Anda di halaman 1dari 17

Hukum Kekekalan Massa di mulai dari tahun 1789 ketika seorang Ahli Kimia Perancis,

Antoine Lavoisier ("Bapak Kimia Modern") menemukan massa yang tidak diciptakan atau
dihancurkan dalam reaksi kimia. Dengan kata lain, massa salah satu unsur pada awal reaksi akan
sama dengan massa pada akhir reaksi. 

Jika semua reaktan dan produk dalam reaksi kimia digabungkan maka massa total akan sama
pada setiap waktu selama reaksi dalam sistem tertutup. Penemuan Lavoisier ini merupakan dasar
bagi kimia modern..

Mengacu pada ilmu kimia modern ini berarti bahwa selama reaksi kimia di mana tidak ada
reaktan atau produk lain yang bisa masuk ke atau keluar dari reaksi, seperti dalam botol tertutup
maka massa dari produk reaksi harus sama dengan massa reaktan. Cara lain untuk
mengungkapkan ini adalah bahwa apapun yang diciptakan, dihancurkan atau diubah selama
Reaksi Kimia, atom yang ada di awal tetap harus ada setelah reaksi, tetapi mereka akan tersusun
kembali menjadi satu zat baru.

Inilah sebabnya mengapa Persamaan kimia yang menggambarkan reaksi kimia harus seimbang,
misalnya: CaCO3  +  2 HCl  > CaCl2  + CO2  + H2O  

terdapat Ca sebanyak 1 di setiap sisi

terdapat C sebanyak 1 di setiap sisi

terdapat O sebanyak 3 di setiap sisi

terdapat H sebanyak 2 di setiap sisi

terdapat Cl sebanyak 2 di setiap sisi

Molekul-molekul dan pengaturan ion telah berubah, tapi semua atom dicatat, persamaan kimia
seimbang dan Hukum Kekekalan Massa terpenuhi.

Contoh lain selama pembakaran metana menurut reaksi: CH4  +  2 O2  >  CO2  +  2 H2O Semua
atom dalam reaksi (bukan molekul) bisa dikatakan tetap muncul.
terdapat C sebanyak 1 di setiap sisi

terdapat O sebanyak 4 di setiap sisi

terdapat H sebanyak 4 di setiap sisi

Perhatikan juga tidak ada atom yang berubah atau ditransmutasikan untuk atom lain selama
perubahan kimia, ini tidak mungkin secara nyata di bidang reaksi kimia dan kecuali di ruang
lingkup Fisika Nuklir.

Mol

Hukum Kekekalan Massa tidak hanya berlaku bagi atom tunggal tapi juga kelompok. Hukum ini
bekerja pada semua reaksi dan semua kuantitas. Jadi dalam reaksi,  

CH4  +  2 O2  >  CO2  +  2 H2O juga dapat menyatakan bahwa ada 1 mol atom C, 4 mol atom O
dan 4 mol atom H di setiap sisi. Hal ini memudahkan ahli kimia untuk bekerja karena satu mol
atom adalah sesuatu yang dapat dilihat, ditimbang dan dikerjakan.

Hal ini juga adalah kegunaan dari Hukum Kekekalan Massa bahwa reaksi kimia harus seimbang,
untuk menyeimbangkan setiap jenis atom yang terlibat dalam reaksi.

Ambil versi tidak seimbang dari pembakaran metana: 

CH4  +  O2  >  CO2  +  H2O, dalam persamaan oksigen ini tampaknya telah atom baru diperoleh
dan atom hidrogen hilang. Hal ini tidak dapat terjadi dan hidrogen tidak dapat berubah menjadi
oksigen, sehingga untuk mengatur semua reaksi atom menjadi seimbang maka: CH4  +  2 O2  > 
CO2  +  2 H2O.

Perhatikan lagi molekul telah berubah, itulah yang terjadi selama reaksi kimia, tetapi jumlah
setiap jenis atom sekarang telah seimbang.
Dalam topik ini membahas tentang salah satu hukum-hukum dasar kimia yaitu hukum Proust.
Sebelumnya kita sudah membahas tentang hukum Lavoiser dan hukum Gay Lussac.
Mari cermati lebih mendalam tentang hukum Proust yang menyatakan bahwa,

Hukum Proust
“perbandingan massa unsur-unsur dalam satu senyawa adalah tetap”

Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Joseph Louis Proust pada 1799. Sifat penting dari
senyawa ini dikenal dengan hukum Perbandingan Tetap. Proust merupakan salah satu ilmuwan
dalam bidang kimia analitik. Proust mendalami ilmu pembentukan senyawa anorganik biner
seperti oksida logam, sulfida, dan sulfat. Inti dari hukum Proust adalah suatu zat kimia benar-
benar bergabung satu sama lain dengan proporsi (perbandingan) berat yang dapat diketahui.
Suatu senyawa kimia akan selalu mempunyai susunan atom yang sama. Perbandingan massa
unsur-unsurnya juga selalu tetap. Seperti halnya air yang berasal dari hujan, es, maupun embun
akan selalu mempunyai perbandingan atom H dan O tetap. Begitu juga dengan perbandingan
karbon dan oksigen dalam karbondioksida akan selalu tetap. Pada 1803, John Dalton
mengemukakan sebuah teori atom---berdasarkan pada hukum Perbandingan Tetap dan hukum
Perbandingan Berganda---menjelaskan mengenai atom dan bagaimana unsur membentuk suatu
senyawa.
Senyawa yang sama jika dibuat dengan cara yang berbeda akan selalu mempunyai perbandingan
komposisi massa yang sama/tetap. Senyawa yang tidak memenuhi hukum ini disebut senyawa
non-stoikimetris. Perbandingan massa unsur-unsur pada senyawa non-stoikiometris berbeda-
beda pada berbagai sampel.
Dalam topik ini membahas tentang salah satu hukum-hukum dasar kimia yaitu hukum Proust.
Sebelumnya kita sudah membahas tentang hukum Lavoiser dan hukum Gay Lussac.
Mari cermati lebih mendalam tentang hukum Proust yang menyatakan bahwa,

Hukum Proust
“perbandingan massa unsur-unsur dalam satu senyawa adalah tetap”

Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Joseph Louis Proust pada 1799. Sifat penting dari
senyawa ini dikenal dengan hukum Perbandingan Tetap. Proust merupakan salah satu ilmuwan
dalam bidang kimia analitik. Proust mendalami ilmu pembentukan senyawa anorganik biner
seperti oksida logam, sulfida, dan sulfat. Inti dari hukum Proust adalah suatu zat kimia benar-
benar bergabung satu sama lain dengan proporsi (perbandingan) berat yang dapat diketahui.
Suatu senyawa kimia akan selalu mempunyai susunan atom yang sama. Perbandingan massa
unsur-unsurnya juga selalu tetap. Seperti halnya air yang berasal dari hujan, es, maupun embun
akan selalu mempunyai perbandingan atom H dan O tetap. Begitu juga dengan perbandingan
karbon dan oksigen dalam karbondioksida akan selalu tetap. Pada 1803, John Dalton
mengemukakan sebuah teori atom---berdasarkan pada hukum Perbandingan Tetap dan hukum
Perbandingan Berganda---menjelaskan mengenai atom dan bagaimana unsur membentuk suatu
senyawa.
Senyawa yang sama jika dibuat dengan cara yang berbeda akan selalu mempunyai perbandingan
komposisi massa yang sama/tetap. Senyawa yang tidak memenuhi hukum ini disebut senyawa
non-stoikimetris. Perbandingan massa unsur-unsur pada senyawa non-stoikiometris berbeda-
beda pada berbagai sampel.
Pada topik sebelumnya, kalian sudah mempelajari hukum Gay Lussac atau yang dikenal dengan
hukum perbandingan volume. Pada topik ini, kalian akan mempelajari hukum Avogadro yang
merupakan penjelasan lanjutan dari hukum Gay Lussac.

Mari ingat kembali mengenai hukum Gay Lussac dalam penentuan volume suatu gas pada
persamaan reaksi kimia.

1. Hukum Gay Lussac (Hukum Perbandingan Volume)

Hukum Gay Lussac atau hukum perbandingan volume digunakan untuk menentukan volume dari
suatu gas dalam persamaan reaksi kimia. Hukum Gay Lussac ini berbunyi : “Bila diukur pada
suhu dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas yang bereaksi dan hasil reaksi
merupakan bilangan bulat yang sederhana”. Secara sederhananya dapat dikatakan bahwa untuk
menentukan volume suatu gas dalam suatu reaksi kimia dapat dilakukan dengan cara
membandingkan koefisien pada masing-masing zat yang bertindak sebagai pereaksi atau hasil
reaksi.
Contoh penerapan hukum Gay Lussac
Tentukan volume gas H2O yang dihasilkan dari reaksi 5 liter gas H2 pada persamaan reaksi
berikut

H2(g) + O2(g)→H2O(g)

Langkah-langkah penyelesaiannya sebagai berikut.


Menuliskan persamaan reaksi : H2(g) + O2(g) → H2O(g).
Menyetarakan persamaan reaksi tersebut: 2H2 (g) + O2(g) → 2H2O(g).
Menentukan perbandingan koefisien H2 : O2 : H2O = 2 : 1 : 2.
Menentukan volume gas yang ditanyakan (H2O dan O2).

VH2O=Koefisien H2OKoefisien H2×VH2VH2O=22×5 literVH2O=5 liter

Cara di atas, merupakan cara efektif untuk menentukan jumlah molekul maupun volume zat.

2. Hukum Avogadro

Hukum Avogadro ini merupakan penjelasan lanjutan untuk memperjelas apa yang dikemukan
oleh Gay Lussac mengenai hukum perbandingan volume. Dalam menjelaskan hukum Gay
Lussac, Avogadro mengajukan sebuah hipotesis : “Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas
yang volumenya sama mengandung jumlah partikel yang sama.” Berdasarkan hipotesis ini maka
diperoleh hukum Avogadro yaitu : “Pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas
sesuai dengan perbandingan jumlah partikelnya.”. Hukum Avogadro ini dapat dituliskan dalam
persamaan berikut ini :

Selain menjelaskan hubungan antara jumlah molekul dan volume, hukum Avogadro juga dapat
menjelaskan hubungan antara jumlah molekul, volume dan koefisien reaksi. Hubungan tersebut
menjelaskan bahwa “Pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas sesuai dengan
perbandingan jumlah molekul dan sesuai dengan perbandingan koefisien reaksinya”.
Mari kita lihat penerapan hukum Avogadro ini dalam soal berikut ini :

Contoh soal :
8 Liter gas gas oksigen (O2) mengandung 1,24x1023 molekul oksigen. Jika diukur pada suhu dan
tekanan yang sama, berapakah jumlah molekul yang terkadung dalam 4 liter gas hidrogen (H2)?

Langkah-langkah penyelesaian:
a. menentukan komponen-komponen yang diketahui, dalam soal ini 8 Liter gas oksigen O2 yang
mengandung 1,24x1023molekul ;
b. menentukan komponen yang ditanyakan, dalam soal ini jumlah molekul H2 yang terdapat
dalam 4 liter gas hidrogen jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama;
c. memasukan komponen-komponen tersebut ke dalam persamaan

∑molekul O2∑molekul H2=VO2VH2

d. memasukan angka-angka ke dalam persamaan tersebut; dan

1,24×1023∑molekul H2=8 liter4 liter

e. menghitung jumlah molekul gas hidrogen H2 dari persamaan tersebut.

∑molekul H2=4 liter×1,24×10238 liter∑molekul H2=6,2×1022

Jadi jumlah molekul H2 dalam 4 liter gas hidrogen adalah 6,2x1022 molekul.
Kimia adalah ilmu perubahan materi; perubahan fisik khusus dan perubahan kimia. Perubahan
fisik mengakibatkan perubahan kindisi fisik suatu zat, seperti ketika air yang membeku akan
membentuk air es padat atau ketika menyublim kamper padat langsung ke gas. Perubahan ini
sangat penting, tetapi perubahan kimia yang paling penting bagi ahli kimia, seperti saat
hidrokarbon dalam bahan bakar melakukan pemanasan mesin agar dapat energi, karbon dioksida
dan air. Dunia modern kita ini berdasarkan pada perubahan kimia, jadi bagaimana para ahli
kimia menjelaskan perubahan kimia atau karena mereka lebih suka menyebut sebagai : reaksi
kimia?
Semua reaksi kimia diatur oleh tiga Hukum Alam: Hukum Kekekalan Massa, Hukum
Proporsi Pasti dan Hukum Proporsi Ganda ..

Hukum Kekekalan Massa pada awalnya diusulkan oleh ahli kimia Perancis abad ke-18 Antoine
Lavoisier yang menyatakan bahwa, "massa dari sistem yang tertutup akan tetap konstan dari
waktu ke waktu." Bagi ahli kimia modern, hal ini berarti bahwa selama reaksi kimia di mana
tidak ada reaktan atau produk bisa masuk atau melepaskan reaksi, seperti dalam botol tertutup,
massa dari produk reaksi harus sama dengan massa reaktan. Cara lain untuk menyatakan itu
adalah bahwa tidak ada materi yang dapat diciptakan, dihancurkan atau diubah selama reaksi
kimia, atom-atom yang ada di awal tetap harus ada setelah reaksi, tetapi mereka akan diatur
kembali menjadi zat baru. Inilah mengapa persamaan kimia yang menggambarkan reaksi kimia
harus seimbang: Sebagai contoh :

CaCO3  +  2 HCl  CaCl2  + CO2  + H2O  

Ca - 1 pada setiap sisi


C – 1 pada setiap sisi
O – 3 pada setiap sisi
H – 2 pada setiap sisi
Cl – 2 pada setiap sisi

Semua atom dicatat, persamaan kimia seimbang dan Hukum Kekekalan Massa dipatuhi.

Reaksi kimia juga diatur oleh Hukum Proporsi Pasti dan Ganda. Pada tahun 1806, seorang ahli
kimia Perancis, Joseph Proust juga mengusulkan Hukum Proporsi Pasti yang menyatakan bahwa:
"Suatu senyawa kimia harus selalu proporsi yang sama dari unsur massa." Hal ini juga dapat
dimasukkan sebagai rumusan zat yang mengatur, misalnya air selalu H2O dan bukan H3O atau
HO dan hidrogen peroksida adalah zat yang berbeda dengan rumus H2O2.

Hukum Proporsi Ganda diusulkan oleh ahli kimia Inggris John Dalton setelah tahun 1808. Ia
menyatakan bahwa: "Jika dua unsur membentuk lebih dari satu senyawa diantara mereka, maka
rasio dari massa senyawa kedua yang menggabungkan dengan massa tetap dari senyawa pertama
dengan rasio bilangan bulat kecil." Misalnya karbon dan oksigen berupa dua senyawa, karbon
monoksida, CO dan karbon dioksida CO2. Rasio seluruh angka kecil masing-masing 1:1 dan 1:02
. contoh air dan hidrogen peroksida, H2O dan H2O2 juga sebuah contoh dari hukum ini.

Ketiga hukum ini menyatakan bahwa rumus kimia diatur oleh alam dan tidak dapat diubah dan
bahwa persamaan kimia harus seimbang untuk memberikan gambaran yang akurat tentang
perubahan kimia.

pada pembakaran 12 gram suatu senyawa karbon diahasilkan 22 gram CO2 (Ar C =12 O=16). Kadar unsur
karbon dalam senyawa tersebut adalah 50%.

Pembahasan

Stoikiometri (Kadar Zat)

Dalam stoikiometri, pada perhitungan kimia konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan berbagai
macam satuan seperti persentase/kadar (%), part per million (ppm) , molaritas/konsentrasi (M),
molalitas/kemolalan (m) dan fraksi mol.

1. Persentasi Zat dalam Campuran

a. Persen massa (%)

Persen massa adalah massa suatu zat dibanding dengan massa seluruh campuran.

% massa = massa zat dalam campuran / massa seluruh campuran x 100%

b. Persen volume (%)

Persen volume adalah volume suatu zat dibanding dengan volume seluruh campuran

% volume = volume zat dalam campuran / volume seluruh campuran x 100%

2. Part per million (bagian per juta)


Part per million (bagian per juta) adalah banyaknya zat dalam campuran dalam setiap satu juta bagian
campuran

Dalam massa

ppm = massa zat dalam campuran / massa seluruh campuran x 1.000.000

Dalam volume

ppm = volume zat dalam campuran / volume seluruh campuran x 1.000.000

3. Molaritas (Konsentrasi)

Konsentrasi atau molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut dalam satu liter atau 1000 mL larutan.

M = \frac{n}{V}

Atau

M = \frac{a}{Mr} x \frac{1000}{mL}

Atau

M = \frac{10~x~\%~x~p}{Mr}

Dengan :

M = Kemolaran/molaritas larutan
v = volume larutan (liter)

n = jumlah mol zat terlarut

a = massa zat terlarut (gram)

p = massa jenis

4. Molalitas atau Kemolalan (m)

Molalitas/Kemolalan adalah banyaknya mol zat terlarut di dalam setiap 1 kg (1.000 gram) pelarut.

Molalitas dapat dirumuskan:

m = \frac{a}{Mr} x \frac{1000}{p}

dengan:

a = massa zat terlarut (gram)

p = massa zat pelarut (gram)

Mr = massa rumus zat terlarut

5. Fraksi mol

Fraksi mol menyatakan perbandingan mol zat terlarut atau zat pelarut dengan jumlah mol campuran
(terlarut dan pelarut).
Rumus :

Xt = \frac{nt}{nt+np}

atau

Xp = \frac{np}{nt+np}

Xt + Xp = 1

Dengan :

Xt = fraksi mol zat terlarut

Xp = fraksi mol zat pelarut

nt = mol zat terlarut

np = mol zat pelarut

Diket :

massa senyawa karbon = 12 gram

massa senyawa CO₂ = 22 gram

Ar C = 12

Ar O = 16
Ditanya :

kadar karbon dalam senyawa

Jawab :

Menentukan Mr CO₂

Mr CO₂ = 1. Ar C + 2. Ar O

Mr CO₂ = 1. 12 + 2. 16

Mr CO₂ = 12 + 32

\boxed{\boxed{\bold{Mr~CO_2~=~44}}}

Menentukan massa C dalam CO₂

massa C dalam CO₂ = \frac{jumlah~atom~C~x~Ar~C}{Mr~CO_2} x massa CO₂

massa C dalam CO₂ = \frac{1~x~12}{44} x 22 gram

massa C dalam CO₂ = \frac{12}{44} x 22 gram

massa C dalam CO₂ = \frac{12}{2}

\boxed{\boxed{\bold{massa~C~dalam~CO_2~=~6~gram}}}
Menentukan kadar C dalam senyawa

%C dalam senyawa = \frac{massa~karbon}{massa~senyawa} x 100%

%C dalam senyawa = \frac{6}{12} x 100%

%C dalam senyawa = 0,5 x 100%

\boxed{\boxed{\bold{Kadar~C~dalam~senyawa~=~50\%}}}

\boxed{\boxed{\bold{Kesimpulan}}}

Kadar unsur karbon dalam senyawa adalah 50%

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/7067422#readmore

Reaksi penguraian 3,2 × 10²¹ molekul H₂O menghasilkan hidrogen dan oksigen sesuai persamaan reaksi
berikut. H₂O ⇒ H₂ + O₂. Jumlah molekul oksigen (O₂) yang dihasilkan dari reaksi tersebut adalah 1,565 ×
10²¹ molekul.

Penyelesaian Soal :

Diketahui : Jumlah molekul H₂O = 3,2 × 10²¹ molekul


Ditanya : Jumlah molekul O₂ ?

Jawab :

reaksi : 2H₂O ⇒ 2H₂ + O₂

Hitung mol H₂O dengan cara :

n H₂O = Jumlah molekul / L

= 3,2 × 10²¹ / 6,02 × 10²³

= 0,53 × 10⁻² mol

= 5,3 × 10⁻³ mol

Hitung mol O₂ dengan cara :

n O₂ = Koefisien O₂ / Koefisien H₂O × n H₂O

= 1/2 × 5,3 × 10⁻³ mol

= 2,6 × 10⁻³ mol

hitung jumlah molekul O₂ dengan cara :

Jumlah molekul O₂ = n × L
= 2,6 × 10⁻³ mol × 6,02 × 10²³

= 15,65 × 10²⁰ molekul

= 1,565 × 10²¹ molekul

∴ Kesimpulan Jumlah molekul oksigen (O₂) yang dihasilkan dari reaksi tersebut adalah 1,565 × 10²¹
molekul.

Pembahasan :

Mol merupakan satuan untuk memudahkan menghitung jumlah partikel suatu zat. Partikel yang
jumlahnya milyaran disederhanakan dalam bentuk mol.

Konsep mol saling berkaitan dengan jumlah partikel, massa zat, volume gas dan molaritas larutan.
Secara umum, rumus hubungan elemen elemen tersebut adalah sebagai berikut :

Hubungan mol dengan massa

Sebelum membahas hubungan mol dengan massa, kalian harus ingat terlebih dahulu tentang Massa
Atom Relatif (Ar) dan Massa Molekul Relatif (Mr)

g = n × Mr

Keterangan : g = massa zat (gram)

n = mol zat (mol)

Mr = Massa molekul relatif (g/mol)


Hubungan mol dengan molaritas larutan

Molaritas (M) merupakan suatu konsentrasi atau kepekatan larutan.

M = n/V

Keterangan : M = Konsentrasi zat (M atau mol/L)

n = mol zat (mol)

V = Volume larutan (L)

Hubungan mol dengan Volume Gas

Gas pada keadaan standar :

volume gas (V) = mol × 22,4 L/mol

Gas pada keadaan non-standar :

PV = nRT

Untuk menghitung volume gas dengan gas lain pada suhu dan tekanan yang sama yaitu dengan rumus :

V₁/V₂ = n₁/n₂

Hubungan mol dengan jumlah partikel


Satu mol zat menyatakan banyaknya zat yang mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah
partikel dalam 12,0 gram isotop C-12.

Misalnya:

1 mol unsur K mengandung 6,02 × 10²³ atom K

1 mol senyawa urea mengandung 6,02 × 10²³ molekul urea.

1 mol senyawa ion HCl mengandung 6,02 × 10²³ ion H⁺ dan 6,02 × 10²³ ion Cl⁻.

seperti yang diketahui setiap 1 mol unsur maka didalamnya terkandung 6,02 × 10²³ atom dan 1 mol
senyawa didalamnya terkandung 6,02 × 10²³ molekul sehingga dapat kita simpulkan bahwa:

1 mol zat mengandung 6,02 × 10²³ partikel zat

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan Johan Loschmidt (1865), para ahli kimia menetapkan bahwa
satu mol zat mengandung partikel zat sebanyak yang dikandung oleh 12 gram atom karbon-12. Dari
ekperimen yang telah dilakukan diketahui bahwa dalam 12 gram atom C-12 terdapat 6,02 × 10²³ atom
karbon. Angka 6,02 × 10²³ dikemukakan oleh Johan Loschmidt, tetapi dalam keseharian terkenal sebagai
tetapan Avogadro dengan lambang L.

Tetapan Avogadro (L) = 6,02 × 10²³ partikel zat

Sehingga, jumlah partikel dapat dihitung dengan mengalikan mol dengan tetapan avogadro. Rumus
keterkaitan antara mol dengan jumlah partikel adalah sebagai berikut :

Jumlah partikel = mol × L (Bilangan Avogadro)

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/22744239#readmore

Anda mungkin juga menyukai