Anda di halaman 1dari 5

Nama: Melani Alina Aisya

NIM: 049450516

Tugas 2
Soal

1. Jelaskan pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Q.S. Al-’Ankabut/29: 45!
2. Sebutkan dan jelaskan lima macam hukum Islam!
3. Sebutkan dan jelaskan tujuh macam prinsip-prinsip umum hukum Islam!
4. Jelaskan posisi dan fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an!
5. Jelaskan perbedaan moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak, dan kaitan antara
semuanya!

Jawab:
1. Pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Al-Quran surah Al-Ankabut ayat 45
adalah bahwa hukum syariat yang berisi hukum dan aturan dalam menjalani kehidupan di
dunia ini, merupakan pedoman yang menyeluruh untuk mengatasi permasalahan yang ada
harus mengikuti aturan yang ada didalamnya kitab Al-Quran dan aturan islam. Contohnya
adalah perintah membaca kitab Al-Quran dan perintah untuk melaksanakkan sholat untuk
mencegah dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik,keji,dan mungkar yang dilarang oleh
agama karena saat kita sholat berarti kita mengingat Allah diharapkan kita
memperhatikan apa yang kita lakukan karena Allah melihat kita.

2. Lima macam hukum Islam :


- Wajib
Wajib adalah suatu perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala, dan
apabila ditinggalkan akan menerima dosa. Contoh: Shalat lima waktu, Puasa
Ramadhan.
-Sunnah
Sunnah adalah suatu perbuatan yang dituntut agama untuk dikerjakan, tetapi tidak
sampai ke tahap wajib. Seseorang yang mengerjakan perbuatan sunnah akan
menerima pahala, tetapi tidak akan mendapatkan dosa atau sanksi apabila
meninggalkannya. Contoh: Shalat rawatib yang dikerjakan sebelum dan sesudah
shalat wajib, Membaca shalawat, Sedekah.
- Haram
Haram adalah suatu perbuatan yang apabila dilakukan atau dikerjakan akan
mendapatkan sanksi berupa dosa. Sebaliknya, perbuatan haram yang ditinggalkan
justru akan mendatangkan ganjaran atau pahala.
Contoh: Berbuat zina, Minum alcohol, Bermain judi, korupsi.
-Makruh
Makruh adalah suatu perbuatan yang apabila ditinggalkan akan lebih baik daripada
mengerjakannya. Di sisi lain, ulama mendefinisikan makruh sebagai larangan syara
terhadap suatu perbuatan. Namun, larangan ini tidak bersifat pasti karena tidak ada
dalil yang menunjukkan keharamannya. Contoh: merokok.
-Mubah
Mubah adalah suatu perbuatan yang diperbolehkan oleh agama untuk
mengerjakannya maupun meninggalkannya. Sementara itu, perbuatan yang tergolong
mubah, antara lain sarapan, menjalankan bisnis, dan berolahraga.

3. Tujuh macam prinsip-prinsip hukum islam:


- Prinsip Tauhid
Prinsip ini menegaskan bahwa seluruh bangunan hukum Islam adalah bermuara pada
mengesakan Tuhan, yaitu Allah SWT. Dengan prinsip tauhid, pelaksanaan suatu
hukum akan bermakana sebagai ibadah.
Allah SWT berfirman,
‫َو ِإْذ َأَخ َذ َر ُّبَك ِم ْن َبِني آَد َم ِم ْن ُظُهوِر ِهْم ُذ ِّر َّيَتُهْم َو َأْش َهَد ُهْم َع َلٰى َأْنُفِس ِهْم َأَلْس ُت ِبَر ِّبُك ْم ۖ َقاُلوا َبَلٰى ۛ َش ِهْد َناۛ َأْن َتُقوُلوا َيْو َم‬
‫اْلِقَياَم ِة ِإَّنا ُكَّنا َع ْن َٰه َذ ا َغاِفِليَن‬

Artinya, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam


dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",” (QS. Al-A’raf: 172)

Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan memiliki makna bahwa hukum Islam yang mengatur persoalan
manusia dari berbagai aspek harus dilandaskan pada keadilan yang meliputi hubungan
antara dirinya sendiri, masyarakat, maupun dengan Allah SWT.
Allah SWT bersabda,

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ُك وُنوا َقَّواِم يَن ِهَّلِل ُش َهَداَء ِباْلِقْس ِط ۖ َو اَل َيْج ِر َم َّنُك ْم َشَنآُن َقْو ٍم َع َلٰى َأاَّل َتْع ِد ُلواۚ اْع ِد ُلوا ُهَو َأْقَر ُب ِللَّتْقَو ٰى ۖ َو اَّتُقوا‬
‫َهَّللاۚ ِإَّن َهَّللا َخ ِبيٌر ِبَم ا َتْع َم ُلوَن‬

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Maidah: 8)

-Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar


Amar makruf nahi munkar memiliki arti hukum Islam yang ditegakkan untuk menjadikan
manusia dapat melaksanakan hal-hal secara baik dan benar sesuai yang dikehendaki Allah
SWT sehingga tidak terjadi keburukan dalam kehidupan bermasyarakat.
Seperti dalam firman Allah SWT,

ۚ ‫ُكْنُتْم َخْيَر ُأَّمٍة ُأْخ ِر َج ْت ِللَّناِس َتْأُم ُروَن ِباْلَم ْعُروِف َو َتْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو ُتْؤ ِم ُنوَن ِباِهَّللۗ َو َلْو آَم َن َأْهُل اْلِكَتاِب َلَك اَن َخْيًرا َلُهْم‬
‫ِم ْنُهُم اْلُم ْؤ ِم ُنوَن َو َأْكَثُر ُهُم اْلَفاِس ُقوَن‬

Artinya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”Perbesar

-Prinsip al-Hurriyah (Kemerdekaan dan Kebebasan)


Prinsip ini mengandung makna bahwa hukum Islam tidak ada paksaan. Artinya, manusia
dapat menolak dan menerima hukum Islam namun tetap harus bertanggung jawab akan
keputusannya.

Allah SWT bersabda,

ۗ‫اَل ِإْك َر اَه ِفي الِّديِن ۖ َقْد َتَبَّيَن الُّر ْش ُد ِم َن اْلَغ ِّي ۚ َفَم ْن َيْكُفْر ِبالَّطاُغ وِت َو ُيْؤ ِم ْن ِباِهَّلل َفَقِد اْسَتْمَس َك ِباْلُعْر َو ِة اْلُو ْثَقٰى اَل اْنِفَص اَم َلَها‬
‫َو ُهَّللا َسِم يٌع َع ِليٌم‬
Artinya, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256)

- Prinsip Musawah (Persamaan)


Hukum dalam agama Islam tidak membedakan derajat, suku, ataupun fisik dengan
manusia lainnya. Semua manusia di hadapan Allah SWT adalah sama. Adapun yang
membedakannya adalah ketakwaan.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah ayat,

‫َيا َأُّيَها الَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَناُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َو ُأْنَثٰى َو َجَع ْلَناُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَباِئَل ِلَتَع اَر ُفواۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهَّللا َأْتَقاُك ْم ۚ ِإَّن َهَّللا َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬

Artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

-Prinsip Al-Ta’awun (Tolong Menolong) dan Al-Shura (Musyawarah)


Prisip ini menjelaskan dalam menjalani hidup ini, sesama manusia hendaknya saling
tolong-menolong, saling bahu-membahu baik dalam ranah sosial, hukum, dan lainnya.
Dalam melakukan ijtihad (penggalian hukum Islam), sebaiknya dilakukan secara jama'i
(kolektif) dengan melibatkan setiap pihak yang kompeten dalam bidangnya, serta bidang-
bidang yang ada keterkaitan dengan permasalhan yang akan dikaji status hukumnya.
Allah SWT bersabda,

‫َو َتَع اَو ُنوا َع َلى اْلِبِّر َو الَّتْقَو ٰى ۖ َو اَل َتَع اَو ُنوا َع َلى اِإْل ْثِم َو اْلُع ْد َو اِن ۚ َو اَّتُقوا َهَّللاۖ ِإَّن َهَّللا َش ِد يُد اْلِع َقاِب‬
Artinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)

-Prinsip Al-Tasamuh (Toleransi)


Prinsip toleransi menegaskan bahwa pebedaan pandangan dalam melihat sebuah hukum,
karena perbedaan teori, metode dan pendekatan yang dipakai dalam penggalian hukum
Islam hendaknya masing-masing berlapang dada menerimanya sebagai keniscayaan
dalam realitas kehidupan yang plural.
Allah SWT berfirman,

‫َو اَل َتُك وُنوا َك اَّلِذ يَن َتَفَّر ُقوا َو اْخ َتَلُفوا ِم ْن َبْع ِد َم ا َج اَء ُهُم اْلَبِّيَناُت ۚ َو ُأوَٰل ِئَك َلُهْم َع َذ اٌب َع ِظ يٌم‬
Artinya, “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan
berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-
orang yang mendapat siksa yang berat.” (QS. Ali Imran: 105)

4. Sunnah dalam Islam merujuk pada tindakan, perkataan, dan persetujuan Nabi Muhammad
SAW yang dicatat dalam hadis. Sunnah memiliki posisi yang penting dalam memahami
dan menginterpretasikan Al-Qur'an. Berikut ini adalah beberapa fungsi sunnah terhadap
Al-Qur'an:

- Penjelasan: Sunnah digunakan sebagai sumber tambahan untuk menjelaskan dan


memberikan pemahaman yang lebih rinci tentang ayat-ayat Al-Qur'an. Beberapa konsep
dan perintah yang terdapat dalam Al-Qur'an dapat diperjelas melalui hadis yang
menceritakan tindakan atau perkataan Nabi Muhammad SAW.

- Pelaksanaan: Sunnah memberikan contoh nyata tentang bagaimana menerapkan ajaran-


ajaran Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Nabi Muhammad SAW adalah teladan
yang sempurna dalam menjalankan ajaran-ajaran Al-Qur'an. Oleh karena itu, sunnah
menjadi pedoman praktis bagi umat Islam dalam melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan yang terdapat dalam Al-Qur'an.

- Penjagaan dan perlindungan: Sunnah berperan dalam menjaga dan melindungi Al-
Qur'an dari penyalahgunaan atau interpretasi yang salah. Hadis-hadis yang secara
langsung atau tidak langsung terkait dengan Al-Qur'an membantu dalam memastikan
bahwa pesan dan ajaran Al-Qur'an tidak disalahartikan atau disalahgunakan.

- Penyelesaian perbedaan pendapat: Sunnah juga digunakan untuk memecahkan


perbedaan pendapat dalam hal-hal yang tidak dijelaskan dengan jelas dalam Al-Qur'an.
Dalam situasi di mana Al-Qur'an tidak memberikan petunjuk yang rinci atau terdapat
keraguan dalam interpretasi, hadis dan sunnah dapat memberikan panduan tambahan.

5. perbedaan moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak, dan kaitan antara semuanya:

-Moral: Moral merujuk pada aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang mengatur perilaku
manusia dalam masyarakat. Moral mencakup nilai-nilai yang dianggap benar atau salah,
baik atau buruk, dan membentuk dasar dari tindakan dan keputusan seseorang. Moral
bersifat subjektif dan dapat berbeda antara individu, budaya, atau agama.

-Susila: Susila adalah istilah yang digunakan dalam budaya Indonesia untuk merujuk
pada perilaku yang baik, sopan, dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat. Susila mencakup nilai-nilai seperti kejujuran, kesopanan, dan tanggung
jawab.

-Budi Pekerti: Budi pekerti adalah istilah yang digunakan dalam budaya Indonesia untuk
merujuk pada sikap dan perilaku yang baik, terutama dalam hubungan sosial. Budi pekerti
mencakup nilai-nilai seperti keramahan, kesopanan, dan kebaikan hati.

-Etika: Etika adalah studi tentang apa yang dianggap benar atau salah, baik atau buruk,
dalam konteks moral. Etika mencakup prinsip-prinsip dan teori-teori yang digunakan
untuk memahami dan mengevaluasi tindakan manusia. Etika berfokus pada pertimbangan
rasional dan refleksi moral.

- Akhlak: Akhlak adalah istilah yang digunakan dalam Islam untuk merujuk pada perilaku
yang baik dan moralitas yang tinggi. Akhlak mencakup nilai-nilai seperti kejujuran,
keadilan, dan kasih sayang. Akhlak juga mencakup aspek spiritual dan hubungan manusia
dengan Tuhan.

Sumber: https://www.kompas.com/tren/read

https://kumparan.com/

https://brainly.co.id/

Anda mungkin juga menyukai