Politik
Secara historis, hubungan sosial-budaya Indonesia dengan negara-negara Timur Tengah,
termasuk Yordania, sudah terjalin sejak lama. Hubungan diplomatik kedua negara dimulai
pada tahun 1950, sedangkan KBRI di Amman dibuka sejak tahun 1985 dan Yordania
membuka kedutaannya di Jakarta pada November 1986.
Hubungan Indonesia-Yordania berkembang dengan baik dan tidak ada ganjalan bagi kedua
negara dalam meningkatkan hubungan persahabatan. Puncak hubungan persahabatan kedua
negara ditandai dengan kunjungan kenegaraan Raja Hussein dan Ratu Noor ke Indonesia, 1-6
April 1986, dan kunjungan kenegaraan balasan Presiden Soeharto ke Yordania, 11-14
November 1996 yang mendapat sambutan hangat dari rakyat Yordania. Selanjutnya, Raja
Abdullah II dan Ratu Rania juga telah melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia, 12-13
Oktober 2005, yang dibalas dengan kunjungan kenegaraan pula oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono ke Yordania, 2–3 Mei 2006.
Dalam periode tahun 2015-2016, Raja Abdullah II berkunjung kembali ke Indonesia secara
berturut-turut, yaitu: kunjungan kerja bilateral pada tanggal 25–26 Februari 2014, dan
kunjungan kerja pada tanggal 21-22 April 2015 dalam rangka menghadiri Peringatan ke-60
Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 dan Peringatan ke-10 lahirnya Kemitraan Strategis
Asia-Afrika (NAASP) di Jakarta. Ratu Rania juga telah berkunjung ke Indonesia dalam
rangka menghadiri the 4th Meeting of the High Level Panel of Eminent Persons on the Post-
2015 Development Agenda di Bali, 26–27 Maret 2013. Disamping itu, pada tanggal 6-7
Maret 2016, Pangeran Hasan bin Talal telah menghadiri KTT Luar Biasa Ke-5 OKI
mengenai Palestina dan Al-Quds Al-Sharif OKI di Jakarta.
Ekonomi
Hubungan ekonomi bilateral antara kedua negara selama ini dilandasi oleh Perjanjian Kerja
Sama Ekonomi dan Perdagangan yang ditandatangani pada tanggal 3 April 1986.
Berdasarkan perjanjian tersebut telah dibentuk Komisi Bersama sebagai forum resmi untuk
membahas upaya peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara.
Walaupun Yordania bukan merupakan negara tujuan akhir untuk produk ekspor dari
Indonesia, mengingat jumlah penduduknya yang berjumlah sekitar 9,5 juta jiwa, namun
karena letaknya yang strategis di kawasan Timur Tengah dan kedekatan hubungan
bilateralnya dengan AS dan UE, Yordania merupakan gerbang produk ekspor Indonesia
untuk ke pasar Irak, Suriah, Palestina, Mesir, AS, dan Uni Eropa.
Sosial Budaya
Dalam bidang sosial dan budaya, kedua negara memiliki kerja sama yang dipayungi oleh
Perjanjian Kerja Sama Bidang Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan yang ditandatangani oleh
kedua Pemerintah di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1989. Perjanjian tersebut meliputi kerja
sama di bidang-bidang kebudayaan, pendidikan, penerangan, kesehatan, kesenian, ilmu
pengetahuan, kepemudaan dan keolahragaan.
Kedua negara juga memiliki perjanjian di bidang kegiatan Keislaman yang ditandatangani
oleh kedua Menteri Agama di Jakarta pada tanggal 5 Oktober 1989, yang meliputi kerja sama
di bidang pembinaan wakaf, warisan Islam, kebudayaan Islam dan urusan haji. Selain itu,
kedua negara juga memiliki kerja sama di bidang kesehatan antara Kementerian Kesehatan
yang ditandatangani di Jakarta pada tanggal 18 Januari 2006, antara lain meliputi bidang
kesehatan masyarakat, pengendalian penyakit, manajemen kesehatan, dan kesehatan
lingkungan.
Pada tanggal 15 Januari 2016, KBRI Amman bekerjasama dengan Greater Amman
Municipality (GAM) / Pemerintah Kota Amman telah menyelenggarakan kegiatan
penanaman pohon perdamaian atas nama Presiden RI pertama, Bapak Ir. Soekarno di Peace
Garden, King Hussein Park.
Saat ini di Yordania terdapat tiga Taman Indonesia yang terletak di King Hussein Park,
Amman dan Philadelphia University, Jerash dan Kota Salt. Pendirian Taman Indonesia
adalah salah satu upaya KBRI Amman dalam mempromosikan Indonesia yang hijau
sekaligus menghijaukan Yordania.
Konsuler
Pemerintah Indonesia menetapkan semua pemegang paspor Yordania untuk memiliki visa
dari Perwakilan RI di luar negeri sebelum melakukan kunjungan ke Indonesia. Namun
demikian, Pemerintah Yordania menerapkan visa kunjungan saat kedatangan (visa on
arrival/VOA) kepada semua pemegang paspor RI jenis apapun, selain visa yang diperoleh
melalui Perwakilan Yordania di luar negeri. Khusus VOA, Pemerintah Yordania menetapkan
tarif visa tertentu kepada pemegang paspor RI jenis apapun (termasuk paspor dinas RI),
kecuali bagi pemegang paspor diplomatik RI yang digratiskan.
Perlindungan WNI & BHI
Jumlah WNI di Yordania pada awal terjalinnya hubungan diplomatik antara kedua negara di
tahun 1986 terbilang sangat sedikit. Namun sejak tahun 2000, diketahui mulai adanya
gelombang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang memasuki pasar Yordania, dan jumlahnya
semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2001 Pemerintah Indonesia dan Yordania menandatangani MoU mengenai
Penempatan Tenaga Kerja. Mengingat bahwa mayoritas TKI tersebut bekerja di sektor
domestik (sebagai penata laksana rumah tangga/PLRT), MoU tersebut kemudian
disempurnakan dan direvisi menjadi Nota Kesepahaman tentang Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia Penata Laksana Rumah Tangga (TKI-PLRT) yang ditandatangani pada tanggal 27
Juni 2009 di Bali.
Implementasi dari MoU tersebut yang sangat lemah sehingga banyak permasalahan yang
berkaitan dengan tenaga kerja, baik sejak masa pembekalan dan keberangkatannya dari
Indonesia maupun masa penempatan dan keberadaan mereka di Yordania. Untuk itu pada
tanggal 29 Juli 2010 Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan moratorium pengiriman
TKI-PLRT ke Yordania.