Anda di halaman 1dari 8

HUKUM DASAR KIMIA

1. Hukum Perbandingan Tetap ( Hukum Proust , 1754 – 1826 ) 


Joseph Louist Proust  berpendapat bahwa perbandingan massa unsur – unsur penyusun
sebuah senyawa selalu tetap. Contohnya ialah
perbandingan massa hidrogen dengan oksigen
yaitu 1 : 8. Misalkan massa jenis hidrogen yaitu
4 gram. Maka massa oksigennya ialah 4 gram x 8
gram = 32 gram.

Tabel Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)


Dari tabel di atas terlihat, bahwa setiap 1 gram gas hidrogen bereaksi dengan 8 gram oksigen
dan menghasilkan 9 gram air.
Hal ini membuktikan bahwa massa hidrogen dan massa oksigen yang terkandung di dalam air
memiliki perbandingan yang tetap yaitu 1 : 8.
Berapapun banyaknya air yang terbentuk dari percobaan yang
dilakukannya, Proust mengemukakan teorinya yang terkenal dengan sebutan hukum
perbandingan tetap yang berbunyi :
” Perbandingan massa unsur – unsur dalam sebuah senyawa yakni tetap. “
2. Hukum Perbandingan Berganda ( Hukum Dalton , 1766 – 1844

Dalton menyelidiki bahwa perbandingan massa unsur –


unsur tersebut pada setiap senyawa dan mendapatkan
sebuah pola keteraturan. Pola tersebut di nyatakan
sebagai hukum perbandingan berganda yang
menegaskan bahwa kedua unsur yang dapat membentuk
2 senyawa atau lebih memiliki perbandingan komponen
yang mudah dan sederhana.
Pada percobaan yang pertama 1, 33 gram oksigen di
reaksikan dengan 1 gram karbon. Reaksi ini
menghasilkan 2, 33 gram karbon monoksida.Selanjutnya pada percobaan yang kedua massa
oksigen di ubah menjadi 2, 66 gram sementara massa karbonnya tetap. Reaksi ini
menghasilkan suatu senyawa yang berbeda, yakni karbon dioksida.

Hukum perbandingan berganda


Ternyata dengan massa oksigen yang sama perbandingan massa karbon dalam senyawa
karbon monoksida dan karbon dioksida yakni bilangan bulat dan
sederhana. Dalton mengemukakan teorinya yang terkenal dengan sebutan Hukum
Perbandingan Berganda yang berbunyi :
” Jika 2 buah jenis unsur bergabung dan membentuk lebih dari 1 senyawa dan jika massa
salah satu dari unsur di dalam senyawa tersebut sama, sedangkan massa unsur lainnya
berbeda, maka perbandingan massa unsur lainnya dalam senyawa tersebut ialah bilangan
bulat sederhana. “
3. Hukum Perbandingan Volume ( Hukum Gay-Lussac, 1808
 
Pada tahun 1808, ilmuwan Prancis yang
bernama Joseph Louis Gay Lussac berhasil
melakukan uji percobaan tentang volume gas
yang terlibat dari berbagai reaksi dengan
menggunakan berbagai macam gas. Dia
menyimpulkan bahwa pada suhu dan tekanan
yang sama, volume pada gas – gas yang bereaksi
dan volume gas – gas hasil reaksi berbanding
sebagai bilangan bulat sederhana. Dan juga
dapat di rumuskan seperti berikut ini :
koefisien gas A / koefisien B = volume gas A / volume gas B
 

Percobaan tentang volume gas


Menurut Gay Lussac 2 volume gas hidrogen bereaksi dengan 1 volume gas oksigen dan
membentuk 2 volume uap air. Pada reaksi ini pembentukan uap air agar reaksi sempurna
untuk setiap 2 volume gas hidrogen diperlukan 1 volume gas oksigen.
Kemudian menghasilkan 2 volume uap air. Dari percobaan ini Gay-Lussac mengemukakan
teorinya yang terkenal dengan sebutan Hukum Perbandingan Volume, yang berbunyi :
” Pada suhu dan tekanan yang sama, volume pada gas – gas yang bereaksi dan volume pada
gas – gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana. “
4. Hukum Hipotesis ( Hukum Avogadro, 1811 ) Amedeo
Avogadro
Hukum Avogadro di cetuskan oleh seorang ahli fisika Italia yang
bernama Amedeo Avogadro pada tahun 1811. Amedeo
Avogadro mengemukakan teorinya yang terkenal dengan
sebutan Hukum Hipotesis yang berbunyi :
” Bahwa gas – gas yang volumenya sama, jika di ukur dengan
suhu dan tekanan yang sama, maka akan memiliki jumlah
molekul yang sama pula. “

1. Hukum Kekekalan Massa ( Hukum Lavoisier, 1743 – 1794 )

Antoine Laurent Lavoisier berpendapat bahwa


massa zat – zat sebelum dan sesudah reaksi yakni
tetap. Contohnya yaitu jika kita mencampurkan atau
mereaksikan hidrogen dengan massa 4 gram dan
oksigen dengan massa 32 gram.
Maka akan menghasilkan hidrogen oksida dengan
massa = massa hidrogen + massa oksigen ( 4 gram +
32 gram = 36 gram ). Namun, untuk beberapa kasus
seperti membakar kertas lalu menjadi abu. Bisa saja
abu lebih ringan daripada kertas, sehingga reaksinya di hasilkan dari reaksi lainnya seperti
abu dan gas CO² yang hilang terbawa angin.
Lalu pada tahun 1779,  Lavoisier melakukan uji coba penelitian dengan memanaskan 530
gram logam merkuri dalam sebuah wadah yang terhubung dengan udara di dalam silindernya
dengan sebuah wadah tertutup.
Dan ternyata volume udara di dalam silinder berkurang sebanyak 1/5 bagian, sedangkan
logam merkurinya berubah menjadi calx merkuri ( oksida merkuri ) dengan massa 572, 5
gram.Atau terjadi kenaikan massa sebesar 42, 4 gram. Besaran kenaikan massa merkuri ini
sebesar 42, 4 gram yakni sama dengan 1/5 bagian udara yang telah hilang yakni oksigen.
Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap
Lalu kemudian Lavoiser mengambil sebuah kesimpulan yang dikenal dengan hukum
kekekalan massa yakni :
” Massa zat – zat sebelum dan sesudah reaksi yakni tetap. “

PERHITUNGAN KIMIA – KONSEP MOL

Perhitungan Kimia – Konsep Mol menyatakan hubungan persamaan antara jumlah


mol, jumlah partikel, massa, molaritas, dan volume. Melalui konsep mol, sobat idschool
dapat mengetahui nilai yang sama antar satuan, misalnya jumlah partikel dan molaritas, atau
bentuk nilai lainnya. Satu mol didefinisikan sebagai jumlah zat yang mengandung partikel zat
itu sebanyak atom yang terdapat dalam 12,000 gram atom karbon – 12. Dalam satu mol suatu
zat terdapat 6,022 x 1023 partikel. Di mana, nilai 6,022 x 1023 partikel per mol disebut sebagai
tetapan Avogadro, dengan lambang L atau N. Konsep mol dalam perhitungan kimia cukup
penting karena dapat menjadi jembatan yang menghubungkan satu persamaan ke persamaan
yang lain. Satuan mol sama seperti satuan lain, misalnya saja satuan lusin. Ketika disebutkan
1 lusin, secara otomatis sobat idschool akan paham bahwa jumlah yang dimaksud adalah 12
buah. Kondisi ini sama ketika menyebutkan 1 mol yang merujuk pada jumlah 6,022 x
1023 partikel zat. Dalam konsep mol terdapat hubungan antara persamaan volume (V), massa
(G), Molaritas (M), dan Jumlah Partikel (x). Hubungan persamaan dalam konsep mol
diberikan seperti gambar di bawah.

Untuk menambah pemahaman sobat idschool, simak penjelasan terkait perhitungan kimia –
konsep mol yang akan diuraikan lebih lanjut pada masing – masing bahasan di bawah.
Konsep Mol – Jumlah Partikel (x)
Satu mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram
C –12 yaitu 6,02 × 1023 partikel zat yang dapat berupa atom, molekul, atau ion. Jumlah
partikel ini disebut sebagai bilangan Avogadro yang dilambangkan dengan N atau L.
Hubungan antara jumlah mol dan jumlah partikel bergantung pada bilangan Avogadro L =
6,02 × 1023. Persamaan yang menyatakan hubungan jumlah mol dan jumlah partikel diberikan
seperti berikut. Sebagai gambaran untuk 1 mol besi memiliki 6,02 × 10 23 atom besi, untuk 2
mol besi memiliki 12,04 × 1023, begitu seterusnya.
Berikut ini contoh yang menyatakan hubungan jumlah mol dan jumlah partikel untuk
beberapa jenis partikel (atom, molekul, dan ion).
 1 mol besi (Fe) mengandung 6,02 × 1023 atom besi di mana partikel unsur besi adalah
atom
 1 mol air (H2O) mengandung 6,02 × 1023 molekul air di mana partikel senyawa air
adalah molekul
 1 mol Na+ mengandung 6,02 × 1023 ion Na+ di mana partikel ion Na+ adalah ion
 5 mol CO2 mengandung 5 × 6,02 × 1023 = 3,01 × 1024 molekul CO2
 0,2 mol hidrogen mengandung 0,2 × 6,02 × 1023 = 1,204 × 1023 atom hidrogen

Konsep Mol – Massa (G)


Massa satu mol zat dinamakan massa molar yang
memiliki besar massa molar zat sama dengan massa atom
relatif atau massa molekul relatif zat yang dinyatakan
dalam satuan gram per mol. Massa suatu zat merupakan
perkalian massa molarnya (g/mol) dengan mol zat
tersebut (n).
Hubungan jumlah mol suatu zat (n) dengan massa (G)
dapat dinyatakan seperti persamaan berikut. Sebuah
senyawa yang diketahui jumlah mol dapat secara mudah
diketahui massanya. Atau sebaliknya, sebuah senyawa yang diketahui massanya dapat pula
diketahui jumlah molnya.

Konsep Mol – Volume


Hubungan konsep mol dengan besar volume dibahas
dalam dua kondisi. Pertama adalah kondisi pada keadaan
STP (Standard Temperature and Pressure) yaitu kondisi
pada suhu 0° C dan tekanan 1 atm (atau 76 cmHg atau 760
mmHg). Sedangkan untuk kondisi kedua adalah persamaan
untuk hubungan jumlah mol dan volume pada kondisi non
– STP.

Kondisi Pertama: STP


Volume satu mol zat dalam wujud gas dinamakan volume molar, yang dilambangkan dengan
V. Pada percobaan yang dilakukan Avogadro, diperoleh kesimpulan bahwa 1 L gas oksigen
pada suhu 0° C dan tekanan 1 atm mempunyai massa 1,4286 g. Atau dengan kata lain dapat
dinyatakan bahwa pada tekanan 1 atm, untuk 1 mol gas O 2 nilainya setara sama dengan 22,4
L.

Kondisi Kedua: Non – STP


Untuk Perhitungan volume gas tidak dalam keadaan standar atau non – STP digunakan dua
pendekatan yaitu persamaan gas ideal dan konversi gas pada suhu yang sama. Jika tidak
berada dalam keadaan STP atau kondisi non STP persamaan untuk mencari volume
menggunakan persamaan berikut.
Konsep Mol – Molaritas
Banyaknya zat yang terdapat dalam suatu larutan
dapat diketahui dengan menggunakan konsentrasi
larutan yang dinyatakan dalam molaritas (M).
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat dalam 1 L
larutan.
Hubungan antara molaritas dan jumlah mol
dinyatakan dalam perbandingan antara molaritas
dibanding volume (dalam liter) per seribu. Atau dapat
juga dinyatakan secara matematis melalui hubungan antara jumlah mol dan molaritas
dinyatakan seperti persamaan berikut.

Anda mungkin juga menyukai