Anda di halaman 1dari 8

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER USAHA BERBASIS SYARIAH

Nama: Jenni Sinurat


Nim: 72112660012
Mata Kuliah: Usaha Berbasis Syariah

1. Aqidah secara harfiah yaitu ikatan. Ini berarti, orang yang beraqidah itu adalah orang
yang terikat kepada nilai-nilai yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, sedangkan
ucapan dua kalimat syahadat merupakan pengikatnya.Syari’ah berasal dari kata
syaari’ yang artinya jalan. Hidup ini sering kali disebut dengan perjalanan, dan dalam
perjalanan tentu saja banyak peraturan yang harus kita taati. Ini berarti dalam
perjalanan hidup, manusia harus menempuhnya dengan sejumlah peraturan.Oleh
karena itu, Allah SWT mengatur seuruh aspek kehidupan, dan seorang muslim harus
memilihnya dengan hati yang senang agar ia betul-betul pantas sebagai orang yang
beriman. Akhlak merupakan jamak dari kata khuluq yang artinya perbuatan, tingkah
laku atau budi pekerti. Maka, akhlak merupakan penilaian Allah dan Rasul-Nya
terhadap perbuatan manusia yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadits. Idealnya,
setiap muslim memiliki akhlak yang mulia.
2. Salah satu langkah yang diambil pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi
pada masa demokrasi terpimpin adalah Deklarasi Ekonomi. Dalam perkembangannya,
langkah tersebut mengalami kegagalan karena pemerintah gagal memperoleh
pinjaman dana dari International Monetary Fund (IMF) sebesar 400 juta dollar AS.
Selain itu, penyebab kegagalan Dekon lainnya adalah: Perekonomian terganggu
karena pemutusan hubungan diplomatik dengan Malaysia Konfrontasi dengan
Malaysia dan negara-negara Barat memperburuk kemerosotan ekonomi Ada masalah
ekonomi yang muncul karena pemutusan hubungan dengan Singapura dan Malaysia
dalam rangka kasi Dwikora.
3. Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan hidup. Kebutuhan ini semakin
lama akan semakin meningkat karena tingkat keinginan dan kepuasan manusia yang
tidak terbatas. hal ini juga dilihat dari sisi perekonomian seseorang. Semakin baik
tingkat perekonomiannya maka akan meningkat juga kebutuhan individu tersebut.
Karena pada hakikatnya manusia tidak ada yang menginginkan hidup yang tidak
sejahtera, jadi manusia berupaya sedemikaian rupa untuk mendapatkan kehidupan
yang sejahtera. Pertama, kebutuhan primer. Kebutuhan primer itu terdiri dari sandang,
pangan dan papan. Pemenuhan terhadap kebutuhan primer ini menjadi bagai yang
paling utama dalam kehidupan karena ia merupakan kebutuhan yang bersifat daruriat
atau kebutuhan dasar. Kedua, kebutuhan sekunder.Kebutuhan sekunder ini terdiri dari
semua kegiatan yang tidak vital atau tidak seperti kebutuhan primer yang menjadi
kebutuhan dasar tetapi tetap dibutuhkan untuk menghilangkan rintangan dan
kesukaran. Contohnya disini adalah telivisi, meja, kursi, handphone, dan lain
sebagainya.
Ketiga, kebutuhan tersier.Kebutuhan tersier mencakup pada kegiatan yang lebih jauh
dari hanya kenyamanan saja, kebutuhan tersier ini lebih mengarah kepada
kemewahan atau kebutuhan yang dapat melengkapi hidup dan menghiasi hidup.
Perbedaan yang paling mendasar antara kebutuhan dan keinginan adalah kebutuhan
merupakan sesuatu yang berdaya beli dan berdaya guna serta dimanfaatkan sesuai
dengan yang dibutuhkan saja. Sedangkan keinginan adalah sesuatu yang berdaya beli
namun fungsi daya guna belum tentu ada dan lebih cenderung kepada gaya hidup atau
selera. Kebutuhan dan keinginan menjadi hal yang sangat diperhatikan, ada beberapa
alasan yang dapat menjadikan kebutuhan yang pada hakikatnya sekunder atau tersier
tetapi dalam pemakaiannya barang tersebut seperti masuk pada kategori kebutuhan
primer. Keadaan seperti ini yang terkadang dapat menjadi sebuah dilema
dimasyarakat, padalah alasan penggunannya dalam rangka menuju hidup yang lebih
baik. Maksudnya disini adalah barang yang digunakan untuk dapat mencaai
kesejahteraan hidup. Contohnya adalah motor. Bagi kalangan menengah ke bawah
motor merupakan barang utama yang harus dimiliki karena motor berfungsi sebagai
alat bantu untuk memudahkannya dalam bekerja seperti yang sedang berkembang di
Indonesia Ojek Online.
4. Adapun larangan riba di dalam Al-Qur’an tidak turun sekaligus melainkan terdiri dari
empat tahap, yakni:

Tahap pertama: Allah SWT ingin menunjukkan bahwa pemikiran manusia yang
beranggapan bahwa mereka tengah menolong sesama tapi dibelakangnya ingin
mendapatkan keuntungan adalah salah. Cara itu dulunya dipakai oleh manusia untuk
menambah harta mereka dan memperkaya diri. Allah SWT berfirman yang artinya;
Dan, sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar ia menambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan, apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridoan Allah, maka
(yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).”(Q. S. Ar-Ruum : 39).

Bahaya dan Dampak daripada Perbuatan Riba bagi Individu dan Masyarakat

1. sBersifat tamak

Riba memberikan serta menunjukkan bahwa pelaku (terutama) serta semua yang
terlibat dalam perbuatan tersebut adalah orang-orang yang memiliki sifat tamak,
keras hati, sangat terobsesi dengan harta kekayaan, dan hina.

2. Dosa riba lebih besar daripada zina

Dalam sebuah, Rasullullah SAW bersabda yang artinya; “Satu dirham yang dimakan oleh
seseorang dari transaksi riba sedangkan dia mengetahui, lebih besar dosanya daripada
melakukan perbuatan zina sebanyak 36 kali.” (H. R. Ahmad dan Al-Baihaqi.) 3. Pelaku
riba adalah orang yang memiliki hati dan jiwa yang kotor

Mereka tidak segan menindas orang yang tidak mampu demi memenuhi
keserakahan mereka. Dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW
bersabda; “Tidaklah sifat kasih sayang itu diangkat kecuali dari seorang
yang celaka.” (H. R. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Bahkan pertolongan yang mereka berikan hanya kedok daripada
pemerasan yang sebenarnya menjadi tujuan utama mereka. Padahlal,
Rasulullah SAW bersabda yang artinya;

“Barangsiapa meringankan satu kesulitan seorang mukmin dari berbagai


kesulitannya di duni , maka Allah akan meringankan kesulitan dari
berbagai kesulitan yang akan dihadapinya pada hari kiamat kelak.
Barangsiapa yang memberi keringanan bagi orang yang kesulitan, maka
Allah akan memberi keringanan baginya di dunia dan akhirat.
Barangsiapa menyembunyikan aib seorang muslim, maka Allah akan
menutupi aibnya di hari kiamat.” (H. R. Muslim).
Pertolongan yang diberikan oleh para pelaku riba sama sekali tidak
meringankan orang lain, melainkan justru menambah beban berat dan
menyengsarakan. Rasulullah SAW bersabda yang artinya;

“Barangsiapa memperhatikan orang yang ditimpa kesulitan dan


menghilangkannya, maka Allah akan menaunginya dalam naungan-
Nya.” (H. R. Muslim)
4. Disiksa Allah di hari akhir kelak

Allah SWT menyatakan bahwa mereka yang berbuat riba, akan


dibangkitkan dalam keadaan gila, sebagaimana firman Allah SWT yang
artinya;

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.” (Q. S. Al-Baqarah : 275).
5. Maraknya riba mengundang azab dari Allah SWT

Rasulullah SAW bersabda; “Apabila telah marak perzinaan dan praktek


ribawi di suatu negeri, maka sungguh penduduk negeri tersebut telah
menghalalkan diri mereka untuk diadzab oleh Allah.” (H. R. Al Hakim).
6. Tidak ada mudaratnya

Harta riba tiada ada yang bermanfaat, justru Allah SWT akan
menghancurkannya baik secara konkret (uang atau benda nyata), maupun
yang sifatnya abstrak (berkah daripada harta tersebut). Firman Allah SWT
yang artinya;
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat
dosa.” (Q. S. Al Baqarah : 276).
7. Menyebabkan krisis ekonomi

Menurut pada ahli ekonomi, riba adalah penyebab utama terjadinya krisis
ekonomi. Riba pula yang mengarahkan perekonomian kepada hal yang
menyebabkan pemborosan dan menimbulkan over production.
8. Akhlak orang yahudi

Riba merupakan akhlak yang dimiliki oleh musuh Allah yakni orang-
orang jahiliyah dan Yahudi. Firman Allah SWT yang artinya;
“Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka
telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda
orang dengan jalan yang batil, Kami telah menyediakan untuk orang-
orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (Q. S. An-
Nisaa’: 161).
9. Menghilangkan ketaqwaan

Karena perbuatan riba berarti menentang Allah SWT dan Rasul-Nya.


Firman Allah SWT yang artinya;

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan


berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan. Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang
disediakan untuk orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan rasul,
supaya kamu diberi rahmat.” (Q. S. Ali Imran: 130-132).
10. Laknat Allah untuk orang yang riba

Semua yang terlibat dalam tindakan riba akan mendapat laknat Allah
SWT. Nabi Muhammad SAW pun melaknat orang yang memakan harta
riba, yang memberi riba, juru tulisnya dan kedua saksinya, Rasulullah
berkata, “Mereka semua sama saja.” (H. R. Muslim).
11. Harta riba mengantarkan kepada kebinasaan dan murka Allah
SWT

Rasulullah SAW bersabda;

“Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan!” Para sahabat


bertanya, “Apa sajakah perkara tersebut, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Syirik, sihir, membunuh jiwa yan diharamkan Allah kecuali
dengan cara yang hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari
dari medan pertempuran dan menuduh wanita mukminah berzina.” (H. R.
Bukhari dan Muslim).
12. Riba merupakan perbuatan maksiat

Tidak ada bedanya dengan perbuatan maksiat lainnya yaitu ghibah, riba
juga menjadi salah satu perbuatan maksiat yang Allah laknat. Allah SWT
berfirman yang artinya;

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan


ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (Q. S. An Nuur: 63).
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan
melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke
dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang
menghinakan.” (Q. S. An Nisaa : 14).
13. Seluruh amal ibadah di tolak Allah SWT

Amal ibadah yang menggunakan harta atau apapun yang berunsur riba
tidak akan diterima Allah SWT. Rasulullah SAW
bersabda; “Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak akan menerima sesuatu
kecuali yang baik.” (H. R. Muslim).
Yang dapat menolak segala amal ibadah juga: riya’, syirik, dan sifat
sombong.

14. Doa orang yang memakan riba tidak akan dikabulkan

Dalam hadist Nabai Muhammada SAW, “ada seseorang yang


menengadahkan tangan untuk berdoa kepada Allah akan tetapi pakaian,
makanan, dan minumanya yang ia gunakan adalah berasal dari barang
yang haram. Bagaimana caranya doa itu akan dikabulkan?” (H. R.
Muslim).
Maksudnya, Allah itu menyukai sesuatu yang baik, bagaimana Ia akan
mengabulkan kalau hamba yang berdoa it menggunakan yang haram dan
tidak disukai Allah?

15. Memakan harta riba berarti memasukkan sesuatu yang ar-raan ke


dalam hati
Rasulullah SAW bersabda yang artinya;

“Ketahuilah di dalam jasad terdapat sepotong daging. Jika ia baik, maka


baiklah seluruh badan. Namun jika ia rusak, maka rusaklah seluruh
badan. Ketahuilah sepotong daging itu adalah hati.” (H. R. Bukhari dan
Muslim).
16. Riba merupakan bentuk kezhaliman

Allah SWT berfirman yang artinya;

“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah


lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim.
Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang
pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. Mereka datang bergegas-gegas
memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka
tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.” (Q. S. Ibrahim : 42-43).
17. Timbulnya kebencian terhadap sesama

Menimbulkan kebencian yang akan menjadi pemicu terjadinya pertikaian


dan permusuhan antar individu, penyebab munculnya fitnah, serta
penyebab terputusnya tali persaudaraan.

18. Menimbulkan kesengsaraan terutama pada mereka yang menjadi


korban riba

Utamanya, korban riba adalah mereka yang memang kekurangan dan


terpaksa meminjam uang kepada para penghisap darah Oleh karena
pelaku riba adalah orang yang dalam artian mampu memberikan bantuan,
mereka akan bertindak sekehendak hati tanpa peduli pada orang yang
meminjam padanya.
Maraknya praktek riba sekaligus menunjukkan rendahnya rasa simpatik
antara sesama muslim, sehingga seorang muslim yang sedang kesulitan
dan membutuhkan lebih “rela” pergi ke lembaga keuangan ribawi karena
sulit menemukan saudara seiman yang dapat membantunya.Menjamurnya
praktik riba merupakan salah satu indikator yang menunjukkan
merosotnya moral seorang muslim hingga turut melunturkan rasa tenggang
rasa dan simpati antar sesama.

Di saat seseorang mengalami kesulitan, mereka yang lain tidak mau


membantu karena merasa tidak ada keuntungan. Hal ini kemudian
menyebabkan mereka yang memerlukan pertolongan justru lari kepada
lembaga keuangan yang bersifat riba demi mendapat bantuan karena
saudara seiman sudah tidak membantunya lagi. akhirnya, kaum muslim
pun mudah terpengaruh oleh musuh dan musuh pun akhirnya dapat
menguasai kaum muslim.
Hal ini disebabkan karena tempat utama atau bank-bank yang banyak
menerapkan sistem riba ini berada dipihak orang-orang non muslim yang
kegiatan riba sudah menjadi kebiasaan dalam lingkungan mereka. Mereka
memiliki dana yang banyak, sehingga muslim yang terjebak kemudian
meminjam kepada mereka sehingga harta kita ada digenggaman orang
kafir. Penyebab kaum muslim mudah terpengaruh musuh dan akhirnya
musuh pun dapat menguasai.

Hal ini disebabkan karena tempat utama atau bank-bank yang banyak
menerapkan sistem riba ini berada dipihak orang-orang non muslim yang
kegiatan riba sudah menjadi kebiasaan dalam lingkungan mereka. Mereka
memiliki dana yang banyak, sehingga muslim yang terjebak kemudian
meminjam kepada mereka sehingga harta kita ada digenggaman orang
kafir. Dapat dikatakan bahwa riba adalah jembatan yang sangat mulus bagi
para kafir untuk menyerang dan menjajah Islam.

Pepatah Arab mengatakan; “Penjajahan itu senantiasa berjalan mengikuti


para pedagang dan tukang fitnah.”
19. Terhalang kebaikan

Suatu kaum atau masyarakat yang memakan riba, akan terhalangi pada
mereka untuk mendapat kebaikan.

Allah SWT berfirman yang artinya; “Maka disebabkan kezaliman orang-


orang Yahudi, kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang
baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka
banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka
memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang lain
dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang
yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (Q. S. An Nisaa’: 160-
161).
20. Memperbudak hawa nafsu belaka

Praktik riba yang merajalela juga menunjukkan bahwa gaya hidup


konsumtif dan kapitalis kaum muslim semakin tinggi, yang artinya mereka
hanya memikirkan hawa nafsu dibandingkan dengan mentaati perintah dan
menjauhi larang Allah SWT dan Rasul-Nya.

Anda mungkin juga menyukai