Anda di halaman 1dari 11

Karakteristik Hukum Islam

1. Sempurna
salah satu ciri hukum Islam adalah takamul yaitu,lengkap, sempurna
mengatur segala segi kehidupan. Hukum Islam menghimpun segala
sudut dan segi yang berbeda-beda di dalam suatu kesatuan karenanya
hukum Islam tidak menghendaki adanya pertentangan antara Ushul
dengan Furu',tetapi satu sama lain saling melengkapi dan
menguatkan.
2. Bersifat Universal
Perhatikan QS. Al-Anbiya[21]:107

‫ك اِاَّل َرحْ َمةً لِّ ْل ٰعلَ ِمي َْن‬


َ ‫َو َمٓا اَرْ َس ْل ٰن‬
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
seluruh alam.”
Hukum Islam bersifat universal, mencakup seluruh manusia di dunia tidak dibatasi oleh
faktor geografis atau batasan teritori. Hal ini terlihat dalam sumber utama hukum Islam
dalam konteks sejarah Rasul dengan memfokuskan dakwah mengenai
tauhid seperti panggilan yâ ayyuha an-nâs, walaupun pada persoalan hukum hanya
khusus umat Islam saja.
3. Moralitas (Akhlaqi)
Moral dan akhlak sangat penting dalam pergaulan hidup di dunia ini.
Oleh karena itu, Allah sengaja mengutus Nabi untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Sebagaimana juga Allah
memerintahkan umat Islam untuk mengambil contoh teladan dari
moral Nabi dalam surat al-Ahzâb: 21:
‫ان يَ ۡرجُوا هّٰللا َ َو ۡاليَ ۡو َم ااۡل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َك ِث ۡيرًا‬
َ ‫ان لَ ُكمۡ فِ ۡى َرس ُۡو ِل هّٰللا ِ اُ ۡس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ۡن َك‬
َ ‫لَقَ ۡد َك‬
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat
dan yang banyak mengingat Allah.
Relasi antara moral dan hukum adalah merupakan karakteristik
terpenting dari kajian hukum Islam. Dalam hukum Islam antara
keduanya tidak ada pemisahan, jadi pembahasan hukum Islam juga di
dalamnya termasuk pembahasan moralitas.
5. Elastis dan sistematis
Hukum juga bersifat elastis (luwes), ia meliputi segala bidang
dan lapangan kehidupan manusia. Permasalahan kemanusiaan,
kehidupan jasmani dan rohani, hubungan sesama makhluk,
hubungan makhluk dengan khalik serta tuntutan hidup
dunia akhirat terkandung dalam ajarannya. Hukum Islam
memperhatikan berbagai segi kehidupan, baik muamalah,
ibadah, jinayah, dan lainnya.
al-Qur’an, sebagai rujukkan dasar hukum Islam tidak ada satupun perintah Allah
SWT yang memberatkan hamba-Nya, sebagaimana ditegaskan dalam surah al-
Baqarah ayat 286 “Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”. Sehingga dalam kondisi darurat, hukum Islam memberikan
rukhshah (keringanan), misalnya keringanan untuk bertayammum bagi orang yang
kesulitan mendapatkan air, keringan untuk tidak berpuasa bagi orang sakit, ibu hamil,
ibu menyusui, dan orang musafir. Sampai kepada dharuratu tubihulmahzhurat
(keadaan darurat membolehkan yang dilarang) seperti makan bangkai yang
merupakan perbuatan terlarang. Namun, saat kondisi terpaksa tidak ada makanan
lain jiwa pun terancam, maka diperbolehkan memakannya untuk sekedar bertahan
menyelamatkan jiwa saat itu. Di sini, terlihat bahwa hukum Islam tidak memberatkan
dan juga bersifat elastis yaitu lentur, luwes, atau mudah diubah bentuknya dan
mudah kembali kepada bentuk asalnya, sehingga diterima sepanjang masa.
ayat al-Qur’an juga bersifat sistematis dimana antara satu ayat
dengan ayat yang lain saling bertautan satu sama lain secara logis.
Kelogisan al-Qur’an, juga dapat dipahami dari proses turunnya secara
berangsur-angsur bukan sekaligus, mengingat potensi manusia yang
sangat terbatas sehingga ayat yang telah diturunkan dapat dipahami
barulah ayat yang berikutnya diturunkan.
Hukum Islam juga mencerminkan sejumlah aturan yang bertalian
secara logis. Beberapa lembaganya saling berhubungan satu dengan
yang lain. Perintah salat senantiasa diiringi dengan perintah zakat dan
lainnya.
6. Harakah (bergerak /dinamis)
Hukum Islam dinamis dalam menghadapi perkembangan sesuai
dengan tuntutan waktu dan tempat. Dalam gerakannya hukum Islam
menyertai perkembangan manusia, mempunyai kaidah
asasiyah(kaidah –kaidah dasar) yang akan menjawab segala tantangan
masa, dapat memenuhi harapan zaman dengan tetap memelihara nilai-
nilai asasinya.
7. Hukum Islam bersifat Ta'aquli dan Ta'abbudi
syari'at Islam mencakup bidang mu'amalah dan
bidang ibadah. Dalam bidang ibadah terkandung nilai-nilai ta'abbudi
ghairu ma' qulah al ma’na (Irasional), artinya manusia tidak boleh
beribadah kecuali dengan apa yang telah disyari'atkan dalam bidang ini,
tidak ada pintu ijtihad bagi umat manusia.
Sedangkan bidang muamalah, di dalamnya terkadang nilai-nilai t a'aquli/
ma’aqulah al-ma’na (rasional). Artinya, umat Islam dituntut untuk berijtihad
guna membumikan ketentuan-ketentuan syari'at tersebut.

Anda mungkin juga menyukai