Dosen pengampu :
Sodiman, M.Ag
DISUSUN OLEH :
ARISKA : 2021050102077
RAMI : 2021050102070
TAHUN 2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada fitrahnya setiap manusia selalu menginginkan kehidupannya di dunia ini
dalam keadaan bahagia, baik secara materil maupun spiritual, individual maupun
sosial. Namun, dalam praktiknya kebahagiaan multi dimensi ini sangat sulit diraih
karena keterbatasan kemampuan manusia dalam memahami dan menerjemahkan
keinginannya secara komprehensif. Keterbatasan dalam menyeimbangkan antar
aspek kehidupan, maupun keterbatasan sumber daya yang bisa digunakan untuk
meraih kebahagiaan tersebut. Masalah ekonomi hanyalah merupakan satu bagian
dari aspek kehidupan yang diharapkan akan membawa manusia kepada tujuannya.
Secara naluriah manusia membutuhkan apa yang dapat menghasilkan makanan
pokok dan memberikan ongkos dalam berbagai bidang keadaan dan tahapannya,
sejak awal pertumbuhannya sampai ketika dewasa hingga tua nanti.
Allah Swt telah menjadikan manusia masing-masing saling membutuhkan satu
sama lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar menukar keperluan dalam segala
urusan kepentingan hidup masing-masing, atau perusahaan yang lain-lain, baik
dalam urusan kepentingan sendiri maupun untuk kemaslahatan umum. Dengan cara
demikian kehidupan masyarakat menjadi teratur dan subur, pertalian yang satu
dengan yang lain pun menjadi teguh.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan dari bentuk-bentuk larangan allah dalam ekonomi lslam?
2. Apa landasan hukum larangan dalam ekonomi islam?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui yang di larang dalam ekonomi islam
2. Untuk mengetahui landasan hukum ekonomi islam
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian
a. Riba
Al-Quran dan Sunah telah menjelaskan keharaman riba dalam berbagai
bentuknya; dan seberapapun banyaknya. Allah swt. berfirman dalam QS
AlBaqarah/2: 275.
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila
keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata
(berpendapat), “Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,” padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya”.
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/15688/1/Irsyad%20revisi%20makalah%20HES.pdf
http://hmikomkgunhas.com/perbuatan-dzalim-yang-tanpa-sadar-sering-dilakukan
http://repository.uinsu.ac.id/275/5/BAB%20II.pdf
http://eprints.radenfatah.ac.id/2141/1/full_transaksi%20ekonomi%20dan%20bisnis
%20dalam%20tinjauan%20fiqh%20muamalah.pdf
http://www.makalah.co.id/2013/06/amanat-dan-khianat.html