berhadapan dengan permasalahan kekinian nan seolah asing dijumpai padahal sebenarnya dapat dijelaskan secara tuntas melalui Al-Qur’an, As- Sunnah dan sumber hukum islam lainnya. 2. Seringkali masyarakat muslim atau sebagian diantara mereka berlindung dengan dalih “sebagai orang awam atau awwamiyyah” tidak perlu tahu menahu hal mendalam tentang syariat Islam. 3. Sikap tidak mau tahu dengan alasan “awwamiyyah” tidak seyogyanya menghalangi kita untuk terus belajar tentang urusan agama sesuai dengan kesempatan dan kemampuan yang dimiliki. Rasulullah SAW bersabda dalam HR. Bukhari & Muslim :
“Siapapun yang Allah kehendaki kebaikan
untuknya, Allah akan menganugerahi atasnya pemahaman dalam agamanya.” B. Beberapa Permasalahan Fiqih Kontemporer
1. Memahami makna syariat sempit
Makna syariat : “Apa apa yang ditetapkan Allah SWT kepada hamba-hamba Nya melalui wahyu yang diturunkan kepada para Nabi untuk dilaksanakan dan meliputi aspek keyakinan, ibadah, muamalah, akhlaq dan semua aturan dalam kehidupan.” 2. Boleh tidaknya berduaan dengan tunangan Khitbah (pinangan, lamaran, tunangan) belum dikategorikan perkawinan meskipun tunangan itu diselenggarakan dengan berbagai acara. Pertunangan tidak membuat kedua calon pengantin menjadi halal satu sama lain. “Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Al-Baqarah :229) 3. Bolehkah melakukan foto pre wedding dan mempublikasikannya dalam undangan Calon suami isteri yang belum halal, bila difoto berdua melakukan adegan seolah mereka adalah pasangan yang sah, lantas dipublikasikan, maka hal ini sebenarnya sudah termasuk perbuatan mungkar secara terang-terangan. “Janganlah seorang laki-laki berkhalwat (berduaan) dengan seorang perempuan (yang bukan mahramnya)…” (HR. Bukhari) 4. Masuk kerja dengan cara ‘suap’ Praktek sogok menyogok adalah praktek hitam yang telah ditentang Allah SWT dan Rasul-Nya dari jauh-jauh hari. Suap menyuap ada dua, yaitu : Menyogok untuk mengambil hak pribadi Menyogok untuk mengambil hak orang lain 5. Mengucapkan selamat hari raya kepada umat non muslim Beberapa ulama pada dasarnya memperbolehkan ucapan selamat dan tahniah kepada non muslim, asal tidak mengandung pengakuan eksistensi Tuhan mereka. 6. Bekerja di Perusahaan orang non muslim Hal yang menjadi tolak ukur bukan apakah pemilik perusahaan itu muslim atau bukan muslim, tetapi apakah didalam perusahaan itu diberikan toleransi untuk menjalankan agama sesuai dengan keyakinan masing-masing atau tidak. 7. Beli barang dari black market Rasulullah SAW melarang bentuk transaksi yang berakibat pada terganggunya mekanisme pasar. Intinya memang segala kedzaliman yang membuat mekanisme pasar rusak dan tak beraturan sangatlah dilarang oleh syariat. Begitu juga praktek black market yang kalau dibiarkan terus pastilah berdampak buruk bagi negara juga ekonomi rakyat. 8. Beberapa bentuk judi terselubung As-sa’di menyebutkan bahwa definisi judi adalah : Segala hal yang terkait dengan menang kalah dan mensyaratkan adanya harta pertaruhan dari kedua belah pihak. Empat unsur suatu perbuatan terkategori judi : a. Adanya perlombaan atau undian yang menentukan menang atau kalah. b. Adanya unsur untung-untungan yakni spekulatif dan kebetulan. c. Ada dua pihak yang bertaruh, dimana ada pihak yang diuntungkan dan dirugikan. d. Hal yang dipertaruhkan adalah harta benda. 9. Operasi Plastik Dalam Bahasa arab di istilahkan dengan al jirahah at tajmiliyah. Berdasarkan cara dan tujuannya, operasi plastic bisa bersifat halal, namun juga bisa bersifat haram. o Tujuan yang halal : untuk penyembuhan medis dan memperbaiki bagian tubuh yang cacat dan sekiranya menimbulkan aib seperti penyembuhan luka bakar dan memperbaiki bibir sumbing sejak lahir atau robek karena luka. o Tujuan yang haram : mengubah apa yang sudah sehat dan normal hanya karena tuntutan hawa nafsu. 10. Pernikahan Beda Agama Lelaki musim memang diperbolehkan menikah dengan perempuan non Muslim yang Muhshanat, suci dari perzinaan dan bukan tergolong penduduk harby. Namun, lelaki muslim tersebut harus mengkondisikan perempuan yang non muslim untuk segera berislam secara kaffah. Sedangkan untuk perkara muslimah dinikahi oleh lelaki non muslim sudan tegas dilarang melalui surah Al-Mumtahanah ayat 10 : “Mereka (perempuan muslimah) tidak halal bagi orang orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tidak halal pula bagi mereka.” 11. Menggosok gigi (bersiwak) ketika puasa Jumhur ulama sepakat bahwa bersiwak atau membersihkan gigi tidak membatalkan puasa. Namun, menurut Imam As-Syafi’I, bersiwak hukumnya makruh bila telah melewati waktu dzuhur hingga menjelang berbuka. Alasan yang dikemukakan beliau adalah hadist nabi yang menyebutkan ganjaran bau mulut orang yang berpuasa : “Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi allah dari aroma kesturi.” (HR. Bukhari)