Anda di halaman 1dari 5

Nama : Satria

Maulana
Nim : 857622253

Tugas 1
1. Jelaskan pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Q.S. Al-’Ankabut/29: 45!
Hukum syariat adalah segala ketentuan dan ketetapan dari Allah SWT yang bersifat
mutlak mencakup kahidupan sosial, akidah, akhlak, ibadah, ekonomi, dan segala
aspek kehidupan manusia lain. Sumber hukum syariat adalah Al Quran dan Sunnah.
2. Sebutkan dan jelaskan lima macam hukum Islam!
1. Wajib adalah hukum syariat yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan jika
dilanggar mendatangkan dosa.
2. Sunnah adalah hukum syariat yang tidak wjaib dikerjakan tapi jika dilaksanakan
akan mendatangkan pahala.
3. Haram adalah hukum syariat yang tidak boleh dikerjakan karena akan
mendatangkan dosa.
4. Makruh adalah hukum syariat yang dianjurkan untuk ditinggalkan mendatangkan
pahala tetapi jika dilanggari tidak berdosa.
5. Mubah adalah hukum syariat yang tidak berkaitan dengan perintah dan juga tidak
berkaitan dengan larangan.

3. Sebutkan dan jelaskan tujuh macam prinsip-prinsip umum hukum Islam!


tujuh macam prinsip-prinsip hukum islam:
1. Prinsip Tauhid.
Prinsip ini menjelaskan bahwa seluruh manusia berada dibawah ketetapan yang
sama sebagai Hamba Allah. Beberapa ayat yang menjelaskan prinsip-prinsip ini
adalah : didalam firman Allah SWT yang artinya :
“ Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka ( seraya berfirman ) :
“ Bukankah aku ini Tuhanmu ? mereka menjawab : “ Betul ( Engkau Tuhan Kami )
kami menjadi saksi ( kami lakukan yang demikian itu ) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan : “ sesungguhnya kami ( Bani Adam ) adalah orang yang lengah
terhadap ini ( keesaan Tuhan ). ( QS Al-A’raaf 7 : 172 ).
Dari ayat tersebut Nampak jelas bahwa seluruh manusia pada awalnya yaitu ketika
belum terlahir kedunia ( Alam Ruh ) telah mengakui keesaan Allah SWT. Maka
dalam Pandangan islam pada dsarnya semua manusia mempunya potensi dan
kualitas yang sama yaitu potensi bertauhid dimana hal tersebut pernah
dikukuhkan /diakui sebelumnya.
Allah SWT dalam Firmannya Mengatakan yang artinya :
“ Katakanlah hai ahli kitab, marilah ( berpegang ) kepada suatu kalimat ( Ketetapan )
yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali
Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatu pun dan tidak ( pula )
sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah “ jika
mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka “ Saksikanlah, bahwa kami
adalah orang-orang yang berserah diri ( Kepada Allah )”. ( QS Ali-Imran 3 : 64 ).

Berdasarkan prinsip tauhid tersebut, maka pelaksanaan dan pengamalan hukum


islam merupakan suatu ibadah , yaitu penghambaan manusia kepada Allah SWt.
Ibadah tersebut merupakan perwujudan pengakuan atas keesaan Allah SWt. Dengan
demikian adalah suatu pelanggaran yang dinilai berat oleh islam apabila ada
manusia yang menuhankan sesama mahluk. Dari prinsip umum tersebut dapat
ditarik bebrapa prinsip khusus, di antaranya Adalah :

a. prinsip berhubungan langsung dengan Allah SWT tanpa perantara. Hal tersebut
dijelaskan pada firman Allah SWt yang artinya :
“ dan apabila hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya aku adalah dekat , aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepadaku, maka hendak mereka itu memenuhi ( segala
Perintahku) dan hendaklah mereka beriman kepadaku, agar mereka selalu ada dalam
kebenaran “. ( QS Al-Baqarah 2 : 186 ).
b. Beban hukum yang diciptakan oleh Allah bertujuan untuk kemaslahatan hidup
manusia, bukan untuk kepentingan Allah SWT. Sehingga Allah pasti tidak akan
membebani hambanya diluar kemampuannya. Adapun Firman Allah Yang
menjelaskan prinsip ini Adalah yang artinya :
“ jika kamu berbuat baik ( berarti ) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika
kamu berbuat jahat, maka ( kejahatan ) dirimu sendiri “. ( QS Al-Israa’ 17 : 7 ).
“ Allah menghendaki kemudahan bagimu , dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. Dan dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuknya yang diberikan kepadamu, supaya
kamubersyukur “. ( QS Al-Baqarah 2 : 185 ).
Ayat tersebut diatas ada dalam rangkaian ayat yang menjelaskan tentang puasa
rhamadhan, sehingga dalam urusan ibadah “Mahdhah” dapat dapat dirumuskan
suatu prinsip asas kemudahan atau meniadakan kesulitan .

2. Prinsip Keadilan.
Prinsip keadilan ini mengandung pengertian bahwa hukum islam yang mengatur
persoalan manusia dari berbagai aspek harusnya dilandaskan kepada prinsip
keadilan yang meliputi hubungan antara individu dengan dirinya sendiri, individu
dengan manusia dan masyarakat serta hubungan antara individu dengan
lingkungannya. Beberapa ayat yang menjelaskan prinsip keadilan ini adalah pada
Firman Allah SWt yang artinya :

“ hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-sekali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa, dan
bertaqwalah kepada Allah , sesunguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan “. ( QS AL-Maai’dah 5 : 8 ).
Bahkan terhadap kerabat sekalipun, keadilan harus tetap ditegakkan. Hal ini
diisyaratkan oleh Firman Allah SWT yang artinya :

“ Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia
adalah kerabat(mu)…
(QS Al-An’aam 6 : 152 ).

Kalau dalam hukum positif dikenal prinsip memiliki kedudukan sama dimuka
hukum maka islam mewajibkan bukan hanya mausia harus sama dimuka hukum
tetapi didalam seluruh aspeknya harus berlaku adil, bahkan terhadap musuh
sekalipun.

Dari prinsip keadilan ini maka hadirlah kaidah dalam hukum islam yang menyatakan
bahwa hukum islam dalam praktiknya dapat beradaptasi sesuai ruang dan waktu.
Ketika terjadi perubahan, maka yang sulit menjadi mudah dan kemudahan tersebut
sebatas terpenuhinya kebutuhan pokok. Dari sini muncul kaidah “ Masalah –masalah
dalam hukum islam apabila menyempit maka menjadi luas , apabila masalah-maslah
tersebut telah meluas maka kembali menyempit “.

3. Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar.


Prinsip ketiga adalah konsekwensi dari prinsip pertama dan kedua. Amar Ma’ruf ini
megandung arti bahwa hukum islam ditegakkan untuk menjadikan umat manusia
dapat melaksanakan hal-hal yang baik dan benar sebagaimana dikehendaki oleh
Allah SWT. Sedangkan Nahi Mungkar mengandung arti hukum tersebut ditegakkan
untuk mencegah terjadinya hal-hal yang buruk yang dapat meruntuhkan kehidupan
bermasyarakat.

Firman Allah SWT Memaparkan tentang prinsip tersebut yang artinya :

“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah, sekiranya
ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik “. ( QS Ali –
Imran 3 :110 ).

Begitu pula dengan firman Allah yang lainnya pada surah yang sama yang artinya:
“ dan hendaklah ada diantara kamu segolongan orang yang menyerui pada
kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah
orang-orang yang beruntung “. ( QS Ali-Imran 3 : 104 ).

4. Kemerdekaan dan Kebebasan.


Prinsip ini mengandung maksud bahwa hukum islam tidak diterapkan berdasarkan
paksaan, akan tetapi berdasarkan penjelasan yang baik dan argumentative yang dapat
meyakinkan. Apakah manusia pada akhirnya menolak atau menerima sepenuhnya
diserahkan kepada masing-masing individu.
Beberapa ayat menjelaskan tentang hal tersebut antra lain yang artinya :
“ Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agam (islam). Sesungghnya telah jelas jalan
yang benardaripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada
thaqhut (162) dan beriman kepada Allah, maka sesungghnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah maha mendengar
lagi maha mengetahui “. ( QS Al-Baqarah 2 : 256 ).
“ Untukmu agamamu,dan untukkulah Agamaku “ ( QS AL-Kaafiruun 109 : 6 ).

5. Prinsip Persamaan.
Prinsip persamaan mengandung arti bahwa pada dasarnya semua manusia adalah
sama meskipun faktanya berbeda dalam lahiriyahnya, baik warna kulit, bahasa, suku
bangsa dan lain-lain. Kesamaan tersebut terutama dalam nilai kemanusiaannya.
Hukum islam memandang perbedaan secara lahiriyah tidak menjadikan manusia
berbeda dari segi nilai kemanusiaannya, sesunghnya banyak ayat yang menjelaskan
prinsip tersebut diatas yang artinya :
“ Hai manusia, sesunghnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungghnya orang yang paling mulai diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungghnya Allah
Maha mngetahui lagi amah mengenal “. ( QS Al-Hujuraat 49 : 13 ).

Dari ayat tersebut juga terlihat bahwa yang membedakan nilai manusia dalam
pandangan hukum islam adalah bukan karena ras, warna kulit dan sisi lahiriyah
lainnya, melainkan factor ketaqwaannya. Didalam ayat lain Allah Lebih tegas
menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang lebih dimulyakan dibandingkan
jenis mahluk yang lainnya. Hal ini dijelaskan pada ayat sebagai berikut yang
artinya :
“ Dan sesungghnya telah kami muliyakan anak-anak adam, kami angkat mereka dari
daratan dan lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan
mereka dari kelebihan yang sempurna atas banyak mahluk yang kami ciptakan “.
( QS Al-Israa’ 17 : 70 ).

6. Prinsip Tolong-Menolong.
Prinsip ini mengajarkan bahwa sesama warga masyarakat harus saling menolong
demi tercapainya kemaslahatan bersama. Dan adapun ayat yang menjelaskan prinsip
tersebut adalah yang artinya sebagai berikut :
“ Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran “. ( QS Al-Maai’dah 5
: 2 ).

7. Prinsip Toleransi.
Prinsip ini mengajarkan bahwa hikum islam mengharuskan kepada umatnya untuk
hidup dengan penuh suasana damai dan toleran. Toleransi ini harus menjamin tidak
dilanggarnya hukum islam dan hak umat islam. Hal ini dijelaskan pada firman Allah
SWT yang artinya :
“ Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap oran-
orang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungghnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil “. ( QS Al-
Mumtahanah 60 : 8 ).
4. Jelaskan posisi dan fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an!
Sunnah merupakan sumber hukum kedua setetalah al Quran. Hal demikian itu
disebabkan adanya perbedaan sifat, yaitu al Quran bersifat qhati al wurud, sedangkan
sunnah bersifat dhanni al wurud.
Semantara fungsi sunnah terhadap al Quran adalah pertama, sunnah berfungsi sebagai
penguat (taqid) atas apa yang dibawa al Quran. Kedua, fungsi sunnah sebagai penjelas
(tabyin) atas apa yang terdapat dalam al Quran. Dan ketiga, fungsi sunnah
sebagai mustaqillah atau menetapkan hukum yang belum ada hukumnya dalam al
Quran.

5. Jelaskan perbedaan moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak, dan kaitan antara
semuanya!
Perbedaan mencolok terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk
menentukan baik dan buruk. Etika bersifat teoritis sehingga penilaian baik dan buruk
berdasarkan pendapat akal dan pikiran, sedangkan moral dan susila lebih bersifat
praktis berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat. Selanjutnya
akhlak memiliki sumber independen dan fundamental dalam menentukan baik dan
buruk yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Secara bersama-sama etika, moral, dan susila
bersifat temporer, terbatas, dan terkait dengan lokal tetentu. Berbeda dengan akhlak
yang bersifat mutlak, absolut, dan universal.
Secara fungsional dan perannya, keempat istilah tersebut sama, menentukan
penilaian terhadap perbuatan manusia baik atau buruk serta menghendaki tatanan
sosial yang baik, teratur, tentram, dan aman.

Anda mungkin juga menyukai