PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Dari uraian pada Bab II sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai
karakteristik hukum Islam itu antara lain :
1. Ijmali (Universalitas) dan dinamis, ia meliputi seluruh alam tanpa tapal batas. Ia berlaku
bagi orang Arab dan orang ‘Ajam (non Arab), kulit putih dan kulit hitam. Pemahaman
keuniversalan hukum Islam juga terletak pada segi efektifitasnya hukum yang diberlakukan,
bahwa kewajiban moral hukum yang dicanangkan adalah untuk segenap manusia. Untuk
memperhatikan keuniversalan hukum Islam itu minimal dari 3 segi, yaitu :
a. Menyangkut pemberlakuan hukum bagi para subjek hukum yang keadilan universalnya
tanpa ada perbedaan.
b. Dari segi kemanusiaan yang universal.
c. Dari segi efektivitas hukum bagi seluruh manusia dengan segala dampak yang
ditimbulkannya adalah untuk seluruh manusia pula.
2. Tafshili (Partikularitas), dalam karakteristik ini berlaku 3 segi pemahaman, yaitu :
a. Atas dasar keadilan pula hukum Islam memberlakukan hukum yang khusus demi
kesebandingan penjeratan sanksi hukum atas subjek hukum. Hukum Islam
memberlakukan secara universal kepada setiap orang, namun dalam pemberlakuannya
terjadi penjeratan hukum secara khusus dengan pemberlakuan partikularistik bagi pelaku
hukum.
b. Hukum Islam memiliki hukum kemanusiaan partikular. Misalnya larangan orang Islam
kawin dengan orang bukan islam, berlakunya hukum-hukum ibadah secara rinci, larangan
judi dan minum khamar dan lain sebagainya.
c. Bila ditinjau dari berlakunya efektivitas hukum secara umum adalah berlaku untuk
setiap manusia yang daripadanya terlihat keuniversalannya maka hukum-hukum lainnya
tidak lagi melihat subjek hukum sebagai manusia umumnya, tetapi terhadap manusia
yang telah dianggap patuh menjalankan hukum Islam. Hukum berkarakter partikular
karena hanya menunjuk pada manusia tertentu saja.
3. Harakah (Elastisitas), ia meliputi segala bidang dan lapangan kehidupan manusia.
Permasalahan kemanusiaan, kehidupan jasmani dan rohani, hubungan sesama makhluk,
hubungan makhluk dengan Khalik dan lain sebagainya. Ada 2 segi yang dapat dibentangkan
secara faktual menyangkut argumentasi mengapa hukum Islam memiliki karakter elastis
(harakah), yakni :
a. Menyangkut masalah hukum dalam memberi beban taklif kepada subjek hukum
(mukallaf).
b. Segi hukum dalam merespons atau menyikapi perkembangan zaman dan perubahan
sosial.
4. Akhlak (Etistik)
Dimensi akhlak dimasukkan sebagai karakter hukum Islam didasarkan pada beberapa
alasan sebagai berikut :
a. Hukum Islam dibangun berdasarkan petunjuk wahyu (Ql-Qur’an) yang dikembangkan
melalui kehidupan Nabi SAW (AS Sunnah) dan ijtihadiyah.
b. Segala peraturan hukum Islam memproyeksikan pada 2 bagian peraturan yakni
pengaturan tentang tindakan hubungan dengan Allah yang daripadanya lahir hukum-
hukum ibadah dan pengaturan menyangkut tindakan antar sesama manusia atau dengan
makhluk lain (lingkungannya).
5. Tahsini (Estetik)
Dalam hukum-hukum ibadah juga nampak berlakunya karakter etestik hukum Islam.
Secara umum para subjek diberlakukan hukum-hukum wajib ibadah seperti shalat 5 waktu,
puasa ramadhan, zakat dan naik haji, akan tetapi hukum memberikan pula pilihan-pilihan
yang lebih baik agar para subjek hukum melaksanakan ibadah-ibadah anjuran seperti shalat
sunnat yang beragam macam, I’tikaf di mesjid, puasa sunnat dan sadaqah.
DAFTAR BACAAN
Djamil, Fathurrahman, DR. MA, 1999, Filsafat Hukum Islam, Ciputat: Logos Wacana Ilmu,
1999.
Harjono, Anwar, Dr, Hukum Islam Kekuasaan dan Keagungannya, Jakarta: Bulan Bintang.
Muslehuddin, Muhammad, Dr, 1980, Philoshopy of Islamic Law and The Orientalis, Lahore:
Islamic Publication Ltd.
Sarmadi, A. Sukris, MHi, 2007, Membangun Refleksi Nalar Filsafat Hukum Islam
Paradigmatik, Yogyakarta : Pustaka Prima.