Anda di halaman 1dari 13

SIFAT DAN

KARAKTERISTIK
HUKUM ISLAM
Oleh: Khufazo Ilman Putra
(22050700006)
Pendahulua
n
Agama Islam merupakan agama yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Subhanahu Wa Ta'ala sebagai agama yang rahmatan lil alamin, oleh
karena itu agama Islam Sesuai dengan perkembangan zaman dan makan
(tempat), Sehingga dalam Setiap kejadian yang ada di dunia ini sampai sekarang
atau bahkan nanti sampai akhir zaman akan terjawab langsung oleh Al Qur'anul
Karim. Oleh karena itu maka tidak salah ketika Alquran adalah kalamullah yang
sempurna yang bisa menjawab perubahan zaman. Dalam penetapan hukum
agama Islam, Alquran mempunyai metode-metode yang sangat indah dalam
mengutarakan karekteristik hukum-hukum yang telah ditetapkan kepada
manusia. Allah Subhanahu Wa Ta'ala menetapkan hukum Islam dalam Al Quran
terhadap manusia mempunyai sifat dan karekteristik dengan cara berangsur-
angsur tidak sekaligus dalam penetapanny. Oleh karena itu, dalam persentasi Ini
setidaknya ada empat karakteristik. Alquran dalam metode penyampaian hukum
terhadap manusia, Dengan demikian sangat membantu para mufassir dalam
memahami hukum-hukum yang ada di Alquran sehingga dapat melakukan
ijtihad sesuai dengan perkembangan zaman.
Hukum yang Tetap (Tsabit)
Hukum-hukum yang permanen ini merupakan ketentuan hukum yang

Sifat Dan tidak akan mengalami perubahan, meskipun terjadi perubahan zaman dan begitu
pula tidak dipengaruhi oleh perbedaan tempat. Hukum-hukum dalam kategori ini
bersifat konstan dan universal dan berlaku untuk semua orang dan semua tempat.
Karakteristik Hukum-hukum yang bersifat konstan ini tidak boleh berubah karena
perubahan keadaan dan tempat. Sesuatu yang secara qhat’iy (pasti dan tegas)
Hukum Islam disebut oleh nash ketentuan hukumnya, maka ia bersifat konstan, permanen dan
universal yang berlaku bagi semua orang dan tempat.
Sebagai contoh dalam Al-qur’an secara tegas telah disebutkan
keharaman memakan bangkai, darah, daging babi dan sembelihan tanpa
menyebut nama Allâh. Sebagaimana Firman Allâh dalam, Q.S al-Maidah/5: 3.
‫ُح ِّرَم ْت َعَلْي ُمُك اْلَمْي َتُة َو اَّدل ُم َو َلْح ُم اْلِخ ِزْنيِر‬
“Diharamkan bagi kamu memakan bangkai, darah, daging babi”
Para ulama telah menetapkan persoalan-persoalan yang bersifat permanen dan
konstan yang tidak mengalami perubahan itu ialah:
a) Hukum-hukum yang berkaitan dengan aqidah dan seluk beluk yang berkenaan dengan
keimanan yang sudah pasti adanya. Maka dalam hal ini tidak ada perubahan karena sudah
merupakan ketetapan Allâh swt.15 Sebagaimana firman-Nya Q.S as-Syûra/42 :13.
‫ۚ َرَشَع َلْمُك ِم َن اِّدل يِن َم ا َو ٰىَّص ِبِه ُنوًح ا َو اِذَّل ي َأْو َح ْيَنا َلْي َك َو َم ا َو َّص ْي َنا ِبِه ْبَر اِه َمي َو ُم وٰىَس َو ِعيٰىَس ۖ َأْن َأِق ُميوا اِّدل يَن َو اَل َتَتَفَّر ُقوا ِف يِه‬
“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang ‫ِإ‬ agama apa ‫ ِإ‬yang telah diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya.”
b)Hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah mahdhah (ibadah murni). Ibadah-ibadah
seperti salat, zakat, puasa, haji dan umrah adalah ibadahibadah yang pasti. Seperti Salat
merupakan ibadah yang diatur dalam syariat yaitu “Perkataan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan di akhiri dengan salam”. Demikian juga Puasa yakni “berhenti dari makan
dan minum serta menjaga dari hal yang membatalkannya pada waktu yang sudah ditentukan
yakni dari terbit pajar sampai tenggelam matahari”, demikian juga hal yang berkaitan dengan
Haji seperti syarat, rukun waktu dan tempatnya telah diatur dalam syariat Islam.
c) Hukum-hukum yang berkaitan dengan qishâs (hukuman mati) dan masalah hudud
(hukuman) d) Hukum-hukum yang berkaitan dengan kadar ibadah yang sudah ditentukan
seperti bilangan talak, kadar zakat serta bagian warisan. Maka ketentuanketentuan ini tidak
berubah kadarnya dengan asas (dasar) untuk menjaga kemaslahatan.
Dinamis
Dinamis adalah sifat atau tabi’at yang mumpuni dan

Sifat Dan berkemampuan dalam menyesuaikan diri dalam keadaan. Kedinamisan


hukum Islam terletak pada dasar-dasar yang menjadi dasar dan tiang
pokok bagi hukum, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Manusia tidak dapat
Karakteristik diperintah jika perintah itu tidak menawan hatinya, atau mempunyai
daya dinamika. Syari’at Islam dapat menarik manusia dengan amat cepat
Hukum Islam dan manusia dapat menerimanya dengan ketetapan hati, karena Islam
menghadapkan pembicaraannya kepada akar dan mendesak manusia
bergerak, berusaha serta memenuhi kehendak fi trah yang sejahtera,
sebagaimana hukum Islam menuju kepada toleransi, persamaan,
kemerdekaan, menyuruh untuk berbuat yang ma’ruf dan mencegah yang
munkar.
Syekh Yusuf Qardhawi seorang pakar hukum Islam
kontemporer menyebut hukum-hukum yang tidak permanen ini dengan
istilah al-Ahkâm alMutagayyirah (hukum-hukum yang beruba-ubah)
Adapun yang dimaksud oleh Yusuf Qardhawi dengan istilah ini ialah hukum-hukum yang
mengalami perubahan. Perubahan di sini maksudnya ialah hukum-hukum yang mengalami perubahan
dengan berubahannya zaman, keadaan dan tempat. Terjadinya perubahan hukum karena perubahan dalam
masyarakat.
Dinamika perubahan dan perkembangan yang terjadi pada hukum Islam itu lebih disebabkan oleh dua faktor
pokok. Kedua faktor pokok itu adalah sebagai berikut.
a) Perubahan pemahaman atas ‘illat (sebab) hukum. Sebagaimana dirumuskan oleh ulama ushul misalnya,
Al-Gazâli menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan ‘illat“adalah merupakan pautan hukum atau
tambatan hukum dimana syari’at menggantungkan hukum padanya.” Atau seperti yang dikemukakan
oleh Abdul Gani Al-Bajiqani “bahwa yang dimaksud dengan ‘illat itu ialah pautan hukum dimana syari’
menghubungkan ketetapan hukum dengannya”. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sesungguhnya
‘illat itu ialah sesuatu yang melatar belakangi atau menjadi sebab adanya suatu ketetapan hukum.
b) Perubahan pemahaman atas hukum. Maksudnya ialah ‘illat tetap seperti semula, tetapi maksud tersebut
akan tercapai lebih baik sekiranya pemahaman hukum yang didasarkan pada ‘illat itu yang diubah.
Ex: Dalam bidang peradilan, Allâh swt mewajibkan bersikap adil, menjauhi dusta dan larangan mengikuti
hawa nafsu dalam memutuskan perkara. Allâh berfirman dalam Q.S an-Nisa/4: 58.
‫إَِّن ٱَهَّلل َيْأُم ُر ْمُك َأن ُتَؤ ُّد و۟ا ٱَأْلَٰمَٰن ِت ٰٓىَل َأْه ِلَها َو َذ ا َح ْمَكمُت َبَنْي ٱلَّناِس َأن ْحَت ُمُكو۟ا ِبٱْلَع ْد ِل ۚ َّن ٱَهَّلل ِنِع َّم ا َيِع ُظ مُك ِبِه ٓۦۗ َّن ٱَهَّلل اَك َن ِمَس يًۢع ا َبِص ًري ا‬
“Sesungguhnya Allâh menyuruh ‫ِإ‬ kamu ‫ِإ‬menyampaikan amanat kepada ‫ِإ‬ yang‫ ِإ‬berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil”
Universal
Agama Islam bersifat universal, baik dari sisi ajarannya maupun sisi

Sifat Dan manfa’at atau kegunaannya dalam masyarakat. Dari sisi ajarannya mencakup
aqidah, ibadah, mu’amalah, munakahat, jinayah, siyasah dan lain sebagainya.
Sebagaimana Firman Allah SWT. (QS. 2:208).
Karakteristik ‫اَي َأَهُّيا اِذَّل يَن آَمُنوا اْدُخ ُلوا يِف الِّس ِمْل اَك َّفًة َو اَل َتَّتِب ُع وا ُخ ُط َو اِت الَّش ْي َط اِن ۚ َّنُه َلْمُك َعُد ٌّو ُم ِب ٌني‬
‫ِإ‬
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan,
Hukum Islam dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu
musuh yang nyata bagimu.
Agama Islam dari sisi manfaat atau kegunaan dapat dinikmati bukan saja bagi
segolongan saja, akan tetapi bagi seluruh alam ini tanpa batas, baik yang
berkulit putih maupun yang berkulit hitam, bagi orang Arab maupun non Arab.
Sebagaimana Firman Allah SWT. (QS. 21:107)
‫َو َم ا َأْرَس ْلَناَك اَّل َر َمْح ًة ِلْلَع اَلِم َني‬
“dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan ‫ِإ‬ untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.
Universalitas Hukum Islam ini sesuai dengan pemilik hukum itu sendiri yang
kekuasaannya tidak terbatas, bukan saja kepada manusia tetapi juga alam semesta.21
Sebagaimana Firman Allah SWT. (QS. 34:28)
‫َو َم ا َأْرَس ْلَناَك اَّل اَك َّفًة ِللَّناِس َبِش ًري ا َو َنِذ يًر ا َوَٰل ِكَّن َأْكَرَث الَّناِس اَل َيْع َلُم وَن‬
“dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat seluruhnya sebagai ‫ ِإ‬manusia
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui”
Al-Quran yang memberikan bukti bahwa hukum Islam tersebut ditujukan kepada seluruh
manusia di muka bumi sebagaimana firman-Nya dalam surat pada Q.S. Saba’/34: 28.
‫َو َم ا َأْرَس ْلَناَك اَّل اَك َّفًة ِللَّناِس َبِش ًري ا َو َنِذ يًر ا َوَٰل ِكَّن َأْكَرَث الَّناِس اَل َيْع َلُم وَن‬
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat seluruhnya sebagai ‫ ِإ‬manusia
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui”.
Asbabul nuzul dari ayat tersebut diatas, diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir dan Ibnu Abi Hatim,
dari Sufyan, dari ‘Ashim, yang bersumber dari Ibnu Razin bahwa salah seorang dari dua orang
yang berserikat di dalam dagangnya pergi ke Syam, sedang seorang lagi menetap di Mekah.
Ketika mendengar berita diutusnya seorang Nabi, ia menulis surat kepada temannya (yang ada
di Mekah) menanyakan berita itu. Ia menerima jawaban bahwa tidak seorangpun dari golongan
Quraisy yang mengikutinya kecuali orang-orang yang hina dan miskin.
Syumûliyah (keuniversalan) hukum Islam mencakup tiga hal yaitu:
1) Syumûliyah al-Zamân
2) Syumûliyah al-Makân
3) Syumûliyah al-Insân
Ta’abbudi dan Ta’aqquli
Al-Syatibi menyatakan bahwa ta’abbudi adalah dimana tujuan hukum dalam

Sifat Dan melambangkan hukum untuk membebaskan mukallf dari perintah-perintah hawa
nafsunya (hawa) agar dia menjadi.
hamba tuhan dengan suka rela (Ihtiyarran) sebagaimana dia juga hamba tuhan
Karakteristik secara alamiah (idhthiraran, secara terpaksa). Sedangkan ta’aqquli adalah
sebaliknya. Lebih jelasnya ta’abbudi adalah suatu bentuk ibadah yang tujuannya
Hukum Islam utama untuk mendekati diri kepada Allah, yakni beriman kepada-Nya dan segala
konsekwensinya berupa ibadah yang mengandung sifat ta’abbudi (manusia harus
menerima apa saja yang telah ditetapkan oleh syariat).
Sebagai contoh dalam bidang ibadah, terkandung nilainilai ta’abudi/ghairu
ma’qulah al-ma’na (irasional). Jika seseorang terkena najis mugholadzoh (najis
berat) terkena air liur anjing maka membersihkannya dengan tanah, padahal dalam
kontek tehknologi saat ini ada diterjen pembersih seperti Rinso, Attek, Surp dan
lain sebagainya. Namun diterjen pembersih tersebut tidak bisa menggantikan tanah
sebagai alat bersuci, maka ini berlaku ta’abudi. Dalam bidang ini tidak ada ijtihad
bagi manusia
Sedangkan dalam nilai-nilai ta’aquli/ ma’qulah al-ma’na (rasional). Dalam hal ini
umat Islam Islam dituntut untuk berijtihad guna membumikan ketentuan-ketentuan syari’at
tersebut.
Contoh dalam nilai-nilai ta’aquli dalam bidang mu’amalah. Bahwa transaksi jual beli
di pasar modern tidak mesti antara penjual dan pembeli mesti berhadapan (tawar menawar),
yang terpenting prinsipnya antarodhin (kerelaan para pihak) sebagaimana telah dijelaskan di
atas. Penggalian hukum Islam secara inovatif merupakan penerapan nilai-nilai ta’abudi
(rasional).
Kesimpulan …
Hukum Islam sebenarnya tidak lain dari pada fiqh islam atau syariat Islam,
yaitu koleksi daya upaya para fuqaha dalam menerapkan syariat Islam sesuai
dengan kebutuhan masyarakat yang bersumber kepada al-Qur’an As-Sunnah
dan Ijmak para sahabat dan tabi’in, Hukum islam menekankan pada final
goal, yaitu mewujudkan kemaslahatan manusia. dan kemajuan umuat melalui
proses siyasah syariyyah, dengan produk qanun atau perundang-undangan.
Hukum Islam adalah hukum yang berkarakteristik. yang berbeda dengan
ilmu hukum lainnya, Karakter tersebut merupakan ketentuan-ketentuan yang
tidak dapat dirubah dan originalitas. AI-Qur'an memperkenalkan satu
konsepsi hukum yang bersifat integral yang didalamnya terpadu antara
Sunatullah dengan Sunnah.. Dengan sifatnya yang demikian, membuat
hukum Islam memiliki power sendiri yang tidak bergantung dengan adanya
sesuatu kekuasaan sebagai kekuatan pemaksa dari luar hukum tersebut.
Thank you
Any question ???

Anda mungkin juga menyukai