PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu fiqh yang merupakan panduan ubudiah para mukallaf selalu berhadapan dengan kondisi
dimana seorang mukallaf berada dan situasi yang dihadapinya, dimana kondisi dan situasi tersebut
dapat mempengaruhi kemampuannya dalam melaksanakan hal-hal yang menjadi kewajibannya
terutama dalam hal ubudiah.
Mengenai situasi dan kondisi para mukallaf yang mendapatkan hambatan dalam melaksanakan
kewajiban ubudiyahnya, baik hambatan itu berasal dari dirinya maupun luar dirinya, ushul fiqh
mengatur konsep ketetapan dan keringanan yang dikenal dengan
istilah Azimah dan rukhshah. Makalah ini berusaha memaparkan secara singkat tentang azimah dan
rukhsoh tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud ‘Azimah dan Rukhsah itu?
2. Apa saja macam-macam ‘azimah dan rukhsah itu?
BAB II
PEMBAHASAN
Akan tetapi diantara hukum rukhshah ada yang dituntut kita kerjakan, yaitu bila rukhshah itu untuk
melawan sesuatu kesukaran yang tak dapat dipikul oleh manusia. Kita diwajibkan berpuasa di bulan
Ramadhan. Tetapi, jika kita bersafar diharuskan kita berbuka, karena berbuka itu hukum
yang dirukhshahkan. Akan tetapi, bila berpuasa dalam safar itu, mengakibatkan kesukaran kita dituntut
menjalan rukhshah, tak boleh lagi kita menjalankan ‘azimahnya.
Bersabda Nabi SAW:
2. Macam-Macam Rukhshah
a. Diperbolehkannya suatu larangan ketika keadaan darurat atau menurut kebutuhan. Misalnya
seseorang yang menahan lapar atau dahaga yang amat sangat, maka ia boleh memakan bangkai atau
arak. Allah SWT berfirman :
(١١٩ :َ )الناعاَم َ ضطشمرحرشحت َاملكحيمه ي صل َلكشكم َماَحرم َعلكيشكم َام
كوقكحد َفك ي ك ح ك ك ي ك ك ح ح ك ح
ماَا َ ل
Artinya : “...padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya
atasmu, kecuali apa yang terpaksakan memakannya.” (QS. Al-An’am : 119)
b. Kebolehan seorang mukallaf meninggalkan kewajiban ketika terdapat uzur kesulitan
menunaikannya. Barangsiapa yang sakit di siang hari bulan Ramadhan atau sedang bepergian maka ia
boleh berbuka. Barang siapa yang dalam perjalanan maka boleh meringkas shalat yang empat rakaat.
Allah SWT berfirman :
( ١٨٤:َ )البقرة َ َ َ َ َ ضاَ َاكحوكعكلىَ َكسكفرر َفكعميدةة َممحن َاكيياَرم َاشكخكر م
فككمحن َككاَكن َمحنشكحم َكممريح ء
Artinya : “Maka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.
(QS. Al-Baqarah : 184)
c. Sahnya sebagian akad yang bersifat pengecualian yang tidak memenuhi syarat umum sebagai
sahnya akad tersebut, namun itu berlaku dalam muamalah umat manusia dan menjadi kebutuhan
mereka. Seperti akad salam (pesanan), ia adalah jual beli yang pada saat akad barang tidak ada.
Tetapi hal ini sudah menjadi kebutuhan. Rasulullah SAW bersabda :
ص َمفاَللسحلمم خ
ي روَ ه د
ك ن
ح
ك ك ح ك ش كك ك
ل َصيلىَ َال َعلكيمه َوسليم َعن َبييمع َاحملناحساَمن َماَلكيس َ م
ع ك ش ك ح ك ك ك ك ح كح
ناكيهىَ َرسوشل َا م
ك ك شح
Artinya : “Rasulullah SAW melarang jual beli barang yang tidak ada padanya, tetapi Rasulullah SAW
memberikan keringanan pada akad salam (pesanan).”
d. Menghapus hukum-hukum yang oleh Allah SWT telah di angkat dari kita. Sedangkan hukum itu
adalah termasuk beban yang berat atas umat sebelum kita. Allah SWT berfirman :
BAB II
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pelaksanaan hukum fiqh tidak monoton dan kaku tetapi
fleksibel dan dinamis tergantung situasi dan kondisi para mukallaf itu sendiri, Hal ini sejalan dengan
firman Allah : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan
ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.”
‘azimah adalah hukum yang telah disyariatkan oleh Allah secara umum sejak semula yang tidak
terbatas kepada keadaan tertentu dan pada perorangan (mukallaf) tertentu. Sedangkan rukhshah adalah
keringanan hukum yang telah disyariatkan oleh Allah atas mukallaf dalam keadaan tertentu yang sesuai
dengan keringanan tersebut.
Hukum ‘azimah berupa hukum yang disyariatkan sejak semula, hukum yang disyariatkan karena adanya
suatu sebab, hukum yang disyariatkan sebagai pembatal (nasikh) bagi hukum sebelumnya dan hukum
pengecualian dari hukum-hukum yang berlaku umum. Rukhshah hukum yang diperbolehkannya suatu
larangan ketika keadaan darurat, kebolehan meninggalkan kewajiban ketika terdapat uzur, sahnya
sebagian akad yang bersifat pengecualian dan menghapus hukum-hukum yang oleh Allah SWT telah di
angkat dari kita.
DAFTAR PUSTAKA
- Dept. Agama RI. Al-Quran dan Terjemahan. Jakarta : PT. Bumi Restu. 1979
- Khallaf, Abdul Wahhab. Ilmu Ushul Fiqh. Jakarta : Pustaka Imani. 2003
- Syafruddin, Amir. Ushul Fiqh. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. 2011
- www. muhammadhabibi.student.umm.ac.id
[1] Abdul Wahhab Khallaf. Ilmu Ushul Fiqh. Jakarta : Pustaka Imani. 2003., hal.167
[2] Abdul Wahhab Khallaf. Ilmu Ushul Fiqh. Jakarta : Pustaka Imani. 2003., hal.167
[3] www. muhammadhabibi.student.umm.ac.id