Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

RIBA DAN BUNGA BANK DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Oleh :
Nama : Aryani Luthfia Hardini
NIM : 11010110141083
Kelas : _

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012
RIBA DAN BUNGA BANK DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Larangan mengenai riba bunga bank mulai diusung pada tahun 1960-an. Ada dua
pendapat mendasar yang membahas masalah tentang riba. Pendapat pertama berasal dari
mayoritas ulama yang mengadopsi dan intrepertasi para fuqaha tentang riba sebagaimana
yang tertuang dalam fiqh. Pendapat lainnya mengatakan, bahwa larangan riba dipahami
sebagai sesuatu yang berhubungan dengan adanya upaya eksploitasi, yang secara ekonomis
menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi masyarakat. Kontroversi bunga bank
konvensional masih mewarnai wacana yang hidup di masyarakat. Dikarenakan bunga yang
diberikan oleh bank konvensional merupakan sesuatu yang diharamkan dan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) sudah jelas mengeluarkan fatwa tentang bunga bank pada tahun 2003 lalu.
Namun, wacana ini masih saja membumi ditelinga kita, dikarenakan beragam argumentasi
yang dikemukakan untuk menghalalkan bunga, bahwa bunga tidak sama dengan riba.
Walaupun Al-Quran dan Hadits sudah sangat jelas bahwa bunga itu riba. Dan riba hukumnya
adalah haram.
Untuk dapat menempatkan kedua hal tersebut antara riba dan bunga bank diperlukan
pemahaman yang mendalam mengenai riba dan seluk beluk tentang bunga bank. Untuk itu
penulis mencoba memaparkan secara singkat mengenai riba, bunga bank dipandang dari
pandangan islam.
A. Pengertian Bunga dan Riba
Bunga adalah sejumlah uang yang dibayar atau untuk penggunaan modal. Jumlah
tersebut misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau prosentase modal yang bersangkut
paut dengan itu yang dinamakan suku bunga modal. 1
Asal makna riba menurut bahasa Arab ialah lebih (bertambah). Adapun yang
dimaksud disini menurut syara riba adalah akad yang terjai dengan penukaran yang tertentu,
tidak diketahui sama atau tidaknya menurut aturan syara atau terlambat menerimanya.2
Para mufassir klasik berpendapat, bahwa makna riba disini adalah pemberian. Berdasarkan
interpretasi ini, menurut Azhari (w. 370H/980 M) dan Ibnu Mansur (w. 711H/1331M) riba
terdiri dari dua bentuk yaitu riba yang dilarang dan yang tidak dilarang (Maksud tidak
dilarang disini adalah pemberian yang mengharapkan sesuatu yang lebih baik pada waktu
mendatang (akherat)).3
Ada beberapa pendapat diatas dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat
benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam
transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip
muamalat dalam Islam. Mengenai hal ini Allah SWT mengingatkan dalam firmannya : Hai
1

hndwibowo.blogspot.com/2008/06/bunga-bank-konvensional-adalah-riba.html

Sulaiman Rasjid, , Fiqh Islam, Sinar Baru Algesindo, Bandung , 2002, Hal 290.

3 Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, CV. Diponegoro, Bandung , 2003, hal.326

orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan
bathil (Q.S An-Nisa : 29). Pengertian riba secara bahasa adalah tambahan (Ziyadah),
namun yang dimaksud riba dalam ayat Al-Quran yaitu setiap penambahan yang diambil
tanpa adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syariah. 4
Yang dimaksud dengan transaksi pengganti atau penyeimbang yaitu transaksi bisnis
atau komersial yang melegitimasi adanya penambahan tersebut secara adil. Seperti transaksi
jual-beli, gadai, sewa, atau bagi hasil proyek.
Dari pengertian diatas mengenai riba dan bunga bank dapat dikatakan bahwa bunga
bnak konvensional sama dengan riba. Karena secara riil operasional di perbankan
konvensional, bunga yang dibayarkan oleh nasabah peminjam kepada pihak atas pinjaman
yang dilakukan jelas merupakan tambahan. Karena nasabah melakukan transaksi dengan
pihak bank berupa pinjam meminjam berupa uang tunai. Didalam Islam yang namanya
konsep pinjam meminjam dikenal dengan namanya Qardh (Qardhul Hasan) merupakan
pinjaman kebajikan. Dimana Allah SWT, berfirman : Siapakah yang mau memberi
pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka
Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.
Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.(Q. S Al-Baqarah : 245)
Pinjaman qardh tidak ada tambahan, jadi seberapa besar yang dipinjam maka
dikembalikan sebesar itu juga. Namun, berbeda apabila akad atau transaksi tersebut
mengandung jual beli, sewa maupun bagi hasil.
Jadi, Dalam transaksi simpan-pinjam dana, secara konvensional si pemberi pinjaman
mengambil tambahan dalam bentuk bunga tanpa adanya suatu penyeimbang yang diterima si
peminjam hal ini merupakan riba yang telah diharamkan oleh Allah SWT didalam Al-Quran
dan Hadist sebagai berikut : Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
Q.S Al-Baqarah : 275 dan juga dalam Hadist Rasulullah bersabda : Jabir berkata bahwa
Rasulullah mengutuk orang yang menerima riba, orang yang membayarnya, dan orang yang
mencatatnya, dan dua orang saksinya, kemudian beliau bersabda, Mereka itu semuanya
sama.(H.R Muslim no. 2995 dalam kitab Al-Musaqqah)5
B. Hukum Riba dan Bunga Bank
Mengenai hukum dari riba sendiri telah tertera secara tegas mengenai keharaman dari
riba itu sendiri. Beberapa ayat al-Quran dan dalam Sunnah Nabiyullah yang membahas
mengenai riba diantaranya :
1. Dalam Al.-Quran surat al baqqarah ayat 2
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya
4

Muhammad Ali Ash-ashabuni, Tafsir Ayat Ahkam Ash Shabuni, terj. Cet ke-4, PT. Bina ilmu. Surabaya, 2003

http//anakcirenai.blogspot.com/2008/05/makalah-fiqih-tentang-riba-dan-perbankan.html

akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu
pokok hartamu kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
2. Di dalam Sunnah, Nabiyullah Muhammad saw
Satu dirham riba yang dimakan seseorang, dan dia mengetahui (bahwa itu adalah
riba), maka itu lebih berat daripada enam puluh kali zina. (HR Ahmad dari
Abdullah bin Hanzhalah).
Riba itu mempunyai 73 pintu, sedang yang paling ringan seperti seorang laki-laki
yang menzinai ibunya, dan sejahat-jahatnya riba adalah mengganggu kehormatan
seorang muslim. (HR Ibn Majah)
Imam Nawawiy di dalam Syarh Shahih Muslim juga menyatakan bahwa kaum
Muslim telah sepakat mengenai keharaman riba jahiliyyah secara global. Mohammad Ali alSaayis di dalam Tafsiir Ayat Ahkaammenyatakan, telah terjadi kesepakatan atas keharaman
riba di dalam dua jenis ini (riba nasiiah dan riba fadlal). Keharaman riba jenis pertama
ditetapkan berdasarkan al-Quran; sedangkan keharaman riba jenis kedua ditetapkan
berdasarkan hadits shahih. Abu Ishaq di dalamKitab al-Mubadda menyatakan; keharaman
riba telah menjadi konsensus, berdasarkan al-Quran dan Sunnah. 6
Ulama saat ini sesungguhnya telah ijma tentang keharaman bunga bank. Dalam
puluhan kali konferensi, muktamar, simposium dan seminar, para ahli ekonomi Islam dunia,
Chapra menemukan terwujudnya kesepakatan para ulama tentang bunga bank. Artiya tak
satupun para pakar yang ahli ekonomi yang mengatakan bunga syubhat atau boleh. Ijmanya
ulama tentang hukum bunga bank dikemukaka Umer Chapra dalam buku The Future of
Islamic Econmic,( 2000). Semua mereka mengecam dan mengharamkan bunga, baik
konsumtif maupun produktif, baik kecil maupun besar, karena bunga telah menimbulkan
dampak sangat buruk bagi perekonomian dunia dan berbagai negara. Krisis ekonomi dunia
yang menyengsarakan banyak negara yang terjadi sejak tahun 1930 s/d 2000, adalah bukti
paling nyata dari dampak sistem bunga.7
C. Dampak Riba dan Bunga Bank
1. Bagi jiwa manusia
hal ini akan menimbulkan perasaan egois pada diri, sehingga tidak mengenal
melainkan diri sendiri. Riba ini menghilangkan jiwa kasih sayang, dan rasa
kemanusiaan dan sosial. Lebih mementingkan diri sendiri daripada orang lain.
2. Bagi masyarakat
Dalam kehidupan masyarakat hal ini akan menimbulkan kasta kasta yang saling
bermusuhan. Sehingga membuat keadaan tidak aman dan tentram. Bukannya kasih
sayang dan cinta persaudaraan yang timbul akan tetapi permusuhan dan pertengkaran
yang akan tercipta dimasyarakat.
3. Bagi roda pergerakan ekonomi
Dampak sistem ekonomi ribawi tersebut sangat membahayakan perekonomian.
6

http//anakcirenai.blogspot.com/2008/05/makalah-fiqih-tentang-riba-dan-perbankan.html

http//kasei_unri.org/index.php?option=com_conten&task=category&sectiobid=&id=19&itemid=34

a)

b)

c)
d)
e)

Sistem ekonomi ribawi telah banyak menimbulkan krisis ekonomi di manamana sepanjang sejarah, sejak tahun 1929, 1930, 1940an, 1950an, 1970an.
1980an, 1990an, 1997 dan sampai saat ini.
di bawah sistem ekonomi ribawi, kesenjangan pertumbuhan ekonomi
masyarakat dunia makin terjadi secara konstant, sehingga yang kaya makin kaya
yang miskin makin miskin.
Suku bunga juga berpengaruh terhadap investasi, produksi dan terciptanya
pengangguran.
Teori ekonomi juga mengajarkan bahwa suku bunga akan secara signifikan
menimbulkan inflasi.
Sistem ekonomi ribawi juga telah menjerumuskan negara-negara berkembang
kepada debt trap (jebakan hutang) yang dalam, sehingga untuk membayar
bunga saja mereka kesulitan, apalagi bersama pokoknya.

D. Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa riba adalah kelebihan atau
tambahan pembayaran tanpa adanya syarat bagi si pihak yang terkait sedangkan bunga
merupakan sejumlah uang yang dibayarkan untuk penggunaan suatu modal. Dalam
pandangan Fiqh Muamalah dan Ekonomi Islam bahwa antara riba dan bunga bank adalah
sama, oleh karenanya hukum terhadap keduanya pun sama yakni haram.
Riba dan bunga bank mempunyai dampak yang negative baik terhadap
masyarakat mauapun terhadap perekonomian. Oleh karenanya mengenai bunga bank
sebaiknya dijauhi dan dipelajari mengenai hal-hal yang dapat menghindarkan kita dari
riba tersebut meskipun kita tetap berkaitan dengan bank.

Anda mungkin juga menyukai