Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Indonesia dengan Korea Utara

Hubungan Indonesia–Korea Utara mengacu pada hubungan bilateral Indonesia dan Korea


Utara. Indonesia adalah satu dari sedikit negara di dunia yang masih membina hubungan baik
dengan Korea Utara, walaupun Korea Utara dikenai sanksi dan isolasi internasional
akibat pelanggaran HAM dan program rudal nuklirnya.
Kedua negara sudah berhubungan sejak masa pemerintahan Soekarno dan Kim Il-sung pada
tahun 1960-an. Indonesia memiliki kedutaan besar di Pyongyang, sedangkan Korea Utara
memiliki kedutaan besar di Jakarta. Keduanya adalah anggota Gerakan Non-Blok.
Menurut BBC World Service Poll tahun 2013, 42% penduduk Indonesia memandang Korea
Utara secara positif, sementara 22% lainnya memiliki pandangan negatif. Persentase opini
baik Indonesia terhadap Korea Utara adalah yang kedua tertinggi di dunia setelah Ghana.[1]

Hubungan masa kini


Meski kaku dan tergerus, Indonesia masih memiliki hubungan dengan Korea Utara.
Walaupun agak bermasalah karena pelanggaran hak asasi manusia serta ambisi rudal dan
nuklirnya yang telah mengancam Korea Selatan dan Jepang, Korea Utara memiliki hubungan
politik yang erat, kepentingan ekonomi, dan kerja sama strategis dengan Indonesia.
[5]
 Indonesia masih berhubungan dengan Korea Utara karena negara ini mengutamakan dialog
dan menganggap Korea Utara tidak perlu diisolasi. Indonesia mendorong Korea Utara untuk
membuka diri dan melakukan hal yang benar, seperti yang dilakukan Indonesia
kepada Myanmar.[6]
Pemerintah Korea Utara saat ini mengoperasikan restoran Pyongyang di Jakarta. Restoran ini
menyajikan masakan Korea Utara dan pengalaman makan yang otentik. Restoran Pyongyang
berusaha mempromosikan Korea Utara sekaligus menjadi sumber devisa asing bagi
pemerintah Korea Utara.

Hubungan kerjasama negara indonesia dengan vietnam

Hubungan Bilateral Indonesia dengan Vietnam


Kedua negara bail: Indonesia dan Vietnam telah menjalin kembali hubungan yang pernah
hubungan Indonesia dan Vietnam saat ini telah menjadi sarana untuk membina saling
pengertian dan memperkuat kerjasama antara kedua Negara, yang di laksanakan dalam :

Hubungan di bidang Politik


Pertama kali dibuka hubungan politik Indonesia-Vietnam dibuka pada tingkat konsulat pada
tanggal 30 Desember 1955. Pada tanggal 10 Agustus 1965 hubungan Indonesia-Vietnam
ditingkatkan menjadi Kedutaan Besar, namun setelah peristiwa G-30 S / PKI, Vietnam
menarik Duta Besarnya di Jakarta yang kemudian ciiikuti oleh Indonesia menarik Dula
Besarnya di Hanoi dan pada Tahun 1973 kedua negara menempatkan kembali Duta Besamya
masing-masing di Jakarta dan Hanoi. Indonesia telah tnembuka kembali perwakilan pada
tingkat Konsulat Jenderal pada bulan Mei 1993 di Ho Chi Minh City dengan persetujuan
Pemerintah Vietnam guna meningkatkan hubungan bilateral RI – Vietnam.[23]
Hubungan baik di bidang politik secara kongkrit antara lain tercermin dalam hal-hal sebagai
berikut :[24]
1. Penghargaan oleh Vietnam terhadap bantuan beras Indonesia pada tahun 1986,
sewaktu Vietnam mengalami kekurangan pangan.
2. Dukungan Vietnam terhadap terpilihnya Indonesia sebagai Ketua NonBlok.
3. Bantuan Indonesia didalam usaha penanganan program keluarga berencana, saran
kebijaksanaan dalam bidang perminyakan, investasi, perbankan dan transpor.
4. Dukungan Indonesia terhadap keinginan Vietnam untuk menandatangani ASEAN
Treaty of Amity and Cooperation.
5. Bantuan-bantuan Indonesia lainnya kepada Vietnam berupa training dan
pengembangan sumber daya manusia.
6. Berbagai kunjungan para pimpinan dan pejabat tinggi kedua negara yang mencapai
puncaknya dengan kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto ke Vietnam pada bulan
November 1990 yang dinilai oleh pihak Vietnam sebagi kunjungan bersejarah
pertama tokoh non-sosialis ke Hanoi sejak tahun 1975.
7. Kunjungan terpenting yang dilakukan Vietnam adalah kunjungan PM Vietnam yang
baru, Vo Van Kiet ke Indonesia pada tanggal 24 – 27 Oktober 1991.

Hubungan di bidang Ilmu Pengetahuan dalam Teknologi


Senin 26 Februari 2006, Menteri Negara Ristek Kusmayanto Kadiman didampingi Deputi
Bidang Program RIPTEK menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Vietnam HE Mr.
NGUYEN Hoang An dan Delegasi Partai Komunis Vietnam (PKV) yang dipimpin oleh Dr.
Phan Tung Mau sebagai Wakil Direktur Departemen Ilmu Pengetahuan Alam, Teknologi dan
Lingkungan, Komisi Pusat Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan serta 4 anggota. Kunjungan
bertujuan untuk mempelajari kebijakan dan peranan Indonesia tentang masalah umum di
bidang pengetahuan ilmu pegetahuan dan teknologi serta pemasaran iptek di Indonesia, baik
pada lembaga pemerintah, swasta, universitas maupun LSM.

Hubungan Bilateral Indonesia Dengan Yaman


Sidang ke-1  Komisi Bersama Indonesia – Yaman, Yogyakarta 8-10 Agustus 2005
Pada Pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi (Senior Official Meeting-SOM) antara kedua negara,
dilaksanakan pada tanggal 8-9 Agustus 2005. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur
Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Dep. Luar Negeri RI dan Delegasi Yaman dipimpin oleh
Wakil Menteri Kerjasama Internasional, Kementrian Perencanaan dan Kerjasama
Internasional Republik Yaman. Delegasi dari Departemen Pertanian diwakili oleh Sekretaris
Jenderal Dep. Pertanian dan Kepala Bagian Bilateral, Biro KLN.
Di Pertemuan Tingkat SOM tersebut dibahas isu-isu untuk mempromosikan hubungan
bilateral di bidang ekonomi antara lain Perdagangan; Investasi; Industri; Perminyakan; Bank
Sentral dan Kelautan dan Perikanan.
Sedangkan untuk bidang sosial, kebudayaan dan IPTEK antara lain : Komunikasi;
Pendidikan; Agama; Tenaga Kerja; Budaya dan Pariwisata; Transportasi Udara; Transportasi
Darat; Transportasi Laut; Karsipan; Lingkungan Hidup; Pemberdayaan Perempuan dan
Pelatihan Kejuruan.
Dalam Sidang Komisi Bersama ke-1 Tingkat Menteri yang berlangsung pada tanggal 10
Agustus 2005, Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Luar Negeri RI dan Delegasi
Yaman dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Yaman.
Pada pertemuan tersebut di tandatangani enam nota kesepakatan yaitu di bidang Kesehatan;
Kerjasama mengenai HAM; Kerjasama Promosi Perdagangan antara BPEN dengan YESC
(Yemen Export Supreme Council); Kerjasama di Bidang Pertanian; Kerjasama Zona Bebas
(Free Zone) antara Otorita Batam dengan Aden Free Zone serta kerjasama antar Kantor
Berita (ANTARA-SABA).
Memorandum of Understanding on Agricultural Cooperation antara Indonesia dan Yaman
ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal Dep. Pertanian RI dan Deputy Minister for
International Cooperation, Ministry of Planning and International Cooperation. Kerjasama ini
mencakup bidang Hortikultura, Tanaman Pangan, Peternakan, Agribisnis, Agro-industry dan
lainnya.

Hubungan Indonesia dengan Israel


Hubungan Indonesia–Israel mengacu pada hubungan bilateral dulu dan
kini antara Israel dan Indonesia. Kedua negara ini tidak punya hubungan diplomatik resmi, [1]
[2][3]
 tetapi memiliki hubungan dagang, pariwisata, dan keamanan. Pada tahun 2012, Indonesia
sepakat menaikkan status hubungannya dengan Israel dan membuka konsulat di Ramallah
yang dipimpin seorang diplomat sederajat duta besar. Diplomat tersebut juga bertugas secara
tidak resmi sebagai perwakilan Indonesia saat membina hubungan dengan Israel. [4] Namun,
karena permasalahan politik di kedua belah pihak, perjanjian ini tidak pernah terwujud dan
sampai sekarang tidak ada perwakilan Indonesia di Israel atau Otoritas Palestina.
Perjanjian
Tahun 2008, Indonesia menyepakati perjanjian kerja sama medis dengan layanan kesehatan
darurat Israel senilai US$200.000.[1]
Tahun 2012, Indonesia sepakat meningkatkan hubungannya dengan Israel dan membuka
konsulat di Ramallah yang dipimpin oleh diplomat setara duta besar. Diplomat ini secara
tidak resmi juga bertugas sebagai duta besar Indonesia untuk Israel. Keputusan yang disetujui
setelah negosiasi lima tahun ini menjadi bukti pulihnya hubungan antara Israel dan negara
mayoritas Muslim terpadat di dunia. Indonesia pernah berencana membuka konsulat di Tepi
Barat sebagai bukti dukungannya untuk kemerdekaan Palestina. Walaupun diplomat ini
seharusnya mewakili Indonesia untuk Otoritas Palestina/PLO, ia juga menangani urusan
antara Indonesia dan Israel. Karena itu, konsulat Indonesia bisa dikatakan memenuhi
persyaratan diplomatik sekaligus tanggung jawab konsuler. Setelah Israel menolak Menteri
Luar Negeri Indonesia berkunjung ke Ramallah tahun 2012, Indonesia menarik diri dari
perjanjian tersebut dan konsulat Ramallah tidak dibuka. Meski tidak ada hubungan
diplomatik resmi, Israel dan Indonesia diam-diam membangun hubungan di sektor
perdagangan, keamanan, dan lain-lain, tetapi semakin memburuk sejak proses perdamaian
Timur Tengah buntu.
Visa kunjungan
Seperti biasa, warga negara Israel dapat memperoleh visa ke Indonesia untuk perjalanan
wisata kelompok dan bisnis. Untuk warga negara Indonesia, visa wisata ke Israel hanya
tersedia untuk perjalanan kelompok melalui agen perjalanan. Sekitar 11.000 sampai 15.000
orang Indonesia berziarah ke Israel setiap tahun . [4] Pada 9 Juni 2018, Israel melarang
pemegang paspor Indonesia memasuki negara tersebut.
INDONESIA-YORDANIA

Politik
Secara historis, hubungan sosial-budaya Indonesia dengan negara-negara Timur Tengah,
termasuk Yordania, sudah terjalin sejak lama. Hubungan diplomatik kedua negara dimulai
pada tahun 1950, sedangkan KBRI di Amman dibuka sejak tahun 1985 dan Yordania
membuka kedutaannya di Jakarta pada November 1986.
Hubungan Indonesia-Yordania berkembang dengan baik dan tidak ada ganjalan bagi kedua
negara dalam meningkatkan hubungan persahabatan. Puncak hubungan persahabatan kedua
negara ditandai dengan kunjungan kenegaraan Raja Hussein dan Ratu Noor ke Indonesia, 1-6
April 1986, dan kunjungan kenegaraan balasan Presiden Soeharto ke Yordania, 11-14
November 1996 yang mendapat sambutan hangat dari rakyat Yordania. Selanjutnya, Raja
Abdullah II dan Ratu Rania juga telah melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia, 12-13
Oktober 2005, yang dibalas dengan kunjungan kenegaraan pula oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono ke Yordania, 2–3 Mei 2006.
Dalam periode tahun 2015-2016, Raja Abdullah II berkunjung kembali ke Indonesia secara
berturut-turut, yaitu: kunjungan kerja bilateral pada tanggal 25–26 Februari 2014, dan
kunjungan kerja pada tanggal 21-22 April 2015 dalam rangka menghadiri Peringatan ke-60
Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 dan Peringatan ke-10 lahirnya Kemitraan Strategis
Asia-Afrika (NAASP) di Jakarta. Ratu Rania juga telah berkunjung ke Indonesia dalam
rangka menghadiri the 4th Meeting of the High Level Panel of Eminent Persons on the Post-
2015 Development Agenda di Bali, 26–27 Maret 2013. Disamping itu, pada tanggal 6-7
Maret 2016, Pangeran Hasan bin Talal telah menghadiri KTT Luar Biasa Ke-5 OKI
mengenai Palestina dan Al-Quds Al-Sharif OKI di Jakarta.
Ekonomi
Hubungan ekonomi bilateral antara kedua negara selama ini dilandasi oleh Perjanjian Kerja
Sama Ekonomi dan Perdagangan yang ditandatangani pada tanggal 3 April 1986.
Berdasarkan perjanjian tersebut telah dibentuk Komisi Bersama sebagai forum resmi untuk
membahas upaya peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara.
Walaupun Yordania bukan merupakan negara tujuan akhir untuk produk ekspor dari
Indonesia, mengingat jumlah penduduknya yang berjumlah sekitar 9,5 juta jiwa, namun
karena letaknya yang strategis di kawasan Timur Tengah dan kedekatan hubungan
bilateralnya dengan AS dan UE, Yordania merupakan gerbang produk ekspor Indonesia
untuk ke pasar Irak, Suriah, Palestina, Mesir, AS, dan Uni Eropa.
Sosial Budaya 
Dalam bidang sosial dan budaya, kedua negara memiliki kerja sama yang dipayungi oleh
Perjanjian Kerja Sama Bidang Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan yang ditandatangani oleh
kedua Pemerintah di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1989. Perjanjian tersebut meliputi kerja
sama di bidang-bidang kebudayaan, pendidikan, penerangan, kesehatan, kesenian, ilmu
pengetahuan, kepemudaan dan keolahragaan.
Kedua negara juga memiliki perjanjian di bidang kegiatan Keislaman yang ditandatangani
oleh kedua Menteri Agama di Jakarta pada tanggal 5 Oktober 1989, yang meliputi kerja sama
di bidang pembinaan wakaf, warisan Islam, kebudayaan Islam dan urusan haji. Selain itu,
kedua negara juga memiliki kerja sama di bidang kesehatan antara Kementerian Kesehatan
yang ditandatangani di Jakarta pada tanggal 18 Januari 2006, antara lain meliputi bidang
kesehatan masyarakat, pengendalian penyakit, manajemen kesehatan, dan kesehatan
lingkungan.
Pada tanggal 15 Januari 2016, KBRI Amman bekerjasama dengan Greater Amman
Municipality (GAM) / Pemerintah Kota Amman telah menyelenggarakan kegiatan
penanaman pohon perdamaian atas nama Presiden RI pertama, Bapak Ir. Soekarno di Peace
Garden, King Hussein Park.
Saat ini di Yordania terdapat tiga Taman Indonesia yang terletak di King Hussein Park,
Amman dan Philadelphia University, Jerash dan Kota Salt. Pendirian Taman Indonesia
adalah salah satu upaya KBRI Amman dalam mempromosikan Indonesia yang hijau
sekaligus menghijaukan Yordania.
Konsuler
Pemerintah Indonesia menetapkan semua pemegang paspor Yordania untuk memiliki visa
dari Perwakilan RI di luar negeri sebelum melakukan kunjungan ke Indonesia. Namun
demikian, Pemerintah Yordania menerapkan visa kunjungan saat kedatangan (visa on
arrival/VOA) kepada semua pemegang paspor RI jenis apapun, selain visa yang diperoleh
melalui Perwakilan Yordania di luar negeri. Khusus VOA, Pemerintah Yordania menetapkan
tarif visa tertentu kepada pemegang paspor RI jenis apapun (termasuk paspor dinas RI),
kecuali bagi pemegang paspor diplomatik RI yang digratiskan.
Perlindungan WNI & BHI
Jumlah WNI di Yordania pada awal terjalinnya hubungan diplomatik antara kedua negara di
tahun 1986 terbilang sangat sedikit. Namun sejak tahun 2000, diketahui mulai adanya
gelombang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang memasuki pasar Yordania, dan jumlahnya
semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2001 Pemerintah Indonesia dan Yordania menandatangani MoU mengenai
Penempatan Tenaga Kerja. Mengingat bahwa mayoritas TKI tersebut bekerja di sektor
domestik (sebagai penata laksana rumah tangga/PLRT), MoU tersebut kemudian
disempurnakan dan direvisi menjadi Nota Kesepahaman tentang Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia Penata Laksana Rumah Tangga (TKI-PLRT) yang ditandatangani pada tanggal 27
Juni 2009 di Bali.
Implementasi dari MoU tersebut yang sangat lemah sehingga banyak permasalahan yang
berkaitan dengan tenaga kerja, baik sejak masa pembekalan dan keberangkatannya dari
Indonesia maupun masa penempatan dan keberadaan mereka di Yordania. Untuk itu pada
tanggal 29 Juli 2010 Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan moratorium pengiriman
TKI-PLRT ke Yordania.

Kerja Sama RI-Federasi Mikronesia


Pemerintah Indonesia dan Federasi Mikronesia sepakat untuk terus meningkatkan kerja sama
di berbagai bidang seperti konektivitas, alutsista hingga pendidikan. Hal itu disampaikan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat jumpa pers bersama dengan Presiden Federasi
Mikronesia, Peter M Christian, di Istana Kepresidenan Bogor, Rabu (18/7).
“Tadi kita membahas berbagai upaya untuk meningkatkan kerja sama, pertama sebagai
sesama negara kepulauan kita sepakat meningkatkan kerja sama di bidang maritim dan
konektivitas antarpulau,” ujar Presiden Jokowi.
Indonesia, lanjut Presiden juga menawarkan pesawat N-219 yang diproduksi oleh PT
Dirgantara Indonesia (PTDI) agar dapat digunakan sebagai pesawat angkut antarpulau di
Federasi Mikronesia. Terkait tawaran ini, Presiden Christian, hari ini (Kamis, 19/7)
berencana mengunjungi PTDI di Bandung, Jawa Barat.
Sementara itu, kedua kerja sama di bidang ekonomi, dua negara sepakat akan meningkatkan
interaksi para pengusaha. Dalam hal ini, dengan mengundang pebisnis Mikronesia untuk
berpartisipasi di ajang Trade Expo 2018 yang digelar Oktober mendatang.
“Ketiga, untuk mendekatkan hubungan kedua negara. Indonesia berniat menunjuk konsul
kehormatan untuk Federasi Mikronesia. Dan, keempat guna meningkatkan hubungan
antarmasyarakat, Indonesia juga menawarkan beasaiswa dan kerja sama pembangunan di
berbagai bidang,” jelas Presiden RI.
 
Miliki Kesamaan
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi mengatakan bahwa Indonesia dan Federasi
Mikronesia memiliki satu kesamaan yakni sebagai sebuah negara kepulauan. “Kita sama-
sama bangsa Pasifik, kita sama-sama negara kepulauan, Mikronesia memiliki 600 pulau dan
kita memiliki 17 ribu pulau,” kata Presiden RI.
Presiden Jokowi juga menuturkan bahwa Indonesia merupakan negara yang tidak asing bagi
Presiden Christian, terlebih beliau memiliki darah keturunan Indonesia yaitu keturunan
Maluku generasi ketiga di Mikronesia. “Dalam kunjungan ke Indonesia ini, beliau juga akan
pulang kampung ke Ambon. Hal ini merupakan bukti bahwa ikatan antara masyarakat kedua
negara sudah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun lalu,” ujarnya.
Sebab itu, kunjungan Presiden Christian ke Indonesia menjadi tonggak baru hubungan kedua
negara yang saling menghormati dan menguntungkan, Apalagi ini merupakan kunjungan
yang pertama.
“Saya sangat menghargai komitmen Federasi Mikronesia untuk menghormati NKRI. Kita
sepakat untuk memperkuat kerja sama untuk berbagai forum di Pasifik selatan antara lain
Pacific Island Forum,” kata Presiden RI.
Sementara itu Presiden Christian menyampaikan rasa terima kasihnya kepada kepada
pemerintah Indonesia atas sambutan yang telah diberikan. Ia lalu menuturkan bahwa
Indonesia dan Mikronesia memiliki hubungan diplomatik selama lebih dari 27 tahun
lamanya.
Karena sudah lama, Mikronesia ke depan ingin memiliki hubungan yang lebih konkret dan
jelas sehingga lebih mendekatkan hubungan antara kedua negara, khususnya terkait
hubungan antarmasyarakat kita. “Misalnya pertukaran pelajar antara universitas di Indonesia
dan Mikronesia,” kata Presiden Christian.
Sementara itu, terkait kerja sama ekonomi dan kerja sama teknis, Presiden Federasi
Mikronesia meminta Indonesia ikut membantu mengembangkan perekonomiannya dalam
rangka mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial di Mikronesia. “Kita berterima kasih
kepada Indonesia atas bantuannya. Bantuan teknis, bantuan pembangunan ekonomi untuk
membantu kami menghadapi tantangan yang dihadapi rakyat di Mikronesia,” jelasnya. 

Anda mungkin juga menyukai