengan
mengatakan wa alaikum. Doa kitalah yang akan terkabul sedangkan doa
mereka untuk kita tidak akan terkabul.
Ringkasnya Allah melarang orang-orang yang beriman untuk menyerupai
(tasyabbuh) dengan orang-orang yang kafir baik dalam kata-kata maupun
dalam tingkah laku. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, Qotadah
dan yang lainnya menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi suka
mengatakan roinaa kepada Nabi dengan maksud mengejek. Oleh
menyelisihi semua perilaku kita. (HR Muslim). [Jilbab Marah Muslimah, hal.
161-165].
BAB. 6
Berjilbab dan Kasiyatun Ariyatun
Satu-satunya cara buat kita untuk menjadi berharga adalah dengan
berjilbab. Tutup dari rambut sampai kaki! Sesuai pula dengan apa yang
Rosululloh jelasin dalam setiap hadits-haditsnya. Pakaian kita punya syaratsyarat tertentu untuk bisa dikatakan sebagai pembungkus khusus.
Penasaran? Kalau gitu yuk langsung masuk ke syarat pembungkus khusus
gadis mahal ini.
3 syarat utama.
1.
2.
3.
Menutup aurat.
Tidak tembus pandang
Tidak membentuk tubuh
1. Menutup aurat.
Sudah pada tau kan bagian mana saja yang menjadi aurat kita(wanita)?
Seluruh tubuh! Kecuali wajah dan telapak tangan. QS. An nur (24) : 31
Yang dimaksud dengan tidak tembus pandang dan tidak membentuk tubuh
ialah pakaian yang benar-benar menutupi selurh tubuh kita tanpa sedikitpun
memperlihatkan bagian tubuh kita (dada,likuk tubuh,pinggul). Bisa kita lihat
seperti gambar dibawah ini. Mereka memang memakai kerudung,tetapi
mereka masih memperlihatkan auratnya.
KASIYATUN ARIYATUN
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Ada dua golongan dari penduduk neraka yang pernah aku lihat: [1]
Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul
manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang,
berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang
miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan
mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan
sekian dan sekian. (HR. Muslim no. 2128)
Hadits ini merupakan tanda mukjizat kenabian. Kedua golongan ini sudah
ada di zaman kita saat ini. Hadits ini sangat mencela dua golongan semacam
ini. Kerusakan seperti ini tidak muncul di zaman Nabi shallallahu alaihi wa
sallam karena sucinya zaman beliau, namun kerusakan ini baru terjadi
setelah masa beliau hidup (Lihat Syarh Muslim, 9/240 dan Faidul Qodir,
4/275). Wahai Rabbku. Dan zaman ini lebih nyata lagi terjadi dan
kerusakannya lebih parah.
Saudariku, pahamilah makna kasiyatun ariyatun
An Nawawi dalam Syarh Muslim ketika menjelaskan hadits di atas
mengatakan bahwa ada beberapa makna kasiyatun ariyatun.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibnul Jauziy. Beliau mengatakan bahwa
maknakasiyatun ariyatun ada tiga makna.
Pertama: wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian
dalam tubuhnya. Wanita seperti ini memang memakai jilbab, namun
sebenarnya dia telanjang.
Kedua: wanita yang membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib
ditutup). Wanita ini sebenarnya telanjang.
Ketiga: wanita yang mendapatkan nikmat Allah, namun kosong dari syukur
kepada-Nya. (Kasyful Musykil min Haditsi Ash Shohihain, 1/1031)
Kesimpulannya adalah kasiyatun ariyat dapat kita maknakan: wanita yang
memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya dan wanita
yang membuka sebagian aurat yang wajib dia tutup.
Tidakkah Engkau Takut dengan Ancaman Ini
Lihatlah ancaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Memakaian pakaian
tetapi sebenarnya telanjang, dikatakan oleh beliau shallallahu alaihi wa
sallam, wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium
baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.
Perhatikanlah saudariku, ancaman ini bukanlah ancaman biasa. Perkara ini
bukan perkara sepele. Dosanya bukan hanya dosa kecil. Lihatlah ancaman
Nabi shallallahu alaihi wa sallam di atas. Wanita seperti ini dikatakan tidak
akan masuk surga dan bau surga saja tidak akan dicium. Tidakkah kita takut
dengan ancaman seperti ini?
An Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud sabda Nabi shallallahu alaihi
wa sallam: wanita tersebut tidak akan masuk surga. Inti dari penjelasan
beliau rahimahullah:
Jika wanita tersebut menghalalkan perbuatan ini yang sebenarnya haram
dan dia pun sudah mengetahui keharaman hal ini, namun masih
menganggap halal untuk membuka anggota tubuhnya yang wajib ditutup
(atau menghalalkan memakai pakaian yang tipis), maka wanita seperti ini
kafir, kekal dalam neraka dan dia tidak akan masuk surga selamanya.
Dapat kita maknakan juga bahwa wanita seperti ini tidak akan masuk surga
untuk pertama kalinya. Jika memang dia ahlu tauhid, dia nantinya juga akan
masuk surga.Wallahu Taala alam. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Ini adalah gambar salahsatu contoh berjilbab yang salah:
BAB. 7
AZAB BUAT PEREMPUAN YANG TIDAK MAU BERHIJAB
BAB. 8
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa adab berpakaian sangatlah di
perhatikan, khususnya bagi kaum muslim dan muslimah. Karena itu semua
dapat mencerminkan sikap, sifat,dan tingkah laku orang yang
mengenakannya.
Pakaian yang sesuai dengan syariat islam adalah pakaian yang dianjurkan
oleh Nabi Muhammad SAW , ada baiknya sebagai kaum muslimin kita
mengikuti anjuran dari nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW.
Jauhilah larangan Allah SWT tentang membuka aurat(bagi wanita) jika tidak
ingin merasakan azab pedih dari-Nya. Naudzubillah min dzalik,semoga kita
tidak termasuk golongan seperti itu.
Demikian makalah ini kami sampaikan. Semoga apa yang disampaikan pada
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf bila ada salah
kata maupun salah penyampaian bahasa,karena kesalahan datangnya dari
kami dan kebenaran selalu datang dari Allah SWT. Wabillahitaufik wal
hidayah wassalamualaikum wr.wb..
BAB. 9
Daftar pusaka:
(HR Ahmad no 22817 dll, shahih. Lihat Fiqh Sunnah lin Nisa, hal 387)
(HR. Baihaqi dalam Syuabul Iman no.7564 dll, hasan. Lihat Fiqh Sunnah lin
Nisa, hal. 387)
(HR. Bukhari no. 5377)
(HR. Bukhari no. 5823)
https://chairunisamaulidafasri07.wordpress.com/2013/11/27/makalah-berpakaiansesuai-syariat-islam/