Anda di halaman 1dari 6

1.

 Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah syariat ?


Syari’at memiliki banyak arti, salah satu di antaranya berarti ketetapan dari Allah
bagi hamba-hamba-Nya atau segala hal yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW dalam bentuk wahyu yang ada dalam Alquran dan sunnah.
Semula kata syariah berarti "jalan menuju ke sumber air", yakni jalan ke arah
sumber kehidupan. Semula kata syariah diartikan dengan agama dan pada
akhirnya syariat ditunjukkan khusus untuk praktik agama. Penunjuk ini
dimaksudkan untuk membedakan antara agama dan syariah. Pada akhirnya,
agama itu satu dan berlaku secara universal, sedangkan syariah berbeda antara
umat yang satu dengan umat lainnya. Sedangkan dalam perkembangan
selanjutnya, kata syariah digunakan untuk menunjukkan hukum-hukum Islam, baik
yang ditetapkan langsung oleh Alquran dan Sunnah, maupun yang telah
dicampuri pemikiran manusia (ijtihad).
( Referensi : https://www.merdeka.com/jabar/syariah-adalah-perintah-allah-
berikut-penerapannya-dalam-dunia-perbankan-kln.html )
2. Jelaskan ketujuh prinsip Hukum Islam tersebut !
a. Prinsip Pertama: Tauhid
Prinsip ini menjelaskan bahwa seluruh manusia ada di bawah ketetapan yang
sama sebagai hamba Allah. Seluruh manusia pada awalnya yaitu ketika belum
terlahir ke dunia (alam ruh ) telah mengakui ke-esaan Allah SWT. Maka dalam
pandangan Islam pada dasarnya semua manusia mempunyai potensi dan
kualitas yang sama yaitu potensi bertauhid di mana hal tersebut pernah
dikukuhkan/diakui sebelumnya. Berdasrkan prinsip tauhid tersebut maka sudah
semestinya kalau manusia mengikuti dan menetapkan hokum dalam
kehidupannya sesuai dengan apa yang digariskan oleh Allah SWT dan Rasul-
Nya. Dari prinsip umum tersebut fapat ditarik beberapa prinsip khusus, di
antaranya adalah:
1. Prinsip berhubungan langsung dengan Allah SWT tanpa perantara. Seperti yang
dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah (2): 186 bahwa Allah itu dekat dengan hambanya
dan ketika hamba itu berdoa memohon kepada-Nya maka akan dikabulkan, maka
dari itu sebagai hambanya Allah supaya beriman dan melaksanakan perintah-Nya
agar selalu tetap berada dalam kebenaran.
2. Beban hukum yang diciptakan oleh Allah bertujuan untuk kemaslahatan hidup
manusia, bukan untuk kepentingan Allah SWT. Sehingga Allah SWT pasti tidak
akan membebani hamba-Nya di luar kemampuannya. Sebagaimana dijelaskan
didalam ayat-ayat berikut :
QS. Al-Israa’(17) : 7 menjelaskan bahwa jika seseorang berbuat baik maka
itu akan bermanfaat bagi dirinya dan jika berbuat jahat maka kejahatan itu
akan menimpa kepadanya. Dan di dalam QS. Al-Baqarah(2) : 185
menjelaskan bahwa Allah itu akan memudahkan hambanya dan tidak
menyulitkan hambanya dan sebagai hambanya Allah harus mengagungkan
Allah atas petunjuk-Nya yang telah diberikan supaya hamba bisa
bersyukur.
b. Prinsip Kedua : Keadilan
Prinsip keadilan ini mengandung pengertian bahwa hukum Islam yang
mengatur persoalan manusia dari berbagai aspeknya harus dilandaskan
kepada prinsip keadilan yang meliputi hubungan antara individu dengan dirinya
sendiri, individu dengan manusia dan masyarakatnya serta hubungan antara
individu dengan lingkungannya. Adapun ayat yang menjelaskan prinsip ini
diantaranya :
QS. Al-Maai’dah(5) : 8 menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman
hendaknya menegakkan kebenaran karena Allah dan menjadi saksi yang adil.
Dan jangan sekali-kali kebencian diri terhadap suatu kaum menjadikan
perbuatan tidak adil. Karena keadilan itu lebih dekat pada ketakwaan dan Allah
mengetahui pada apa-apa yang dikerjakan oleh hambanya.
Bahkan terhadap kerabat ataupun orang lain harus tetap menegakkan
keadilan.
c. Prinsip Ketiga : Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Amar ma’ruf mengandung arti bahwa Hukum Islam ditegakkan untuk
menjadikan umat manusia dapat melaksanakan hal-hal yang baik dan benar
sebagaimana dikehendaki oleh Allah SWT. Sedangkan nahi munkar
mengandung arti hukum tersebut ditegakkan untuk mencegah terjadinya hal-
hal yang buruk yang dapat meruntuhkan kehidupan bermasyarakat.
Di dalam QS. Ali-Imron(3) : 110 dijelaskan umat yang baik dilahirkan untuk
memrintah pada kebaikan dan melarang pada kemunkaran serta beriman
kepada Allah. Juga dijelaskan di surat yang sama ayat 104 bahwa
sesungguhnya orang-orang yang beruntung adaalah orang yang mengajak
pada kebajikan, perintah pada yang baik, dan mencegah pada yang munkar.
d. Prinsip Keempat : Kemerdekaan dan Kebebasan
Prinsip ini mengandung maksud bahwa hukum Islam tidak diterapkan
berdasarkan paksaan, akan tetapi berdasarkan penjelasan yang baik dan
argumentatif yang dapat meyakinkan.
Didalam QS. Al-Baqarah(2) : 256 dijelaskan bahwa tidak ada paksaan untuk
seseorang masuk ke dalam agama Islam, akan tetapi agama Islam adalah
jalan yang benar. Dan apabila telah beriman kepada Allah maka sudah
berpegang pada tali yang kuat yang tidak akan putus (tetap dijalan Allah yaitu
agama Islam).
e. Prinsip Kelima : Persamaan
Prinsip ini mengandung arti bahwa pada dasarnya manusia adalah sama
meskipun faktanya berbeda dalam lahiriyahnya, baik warna kuliat, bahasa suku
bangsa dan lain-lain. Hukum Islam memandang perbedaan secara lahiriyah
tidak menjadikan manusia berbeda dari segi nilai kemanusiaannya.
Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa penjelasan dari prinsip ini, diantaranya
adalah QS. Al-Hujuraat(49) : 13 menjelaskan Allah menciptakan manusia itu
ada yang laki-laki dan perempuan, berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku
supaya saling berkenalan. Dan manusia yang paling mulia di sisi Allah yaitu
orang yang paling taqwa kepada Allah.
Dalam ayat lain Allah lebih tegas menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk
yang lebih dimuliakan dibandingkan jenis makhluk lainnya yitu didalam QS. Al-
Israa’(17) : 70 dijelaskan Allah memuliakan anak turun Nabi Adam dengan cara
di angkut di daratan dan di lautan dan Allah memberi rezeki dari yang baik-baik
serta Allah memberi kelebihan kepada manusia.
f. Prinsip Keenam : Tolong-menolong
Prinsip ini mengajarkan bahwa sesame warga masyarakat harus saling
menolong demi tercapainya kemaslahatan bersama.
Di antara ayat yang menjadi landasan prinsip tersebut adalah surat Al-
Maai’dah(5) : 2 kita harus saling tolong menolong dalam mengerjakan
kebajikan dan ketakwaan dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran.
g. Prinsip Ketujuh : Toleransi
Prinsip ini mengajarkan bahwa hukum Islam mengharuskan kepada umatnya
untuk hidup penuh dengan suasana damai dan toleran. Toleransi ini haeus
menjamin tidak dilanggarnya hukum Islam dan hak umat Islam.
Di antara ayat yang menjelaskan prinsip ini adalah QS. Al-Mumtahanah(60) : 8
Allah tidak melarang hamba untuk berbuat adil pada orang yang tidak pernah
memeranginya karena agama dan tidak mengusirnya dari desanya, sebab
Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil.

( Referensi : Modul MKDU4221-Pendidikan Agama Islam )

3. Bagaimana anda menjalankan syariat islam di Indonesia ?

Sesuai salah satu sila dalam pancasila, yaitu sila pertama menyatakan bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan yang maha esa. Salah satu
butir pengamalan dari sila pertama ini adalah "Bangsa Indonesia menyatakan
kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa". Butir sila
pertama tersebut, mengisyaratkan kepada kita agar percaya dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa menurut keyakinan, agama, & kepercayaan. Umat kristen
diwajibkan melaksanakan aturan agama kristen, umat hindu diwajibkan
melaksanakan aturan dalam agama hindu, umat budha harus teguh melaksanakan
aturan agama budha, begitu juga agama islam yang merupakan agama mayoritas
di Indonesia.Umat islam tidak hanya diharuskan beriman, tetapi juga diwajibkan
untuk bertaqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Taqwa dalam islam artinya
adalah melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi
segala laranganNya. Menjalankan syariat islam adalah salah satu perintah Allah
dan merupakan kewajiban kaum muslimin untuk melaksanakannya. Semua
muslimin wajib melaksanakan syariat islam secara benar. Tetapi Indonesia sebagai
negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia banyak tidak menerapkan
sayriat islam sebagai hukum resmi negara Indonesia. Jika diteliti lebih mendalam,
memang benar nyata-nyata kita telah menyimpang dari pancasila sila pertama.
Tetapi nyatanya syariat islam sangat sulit diterapkan sebagai sumber hukum di
Indonesia karena melihat kemajemukan bangsa Indonesia dan mengingat bangsa
Indonesia didirikan atas dasar persatuan, tidak hanya orang muslim tetapi non
muslim juga ikut serta dalam mendirikan Republik indonsia. Jika syariat islam
diterapkan pasti mendapat tentangan dari kalangan non muslim. Lalu bagaimana
caranya kita sebagai umat islam melaksanakan syariat islam? Sebenarnya itu
persoalan mudah jika diri pribadi setiap muslim adalah muslim yang bertaqwa, tidak
melakukan apa yang dilarang seperti mencuri, korupsi, membunuh, dan lain-lain
yang tidak dibenarkan oleh agama. Tetapi tidak mungkin semua muslim itu
bertaqwa, pasti ada saja yang gemar berbuat dosa dan maksiat, karena itu semua
sudah merupakan fitroh. Lalu bagaimana lagi caranya untuk bisa menerapkan
syariat islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia? Mudah saja,
syariat islam tidak perlu resmi menjadi dasar negara atau dasar hukum di republik
ini. Para pembuat kebijakan dan pembuat undang-undang yang taat beragama
pasti mereka akan membuat kebijakan atau undang-undang yang berdasarkan
syariat islam dan tidak menyimpang dari ajaran islam. Jika seperti itu syariat islam
bisa berjalan tanpa harus menjadi dasar hukum atau dasar negara resmi.

( Referensi :
https://www.kompasiana.com/gandungtaris/5518400881331103699de6fe/penerapa
n-syariah-islam-di-indonesia )

Anda mungkin juga menyukai