Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah
Islam. (QS. Ali Imran: 19)
Allah taala berfirman,
Pertama:
AGAMA ISLAM ADALAH AGAMA YANG HAQ (BENAR) YANG DIBAWAH OLEH
NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Islam secara bahasa (etimologi) adalah berserah diri, tunduk, atau patuh.
Adapun menurut syariat (terminologi), definisi Islam berada pada dua
keadaan:
Pertama: Apabila Islam disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan kata
iman, maka pengertian Islam mencakup keseluruhan agama, baik ushul
(pokok) maupun furu (cabang), seluruh masalah aqidah, ibadah,
keyakinan, perkataan dan perbuatan. Jadi pengertian ini menunjukkan
bahwa Islam adalah pengakuan dengan lisan, meyakininya dengan hati
dan berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla atas semua yang telah
ditentukan dan ditakdirkan. [1]
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala tentang Nabi Ibrahim
Alaihissallam:
Ketika Rabb-nya berfirman kepadanya: Tunduk patuhlah! Ibrahim
Orang-orang Arab Badui itu berkata: Kami telah beriman. Katakanlah
(kepada mereka): Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: Kami telah
tunduk, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu... [Al-Hujuraat:
14]
Dengan Islam, Allah Subhanahu wa Taala mengakhiri serta
menyempurna-kan agama-Nya yang dianut ummat sebelumnya untuk
para hamba-Nya. Dengan Islam pula, Allah Subhanahu wa Taala
menyempurnakan kenikmatan-Nya dan meridhai Islam sebagai agama.
Agama Islam adalah agama yang benar dan satu-satunya agama yang
diterima Allah, agama (kepercayaan) selain Islam tidak akan diterima
Allah.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Sesungguhnya agama (yang benar) di sisi Allah adalah Islam. [Ali
Imran: 19]
Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan di akhirat ia
termasuk orang-orang yang rugi. [Ali Imran: 85]
.
Demi (Rabb) yang diri Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah
mendengar seseorang dari ummat Yahudi dan Nasrani tentang diutusnya
aku (Muhammad), kemudian ia mati dalam keadaan tidak beriman dengan
apa yang aku diutus dengannya (Islam), niscaya ia termasuk penghuni
Neraka. [6]
Mengimani Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, artinya
membenarkan dengan penuh penerimaan dan kepatuhan pada seluruh
apa yang dibawanya, bukan hanya membenarkan semata. Oleh karena
itulah Abu Thalib (paman Nabi Shallallahu alaihi wa sallam) termasuk
kafir, yaitu orang yang tidak beriman kepada Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam meskipun ia membenarkan apa yang dibawa oleh Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam dan ia membenarkan pula bahwa Islam adalah agama
yang terbaik.
Agama Islam mencakup seluruh kemaslahatan yang terkandung di dalam
agama-agama terdahulu. Islam memiliki keistimewaan, yaitu cocok dan
sesuai untuk setiap masa, tempat dan kondisi ummat.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Dan Kami turunkan Al-Qur-an kepadamu dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu Kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan sebagai batu ujian terhadap Kitab-kitab yang lain... [AlMaa-idah: 48]
Islam dikatakan cocok dan sesuai di setiap masa, tempat, dan kondisi
ummat maksudnya adalah berpegang teguh kepada Islam tidak akan
menghilangkan kemaslahatan ummat, bahkan dengan Islam ini ummat
akan menjadi baik, sejahtera, aman dan sentausa. Tetapi harus diingat
bahwa Islam tidak tunduk terhadap masa, tempat dan kondisi ummat
sebagaimana yang dikehendaki oleh sebagian orang. Apabila ummat
manusia menginginkan keselamatan di dunia dan di akhirat, maka mereka
harus masuk Islam dan tunduk dalam melaksanakan syariat Islam.
Agama Islam adalah agama yang benar, Allah Subhanahu wa Taala
menjanjikan kemenangan kepada orang yang berpegang teguh kepada
agama ini dengan baik, namun dengan syarat mereka harus
mentauhidkan Allah, menjauhkan segala (bentuk) perbuatan syirik,
menuntut ilmu syari, dan mengamalkan amal yang shalih.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang haq (benar), untuk dimenangkan-Nya atas segala
agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya. [At-Taubah:
33]
Juga dalam firman-Nya:
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara
kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bahwa sungguh Dia akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana telah Dia jadikan
orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka,
dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka
berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap beribadah
kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.
Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik. [An-Nuur: 55]
Islam adalah agama yang sempurna dalam aqidah dan syariat. Di antara
bentuk kesempurnaannya adalah:
1. Islam memerintahkan untuk bertauhid dan melarang perbuatan syirik.
2. Memerintahkan untuk berbuat jujur dan melarang bersikap bohong.
3. Memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang bersikap zhalim.
4. Memerintahkan untuk bersikap amanah dan melarang bersikap khianat.
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan ber-buat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah me-larang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengam-bil pelajaran. [An-Nahl: 90]
Islam didirikan atas lima dasar. Sebagaimana yang disebutkan dalam
sebuah hadits masyhur yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar Radhiyallahu
anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
.
Islam dibangun atas lima dasar: (1) bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah
dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, (2) menegakkan shalat, (3)
membayar zakat, (4) berpuasa di bulan Ramadhan, dan (5) menunaikan
haji ke Baitullaah.[13]
Rukun Islam ini wajib diimani, diyakini dan wajib diamalkan oleh setiap
Muslim dan Muslimah.
Rukun Pertama: Kesaksian tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi
dengan benar kecuali Allah Azza wa Jalla dan (bahwa) Muhammad
Shallallahu alaihi wa sallam adalah hamba serta Rasul-Nya, merupakan
keyakinan mantap yang diekspresikan dengan lisan. Dengan
kemantapannya itu, seakan-akan ia dapat menyaksikan-Nya.
Syahadah (kesaksian) merupakan satu rukun padahal yang disaksikan itu
ada dua hal, ini dikarenakan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
adalah penyampai risalah dari Allah Azza wa Jalla. Jadi, kesaksian bahwa
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan Allah
, tidak ada
Azza wa Jalla merupakan kesempurnaan kesaksian
sesembahan yang berhak di ibadahi dengan benar kecuali Allah.
Syahadatain (dua kesaksian) tersebut merupakan prinsip dasar keabsahan
dan diterimanya semua amal. Amal akan sah dan diterima bila dilakukan
dengan keikhlasan hanya karena Allah Azza wa Jalla dan mutabaah
(mengikuti) Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Ikhlas karena
Allah Azza wa Jalla merupakan realisasi dari syahadat (kesaksian) laa
ilaaha illallaah, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan
benar kecuali Allah. Sedangkan mutabaah atau meng-ikuti Sunnah
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam merupakan realisasi dari pada
kesaksian bahwa Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam adalah hamba
dan Rasul-Nya.
Faedah terbesar dari dua kalimat syahadat tersebut adalah membebaskan
hati dan jiwa dari penghambaan terhadap makhluk dengan beribadah
hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja serta tidak mengikuti melainkan
hanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Rukun Kedua: Menegakkan shalat artinya beribadah kepada Allah dengan
melaksanakan shalat wajib lima waktu secara istiqamah dan sempurna,
baik waktu maupun caranya. Shalat harus sesuai dengan contoh Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam.
Sebagaimana sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam:
.
Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat. [14]
Salah satu hikmah shalat adalah mendapat kelapangan dada, ketenangan
hati, serta menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar. [15]
Rukun Ketiga: Membayar zakat artinya beribadah hanya kepada Allah
Azza wa Jalla dengan menyerahkan kadar yang wajib dari harta-harta
yang harus dikeluarkan zakatnya.[16]
Salah satu hikmah membayar zakat adalah membersihkan harta, jiwa dan
moral yang buruk, yaitu kekikiran serta dapat menutupi kebutuhan Islam
dan kaum Muslimin, menolong orang fakir dan miskin.
Rukun Keempat: Berpuasa di bulan Ramadhan artinya beribadah hanya
kepada Allah dengan cara meninggalkan makan, minum, jima
(bercampur) antara suami isteri dan hal-hal yang dapat membatalkannya
dari mulai terbit fajar shadiq sampai terbenam matahari.
Salah satu hikmah berpuasa di bulan Ramadhan adalah melatih jiwa untuk
meninggalkan hal-hal yang disukai karena mencari ridha Allah Azza wa
Jalla.
Rukun Kelima: Menunaikan (ibadah) haji ke Baitullah (rumah Allah)
[13]. Mutafaqun alaihi. HR. Al-Bukhari dalam Kitaabul Iimaan pada bab
Qaulun Nabi j
( no. 8), Muslim dalam Kitaabul Iimaan bab
Arkaanul Islaam (no. 16), Ahmad (II/26, 93, 120, 143), at-Tirmidzi (no.
2609) dan an-Nasa-i (VIII/107).
[14]. HR. Al-Bukhari (no. 631), dari Sahabat Malik bin Khuwairits.
[15]. Lihat QS. Al-Ankabut: 45.
[16]. Lihat QS. Al-Baqarah: 43.
[17]. Diringkas dan ditambah dari kitab Syarah Ushuulil Iimaan (hal. 410) oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin.