PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika kita berbicara tentang hukum, yang terlintas dalam pikiran kita adalah
peraturan-peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia
dalam suatu masyarakat, yang dibuat dan ditegakkan oleh penguasa atau manusia
itu sendiri seperti hukum adat, hukum pidana dan sebagainya.
Berbeda dengan sistem hukum yang lain, hukum Islam tidak hanya
merupakan hasil pemikiran yang dipengaruhi oleh kebudayaan manusia di suatu
tempat pada suatu massa tetapi dasarnya ditetapkan oleh Allah melalui wahyunya
yang terdapat dalam Al-Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai
rasulnya melalui sunnah beliau yang terhimpun dalam kitab hadits. Dasar inilah
yang membedakan hukum Islam secara fundamental dengan hukum yang lain.
Adapun konsepsi hukum Islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan
oleh Allah. Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan
manusia lain dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan
manusia lain dalam bermasyarakat, dan hubungan manusia dengan benda serta
alam sekitarnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa fungsi hukum islam dalam kehidupan bermasyarakat ?
2. Bagaimana konsep HAM dalam islam ?
3. Bagaimana perbedaan prinsip antara konsep HAM dalam islam dan barat ?
4. Bagaimana kontribusi umat islam dalam perumusan dan penegakan
hukum ?
C. Manfaat Penulisan
Sebagai bahan yang dapat memberikan suatu wacana bagi kita agar dapat mengenal
berbagai macam landasan hukum yang berkaitan dengan Syari’at Islam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
anjuran dalam syariat islam, maka anda menjadi hamba yang senantiasa
mengingat dan diingat oleh Allah.
3. Mendatangkan Manfaat
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan)
tentang urusan itu, maka ikutilah dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu”. (QD
Al Maidah : 18). Penjelasan dari firman Allah tersebut ialah, dalam kondisi
apapun umat muslim hendaknya mengambil sikap sesuai hukum islam, bukan
mengambil keputusan berdasarkan hawa nafsu atau keinginan pribadi agar
urusan tersebut dapat mendatangkan manfaat atau hikmah baik di dunia
maupun di akherat.
5. Sanksi Hukum
Hukum islam ada berbagai macam diantaranya halal, haram, wajib, sunnah, dll.
Hukum tersebut memiliki kebaikan jika dilaksanakan dan sanksi jika tidak
ditaati. Misalnya memberi sanksi kepada orang yang melakukan zina, hukum
islam dan sanksi nya memberikan manfaat bagi kehidupan berupa kesadaran
untuk mawas diri dalam melakukan berbagai aktivitas keseharian sehingga
seniantiasa berada di jalur hukum yang telah ditetapkan dan mengambil
hikmah dari contoh contoh orang orang terdahulu yang mendapat azab dari
Allah karena melanggar perintah Nya,
3
Allah berfirman “Maka kami jadikan yang demikian itu hukuman berat bagi
orang orang di masa itu serta menjadi peringatan bagi orang oorang yang
bertaqwa”. (QS Al Baqarah : 66). minuman haram dan makanan haram
menurut islam sudah sangat jelas ditentukan berdasarkan hukum syariat islam,
jadi harus dihindari agar anda tidak mendapatkan hukuman dari Allah Swt baik
secara langsung atau pun jangka panjang.
7. Sarana Dakwah
Dakwah bertujuan untuk mengubah perilaku manusia sesuai hukum yang
benar. Hukum islam dalam kehidupan sehari hari dapat dijadikan sebagai dasar
untuk memberikan pengetahuan atau ilmu agar segala urusan dilaksanakan
dengan tata cara yang sesuai.
8. Pendidikan Akhlak
Akhlak artinya budi pekerti, perangai, atau tingkah laku. Pada jaman sekarang
banyak informasi masuk melalui berbagai media, baik lingkungan secara
langsung atau tidak langsung seperti media televisi dan internet. Pendidikan
akhlak berdasar hukum islam penting untuk ditanamkan sejak dini dalam
kehidupan sehari hari agar generasi muda nantinya dapat menyaring serta
memiliki akhlak sholeh dan sholehah.
4
9. Menegakkan Keadilan
Allah berfirman “Wahai orang orang yang beriman hendaklah kamu menjadi
orang orang yang kuat menegakkan keadilan, menjadi saksi kebenaran
karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum
kerabatmu”. (QS An Nisa : 28). Keadilan perlu untuk ditegakkan, islam
memiliki hukum hukum atau syariat yang mengatur hal tersebut, terdapat
berbagai ketentuan yang dapat diterapkan kepada setiap orang secara merata
atau tidak pandang bulu. Keadilan hanya bisa dijalankan oleh orang yang
bertaqwa sebab itu hukum islam penting untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari hari. Keadilan tidak hanya dilakukan untuk orang lain saja,
namun keutamaan adil terhadap diri sendiri juga wajib dilakukan.
5
13. Sebagai Peringatan
Hukum islam banyak memperingatkan tentang perbuatan maksiat dan
akibatnya. Kehidupan di dunia hanya sementara dan kehidupan di akherat
sangat abadi, Allah memperingatkan manusia untuk taat kepada Nya dan Rasul
Nya serta tidak tertipu kesenangan dunia dan tipu daya syetan. Banyak
dijelakskan dalam Al Qur’an contoh contoh kaum pada jaman terdahulu yang
mendapat azab dari Allah karena tidak taat, hal itu dapat dijadikan sebagai
peringatan untuk menjauhi maksiat dan segala sesuatu yang dilarang Allah,
seperti firman Allah berikut “Maka hendaklah orang orang yang menyalahi
perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (QS
An Nuur : 63).
6
adalah syariat secara garis besar yang berisi petunjuk untuk menjalankan
berbagai kewajiban dan dalam bersikap.
B. Konsep Ham dalam Islam
Konsep HAM dalam Islam sendiri, membentangkan relasi manusia, yakni
vertikal ia dengan Tuhan. Lalu relasi horizontal dengan sesama makhluk yang
harus saling terjalin dengan baik dalam upaya menjadi manusia seutuhnya.
Maka menjadi sebuah kewajiban untuk menghargai hak-hak orang lain dan
merupakan sebuah anjuran Islam yang tidak pernah bisa kita abaikan sebagai
manusia yang merdeka.
Kemudian, muncullah istilah Hak Asasi Manusia (HAM) yang selalu
menjadi landasan manusia untuk melakukan segala hal. Adanya HAM bukan
berarti kita bisa melakukan apapun yang kita suka. Sebab meski ada bentuk
sebuah kebebasan, sebagai manusia kita tidak boleh melanggar hak orang lain.
Konsep HAM dalam Islam, antara lain dengan memanusiakan manusia secara
bermartabat dan bertanggung jawab.
Islam menjunjung tinggi kemanusiaan dengan memberikan kebebasan bagi
manusia, diantara hak yang paling utama yakni hak untuk hidup. Hak untuk
hidup melekat dalam diri seseorang sejak lahir. Lalu kita maknai bahwa “setiap
manusia yang lahir berhak untuk memperoleh kehidupan, berhak untuk hidup
aman dan damai” Hal tersebut secara tegas telah dikemukakan oleh Allah SWT
pada QS. 5 (al-Ma’idah) : 32
Begitulah kalimat yang dipaparkan dengan begitu jelas bahwa Islam tidak
memperkenankan manusia untuk saling membunuh dengan sesamanya tanpa
alasan yang jelas, apalagi hanya karena sebuah masalah yang diakibatkan oleh
rasa ego, angkuh dan kesombongan manusia sebagai makhluk hidup. Perbuatan
menghilangkan nyawa karena alasan dendam atau untuk menebar kerusakan
hanya dapat diputuskan oleh pengadilan yang berwenang.
Selama berlangsung peperangan perbuatan itu hanya dapat diadili oleh
pemerintah yang sah. Pada setiap peristiwa itu, tidak ada satu individu pun
yang memiliki hak untuk mengadili dengan main sendiri. Sebagaimana telah
dijelaskan oleh Allah SWT pada QS. Al-Isra’/17:33
7
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.”
Mengapa dewasa ini banyak sekali terjadi bunuh membunuh? Hal ini terjadi
lantaran fenomena jihad yang tercermin dan diaplikasikan oleh sebagai
kelompok membuat stigma negatif tentang Islam yang sangat tidak ramah
terhadap kebebasan hidup orang lain. Padahal, dengan alasan apapun, Islam
tidak pernah menganjurkan manusia membunuh sesamanya. Kejahatan terkeji
yang dilakukan adalah menghilangkan nyawa manusia lain.
Namun, fenomena yang terjadi belakangan ini membuat wajah Islam
tercoreng oleh beberapa kelompok Islam yang mengaku bahwa tren bunuh-
membunuh merupakan ajaran Islam. Padahal, Islam adalah agama yang sangat
memuliakan manusia, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dengan melarang
membunuh sesamanya tanpa alasan yang jelas.
Tidak hanya larangan yang terdapat dapat firman Allah, Rasululah SAW
bersabda: Barang siapa yang membunuh seorang ahli zimmi, sungguh Allah
haramkan dia dari surga-Nya. (HR. An-Nasa`i yang bersumber `Amr bin
`Ash).
Dari kedua landasan di atas, menunjukkan bahwa konsep HAM dalam Islam
adalah agama yang sangat perhatian terhadap hak hidup bagi manusia. Tidak
hanya itu, menjadi kewajiban sebagai umat Islam untuk menolong sesama yang
sedang sakit, atau dalam keadaan terancam nyawanya, misalnya terkena
musibah atau sedang mengalami sakit parah.
Sehingga pada akhirnya, manusia memiliki kesadaran untuk saling
menghargai, menghormati serta melakukan upaya manusia lain yang tanpa
melihat agama, ras, suku budaya atau bahkan Negara sekalipun. Inilah konsep
HAM dalam Islam yang saya pahami. Sebagai akhir dari sebuah tulisan kiranya
penting untuk kita ingat dari apa yang disampaikan oleh Sayyidina Ali bin Abi
Thalib bahwa: ”Dia yang bukan saudara se-iman, adalah saudara dalam
kemanusiaan.”
8
Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946, disusunlah rancangan
piagam hak-hak asasi manusia oleh organisasi kerja sama untuk sosial ekonomi
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang terdiri dari 18 anggota. PBB membentuk
komisi hak asasi manusia (commission of human right). Sidangnya dimulai
pada bulan januari 1947 di bawah pimpinan Ny. Eleanor Rossevelt. Baru 2
tahun kemudian, tanggal 10 Desember 1948 Sidang Umum PBB yang
diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris menerima baik hasil kerja panitia
tersebut. Karya itu berupa UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN
RIGHTS atau Pernyataan Sedunia tentang Hak – Hak Asasi Manusia, yang
terdiri dari 30 pasal. Dari 58 Negara yang terwakil dalam sidang umum
tersebut, 48 negara menyatakan persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara
lainnya absen. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai
hari Hak Asasi Manusia.
Ini semua muncul sebagai ungkapan keinginan menyatukan manusia dan
hak-hak asasi manusia dalam masyarakat internasional yang merasakan akibat
buruk peperangan. Sebelumnya dunia barat sangat tidak perduli dengan HAM
sampai membuat mereka terbelakang dan mundur sekali. Sampai pada 15 Juni
1215M muncullah piagam MAGNA CHARTA dimasa kesewenangan raja
inggris yang bernama John Lackland. Waktu itu para bangsawan merasa tidak
puas dan berhasil memaksa raja John untuk menandatangani perjanjian yang
mereka namakan Magna Charta atau Piagam Agung. Namun piagam ini hanya
memuat pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih penting
daripada kedaulatan raja. Tak seorang pun dari warga negara merdeka dapat
ditahan atau dirampas harta kekayaannya atau diasingkan atau dengan cara
apapun dirampas hak-haknya, kecuali berdasarkan pertimbangan hukum.
Piagam Magna Charta itu menandakan kemenangan telah diraih sebab hak-hak
tertentu yang prinsip telah diakui dan dijamin oleh pemerintah. Piagam tersebut
menjadi lambang munculnya perlindungan terhadap hak-hak asasi karena ia
mengajarkan bahwa hukum dan undang-undang derajatnya lebih tinggi
daripada kekuasaan raja.
Kemudian bermunculan beberapa piagam HAM lainnya di eropa seperti:
PETITION OF RIGHTS
9
Pada dasarnya Petition of Rights berisi pertanyaan-pertanyaan
mengenai hak-hak rakyat beserta jaminannya. Petisi ini diajukan oleh
para bangsawan kepada raja di depan parlemen pada tahun 1628. Isinya
secara garis besar menuntut hak-hak sebagai berikut :
a. Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan.
b. Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di
rumahnya.
c. Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan
damai.
HOBEAS CORPUS ACT
Hobeas Corpus Act adalah undang- undang yang mengatur tentang
penahanan seseorang dibuat pada tahun 1679. Isinya adalah sebagai
berikut :
a. Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu 2 hari
setelah penahanan.
b. Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah
menurut hukum.
§ BILL OF RIGHTS
Bill of Rights merupakan undang-undang yang dicetuskan tahun 1689 dan
diterima parlemen Inggris, yang isinya mengatur tentang :[3]
a. Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen.
b. Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.
c. Pajak, undang-undang dan pembentukan tentara tetap harus seizin
parlemen.
d. Hak warga Negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-
masing.
e. Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
Demikian juga muncul diamerika yang diilhami pemikiran filsuf John Locke
(1632-1704) yang merumuskan hak-hak alam, seperti hak atas hidup,
kebebasan, dan milik (life, liberty, and property), kemudian menjadi pegangan
bagi rakyat Amerika sewaktu memberontak melawan penguasa Inggris pada
10
tahun 1776 M. Pemikiran John Locke mengenai hak–hak dasar ini terlihat jelas
dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat yang dikenal dengan
DECLARATION OF INDEPENDENCE OF THE UNITED STATES.
Revolusi Amerika dengan Declaration of Independence-nya tanggal 4 Juli
1776, suatu deklarasi kemerdekaan yang diumumkan secara aklamasi oleh 13
negara bagian, merupakan pula piagam hak–hak asasi manusia karena
mengandung pernyataan “Bahwa sesungguhnya semua bangsa diciptakan sama
derajat oleh Maha Pencipta. Bahwa semua manusia dianugerahi oleh
Penciptanya hak hidup, kemerdekaan, dan kebebasan untuk menikmati
kebahagiaan.”
Declaration of Independence di Amerika Serikat menempatkan Amerika
sebagai negara yang memberi perlindungan dan jaminan hak-hak asasi manusia
dalam konstitusinya, kendatipun secara resmi rakyat Perancis sudah lebih dulu
memulainya sejak masa Rousseau. Kesemuanya atas jasa presiden Thomas
Jefferson. Presiden Amerika Serikat lainnya yang terkenal sebagai “pendekar”
hak asasi manusia adalah Abraham Lincoln, kemudian Woodrow Wilson dan
Jimmy Carter. Amanat Presiden Flanklin D. Roosevelt tentang “empat
kebebasan” yang diucapkannya di depan Kongres Amerika Serikat tanggal 6
Januari 1941 yakni :
· Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran (freedom of speech
and expression).
· Kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan dan
kepercayaannya (freedom of religion).
· Kebebasan dari rasa takut (freedom from fear).
· Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom from want).
Kebebasan-kebebasan tersebut dimaksudkan sebagai kebalikan dari kekejaman
dan penindasan melawan fasisme di bawah totalitarisme Hitler (Jerman),
Jepang, dan Italia. Kebebasan – kebebasan tersebut juga merupakan hak
(kebebasan) bagi umat manusia untuk mencapai perdamaian dan kemerdekaan
yang abadi. Empat kebebasan Roosevelt ini pada hakikatnya merupakan tiang
penyangga hak-hak asasi manusia yang paling pokok dan mendasar.
11
D. Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan dan Penegakan Hukum
Sistem hukum yang mewarnai hukum nasional kita di Indonesia selama ini
dasarnya terbentuk atau dipengaruhi oleh tiga pilar subsistem hukum yaitu
sistem hukum barat, hukum adat dan sistem hukum Islam, yang masing-masing
menjadi sub-sistem hukum dalam sistem hukum Indonesia. Sistem Hukum
Barat merupakan warisan penjajah kolonial Belanda yang selama 350 tahun
menjajah Indonesia. Penjajahan tersebut sangat berpengaruh padasistem hukum
nasional kita. Sementara Sistem Hukum
Adat bersendikan atas dasar-dasar alam pikiran bangsa Indonesia, dan untuk
dapat sadar akan sistem hukum adat orang harus menyelami dasar-dasar alam
pikiran yang hidup di dalam masyarakat Indonesia. Kemudian sistem Hukum
Islam, yang merupakan sistem hukum yang bersumber pada kitab suci AIquran
dan yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad dengan hadis/sunnah-Nya serta
dikonkretkan oleh para mujtahid dengan ijtihadnya.
1. UUD 1945
Hukum Islam dalam bentuk peraturan khusus yang berlaku bagi umat Islam
misalnya adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Pengadilan
Agama dan keberadaan Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang
penyebarluasannya dilakukan berdasarkan Inpres No. 1 Tahun 1991.
Sedangkan Hukum Islam dalam hukum nasional yang berlaku umum misalnya
ada pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria
khususnya yang mengatur tentang perwakafan tanah, Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979
tentang Kesejahteraan Anak, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak.
Undang-undang yang berlaku saat ini seperti, UU Perkawinan, UU Peradilan
Agama, UU Penyelenggaraan Ibadah Haji, UU Pengelolaan Zakat, dan UU
Otonomi Khusus Nanggroe Aceh Darussalam serta beberapa undangundang
lainnya yang langsung maupun tidak langsung memuat hukum Islam seperti
UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang mengakui keberadaan
Bank Syari’ah dengan prinsip syari’ahnya, atau UU NO. 3 Tahun 2006 tentang
12
Peradilan Agama yang semakin memperluas kewenangannya, dan UU Nomor
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
2. Undang-undang Perkawinan
Dalam ikatan perkawinan sebagai salah satu bentuk perjanjian (suci) antara
seorang pria dengan seorang wanita, yang mempunyai segi-segi perdata,
berlaku beberapa asas, diantaranya adalah :
a. kesukarelaan,
b. persetujuan kedua belah pihak,
c. kebebasan memilh,
d. kemitraan suami-istri,
e. untuk selama-lamanya,
f. monogami terbuka.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disahkan dan
diundangkan di Jakarta Pada tanggal 2 Januari 1974 (Lembaran Negara Tahun
1974 No. Tambahan Lembaran Negara Nomer 3019).
13
Pada hari kamis tanggal 14 desember 1989, rancangan undang-undang
peradilan agama itu di setujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat menjadi
Undang-Undang Republik Indonesia. Pada tanggal 29 desember 1989, oleh
presiden republik Indonesia dalam lembaran negara nomor 49 tahun 1989.
Pemeluk agama Islam yang telah menjadi bagian penduduk indonesia, dengan
undang-undang itu di beri kesempatan untuk menaati hukum Islam yang
menjadi bagian mutlak ajaran agamanya, sesuai dengan jiwa pasal 29 undang-
undang dasar 1945 terutama ayat 2-nya.
Dengan disahkannya undang-undang peradilan agama ini, perubahan
penting dan mendasar telah terjadi dalam lingkungan peradilan agama.
Diantaranya sebagai berikut :
1. Peradilan agama telah menjadi peradilan mandiri, kedudukannya benar-
benar telah sejajar dan sederajat dengan peradilan umum, peradilan
militer, dan peradilan tata usaha negara.
2. Nama, susunan, wewenang (kekuasaan) dan hukum acaranya telah sama
dan seragam di seluruh indonesia. Terciptanya unifikasi hukum acara
peradilan agama itu akan memudahkan terwujudnya ketertiban dan
kepastian hukum yang berintikan keadilan dalam lingkungan peradilan
agama.
3. Perlindungan terhadap wanita lebih di tingkatkan dengan jalan, antara
lain, memberikan hak yang sama kepada istri dalam berproses dan
membela kepentingannya di muka peradilan agama.
4. Lebih memantapkan upaya penggalian berbagai asas dan kaidah hukum
islam sebagai salah satu bahan baku dalam penyusunan dan pembinaan
hukum nasional melalui yurisprudensi.
14
2. Terselenggaralah pembangunan hukum nasional berwawasan nusantara
yang sekaligus pula berwawasan Bhinneka Tunggal Ika dalam bentuk undang-
undang peradilan agama.
15
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No. 164, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No. 3885).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
Secara umum hukum Islam berorientasi pada perlindungan terhadap agama,
jiwa, akal, keturunan dan harta. Artinya hukum Islam bertujuan pada
pemeliharaan agama, menjamin, menjaga dan memelihara kehidupan dan
jiwa, memelihara kemurnian akal sehat dan menjaga ketertiban keturunan
manusia serta menjaga hak milik harta kekayaan untuk kemaslahatan hidup
umat manusia.
1. Hukum islam mempunyai tujuan, fungi, dan smber yang terstruktur
dengan sangat rapi karena langsung dari Allah SWT melalui Nabi
Muhammad SAW
2. Sumber-sumber hukum islam yang berasal dari Al-quran, Al-Hadis,
Ijtihad dapat menjadi pedoman yang tepat untuk sumber-sumber
hukum
3. Hukum islma mempunyai pengaruh yang besar bagi perumsan
hukum Nasional, mulai dari konstitusi hingga peraturan daerah.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut :
16
1. Sebagai umat Islam hendaknya memahami hukum Islam dengan baik,
karena hukum ini mengatur berbagai kehidupan umat manusia untuk
mencapai kemaslahatan.
2. Setiap manusia hendaknya menjungjung tinggi Hak Asasi Manusia,
karena hak ini sebagai dasar yang melekat pada diri tiap manusia.
3. Dalam mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh, baik dibidang
hukum, hak dan kewajiban asasi manusia, serta kehidupan
berdemokrasi hendaknya berdasarkan prinsip-prinsip yang diajarkan
Islam.
DAFTAR PUSTAKA
17
18