Anda di halaman 1dari 7

NAMA : ANDO JPERI MANDALA

NIM : 859802795
POKJAR : KISAM TINGGI
MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SOAL

1. Jelaskan pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Q.S. Al-’Ankabut/29: 45!
2. Sebutkan dan jelaskan lima macam hukum Islam!
3. Sebutkan dan jelaskan tujuh macam prinsip-prinsip umum hukum Islam!
4. Jelaskan posisi dan fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an!
5. Jelaskan perbedaan moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak, dan kaitan antara
semuanya!

JAWABAN

1. Pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Al-Quran Surah Al-Ankabut ayat 45
bahwa hukum syariat yang berisi hukum dan aturan dalam menjalani kehidupan di dunia ini,
merupakan panduan yang menyeluruh untuk mengatasi permasalahan yang ada harus
mengikuti aturan yang ada dalam kitab Al-Quran dan aturan islam. Contohnya adalah
perintah membaca kitab Al-Quran dan perintah untuk melaksanakan sholat untuk mencegah
dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, keji, dan mungkar yang dilarang oleh agama
karena saat kita sholat berarti kita mengingat Allah dan diharapkan kita memerhatikan apa
yang kita lakukan karena Allah melihat kita.
Quran Surat Al-‘Ankabut Ayat 45

Latin: “Utlu maa ụḥiya ilaika minal-kitaabi wa aqimiṣ-ṣalaah, innaṣ-ṣalaata tan-haa


'anil-faḥsyaa`i wal- mungkar, walażikrullaahi akbar, wallaahu ya'lamu maa taṣna'ụn “
Artinya: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-
Ankabut:45)
2. 1. Wajib (Fardhu) Wajib atau fardhu merupakan status hukum yang harus dilakukan oleh
mereka yang memenuhi syarat-syarat wajibnya. Syarat wajib yang dimaksud adalah orang
yang sudah mukallaf, yaitu seorang muslim yang sudah dewasa dan berakal sehat. Jika kita
mengerjakan perkara yang wajib, maka akan mendapat pahala. Namun bila ditinggalkan
maka akan mendapat dosa. Beberapa contoh ibadah yang diwajibkan bagi umat Islam
adalah shalat 5 waktu dan puasa Ramadhan. Jika dibagi lagi, terdapat dua pembagian sifat
hukum wajib, yaitu:
 Fardhu ‘ain : yaitu hal yang harus dilakukan oleh semua orang muslim yang sudah
memenuhi syarat tanpa terkecuali
 Fardhu kifayah : yaitu hal yang harus dilakukan oleh muslim mukallaf, namun jika sudah
ada yang melakukannya, maka tidak menjadi wajib lagi bagi yang lain. Contohnya adalah
shalat jenazah.
2. Sunnah
Sunnah atau sunnat adalah perkara yang dianjurkan bagi umat Islam. Artinya,
jika dikerjakan maka akan mendapatkan pahala, namun jika tidak dikerjakan tidak apa-
apa. Sebagai muslim, kita sangat dinajurkan untuk mengerjakan amalan ibadah sunnah
yang jumlahnya sangat banyak sekali agar kita bisa mendapatkan pahala. Contoh
amalan sunnah yaitu sholat sunnah, puasa Senin Kamis dan lain-lain.
3. Mubah

Hukum mubah adalah suatu perkara yang diperbolehkan untuk diamalkan, tetapi
juga diperbolehkan untuk meninggalkannya. Jika seseorang mengerjakan amalan yang
termasuk ke dalam kategori mubah, maka tidak akan diberikan ganjaran kebaikan atau
pahala. Begitu juga jika tidak mengerjakannya maka tidak akan berdosa atau diberi
siksaan.
4. Makruh

Makruh merupakan suatu perkara yang sebaiknya dihindari, ditinggalkan atau


tidak dikerjakan sebab makruh adalah perkara yang dibenci Allah. Meski begitu,
seseorang yang mengamalkan suatu yang makruh tidak akan diganjar dosa atau siksaan,
tetapi perbuatan atau amalan makruh tidak disukai oleh Allah.

5. Haram

Kebalikan halal, haram adalah perkara yang harus ditinggalkan bagi siapapun
sebab dilarang dengan keras. Dengan begitu, jika seseorang mengerjakan suatu amalan
yang termasuk dalam kategori haram maka akan mendapat dosa dan siksa. Sebaliknya,
jika seseorang berhasil meninggalkannya maka akan mendapat pahala.

3. 7 macam prinsip-prinsip hukum Islam yang dijadikan pokok seseorang dalam berpikir,
bertindah, dan sebagai berikut.
1. Prinsip Tauhid
Prinsip ini menegaskan bahwa seluruh bangunan hukum Islam adalah bermuara pada
mengesakan Tuhan, yaitu Allah SWT. Dengan prinsip tauhid, pelaksanaan suatu hukum
akan bermakana sebagai ibadah.
Allah SWT berfirman,
‫َو ِإْذ َأَخ َذ َر ُّبَك ِم ْن َبِني آَد َم ِم ْن ُظُهوِر ِهْم ُذ ِّر َّيَتُهْم َو َأْش َهَد ُهْم َع َلٰى َأْنُفِس ِهْم َأَلْس ُت ِب َر ِّبُك ْم ۖ َق اُلوا َبَلٰى ۛ َش ِهْد َناۛ َأْن َتُقوُل وا َي ْو َم‬
‫اْلِقَياَم ِة ِإَّنا ُكَّنا َع ْن َٰه َذ ا َغاِفِليَن‬
Artinya, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan)",” (QS. Al-A’raf: 172)
2. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan memiliki makna bahwa hukum Islam yang mengatur persoalan
manusia dari berbagai aspek harus dilandaskan pada keadilan yang meliputi hubungan
antara dirinya sendiri, masyarakat, maupun dengan Allah SWT.
Allah SWT bersabda,

ۖ ‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ُك وُنوا َقَّواِم يَن ِهَّلِل ُش َهَداَء ِباْلِقْس ِط ۖ َو اَل َيْج ِر َم َّنُك ْم َش َنآُن َق ْو ٍم َع َلٰى َأاَّل َتْع ِد ُلواۚ اْع ِد ُلوا ُه َو َأْق َر ُب ِللَّتْق َو ٰى‬
‫َو اَّتُقوا َهَّللاۚ ِإَّن َهَّللا َخ ِبيٌر ِبَم ا َتْع َم ُلوَن‬
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-
Maidah: 8)
3. Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar
Amar makruf nahi munkar memiliki arti hukum Islam yang ditegakkan untuk
menjadikan manusia dapat melaksanakan hal-hal secara baik dan benar sesuai yang
dikehendaki Allah SWT sehingga tidak terjadi keburukan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Seperti dalam firman Allah SWT,
‫ُكْنُتْم َخْيَر ُأَّمٍة ُأْخ ِر َج ْت ِللَّناِس َتْأُم ُروَن ِباْلَم ْعُروِف َو َتْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو ُتْؤ ِم ُنوَن ِباِهَّللۗ َو َل ْو آَم َن َأْه ُل اْلِكَت اِب َلَك اَن َخْي ًرا‬
‫َلُهْم ۚ ِم ْنُهُم اْلُم ْؤ ِم ُنوَن َو َأْكَثُر ُهُم اْلَفاِس ُقوَن‬
Artinya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
4. Prinsip al-Hurriyah (Kemerdekaan dan Kebebasan)
Prinsip ini mengandung makna bahwa hukum Islam tidak ada paksaan. Artinya,
manusia dapat menolak dan menerima hukum Islam namun tetap harus bertanggung
jawab akan keputusannya.
Allah SWT bersabda,

‫اَل ِإْك َر اَه ِفي الِّديِن ۖ َقْد َتَبَّيَن الُّر ْش ُد ِم َن اْلَغ ِّي ۚ َفَم ْن َيْكُفْر ِبالَّطاُغ وِت َو ُيْؤ ِم ْن ِباِهَّلل َفَقِد اْسَتْمَس َك ِباْلُعْر َو ِة اْلُو ْثَقٰى اَل اْنِفَص اَم َلَها‬
‫ۗ َو ُهَّللا َسِم يٌع َع ِليٌم‬
Artinya, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256)

5. Prinsip Musawah (Persamaan)


Hukum dalam agama Islam tidak membedakan derajat, suku, ataupun fisik
dengan manusia lainnya. Semua manusia di hadapan Allah SWT adalah sama. Adapun
yang membedakannya adalah ketakwaan.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah ayat,

‫َيا َأُّيَها الَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَناُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َو ُأْنَثٰى َو َجَع ْلَناُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَباِئَل ِلَتَع اَر ُفواۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهَّللا َأْتَقاُك ْم ۚ ِإَّن َهَّللا َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬

Artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)
6. Prinsip Al-Ta’awun (Tolong Menolong) dan Al-Shura (Musyawarah)
Prinsip ini menjelaskan dalam menjalani hidup ini, sesama manusia hendaknya
saling tolong-menolong, saling bahu-membahu baik dalam ranah sosial, hukum, dan
lainnya. Dalam melakukan ijtihad (penggalian hukum Islam), sebaiknya dilakukan
secara jama'i (kolektif) dengan melibatkan setiap pihak yang kompeten dalam
bidangnya, serta bidang-bidang yang ada keterkaitan dengan permasalhan yang akan
dikaji status hukumnya.
Allah SWT bersabda,

‫َو َتَع اَو ُنوا َع َلى اْلِبِّر َو الَّتْقَو ٰى ۖ َو اَل َتَع اَو ُنوا َع َلى اِإْل ْثِم َو اْلُع ْد َو اِن ۚ َو اَّتُقوا َهَّللاۖ ِإَّن َهَّللا َش ِد يُد اْلِع َقاِب‬

Artinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-
Maidah: 2)

7. Prinsip Al-Tasamuh (Toleransi)


Prinsip toleransi menegaskan bahwa pebedaan pandangan dalam melihat sebuah
hukum, karena perbedaan teori, metode dan pendekatan yang dipakai dalam penggalian
hukum Islam hendaknya masing-masing berlapang dada menerimanya sebagai
keniscayaan dalam realitas kehidupan yang plural.

Allah SWT berfirman,

‫َو اَل َتُك وُنوا َك اَّلِذ يَن َتَفَّر ُقوا َو اْخ َتَلُفوا ِم ْن َبْع ِد َم ا َج اَء ُهُم اْلَبِّيَناُت ۚ َو ُأوَٰل ِئَك َلُهْم َع َذ اٌب َع ِظ يٌم‬

Artinya, “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan


berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-
orang yang mendapat siksa yang berat.” (QS. Ali Imran: 105)
4. Posisi Sunnah dan fungsi Sunnah
1. Posisi Sunnah dalam Islam sebagai sumber hukum para ulama juga telah berkonsensus
dalam hukum Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Dari segi urutan tingkatan dasar
Islam ,Sunnah menjadi dasar hukum Islam ( tasyri’iyyah ) kedua setelah Al Qur’an .
2. Fungsi Sunnah sebagai penjelas atau tambahan terhadap Al Qur’an .tentunya pihak
penjelas di berikan peringkat kedua setelah pihak yang di jelaskan . Teks Al Qur’an
sebagai pokok asal sedang-kan Sunnah sebagai penjelas ( tafsir ) yang di bangun
karenanya dengan demikian segala uraian dalam Sunnah berasal dari Al Qur’an .
5. 1) moral : merujuk pada aturan – aturan atau prinsip – prinsip yang mengatur perilaku
manusia dalam masyarakat,moral mencakup nilai-nilai yang di anggap benar atau salah ,baik
atau buruk,dan membentuk dasar dari tindakan dan keputusan seseorang
2 ) susila: adalah istilah yang di gunakan dalam Hudaya Indonesia untuk merujuk pada
perilaku yang baik ,sopan ,dan sesuai dengan norma- norma yang berlaku dalam
masyarakat.susila mencakup nilai- nilai seperti kejujuran, kesopanan,dan tanggung jawab .
3 ) Budi pekerti adalah istilah yang di gunakan dalam budaya inuntuk merujuk pada sikap
dan perilaku yang baik terutama dalam hubungan sosial. Budi perti mencakup nilai-nilai
seperti keramahan, kesopanan,dan kebaikan hati .
4 ) etika : Adalah studi tentang apa yang di anggap benar atau salah ,baik atau buruk dan
konteks moral ,etika mencakup prinsip – prinsip dan teori – teori yang di gunakan untuk
memahami dan mengevaluasi tindakan manusia .etika berfokus pada pertimbangan rasional
dan refleksi moral .
5 ) Akhlak : adalah istilah yang digunakan dalam islamunutuk merujuk pada perilaku yang
baik dan moralitas yang tinggi, akhlak mencakup nilai-nilai seperti kejujuran keadilan ,dan
kasih sayang .akhlak juga mencakup aspek spiritual dan hubungan manusia dengan Tuhan .
Kaitan nya antara moral, susila, Budi pekerti,etika ,dan akhlak adalah konsep –konsep
yang berkaitan dengan prilaku dan nilai-nilai yang mengatur tindakan individu dalam
berbagai budaya dan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai