FIQIH JINAYAH
DOSEN PENGAMPU : Arif Marshal, Lc.,Ma.
KELOMPOK 11
Muhammad Fadil (12250511140)
Januarko (12250511169)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fiqih Jinayah..........................................................................2
2.2 Asas-asas Fiqih Jinayah............................................................................2
2.3 Klasifikasi Jinayah Menurut Islam...........................................................6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................7
3.2 Saran.........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Hukum pidana atau fiqih jinayah merupakan bagian dari syari’at yang
berlaku semenjak diutusnya Rasulullah. Oleh karenanya pada zaman Rasulullah
dan Khulafarur Rasyidin, hukum pidana islam berlaku sebagai hukum publik.
Yitu hukum yang diatur dan diterapkan oleh pemerintahan selaku penguasa yang
saha atau ulil amri
Namun dalam kenyataannya, masih banyak umat islam yang belum tau
yang paham tentang apa dan bagaimana hukum pidana islam itu, serta
bagaimana ketentuan-ketentuan hukum tersebut seharusnya disikapi dan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka pada kesempatan ini pemakalah
akan mencoba menjelaskan apa itu fiqih jinayah atau hukum pidana islam dan
beberapa aspek didalamnya
Dalam hukum islam yang dikenal dengan istilah jinayah merupakan salah
satu dari bagian syari’at islam, jinayah ini bermacam-macam jenis dan sebabnya.
Dalam makalah ini kami mencoba untuk membahasnya sesuai dengan batas
kemampuan yang kami miliki
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Asas Legalitas
Kata asas berasal dari bahasa Arab asasun yang berarti dasar atau
prinsip, sedangkan kata legalitas berasal dari bahasa latin yaitu lex (kata
benda) yang berarti undang-undang, atau dari kata jadian legalis yang
berarti sah atau sesuai dengan ketentuan undang-undang. Dengan
demikian legalitas adalah “keabsahan sesuatu menurut undang undang”.
Adapun istilah legalitas dalam syari’at Islam tidak ditentukan secara jelas
sebagaimana yang terdapat dalam kitab undang-undang hukum positif.
Kendati demikian, bukan berarti syari’at Islam tidak mengenal asas
legalitas. Asas legalitas dipopulerkan melalui ungkapan dalam bahasa
latin:
Nullum Deliktum Nulla Poena Sine Pravia Lege Poenali (tiada delik
tiada hukuman sebelum ada ketentuan terlebih dahulu). Asas ini
merupakan suatu jaminan dasar bagi kebebasan individu dengan memberi
batas aktivitas apa yang dilarang secara tepat dan jelas. Asas ini
melindungi dari penyalahgunaan kekuasaan atau kesewenang-wenangan
hakim, menjamin keamanan individu dengan informasi yang boleh dan
yang dilarang. Dasar hukum asas legalitas dalam Islam antara lain:
2
Al-Qur’an surat Al-Isra’: 15
َّم ِن ٱْه َتَد ٰى َف ِإَّنَم ا َيْه َت ِد ى ِلَنْف ِس ِهۦ ۖ َوَم ن َضَّل َف ِإَّنَم ا َيِض ُّل َع َلْيَه ا ۚ َواَل َت ِزُر َواِزَر ٌة ِوْزَر
ُأْخ َرٰى ۗ َوَم ا ُك َّن ا ُم َعِّذ ِبيَن َحَّت ٰى َنْب َع َث َرُس واًل
3
memberikan kebebasan bagi setiap penganutnya.
3. Asas Teritorial
4
memperbuat jarimah di negeri bukan Islam, dan sesudah itu ia masuk lagi
ke negeri Islam, maka ia tidak dijatuhi hukuman atas jarimahnya,
meskipun ia menyatakan memeluk lagi agama Islam.
4. Asas Material
5
negeri Islam, ia sudah menjadi orang harbi. Bagi orang Islam yang
berbalik agama (murtad) dan meninggalkan negeri Islam, kemudian
memperbuat jarimah di negeri bukan Islam, dan sesudah itu ia masuk lagi
ke negeri Islam, maka ia tidak dijatuhi hukuman atas jarimahnya,
meskipun ia menyatakan memeluk lagi agama Islam.
5. Asas Moralitas
1. Qishas
Qishas adalah penjatuhan coba sanksi yang sama dengan yang telah
pelaku lakukan terhadap korbannya, misalnya pelaku menghilangkan
nyawa korbannya, maka ia wajib dibunuh. Kecuali, keluarga korban
6
memaafkan si pelaku, maka pelaku hanya akan dikenakan denda yang
dinamakan dengan diat atau denda sebagai pengganti dari hukuman.
Syarat
b. Si pelaku adalah orang yang tidak gila atau memiliki akal yang
sehat.
2. Hudud
Hudud adalah penjatuhan sanksi yang berat atas sesorang yang telah
ditentukan oleh Al-Qur'an dan Hadis, seperti zina, mabuk dan keluar
dari agama Islam atau murtad.
3. Takzir
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fiqih Jinayah terdiri dari dua kata, yaitu fiqih dan jinayah. Pengertian fiqih
secara bahasa berasal dari faqiha tafqahu fiqhan yang berarti mengerti,
paham. Dikalanagn fuqaha Jinayah berarti perbuatan yang terlarang menurut
syara’. Hukum pidana Islam dalam fiqih disebut Jinayah atau Jarimah. Dasar
hukum Jinayah diantaranya Q.S al-Qashash ayat 77 yang artinya “ Dan carilah
(pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu,
tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai prang yang berbuat
kerusakan.
3.2 Saran
Alhamdulillah dengan terselesainya makalah Fiqih Jinayah ini penulis
mengharapkan seluruh pembaca menjadi orang yang haus akan ilmu terutama
untuk mempelajari dengan tekun dan teliti materi ini serta mencari referensi
lain sehingga bisa mengenal lebih dalam tentang Fiqih Jinayah, Hudud, Qishash
dan Ta’zir. Penulis mengharapkan bagi para pembaca bisa mengajukan
kritikan jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah.
7
DAFTAR PUSTAKA
https://pecihitam.org/fikih-jinayah/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Jinayah
https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-syarif-
hidayatullah-jakarta/hukum-pidana-di-dunia-islam/jinayah-5-macam-macam-
qishas/31668994