Anda di halaman 1dari 21

RINGKASAN MATERI

STOIKIOMETRI

Oleh:
Ni Kadek Dwi Febriantini
Ni Wayan Puspa Sawitri K.
Putu Putri Natih Devayanti
Ni Luh Putu Radharani Devi Dasi
Rey Abraham Saerang
Ni Luh Tiya Pertiwi

(13)
(20)
(21)
(22)
(24)
(31)

Disampaikan kepada:
I MADE SWECA
SMA NEGERI 4 DENPASAR
2016

BAB IV

A.

Hukum Dasar

Kimia

Dalam

kimia,

ilmu

stoikiometri

berarti adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan
dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia). Kata ini berasal dari bahasa Yunani
stoikheion (elemen) dan metri (ukuran). Sedangkan Hukum kimia adalah hukum alam yang
relevan dengan bidang kimia.
Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut:
1. Hukum Boyle (1662)
2. Hukum Lavoiser disebut juga Hukum Kekekalan Massa (1783)
3. Hukum Perbandingan Tetap (Proust 1799)
4. Hukum Gay Lussac (1802)
5. Hukum Boyle Gay Lussac (1802)
6. Hukum Dalton disebut juga Hukum Kelipatan Perbandingan (1803)
7. Hukum Avogadro (1811)
8. Hukum Gas Ideal (1834)

1. Hukum Boyle (1662)


Robert Boyle (25 Januari 1627 - 30 Desember 1691) adalah ahli fisika Inggris,
pengarang, Bapak Ilmu Kimia, penemu hukum Boyle, penemu pompa hampa udara, penemu
konsep atom, orang pertama di dunia yang membedakan unsur dari senyawa, asam dari alkali,
orang pertama di dunia yang menemukan pentingnya udara bagi pernafasan, pembakaran, dan
kehidupan, orang pertama di dunia yang menemukan bahwa suara tak dapat merambat di
dalam tabung hampa. Boyle menekankan pentingnya eksperimen yang cermat bagi
perkembangan ilmu. Ia membuat eksperimen dengan luas tentang proses pemanasan logam.
Ia menemukan gejala penguapan danpembekuan.
Boyle menemukan bahwa udara dapat dimanfaatkan dan dapat berkembang bila
dipanaskan. Akhirya ia menemukan hukum yang kemudian terkenal sebagai hukum Boyle:
bila suhu tetap, volume gas dalam ruangan tertutup berbanding terbalik dengan tekanannya
2

P1.V1 = P2.V2
Contoh

: 1 mol gas CO2 dengan volume 10 liter dan tekanan 1,5atm


1 mol gas H2 dengan volume 30 liter. Pada temperatur yang sama
dengan gas CO2, berapa tekanannya?

Jawab

:Diketahui

P1 = 1,5atm
V1 = 10 liter
V2 = 30 liter
Ditanya

P2?
Jawab

P1.V1= P2.V2
1,5 x 10 = P2 x30
P2 = 0,5 atm

2. Hukum Lavoiser atau Hukum Kekekalan Massa (1783)

Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier


adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan
meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut(dalam sistem tertutup
Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama (tetap/konstan). Pernyataan yang umum
digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk
tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu
sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama dengan massa produk. Hukum kekekalan
massa diformulasikan oleh Antonie Lavoisier pada tahun 1789. Oleh karena hasilnya ini, ia
sering disebut sebagai bapak kimia modern. Sebelumnya, Mikhail

Lomonosov (1748) juga telah mengajukan ide yang serupa dan


telah membuktikannya dalam eksperimen. Sebelumnya,
kekekalan massa sulit dimengerti karena adanya gaya buoyan
atmosfer bumi. Setelah gaya ini dapat dimengerti, hukum
kekekalan massa

menjadi kunci penting dalam merubah

alkemi menjadi kimia modern. Ketika ilmuwan memahami


bahwa senyawa tidak pernah hilang ketika diukur, mereka
mulai melakukan studi kuantitatif transformasi senyawa. Studi
ini membawa kepada ide bahwa semua proses dan transformasi
kimia berlangsung dalam jumlah massa tiap elementetap.
Antoine Lavoisier

Hukum kekekalan massa digunakan secara luas dalam bidang-bidang seperti kimia,
teknik kimia, mekanika, dan dinamika fluida. Berdasarkan ilmu relativitas spesial, kekekalan
massa adalah pernyataan dari kekekalan energi. Massa partikel yang tetap dalam suatu sistem
ekuivalen dengan energi momentum pusatnya. Pada beberapa peristiwa radiasi, dikatakan
bahwa terlihat adanya perubahan massa menjadi energi. Hal ini terjadi ketika suatu benda
berubah menjadi energi kinetik/energi potensial dan sebaliknya. Karena massa dan energi
berhubungan, dalam suatu sistem yang mendapat/mengeluarkan energi, massa dalam jumlah
yang sangat sedikit akan tercipta/hilang dari sistem. Namun demikian, dalam hampir seluruh
peristiwa yang melibatkan perubahan energi, hukum kekekalan massa dapat digunakan
karena massa yang berubah sangatlah sedikit.
Massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.
Contoh:
39 gram Kalium direaksikan dengan 36,5 gram HCl.
Berapakah zat hasil reaksi?
Bila BA K = 39; BA Cl = 35,5; BA H = 1
Jawab: 2 K +2HCl
Mol Kalium

2 KCl +H2
= 39 / 39
= 1 mol

3. Hukum Proust atau Hukum Perbandingan Tetap (1799)

Dalam kimia, hukum perbandingan tetap atau hukum Proust (diambil dari nama

kimiawan Perancis Joseph Proust) adalah hukum yang


menyatakan bahwa suatu senyawa kimia terdiri dari unsurunsur dengan perbandingan massa yang selalu tepat sama.
Dengan kata lain, setiap sampel suatu senyawa memiliki
komposisi unsur-unsur yang tetap. Misalnya, air terdiri dari
8/ massa oksigen dan 1/ massa hidrogen. Bersama dengan
9
9
hukum perbandingan berganda (hukum Dalton), hukum
perbandingan tetap adalah hukum dasar stoikiometri.
Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu

ust

persenyawaan kimia selalu tetap.

Perbandingan tetap pertama kali dikemukakan oleh Joseph Proust, setelah serangkaian
eksperimen di tahun 1797 dan 1804. Hal ini telah sering diamati sejak lama sebelum itu namun
Proust-lah yang mengumpulkan bukti-bukti dari hukum ini dan mengemukakannya Pada saat
Proust mengemukakan hukum ini, konsep yang jelas mengenai senyawa kimia belum ada
(misalnya bahwa air adalah H2O dsb.). Hukum ini
memberikan kontribusi pada konsep mengenai
bagaimana unsur-unsur membentuk senyawa.
Pada 1803 John Dalton mengemukakan sebuah
teori atom, yang berdasarkan pada hukum
perbandingan tetap dan hukum perbandingan
berganda, yang menjelaskan mengenai atom dan
bagaimana unsur membentuk senyawa.
Contoh

: Berapakah Ca: O dalam

senyawa CaO?
Jawab

: Ca : O

= BA Ca : BA O

John Dalton

= 40 : 16
=5:2
4. Hukum Gay Lussac atau Hukum Perbandingan Volume (1802)

Setelah lebih dari satu abad penemuan Boyle ilmuwan mulai tertarik pada hubungan
antara volume dan temperatur gas. Mungkin karena balon termal menjadi topik pembicaraan
di kota waktu itu. Kimiawan Perancis Jacques Alexandre Csar Charles (1746-1823),
5

seorang navigator balon yang terkenal pada waktu itu, mengenali bahwa, pada tekanan tetap,
volume gas akan meningkat bila temperaturnya dinaikkan. Hubungan ini disebut dengan
hukum Charles, walaupun datanya sebenarnya tidak kuantitatif. Gay-Lussac lah yang
kemudian memplotkan volume gas terhadap temperatur dan mendapatkan garis lurus.
Karena alasan ini hukum Charles sering dinamakan hukum Gay-Lussac. Baik hukum
Charles dan hukum Gay-Lussac kira-kira diikuti oleh semua gas selama tidak terjadi
pengembunan.

Pembahasan

menarik

dapat

dilakukan

dengan

hukum

Charles.

Dengan

mengekstrapolasikan plot volume gas terhadap temperatur, volumes menjadi nol pada
temperatur tertentu. Menarik bahwa temperatur saat volumenya menjadi nol sekitar -273C
(nilai tepatnya adalah -273.2 C) untuk semua gas. Ini mengindikasikan bahwa pada tekanan
tetap, dua garis lurus yang didapatkan dari pengeplotan volume V1 dan V2 dua gas 1 dan 2
terhadap temperatur akan berpotongan di V =0.

Fisikawan Inggris Lord Kelvin (William Thomson (1824-1907)) mengusulkan pada


temperatur ini temperatur molekul gas menjadi setara dengan molekul tanpa gerakan dan
dengan demikian volumenya menjadi dapat diabaikan dibandingkan dengan volumenya
pada temperatur kamar, dan ia mengusulkan skala temperatur baru, skala temperatur Kelvin,
yang didefinisikan dengan persamaan berikut.
273,2 + C = K
Kini temperatur Kelvin K disebut dengan temperature absolut, dan 0 oK disebut dengan
titik nol absolut. Dengan menggunakan skala temperatur absolut, hukum Charles dapat
diungkapkan dengan persamaan sederhana
V = bT (K)
*dengan b adalah konstanta yang tidak bergantung jenis gas.

Menurut Kelvin, temperatur adalah ukuran gerakan molekular. Dari sudut pandang
ini, nol absolut khususnya menarik karena pada temperatur ini, gerakan molekular gas akan
berhenti. Nol absolut tidak pernah dicapai dengan percobaan. Temperatur terendah yang
pernah dicapai adalah sekitar 0,000001 K.
Avogadro menyatakan bahwa gas-gas bervolume sama, pada temperatur dan tekanan
yang sama, akan mengandung jumlah molekul yang sama (hukum Avogadro). Hal ini sama
dengan menyatakan bahwa volume gas nyata apapun sangat kecil dibandingkan dengan
6

volume yang ditempatinya. Bila anggapan ini benar, volume gas sebanding dengan jumlah
molekul gas dalam ruang tersebut. Jadi, massa relatif, yakni massa molekul atau massa atom
gas, dengan mudah didapat.
Dalam suatu reaksi kimia gas yang diukur pada P dan T yang sama volumenya
berbanding lurus dengan koefisien reaksi atau mol, dan berbanding lurus sebagai
bilangan bulat dan sederhana.
Contoh

: Berat 1 liter suatu gas = 2 gram, 10 liter NO pada P danT yang


sama beratnya 7,5 gram.
Berapa berat molekul tersebut?

Jawab

: V1 / V2 = n1 / n2
n1 = 2 / x
Vxn
1 2
2

n1 =

2 /x =

1x0,25
10

X=

20

= 80

0,25
5. Hukum Boyle Gay Lussac (1802)

"Bagi suatu kuantitas dari suatu gas ideal (yakni kuantitas menurut beratnya) hasil kali dari
volume dan tekanannya dibagi dengan temperatur mutlaknya adalah konstan".
Untuk n1 = n2, maka P1.V1 / T1 = P2.V2 / T2
Contoh

: 1 mol gas N2 pada tekanan 2 atm pada volume 15literpada


temperatur 27oC. Berapakah volume gas pada tekanan 3
atm dengan temperature 30oC?

Penyelesaian

Diketahui

: V1 = 15 liter

T1 = (273 + 27) =300oK

P1 =2atm

T2 = (273 + 30) =303oK

P2 = 3 atm
Ditanya

: V2 =?

Jawab

: P1.V1 / T1 = P2.V2 /T2


2 x 15 / 300 = 3.V2 / 303
V2 = 10,1 liter

6. Hukum Dalton atau Hukum Perbandingan Berganda (1803)

Berdasarkan teori atom Dalton, kita dapat mendefinisikan atom sebagai unit terkecil
dari suatu unsur yang dapat melakukan penggabungan kimia. Dalton membayangkan suatu
atom yang sangat kecil dan tidak dapat dibagi lagi. Tetapi, serangkaian penyelidikan yang
dimulai pada tahun 1850-an dan dilanjutkan pada abad IXX (kesembilan belas) secara jelas
menunjukkan bahwa atom sesungguhnya memiliki struktur internal: yaitu atom tersusun atas
partikel-partikel yang lebih kecil lagi, yang disebut partikel subatom. Penelitian tersebut
mengarah pada penemuan tiga partikel subatom-elektron, proton, danneutron.
Jika dua unsur dapat membentuk satu atau lebih senyawa, maka perbandingan massa
dari unsur yang satu yang bersenyawa dengan jumlah unsur lain yang tertentu
massanya akan merupakan bilangan mudah dantetap.
Contoh: MnO : Mn2O7 (Mr Mn = 55, O = 16)
Berat O = 8 gram
55

Mn =55+16

x8 = 6,19 gram (dalam MnO)

55

Mn =55+32 x8 =5,05 gram (dalam MnO2)


2 55

Mn = (167)+ (255) =3,96 gram (dalam Mn2O7)

7. Hukum Avogadro (1811)


John Dalton

Hukum Avogadro adalah hukum gas yang diberi nama sesuai dengan ilmuwan Italia
Amedeo Avogadro, yang pada 1811 mengajukan hipotesis bahwa:
8

Gas-gas yang memiliki volum yang sama, pada temperatur


dan tekanan yang sama, memiliki jumlah partikel yang sama
pula.

Artinya, jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak
tergantung kepada ukuran atau massa dari molekul gas. Sebagai
contoh, 1 liter gas hidrogen dan nitrogen akan mengandung jumlah
molekul yang sama, selama suhu dan tekanannya sama.
Pada keadaan STP (0oC, 76 cmHg), 1 mol gas volumenya 22,4 liter
Contoh:

Berapakah volume gas 29 gram C4H10 padatemperaturdan


tekanan tetap, di mana 35 liter oksigen beratnya 40 gram
(Mr C4 H10 = 58; Ar O =16)

Jawab

:MolC4H10
MolO2
1

molC4H10

= 29 / 54 =0,5mol
= 40 / 32 = 1,25mol
= 0,5 / 1,25 x 35 = 14liter

8. Hukum Gas Ideal (1834)


Gas merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun wujud ini merupakan bagian tak
terpisahkan dari studi kimia, bab ini terutama hanya akan membahas hubungan antara
volume, temperatur dan tekanan baik dalam gas ideal maupun dalam gas nyata, dan teori
kinetik molekular gas, dan tidak secara langsung kimia. Bahasan utamanya terutama tentang
perubahan fisika, dan reaksi kimianya tidak didiskusikan. Namun, sifat fisik gas bergantung
pada struktur molekul gasnya dan sifat kimia gas juga bergantung pada strukturnya. Perilaku
gas yang ada sebagai molekul tunggal adalah contoh yang baik kebergantungan sifat
makroskopik pada struktur mikroskopik.
Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan sebagai berikut.
1.

Gas bersifat transparan.

2.

Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.

3.

Gas dalam ruang akan memberikan tekanan kedinding.

4.

Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak diwadahi, volume
gas akan menjadi tak hingga besarnya, dan tekanannya akan menjadi tak hingga
kecilnya.

5.

Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekananluar.
9

6.

Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.

7.

Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas akan
mengembang.

8.

Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan mengkerut.


Dari berbagai sifat di atas, yang paling penting adalah tekanan gas. Misalkan suatu

cairan memenuhi wadah. Bila cairan didinginkan dan volumenya berkurang, cairan itu tidak
akan memenuhi wadah lagi. Namun, gas selalu akan memenuhi ruang tidak peduli berapapun
suhunya. Yang akan berubah adalah tekanannya.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan gas adalah manometer. Prototipe alat
pengukur tekanan atmosfer, barometer, diciptakan oleh Torricelli. Tekanan didefinisikan gaya
per satuan luas, jadi tekanan = gaya/luas.
Dalam SI, satuan gaya adalah Newton (N), satuan luas m2, dan satuan tekanan adalah
Pascal (Pa). 1 atm kira-kira sama dengan tekanan 1013 hPa.
1 atm = 1,01325 x 105 Pa = 1013,25 hPa
Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira 1/760 dari 1 atm, sering digunakan
untuk mengukur perubahan tekanan dalam reaksi kimia.
Fakta bahwa volume gas berubah bila tekanannya berubah telah diamati sejak abad
XVII oleh Torricelli dan filsuf/saintis Perancis Blase Pascal (1623-1662). Boyle mengamati
bahwa dengan mengenakan tekanan dengan sejumlah volume tertentu merkuri, volume gas,
yang terjebak dalam tabung gelas yang tertutup di salah satu ujungnya, akan berkurang.
Dalam percobaan ini, volume gas diukur pada tekanan lebih besar dari 1atm.
Boyle membuat pompa vakum menggunakan teknik tercangih yang ada waktu itu, dan ia
mengamati bahwa gas pada tekanan di bawah 1 atm akan mengembang. Setelah ia melakukan
banyak percobaan, Boyle mengusulkan persamaan untuk menggambarkan hubungan antara
volume V dan tekanan P gas. Hubungan ini disebut dengan hukum Boyle.
PV = k (suatu tetapan)

Tiga hukum Gas


Hukum Boyle:

V = a/P (pada T,n tetap)

Hukum Charles:

V = b.T (pada P,n tetap)

Hukum Avogadro:

V = c.n (pada T, P tetap)

Jadi, V sebanding dengan T dan n, dan berbanding terbalik pada P. Hubungan ini dapat
10

digabungkan menjadi satu persamaan:


V = RTn/P (6.4)
atau
PV = nRT (6.5)
R adalah tetapan baru. Persamaan di atas disebut dengan persamaan keadaan gas ideal
atau lebih sederhana persamaan gas ideal.

Nilai R bila n = 1 disebut dengan konstanta gas, yang merupakan satu dari konstanta
fundamental fisika. Nilai R beragam bergantung pada satuan yang digunakan. Dalam sistem
metrik, R = 8,2056 x102 dm3 atm mol-1 K-1. Kini, nilai R = 8,3145 J mol-1 K-1 lebih
sering digunakan.
PV = n.R.T

Keterangan:
V=Volume
P = Tekanan
n = mol
R = Konstanta (0,082)
T = Temperatur

Contoh:
Hitung volume 1 mol gas pada keadaan standar
(0oC pada tekanan 1 atm = 273oK).
Jawab

:PV

= n. RT

1 x V = 1 x 0,082 x 273
V = 22,4

B.

Perhitungan Kimia
Dalam ilmu fisika, dikenal satuan mol untuk besaran jumlah zat. Dalam bab ini, akan
11

dibahas mengenai konsep mol yang mendasari perhitungan kimia (stoikiometri).


1.

Konsep Mol

a.

Massa Atom Relatif


Para ahli mengatakan isotope karbon C-12 sebagai standar dengan massa atom relatif

sebesar 12. Massa atom relatif menyatakan perbandingan massa rata-rata satu atom suatu unsur
1

terhadap 12 massa atom C-12. Perbandingan massa ini dapat dituliskan sebagai berikut.
1 satuan massa atom (amu) = massa 1 atom C-12
Contoh :
Massa atom rata-rata oksigen, 1,33 kali lebih besar dari pada massa atom karbon -12. Maka :
Ar O = 1,33 x Ar C 12 = 1,33 x 12 = 15,96
Para ahli menggunakan skala massa atom relatif dengan lambang Ar untuk membandingkan
massa atom yang berbeda-beda.
Para ahli memutuskan untuk menggunakan C-12 atau isotop

12

C karena mempunyai

kestabilan inti yang inert disbanding atom lainnya. Isotope atom C-12 mempunyai massa atom
sebesar 12 sma. Satu sma sama dengan 1,6605655 x 10-24 g. dengan digunakannya isotope 12C
sebagai standar, maka massa atom unsur yang lain dapat ditentukan. Bagaimanakah cara
menentukan massa atom relatif suatu unsur? Massa atom relatif suatu unsur (Ar) adalah
1

bilangan yang menyatakan perbandingan massa satu atom unsur tersebut dengan 12 massa satu
atom C-12. Rumus penentuan massa atom relatif suatu unsur dapat dituliskan sebagai berikut.
ArX =


1
12
12

Harga massa atom relatif beberapa unsur ditampilkan dalam Tabel 4.5 berikut.
Unsur

Massa (amu)

Unsur

Massa (amu)

1,00783

12

12,0000

2,01410

13

13,0035

3,01605

14

14,00324

He

4,00260

16

16,01470

He

6,01889

14

14,00307

Li

6,01512

15

15,0001

Li

7,01600

16

15,9949

Be

7,01693

24

24,3120

C
C
C
C
C
C
C
C

Besarnya harga Ar juga ditentukan oleh harga rata-rata isotope tersebut. Sebagai contoh,
di alam terdapat 35Cl dan 37Cl dengan perbandingan 75% dan 25% maka Ar Cl dapat dihitung
12

dengan cara Ar Cl = (75% x 35) + (25% x 37) = 35,5.


b.

Massa Molekul Relatif

Molekul merupakan gabungan dari beberapa unsur dengan perbandingan tertentu. Unsur
unsur yang sama bergabung membentuk molekul unsur, sedangkan unsur unsur yang berbeda
membentuk molekul senyawa. Massa molekul unsur atau senyawa dinyatakan oleh massa
molekul relatif (Mr). Bagaimanakah cara menentukan massa molekul relatif suatu senyawa?
Massa molekul relatif adalah perbandingan massa molekul unsur atau senyawa terhadap

1
12

massa atom C-12.


Secara matematis dapat dinyatakan :
Mr (molekul unsur) =


1
12
12

Mr (molekul senyawa) =


1
12
12

Masssa molekul dapat dihitung dengan menjumlahkan Ar dari atom-atom pembentuk molekul
tersebut.
Mr = Ar atom penyusun
Dalam hubungan dengan mol, Mr atau Ar dinyatakan dengan satuan g/mol atau disebut
juga massa molar. Artinya, massa suatu zat dalam 1 mol zat (n) secara matematis dinyatakan
sebagi berikut.
Massa = n x Mr atau Ar
Keterangan :
n

= mol

Mr atau Ar

= massa molekul relatif atau massa atom relatif

c.

Pengertian Mol
Apabila Anda mereaksikan satu atom karbon (C) dengan satu molekul oksigen (O2),

akan terbentuk satu molekul CO2. Sebenarnya yang Anda reaksikan bukan satu atom karbon
dengan satu molekul oksigen, melainkan sejumlah besar atom karbon dan sejumlah besar
molekul oksigen. Oleh karena jumlah atom atau jumlah molekul yang bereaksi sangat bereaksi
sangat besar, maka untuk menyatakan para ahli kimia menggunakan mol sebagai satuan
jumlah partikel (molekul, atom, atau ion).
Satu mol didefinisikan sebagai banyaknya zat yang memiliki jumlah partikel sama
dengan jumlah partikel yang terdapat dalam 12,000 g atom karbon -12. Jadi, dalam satu mol
suatu zat terdapat 6,022 x 1023 partikel. Nilai 6,022 x 1023 partikel per mol disebut sebagai
tatapan Avogadro, dengan lambang L atau N.
Dalam kehidupan sehari hari, mol dapat Anda analogikan sebagai lusin. Jika satu
13

lusin menyatakan jumlah 12 buah, satu mol menyatakan jumlah 6,022 x 1023 partikel zat. Kata
partikel pada senyawa KCl, NH3, dan N2 dapat dinyatakan dengan ion dan molekul, sedangkan
pada unsur seperti Zn, Cu, dan Al dapat dinyatakan dengan atom. Perhatikan Tabel 4.6 berikut!
Tabel 4.6 jumlah Partikel dalam Beberapa Zat
Zat

Rumus

Jumlah

Jenis Partikel

Jumlah Partikel

Tembaga

Cu

1 mol

Atom

1x(6,022x1023) atom

Kalium klorida

KCl

1 mol

Ion

1x(6,022x1023) molekul =
2 x 1 x (6,022x1023), ion

Amonia

NH3

1 mol

Molekul

1x(6,022x1023) molekul

Rumus kimia suatu senyawa menunjukkan perbandingan jumlah atom yang ada dalam senyawa
tersebut.
Tabel 4.7 Perbandingan Atom-Atom dalam Senyawa H3PO4
1 Molekul

Jumlah Atom

Jumlah Mol

Jumlah Partikel

Jumlah atom H

3 x (6,022 x 1023)

Jumlah atom P

1 x (6,022 x 1023)

Jumlah atom O

4 x (6,022 x 1023)

H3PO4

1 mol zat mengandung 6,022 x 1023 partikel


Berdasarkan contoh di atas; dapat disimpulkan mengenai hubungan jumlah mol (n) dengan
jumlah partikel yang secara matematis dapat dinyatakan sebagai :
Jumlah partiekl : n x L
Keterangan :
N = jumlah mol
L = bilangan Avogadro
d. Volume Molar (Vm)
Volume Molar menyatakan volume satu mol zat dalam wujud gas. Berapakah besar
volume molar dalam satu mol zat gas? Bagaimana cara menghitung volume sejumlah
tertentu gas pada suhu dan tekanan tertentu?
Avogadro dalam percobaannya mendapat kesimpulan bahwa 1 L gas oksigen pada
tekanan 1 atm mempunyai massa 1,4286 g atau dapat dinyatakan bahwa pada tekanan 1
atm :
14286
1 L gas O2 =

32

14

1 L Gas O2 = 22,4 mol


1 mol gas O2 = 22,4 L
Berdasarkan = hukum Avogadro dapat disimpulkan :
1 mol gas O2=22,4 L

Sesuai dengan hukum Avogadro yang menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang
sama, volume gas yang sama mengandung jumlah molekul yang sama atau bahkan mol
dari tiap-tiap gas volumenya sama, maka berlaku volume 1 mol setiap gas dalam keadaan
standar (STP):
Volume gas dalam keadaan standar = 22,4 L

STP (Standard Temperature and Pressure) adalah suatu keadaan dengan suhu 0o C dan
tekanan 1 atm. Pada keadaan STP, volume molar gas (Vm) = 22,4 liter/mol. Perumusan
volume sebagai berikut.
V = n mol x 22,4 L/mol

Keterangan:
V = volume gas
N = jumlah volume gas
Sementara itu, RTP (Room Temperature and Pressure) adalah suatu keadaan dengan
suhu 25oC dan tekanan 1 atm. Pada keadaan RTP, volume molar gas (Vm) = 24
liter/mol. Perumusan volume sebagai berikut.

V = n mol x 24 L/mol

Keterangan:
V = volume gas
N = jumlah volume gas

e. Volume Gas pada Keadaan Tidak Standar


15

Perhitungan volume gas tidak dalam keadaan standar (non-STP) digunakan dua
pendekatan berikut.
1) Persamaan Gas Ideal
Diumpamakan gas yang akan diukur bersifat ideal. Persamaan yang
menghubungkan jumlah mol (n) gas, tekanan, suhu, dan volume, yaitu:
Hukum Gas Ideal : P . V = n . R. T

Keterangan:
P = tekanan (atm)
V = volume gas
N = jumlah volume gas
R = tetapan gas (0,08205 L atm/mol K)
T = suhu mutlak (oC + 273 K)
P.V=n.R.T

V=

..

Jika, n = 1 mol
R = 0,08205 L . atm/mol . K
P = 1 atm
T = 273 K
V=

1 0,08205 .

273
.

= 22,4 L

2) Dengan Konversi Gas pada Suhu dan Tekanan yang Sama


Menurut hukum Avogadro, perbandingan gas-gas yang jumlah molnya sama
memiliki volume sama. Secara matematis dapat dinyatakan:
1 1
=
2 2

Keterangan:
V1 = volume gas 1
V2 = volume gas 2
n1 = jumlah volume gas
16

n2 = mol gas 2
f. Molaritas
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 L larutan. Secara
matematis dinyatakan.
=

1.000
x

Keterangan:
M = Molaritas (M)
Mr = massa molekul relatif (g/mol)
V = volume (ml)
g = massa (g)

1. Kadar Zat
Merupakan banyaknya kompenen zat tersebut dalam campurannya. Diungkapkan dalam
bentuk persen massa ( % massa ), persen volume ( % volume ) dan bagian per juta ( bpj ).
a. Persen Massa ( % Massa )
Menyatakan banyaknya zat terlarut dalam 100 gram larutan. Satuan ini digunakan
apabila zat terlarut berupa padatan.
% =

x 100%

b. Persen Volume ( % Volume )


Menyatakan besaranya volume zat terlarut yang terdapat dalam 100ml larutan.
% =

x 100%

c. Bagian Per Juta ( Bpj )


Menyatakan banyaknya bagian massa suatu kompenen dalam sejuta bagian massa
campuran atau banyaknya bagian volume suatu komponen dalam sejuta bagian volume
campuran.
=

x 106

17

d. Kadar Unsur dalam Suatu Senyawa atau Campuran.


Merupakan perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa.


=

Sementara itu, perbandingan massa unsur dengan senyawanya dirumuskan sebagai


berikut :


=

Presentase unsur dalam senyawa merupakan presentase massa unsur tersebut dalam
senyawa.
% =



100% =
100%

2. Penentuan Rumus Empiris dan Rumus Molekul.


Rumus Empiris adalah rumus yang menyatakan perbandingan terkecil unsur-unsur yang
menyusun suatu senyawa. Sementara rumus molekul adalah rumus yang menyatakan
jumlah unsur-unsur yang menyusun satu molekul senyawa.
Pada umumnya rumus molekul suatu senyawa merupakan kelipatan rumus empirisnya.
= ( )
= ( )

Penentuan rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa dapat ditempuh dengan
langkah-langkah berikut.
a. Mencari massa ( presentase ) tiap unsur penyusun senyawa
b. Mengubah ke satuan mol
c. Perbandingan mol tiap unsur merupakan rumus empiris
d. Mencari rumus molekul dengan cara berikut
( Mr rumus molekul, n dapat dihitung )
e. Mengalikan n yang diperoleh dari hitungan dengan rumus empiris sehingga diperoleh
rumus molekul.
3. Hidrat ( Air Kristal )
18

Merupakan senyawa kristal padat yang mengikat beberapa molekul air sebagai bagian dari
struktur kristalnya.
= 20

Beberapa senyawa berhidrat atau berair Kristal dapat dilihat dalam tabel berikut
Nama Senyawa

Jumlah

Molekul

Air Rumus Kimia

Kristal
Kalsium sulfat dihidrat

CaSO4 . 2H2O

Asam oksalat dihidrat

H2C2O4 . 2H2O

Tembaga

II

sulfat 5

CuSO4 . 5H2O

pentahidrat
Natrium sulfat pentahidrat

Na2SO4 . 5H2O

Magnesium sulfat heptahidrat 7

MgSO4 . 7H2O

Natrium karbonat dekahidrat

Na2CO3 . 10H2O

10

4. Perhitungan Kimia
Penentuan jumlah pereaksi dan hasil reaksi yang terlibat dalam reaksi harus diperhitungkan
dalam satuan mol. Artinya satuan-satuan yang diketahui harus diubah ke dalam bentuk mol.
Metode ini disebut metode pendekatan mol.
Langkah-langkah pendekatan mol tersebut dapat dilihat dalam bagan berikut.

Tuliskan persamaan reaksi dari soal yang ditanyakan, kemudian setarakan

Ubahlah semua satuan yang diketahui dari tiap-tiap zat ke dalam mol.

Gunakanlah koefisien reaksi untuk menyeimbangkan banyaknya mol zat reaktan


dan produk.

19

Ubahlah satuan zat yang ditanyakan ( mol ) ke dalam satuan yang ditanya ( L atau g
atau partikel, dan sebagainya )

5. Pereaksi Pembatas
Dalam suatu reaksi kimia, perbandingan mol zat-zat pereaksi yang dicampurkan tidak
selalu sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini berarti bahwa ada zat
pereaksi yang akan habis bereaksi lebih dahulu.

Reaksi tersebut memperlihatkan bahwa menurut koefisien reaksi, satu mol zat X
membutuhkan dua mol zat Y. Gambar diatas menunjukkan bahwa tiga molekul zat X
direaksikan dengan empat molekul zat Y. setelah reaksi berlangsung, banyaknya molekul
zat X yang beraksi hanya dua molekul dan satu molekul tersisa. Sementara itu, empat
molekul zat Y habis bereaksi maka zat Y ini disebut pereaksi pembatas.
Dalam hitungan kimia, pereaksi pembatas dapat ditentukan dengan cara membagi semua mol
reaktan dengan koefisiennya, lalu pereaksi yang mempunyai nilai hasil bagi terkecil,
merupakan pereaksi pembatas

20

21

Anda mungkin juga menyukai