Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS PATRON KLIEN DI KELURAHAN PERBATUAN

KECAMATAN KULIM KOTA PEKANBARU

Oleh:

DIZA APRIALISTY : 2206111746

(12B)

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan “Analisis Patron

Klien Di Kelurahan Perbatuaan Kecamatan Kulim Kota Pekanbaru” ini

tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk

memenuhi tugas pada Mata Kuliah Praktikum Sosial Pertanian. Selain itu,

laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan

juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen dan Asisten Dosen yang

telah memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi hingga selesainnya tugas

ini.Tidak lupa pula seluruh rekan-rekan pihak terkait yang telah banyak

membantupenulis. Tidak ada yang pantas diberikan selain balasan dari Allah

SWT untuk kemajuan kita semua dakam menghadapi masa mendatang.

Penulis menyadari, laporan yang ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi

kesempurnaan laporan ini, dan mengharapkan agar laporan ini bermanfaat

untuk kita semua.

Pekanbaru, Oktober 2022

PAGE \* MERGEFORMAT ix
Penulis

DAFTAR ISI

Kata pengantar

.............................................................................................................................

ii

Daftar isi

.............................................................................................................................

iii

Daftar tabel

.............................................................................................................................

Daftar gambar

.............................................................................................................................

vi

Abstrak

.............................................................................................................................

vii-viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang.........................................................................................

1-6

PAGE \* MERGEFORMAT ix
1.2. Permasalahan...........................................................................................

1.3. Tujuan......................................................................................................

1.4. Manfaat....................................................................................................

BAB II TEORI

2.1. Definisi Usahatani...................................................................................

9-13

2.1.1 Struktur Usahatani.......................................................................

14-15

2.1.2 Usahatani Keluarga dan Perusahaan...........................................

16-18

2.1.3 Tenaga Kerja Dalam Usahatani..................................................

19-24

2.2 Budidya yang Diusahakan Petani...........................................................

24-37

2.2.1 Pengertian Budidaya...................................................................

24-25

2.2.2 Manfaat Budidaya.......................................................................

25

2.2.3 Macam-macam Budidaya...........................................................

25-37

PAGE \* MERGEFORMAT ix
BAB III PEMBAHASAN

3.1. Profil Responden.....................................................................................

38-46

3.2.....................................................................................................................

Usahatani.......................................................................................................

46-55

3.3. Kelembagaan dan adopsi inovasi.............................................................

56-58

3.4. Permasalahan dan dinamika usahatani....................................................

59-60

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan.............................................................................................

61-62

4.2. Saran.......................................................................................................

63

DAFTAR PUSTAKA

.............................................................................................................................

64-66

LAMPIRAN (DOKUMENTASI)

.............................................................................................................................

67-69

PAGE \* MERGEFORMAT ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Biaya Penyusutan Alat

.............................................................................................................................

55

Tabel 2 Biaya Pupuk

.............................................................................................................................

56

PAGE \* MERGEFORMAT ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Produksi Cabai dan Bawang Merah 2015-2020

.............................................................................................................................

Gambar 2 Grafik usia petani di Kelurahan Perbatuan

.............................................................................................................................

42

Gambar 3 Persentase pekerjaan petani di Kelurahan Perbatuan

.............................................................................................................................

44

PAGE \* MERGEFORMAT ix
Gambar 4 Grafik lamanya bekerja sebagai petani

.............................................................................................................................

46

Gambar 6 Mesin penetas telur puyuh pak Bonadi

.............................................................................................................................

56

Gambar 7 Foto bersama Petani Pisang (pak Ari)

.............................................................................................................................

29

Gambar 8 Kebun pisang milik pak Ari

.............................................................................................................................

29

Gambar 9 Bibit Lada milik pak Ari

.............................................................................................................................

29

Gambar 10 Wawancara dengan Petani Pisang (pak Ari)

.............................................................................................................................

29

PAGE \* MERGEFORMAT ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sektor pertanian memiliki peranan penting bagi perekonomian nasional.

Sektor pertanian juga dapat menambah devisa bagi negara. Selain itu, pertanian

juga merupakan salah satu sektor yang dipersiapkan untuk menghasilkan produk

yang memiliki kualitas dan nilai ekonomis sehingga dapat bersaing pada era pasar

bebas.

Salah satu sektor pertanian yang menjadi pusat perhatian adalah sektor

holtikultura. Tanaman holtikultura, seperti tanaman buah-buahan, tanaman

sayuran dan tanaman hias mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan.

Selain itu permintaan akan produk holtikultura semakin meningkat, hal ini

disebabkan karena kebutuhan masyarakat terhadap tanaman holtikultura semakin

meningkat.

Sayuran merupakan tanaman holtikultura yang mempunyai peranan

penting dalam pemenuhan kebutuhan manusia sebagai pelengkap makanan pokok.

Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, di Indonesia telah dikembangkan

agribisnis tanaman holtikultura dimana keadaan alam dan iklim di Indonesia

sangat mendukung untuk dikembangkan berbagai jenis tanaman holtikultura

Holtikultura merupakan komoditas pertanian yang menunjang

pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber protein, vitamin, mineral dan

karbohidrat serta potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman

holtikultura meliputi sayur- sayuran, buah-buahan dan tanaman hias. Salah satu

produk holtikutura adalah tanaman cabai,jagung,umbi jalar dan kacang tanah.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Tanaman cabai merupakan salah satu komoditas yang berperan dalam mendukung

perekonomian nasional karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, potensi ekspor

yang baik, intensif dalam menyerap tenaga kerja dan menjadi sumber pendapatan

bagi masyarakat atau petani berskala kecil, menengah atau besar

Tanaman cabai banyak dibudidayakan oleh petani di Kelurahan

Perbatuan dengan skala kecil mengingat mash banyak permasalahan yang

dihadapi oleh petani cabai dalam melakukan usahataninya terutama masalah

keterbatasan modal. Keterbatasan modal merupakan permasalahan yang paling

umum terjadi dalam suatu usaha, terutama bagi usaha kecil seperti usahatani.

Menurut Hafsah (2004), permasalahan yang dihadapi datang dari faktor

internal dan eksternal seperti terbatasnya modal, kurangnya sumber daya manusia,

lemahnya jaringan usaha dan tidak tersedianya sarana dan prasarana yang

menunjang kegiatan usahatani. Dalam usahatani permasalahan tersebut menjadi

lebih kompleks antara lain karena persyaratan untuk memperoleh kredit formal

atau modal sulit dipenuhi oleh petani, resiko usahatani yang tinggi dan adanya

tenggang waktu lama untuk menunggu hasil

Profesi sebagai petani kurang mendapatkan kepercayaan dari lembaga

keuangan formal seperti perbankan untuk mendapatkan suntikan dana atau

bantuan modal. Hal ini karena penghasilan petani dinilai terlalu kecil dan tidak

mempunyai agunan memadai untuk jaminan pinjaman. Pihak perbankan meyakini

bahwa pertanian dengan skala usaha kecil menjadi salah satu kekhawatiran

perbankan dalam memberikan kredit ke petani karena resiko gagal panen dan

biaya produksi semakin tinggi. Selain itu, terdapat lembaga keuangan non formal

seperti pelaku agribisnis atau juragan yang bersedia membantu permodalan yang

PAGE \* MERGEFORMAT 43
dibutuhkan petani. Kondisi di lapang memperlihatkan petani lebih memilih

meminjam modal kepada juragan daripada meminjam modal ke bank. Kerumitan

masalah administrasi dan agunan menjadi salah satu kendala bagi petani untuk

mengajukan kredit atau pinjaman modal ke perbankan. Petani tidak memilih

untuk berurusan dengan sistem administrasi yang rumit sehingga petani lebih

memilih mengakses permodalan kepada juragan karena tidak membutuhkan

proses administrasi atau syarat yang menyulitkan petani. Peminjaman modal ke

juragan atas dasar kepercayaan (trust) sehingga mudah diakses oleh petani.

Peminjaman modal petani kepada juragan bersifat man to man atau orang ke

orang yang menimbulkan hubungan kerjasama antara juragan dengan petani cabai

yang mengarah pada hubungan yang bersifat patron klien.

Dalam proses pengelolahan tanaman hoktikultura, petani tidak pernah

lepas dari tauke. Tauke adalah orang yang yang melakukan jual beli tanaman hasil

pertanian di Kelurahan Perbatusn yang kemudian memasoknya kembali ke

pengumpul utama. Petani tidak mempunyai kekuasaan untuk menentukan harga

tanaman holtikultura, karena harga ditentukan oleh tauke. Petani harus menjual

hasil kebun mereka melalui tauke yang kemudian tauke memasok langsung ke

pengumpul utama. Apabila petani mencoba memasok langsung ke pengumpul

utama, selalu dipersulit atau bahkan tidak diterima oleh pengumpul. Disinilah

hubungan sosial terbentuk antara petani dan tauke (hubungan patron klien).

Hubungan patron klien sebagai ikatan yang terjalin antara dua orang

dimana seorang individu dengan status sosial dan ekonomi yang lebih tinggi

(patron) menggunakan pengaruh dengan memanfaatkan sumberdaya yang

dimilikinya untuk menyediakan perlindungan, membantu dan memberikan

PAGE \* MERGEFORMAT 43
keuntungan-keuntungan kepada seseorang dengan status sosial ekonomi yang

lebih rendah (klien), dengan harapan klien memberikan dan menawarkan

dukungan umum dan bantuan berupa jasa pribadi kepada patron.

Disamping banyaknya masyarakat yang bermata pencaharian

petani holtikultura, di Kelurahan Perbatuan juga terdapat beberapa masyarakatnya

yang berprofesi sebagai seorang tengkulak atau sering disebut dengan tauke,

kebanyakan dari tauke-tauke tersebut merupakan orang-orang yang mempunyai

modal besar untuk menampung semua hasil panen para petani. Menjadi seorang

tauke tidak hanya bermodalkan dengan modal yang besar, melainkan menjadi

seorang tauke juga memiliki tanggung jawab yang cukup besar. Selain itu tauke

juga harus bisa menarik minat petani agar selalu berlangganan padanya.

Istilah “patron” berasal dari ungkapan bahasa Spanyol yang secara

etimologi berarti seseorang yang memiliki kekuasaan (power), status, wewenang

dan pengaruh.2Sedangkan klien berarti “bawahan” atau orang yang diperintah dan

yang disuruh. Selanjutnya pola hubungan patron-klien merupakan aliansi dari dua

kelompok komunitas atau individu yang tidak sederajat, baik dari segi status,

kekuasaan, maupun penghasilan, sehingga menempatkan klien dalam kedudukan

yang lebih rendah (inferior), dan patron dalam kedudukan yang lebih tinggi

(superior)3 Hubungan patron-klien merupakan hubungan yang terjalin antara dua

orang atau lebih, dimana dalam hubungan tersebut salah satu orang tersebut

mempunyai kedudukan yang lebih tinggi, sehingga dia dapat menggunakan

kedudukannya untuk memberikan perlindungan terhadap pihak lain yang

statusnya lebih rendah.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Mengenai hubungan patron-klien yang ada pada masyarakat yakni

berkaitan dengan :

1. Hubungan diantara pelaku yang menguasai sumber daya tidak sama.

2. Hubungan khusus yang merupakan hubungan pribadi dan mengandung

keakraban.

3. Hubungan yang didasarkan atas berdasarkan asas saling

menguntungkan

Dalam hal ini terjadi interaksi antara petani dengan tauke , interaksi

merupakan suatu proses sosialisasi antar individu dengan individu lain dan suatu

kelompok dengan kelompok lainnya. Saling ketergantungan dalam suatu

masyarakat adalah hal yang wajar dan ini menjadi motivasi mereka untuk

melakukan kerjasama, sehingga dalam kerjasama tersebut terdapat prinsip

memberi dan menerima, dimana dalam hubungan tersebut mereka saling mengisi

dan melengkapi satu dengan yang lainnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat petani di Kelurahan

Perbatuan melakukan hubungan kerja-sama dengan tauke adalah :1). Tidak

adanya koperasi dan lembaga lembaga perkreditan, 2). Mampu mengatasi

permasalahan yang dihadapi oleh petani karet di Desa Muara Musu, 3). Adanya

ketergantungan pemasaran produksi karet petani terhadap tauke, 4). Petani karet

tidak memiliki modal yang besar seperti tauke, 4). Tauke bersedia memberikan

bantuan kepada petani karet kapanpun dibutuhkan.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Petani menghadapi masa krisis akibat menderita kerugian karena harga

ual hasil panen sebelumnya merosot. Hasil pertanian tegalan khususnya

hortikultura (cabai, tomat, dan sayuran) umumnya mengalami fluktuasi tajam dan

sulit diprediksi. Hal itu menyebabkan petani menderita kerugian dan akhirnya

terjadi kelangkaan uang. Untuk mengatasi persoalan ketidakpastian memperoleh

pendapatan, sejumlah petani di desa mencari patron untuk mendapatkan

keamanan subsistensi sepanjang tahun.

Padatnya kegiatan tani karena terikat jadwal yang ketat, terbatasnya

kondisi sosial ekonomi, tidak terbiasa menjual sendiri hasil panen ke pasar, dan

jumlah panen yang relatif kecil menyebabkan sejumlah petani lebih memilih

menjual hasil panen kepada tengkulak. Tengkulak ingin mendapatkan keuntungan

yang lebih besar sehingga memanfaatkan situasi itu dengan memposisikan sebagai

orang yang memberikan perlindungan kepada para petani.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Scoot, bahwa hubungan patron klien

lazim terjadi dalam mayarakat pedesaan. Ikatan antra pelindung (patron) dan yang

dilindungi (klien) adalah suatu bentuk asuransi sosial yang banyak dijumpai

dikalangan petani di Asia Tenggara. Seorang patron menurut definisinya adalah

orang yang berada dalam posisi untuk membantu klien- kliennya tersebut

seringkali berusaha sebisa mungkin memberikan arti moral dalam hubungan itu,

oleh karena kedudukan mereka dalam menghadapi patron sering sekali lemah.

Dalam suatu kondisi yang stabil, hubungan kekuatan antara patron dan

klien menjadi suatu norma yang mempunyai kekuatan moral tersendiri dimana

didalamnya berisi hak-hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kedua

PAGE \* MERGEFORMAT 43
belah pihak. Norma-norma tersebut akan dipertahankan sejauh memberikan

jaminan perlindungan dan keamanan dasar bagi klien. Usaha-usaha untuk

merumuskan kembali hubungan tersebut kemudian dianggap sebagai usaha

pelanggaran yang mengancam struktur interaksi itu sehingga sebenarnya kaum

elit/patron yang selalu berusaha untuk mempertahankan sistem tersebut demi

mempertahankankeuntungannya.

Dalam kehidupannya, masyarakat petani tidak pernah lepas dari sebuah

hubungan (relasi) antara satu sama lain. Hubungan-hubungan tersebut terjadi dan

terjalin sedemikian rupa di kalangan masyarakat sehingga terus berlangsung dan

tak pernah berhenti. Salah satu bentuk hubungan tersebut adalah hubungan patron

klien atau yang biasa dikenal dengan 'patronase' (patronage). Sebuah hubungan

dimana terdapat unsur pertukaran. Dimana dalam hubungan patron klien ini

terdapat sebuah ketidakseimbangan dalam pertukaran antara dua pasangan yang

mencerminkan perbedaan dalam kekayaan, kekuasaan dan kedudukan. Pola

hubungan patron klien merupakan bentuk dari interaksi tetap dan terus menerus

dalam skala waktu tertentu yang memperlihatkan suatu hubungan yang kekuatan

diantara individu atau kelompok yang terlibat tidak seimbang, sehingga

mewujudkan pola hubungan kerja yang ditandai dengan ketergantungan materi

ataupun dalam bentuk proteksi atau perlindungan.

Soejono Seokanto dalam bukunya "Sosiologi Suatu Pengantar"

memaparkan bahwa interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial yang

dinamis yang menyangkut hubungan orang perorangan, antara kelompok-

kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Dalam suatu masyarakat senantiasa tercipta sebuah hubungan sosial

antara individu dengan individu lainnya terutama individu yang terkait dengan

aktifitas dan segala proses produksi pertanian. Baik dalam hal proses produksi dan

pemasaran hail pertanian. Hubungan seperti ini juga terbentuk pada masyarakat

petani yang berpola dalam struktur sosial yang tetap. Struktur sosial merupakan

suatu sistem hak dan kewajiban dalam suatu masyarakat yang memegang dan

menduduki status dan peranan dalam masyarakat

Hubungan kerja yang ada terbentuk pada petani gambir dan tauke

membentuk suatu hubungan yang sifatnya patron klien. Hubungan seperti ini

didasarkan atas adanya peranan dan status dari seseorang. Keterbatasan waktu,

tenaga dan modal menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kerjasama yang

akhirnya membentuk hubungan patron klien.

Hubungan seperti in dalam pandangan antropologis seringkali disebut

juga sebagai hubungan induk semang-klien, di mana di dalamnya terjadi

hubungan timbal balik. Hal ini karena pada umumnya, induk semang adalah orang

atau pihak yang memiliki kekuasaan dalam suatu masyarakat atau komunitas dan

harus member perlindungan atau pengayoman semaksimal mungkin kepada klien-

kliennya. Sedangkan sebaliknya, para klien harus membalas budi baik yang telah

diberikan induk semang dan melakukan pembelaan terhadap pihak lain sebagai

saingannya.

1.2. Permasalahan

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Hubungan kerjasama patron klien terjalin karena permasalahan kurangnya

permodalan dan fluktuasi harga cabai di pasar yang menyebabkan petani

mengalami kerugian yang pada akhirnya terjadi kelangkaan uang atau kekurangan

modal untuk melakukan usahataninya kembali. Untuk mengatasi persoalan

ketidakpastian memperoleh modal atau pendapatan, maka petani mencari patron

atau bersedia bekerja pada juragan dengan harapan mendapatkan keamanan

subsistensi sepanjang tahun. Petani cabai tidak bisa secara sepihak memutus

hubungan kerja dengan juragannya karena memiliki tanggungan hutang yang

harus dilunasi.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dirumuskan beberapa pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan kerjasama patron klien juragan dengan petani

holtikultura di Kelurahan Perbatuan Kecamatan Kulim?

2. Apa alasan petani cabai bekerja sama dengan juragan di Kelurahan

Perbatuan Kecamatan Kulim ?

3. Bagaimana pembagian keuntungan yang diperoleh juragan dan petani

holtikultura?

4. Bagaimana penetapan harga yang dilakukan oleh patron dengan para

petani di Kelurahan Perbatuan Kecamatan Kulim?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan pola hubungan petani holtikultura dengan touke.

2. Mengetahui tingkat ketergantungan petani holtikultura dengan touke.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
3. Mengetahui bahagian yang diterima petani holtikultura

1.4. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat dan memberikan

kegunaan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai informasi yang

berkenaan dengan profile petani dan komoditas usahatanu yang ada di Kelurahan

Perbatuan, membantu dalam memberikan manfaat terhadap pengembangan ilmu

pengetahuan dalam bidang Agribisnis.

2.Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta mempraktikkan teori –

teori yang didapat dibangku kuliah agar dapat melakukan observasi dan

menyajikan dalam bentuk tulisan dengan baik.

b. Bagi Lembaga

Untuk menambah perbendaharaan perpustakaan bagi Universita Riau pada

umumnya dan Fakultas Pertanian Pasca Sarjana jurusan Magister Agribisnis pada

khususnya.

c. Bagi Dinas / Instansi dan Kelompok Tani

Diharapkan dapat menjadi masukan dalam penyusunan kebijakan teknis

yang berkenaan dengan potensi komoditas unggulan. Sebagai bahan pertimbangan

kelompok tani untuk menjadi informasi dalam membangun koordinasi yang

harmonis dalam kaitannya dengan usahatani .

PAGE \* MERGEFORMAT 43
PAGE \* MERGEFORMAT 43
BAB II

TEORI

2.1 Budidaya yang diusahakan petani

Budidaya adalah serangkaian bentuk upaya yang tersusun secara terencana

untuk dapat memelihara dan mengembangbiakan tanaman atau hewan agar tetap

lestari sehingga dapat memperoleh hasil yang bermanfaat dan berguna dalam

pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

Chairun Hanum menjelaskan bahwa budidaya adalah suatu upaya yang

mampu menghasilkan bahan pangan ataupun produk agroindustri lainnya dengan

menggunakan sumber daya tumbuhan dan juga menjadikan tanaman hortikultura,

tanaman perkebunan, dan juga tanaman pangan sebagai objek

budidaya. Sedangkan Sunjian berpendapat bahwa budidaya adalah pengembangan

pertanian yang dilakukan oleh masyarakat agar bisa mendapatkan hasil yang

mampu memenuhi keperluan pokok manusia.

Menurut PP RI Nomor 18 tahun 2010 Budidaya adalah kegiatan yang

mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya nabati dan dilakukan oleh

manusia dengan memanfaatkan modal, teknologi, atau sumber daya lainnya

supaya bisa menghasilkan produk barang yang mampu memenuhi kebutuhan

manusia secara lebih baik. Tujuan diadakannya budidaya tentunya untuk

menstabilkan keadaan pertanian hingga peternakan. Dengan adanya budidaya,

juga secara tidak langsung menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi para

penduduk sekitar. Selain itu, budidaya juga bertujuan untuk mempromosikan

ekspansi dan juga peluang bisnis serta pekerjaan yang tepat, meningkatkan

PAGE \* MERGEFORMAT 43
perlindungan tanaman, menjaga kedaulatan dan keamanan pangan, serta

menyediakan kebutuhan bahan baku.Dalam proses pelaksanaannya budidaya

terdapat berbagai jenis budidaya, yakni :

1. Budidaya Buah-buahan

2. Budidaya Perikanan

3. Budidaya Tanaman Pangan

Berikut adalah jenis-jenis budidaya yang dikembangkan di Indonesia saat

ini:

1. Budidaya Perikanan

Dengan kondisi geografis Indonesia, tentu masyarakat akan sangat

diuntungkan oleh hasil kelautan dan perikanannya. Untuk itu, penting untuk

masyarakat membudidayakannya agar hasil kelautan dan perikanan Indonesia

tetap terjaga. Berikut ini adalah beberapa contoh jenis ikan yang biasa

dibudidayakan:

 Ikan Lele

 Ikan Cupang

 Ikan Mas

 Ikan Mujair

 Ikan Gurame

 Ikan Nila

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Tidak hanya terbatas pada budidaya jenis ikan-ikan tertentu saja, budidaya

perikanan juga mencakup budidaya lobster, kerang, kepiting, udang, serta

tumbuhan lainnya seperti rumput laut.

2. Budidaya Sayuran

Sayuran merupakan bahan pangan yang sangat dibutuhkan oleh manusia

untuk asupan konsumsi. Kandungan gizi dan vitaminnya sangat dibutuhkan

ditengah-tengah kesibukan masyarakat yang kini banyak menghabiskan waktu

dengan bekerja untuk kelangsungan dan kesehatan tubuh manusia. Oleh karena

itu, persediaan sayuran perlu diperhatikan agar tetap dapat memenuhi kebutuhan

manusia.

Salah satu caranya adalah dengan melakukan budidaya sayuran. Umumnya

produksi yang dihasilkan dari budidaya tanaman sayuran ini menghasilkan

beberapa jenis tanaman yang dapat dikonsumsi, yaitu:

 Bayam

 Kangkung

 Seledri

 Pakcoy

 Selada

3. Budidaya Buah-Buahan

Selain kegiatan budidaya sayuran, banyak juga petani yang melakukan

budidaya tanaman buah. Hasil budidaya ini biasanya menghasilkan buah buahan

PAGE \* MERGEFORMAT 43
17 segar yang layak untuk dijual beli dan dikonsumsi. Jenis buah yang sering

dibudidayakan ada banyak sekali saat ini. Beberapa contohnya adalah:

 Semangka

 Jambu

 Salak

 Durian

 Anggur

 Jeruk

 Melon

 Mangga

 Apel

4. Budidaya Tanaman Pangan

Seperti namanya, aktivitas pada budidaya satu ini memiliki tujuan untuk

menghasilkan produk pangan utama yang dapat menghasilkan karbohidrat serta

protein. Bagi tubuh manusia karbohidrat dan protein sangat penting.

Sebagian besar orang yang menanam jenis budidaya satu ini memiliki

pendapat jika hasil dari budidaya ini sangat bermanfaat untuk kehidupan sehari–

hari dan juga bernilai ekonomis. Beberapa contoh dari budidaya tanaman pangan,

yaitu:

 Padi

 Kedelai

 Kacang Tanah

PAGE \* MERGEFORMAT 43
 Jagung

 Singkong

 Gandum

5. Budidaya Hewan Ternak

Budidaya hewan ternak adalah suatu kegiatan memelihara dan

mengembangbiakkan jenis hewan ternak agar menghasilkan keuntungan dan

manfaat lainnya. Beberapa jenis hewan ternak yang banyak berkembang di

masyarakat Indonesia diantaranya:

 Sapi

 Kerbau

 Kambing

 Domba

 Ayam

 Bebek

Sedangkan dalam pertanian, budidaya merupakan kegiatan terencana

pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk

diambil manfaat atau hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai

inti dari usaha tani. Budidaya tanaman dapat dilakukan di seluruh wilayah

Indonesia. Selain di wilayah pengembangan, usaha budidaya tanaman dapat

dilakukan di tempat lain yang merupakan cadangan lahan untuk budidaya 19

tanaman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

penataan ruang.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Indonesia merupakan negara kepulauan. Di mana pulau-pulau tersebar di

sekitar khatulistiwa, perampasan seperti itu membuat pulau-pulau di Indonesia

mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun. Hanya ada dua musim di Indonesia,

yaitu musim badai dan musim kemarau. Indonesia adalah salah satu negara

dengan gunung berapi yang paling boros, maka sebagian besar tanah subur.

Indonesia juga merupakan negara dengan wilayah dusun yang sangat luas. Di

hutan-hutan inilah sebagian besar kekayaan alam Indonesia bagian tengah

ditemukan (Setijati D. Sastrapradja, 2012).

Kawasan bisnis pertanian merupakan suatu sistem administrasi terpadu

antara kawasan hortikultura dan kawasan modern untuk memperoleh nilai tambah

dari barang-barang pedesaan. Bidang usaha hortikultura akan memberikan

kontribusi antara lain dalam asimilasi kerja dan produksi nilai tambah yang lebih

tinggi dalam berbagai item yang diciptakan. Sub areal agraris yang berpeluang

besar untuk dikembangkan adalah sub areal tanaman pangan (Novia Cahyawati

dkk, 2020). Berbagai jenis tanaman di Indonesia, misalnya, tanaman pangan yang

terdiri dari padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan produk tanaman

yang terdiri dari bahan alam, sayuran, tanaman hias, dan tanaman terapeutik dapat

diciptakan. sebagai agribisnis. Badan budidaya pertanian dalam agribisnis dapat

memperluas gaji peternak dengan organisasi lingkup terbatas, karena produk

tanaman bernilai moneter tinggi.

Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting terkait

pertumbuhan ekonomi global. Menurut World Bank (2020) sector pertanian

berkontribusi terhadap global gross domestic product (GDP) sebanyak 4%. Di

Indonesia, sektor pertanian juga memegang peranan yang sangat penting dalam

PAGE \* MERGEFORMAT 43
perekonomian nasional. Kontribusi sector pertanian terhadap PDB Indonesia,

berada pada urutan kedua (13,45%) setelah sektor Industri Pengolahan (BPS,

2020)

Terdapat banyak faktor yang terus melanggengkan kemiskinan petani.

Dari data Ketenagakerjaan Sektor Pertanian Tahun 2017- 2018, mayoritas SDM

pertanian (37,53%) memiliki pendidikan terakhir yaitu sekolah dasar (SD) (BPS,

2021). Selain itu, mayoritas petani di Indonesia (55,33%) pun hanya menguasai

lahan kurang dari 0,5 ha (BPS. 2013) atau merupakan petani gurem. Tingkat

kemiskinan petani juga bisa dilihat dari rendahnya nilai tukar petani (NTP), yang

pada tahun 2018 hanya diangka 101,09 (BPS, 2019). Sektor pertanian juga

merupakan sektor yang sangat bergantung pada kondisi alam. Hal ini membuat

produktivitas tanaman pun sangat rentan dan tidak menentu (Liliane & Charles,

2020). Selain dari sisi produksi, harga jual produk pertanian pun sangat fluktuatif

karena kegiatan jual-beli produk pertanian sangat bergantung pada mekanisme

pasar yang cenderung oligopsoni.

Cabai termasuk tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan oleh

masyaraka petani di indonesia. Selain sebagai penambah cita rasaa dalam

masakan atau sebagai sayuran, buah yang satu ini juga memiliki manfaat

kesehatan. Salah satunya adalah mencegah penyakit kangker karena dalam buah

cabai terdapat kandunganlasparaginase dan capcaicin. Selain itu kandungan

vitamin c pada cabai cukup tinggi dapat mencegah kekurangan vitamin c sepeerti

penyakit sariawan, meskipun memiliki banyak manfaat tetapi harus dikonsumsi

secukupnya saja untuk mencegah nyeri lambung (Prajanata, 2008)

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Salah satu kendala dalam budidaya cabai adalah adanya gangguan

penyakit yang menyerang mulai dari tanaman disemai sampai tanaman

menghasilkan, gangguan penyakit pada tanaman cabai sangat banyak jenisnya dan

yang paling sering ditemui adalah penyakit keriting, busuk buah dan antraknosa.

Penyakit penyakit tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak menentu dan

dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar.

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di

Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di

Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura

dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain

sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan

maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji,

dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari

tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang

dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa

genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Banyak

pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung, tetapi secara umum para ahli

sependapat bahwa jagung berasal dari Amerika Tengah atau Amerika

Selatan.Jagung secara historis terkait erat dengan suku Indian, yang telah

menjadikan jagung sebagai bahan makanan sejak 10.000 tahun yang lalu (Iriany et

all, 2012).

Di Indonesia perkembangan tanaman jagung manis masih terbatas pada

petani-petani bermodal kuat yang mampu menerapkan teknik budidaya secara

PAGE \* MERGEFORMAT 43
intensif. Keterbatasan ini disebabkan oleh harga benih yang relatif mahal,

kebutuhan pengairan dan pemeliharaan yang intensif, ketahanan terhadap hama

dan penyakit yang masih rendah dan kebutuhan pupuk yang cukup tinggi. Di

samping itu juga karena kurangnya informasi dan pengetahuan petani mengenai

budidaya jagung manis serta masih sulitnya pemasaran (Budiman, 2013).

2.2 Hubungan Patron Client

Istilah patron berasal dari bahasa Latin “patronus” atau “ pater”, yang

berarti ayah (father). Oleh Karena itu, patron adalah seorang yang memberikan

perlindungan dan manfaat serta mendanai dan mendukung terhadap kegiatan

beberapa orang. Sedangkan klien juga berasal dari istilah Latin “cliens”yang

berarti pengikut. Dalam literatur ilmu sosial patron merupakan konsep hubungan

strata sosial dan penguasaan sumber ekonomi. Konsep patron selalu diikuti oleh

konsep klien, tanpa konsep klien konsep patron tentu saja tidak ada.Menurut

Scott, patron-klien merupakan hubungan timbal balik antara dua orang (dyadic)

yang memiliki perbedaan tingkat status sosial ekonomi. Pihak yang memiliki

tingkat status sosial ekonomi yang lebih tinggi (patron) akan berusaha

menggunakan sumberdaya yang dimilikinya untuk membangun suatu ikatan yang

menguntungkan dirinya dengan cara menyediakan proteksi dan kebutuhan dasar

bagi kliennya yang memiliki status sosial ekonomi lebih rendah. Klien yang

menggunakan jasa patron akan memiliki kredit sosial dan berusaha membayar

jasa patron dengan menawarkan dukungan serta sumberdaya yang dimilikinya.

Karenanya kedua istilah tersebut membentuk suatu hubungan khusus yang

disebut dengan istilah clientelism. Istilah ini merujuk pada sebuah bentuk

organisasi sosial yang dicirikan oleh hubungan patron-klien, dimana patron yang

PAGE \* MERGEFORMAT 43
berkuasa dan kaya memberikan pekerjaan, perlindungan, infrastuktur, dan

berbagai manfaat lainnya kepada klien yang tidak berdaya dan

miskin.Imbalannya, klien memberikan berbagai bentuk kesetiaan, pelayanan, dan

bahkan dukungan politik kepada patron.

Istilah “patron” berasal dari ungkapan bahasa Spanyol yang secara

etimologis berarti “seseorang yang memiliki kekuasaan (power) status, wewenang

dan pengaruh”, sedangkan “klien” berarti “bawahan atau orang yang diperintah

dan yang disuruh Salah satu ciri yang mencolok dalam hubungan patronase adalah

adanya ketidaksamaan (inequality) dalam pertukaran yang dilakukan oleh kedua

belah pihak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Scott dalam Heddy (1998) yang

menyatakan bahwa terdapat ketidakseimbangan dalam pertukaran antara dua

pasangan yang mencerminkan perbedaan dalam kekayaan, kekuasaan, dan

kedudukan. Ketidakseimbangan dipicu oleh pemberian patron baik berupa barang

dan jasa kepada klien guna melanjutkan hidup. Hal inilah yang akan memicu

sikap membalas yang dimiliki oleh klien. Apalagi pemberian tersebut dirasa

cukup besar manfaatnya bagi klien. Sehingga pada akhirnya akan menciptakan

hubungan ketergantungan diantara keduanya.

 Hubungan Pengusaha dan Petani Pemilik. Hubungan pengusaha dan

petani pemilik sangat jelas terlihat ketika keduanya melakukan hubungan

tawarmenawar saat perjanjian kerjasama 39 dilakukan. Diantara petani lainnya,

hubungan antara pengusaha dan petani pemilik ini sangatlah dekat. Hal ini

dikarenakan intensitas pertemuan, komunikasi, maupun interaksi keduanya baik

saat kerja di lapangan (sawah) maupun diluar sistem kerja.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Hubungan kerja yang begitu erat antara pengusaha dan petani pemilik

akan berimbas pada perbedaan perlakuan yang diterimanya. Hal ini terwujud

dalam pemberian berbagai reward yang seringkali diberikan oleh pengusaha

kepada petani ketela. Dari sekian pekerja yang dimiliki oleh pengusaha tentu

mereka akan diprioritaskan terlebih dahulu atau reward yang diberikan ke pihak

lain.

Hal itu menandakan bahwa mereka sangat diperhatikan dan disegani oleh

pengusaha, dan mungkin inilah salah satu cara pengusaha agar petani pemilik

selalu berpihak dan tetap loyal kepadanya. Hubungan patronase yang terjadi

diantara pengusaha dan petani pemilik secara tidak langsung akan menciptakan

ketergantungan pada petani ketela mengenai modal yang telah diberikan oleh

pengusaha. Secara umum modal digunakan untuk biaya tanam hingga panen.

 Hubungan Pengusaha dan Petani Penggarap.

Yang dimaksud dengan petani penggarap disini adalah petani yang

menggarap atau mengolah lahan milik orang lain dengan sistem bagi hasil. Sistem

bagi hasil merupakan keuntungan yang diperoleh akan dibagi dua dengan pemilik

sawah dan petani penggarap. Hubungan pengusaha dengan petani penggarap ini

hanya dapat terlihat ketika proses produksi pertanian terutama dalam hal

penjualan hasil panen.

Hubungan kelekatan yang terjadi diantara keduanya tentu tidak seerat dengan

petani pemilik. Hal ini dikarenakan intensitas pertemuan diantara keduanya

sangatlah jarang. Tingkat interaksi yang rendah yang terjadi diantara pengusaha

dan petani penggarap ini tentu akan mempengaruhi pemberian reward yang

diterima olehnya.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Mereka akan menerima reward sebagaimana dengan petani lainnya

mendapatkan tambahan uang, maka petani penggarap ini tidak. Tidak hanya

mengenai pemberian reward saja yang rendah, hubungan patronase yang tercipta

diantara keduanya pun juga ikut rendah. Ketergantungan petani penggarap pada

pengusaha hanya terlihat ketika penerimaan hasil penjualan panen. Bila uang hasil

panen dapat diterima dengan cepat maka petani penggarap akan dengan cepat pula

menerima hak upahnya.

 Hubungan Pengusaha dan Petani Penggadai.

Petani penggadai merupakan seseorang yang menggadaikan sawah

miliknya kepada orang lain dalam waktu tertentu. Dalam kurun waktu tersebut,

pemilik lahan tidak berkuasa atas lahannya, sehingga bisa dikatakan sebagai alih

kekuasaan sementara waktu. Hubungan pengusaha dan petani penggarap ini tentu

bermula ketika mereka melakukan perjanjian, tepatnya mengenai berapa lama dan

seberapa besar uang gadai yang ditentukan.

Dalam hal ini terjadi proses tawar-menawar diantara keduanya. Hubungan yang

terjadi diantara keduanya hanyalah sebatas orang yang menyewa dan

menyewakan saja, selebihnya tidak. Bisa dibilang bahwa petani penggadai ini

hanyalah sebatas relasi bisnis yang memperlancar usaha terlebih mengenai

perluasan produksi pertanian karena tanahnya ini akan digunakan untuk menanam

ketela. Mereka hanya bertemu ketika awal perjanjian dibuat dan perjanjian

berakhir.

Maka tak heran jika hubungan kelekatan yang terjadi diantara keduanya

sangatlah rendah. Hubungan kelekatan yang begitu rendah menyebabkan

hubungan diantara keduanya tampak tidak begitu akrab. Mereka hanyalah cukup

PAGE \* MERGEFORMAT 43
mengenal satu sama lain tanpa mengenal akrab begitu dalam. Yang terpenting

adalah mengenai kejelasan hubungan perjanjian yang telah mereka buat. Mengacu

pada hubungan patronase tentu tidak ada rasa saling ketergantungan diantara

keduanya mengingat telah dibatasi waktu perjanjian.

Jika kesepakatan telah berakhir maka terputuslah hubungan keduanya.

Hubungan akan terjalin kembali bila petani penggadai menggadaikan sawahnya

kembali. Tingkat intensitas dan hubungan kelekatan yang rendah mengakibatkan

tidak adanya perlakuan khusus atau istimewa yang terjadi diantara keduanya.

Sedangkan reward yang diberikan biasanya hanyalah sebatas mempererat

hubungan silaturahmi yang terjalin diantara keduanya.

 Hubungan Pengusaha dan Buruh Tani. Buruh tani merupakan orang

yang tidak memiliki lahan pertanian dan mengolah lahan milik orang lain dengan

mendapatkan upah. Upah tersebut merupakan bayaran atas tenaga dan waktu yang

telah dikeluarkan oleh petani untuk bekerja. Besarnya upah yang diberikan

biasanya bergantung berapa lama mereka bekerja.

Buruh tani biasanya bekerja mulai dari pagi hari sampai menjelang Zuhur

bahkan sampai sore hari tergantung cepat selesai atau tidaknya pekerjaan yang

mereka kerjakan. Hubungan pengusaha dan buruh tani bisa dikatakan sebagai

hubungan yang tak langsung. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya interaksi

secara langsung diantara keduanya.

Mereka bekerja sesuai atas perintah yang diberikan oleh pemilik lahan dan

pemilik lahan bekerja sesuai dengan perintah yang dikehendaki oleh pengusaha.

Dalam hal ini pemilik sawah berada dalam posisi tengah yaitu antara pengusaha

PAGE \* MERGEFORMAT 43
dan buruh tani. Jika sekalipun pengusaha dan buruh tani berinteraksi,

intensitasnya yang dilakukan sangat jarang.

Intensitas bertemu yang begitu rendah yang terjadi antara pengusaha dan

buruh tani mengakibatkan keduanya tidak terlibat dalam hubungan instrumental

yang mendalam. Mereka hanya saling mengenal satu sama lain tanpa harus

memahami bagaimana karakter masing-masing, yang lebih paham mengenai hal

ini adalah pemilik lahan yang merupakan pihak perantara diantara keduanya.

Hubungan kelekatan yang begitu rendah membuat hubungan patronase yang

tercipta didalamnya tidak begitu jelas terlihat, sehingga ketergantungan yang

tercipta diantara keduanya juga nampak samar.

Hubungan patronase akan jelas terlihat ketika buruh tani berhubungan

dengan pemilik lahan, dimana buruh tani akan menurut segala perintah yang

diberikan. Namun hubungan tersebut sifatnya hanya semu karena sentral perintah

hanyalah terdapat pada pengusaha. Hubungan kelekatan yang begitu rendah antara

pengusaha dan buruh tani membuat tidak ada perlakuan khusus yang tercipta

diantara keduanya.

Hal ini terlihat ketika disamaratakannya reward untuk buruh tani. Reward

yang mereka dapatkan setara dengan reward petani lainnya (kecuali pemilik

lahan) yaitu hanya mendapatkan bingkisan saja tanpa ada tambahan lainnya dan

itupun melalui pemilik lahan. Maka tak heran jika hubungan antara pengusaha dan

buruh tani dikatakan sebagai hubungan tak langsung.

a. Perlindungan Patron Terhadap Klien.

Konteks hubungan antara pengusaha dan petani, sebagai pihak yang

berada dalam posisi atas atau kuat ssudah selayaknya pengusaha melakukan

PAGE \* MERGEFORMAT 43
berbagai upaya perlindungan pada petani yang bertujuan untuk memberikan rasa

aman. Adapun berbagaiPerlindungan yang dilakukan oleh patron (pengusaha)

kepada klien (petani) diantaranya adalah :

 Proteksi Patron Terhadap Dominasi Tengkulak.

Tengkulak merupakan pedagang perantara yang membeli hasil bumi dan

sebagainya dari petani atau pemilik pertama secara langsung. Sistem yang

digunakan oleh tengkulak untuk membeli hasil pertanian tersebut biasanya

menggunakan sistem tebasan. Sistem tebasan merupakan suatu bentuk transaksi

pengalihan hak guna dimana tanaman telah siap untuk dipanen dan dihargai secara

umum.

Tengkulak merupakan posisi yang cukup fungsional, karena berada di

tengah antara pengusaha dan petani ketela sehingga memberikan berbagai

keuntungan yaitu bisa dengan leluasa atau fleksibel berinteraksi dengan keduanya.

Oleh karena itu memungkinkan tengkulak memiliki sistem informasi yang jauh

lebih lengkap . Sistem kerja yang mengharuskan petani menyetorkan seluruh hasil

panen kepada pengusaha secara tidak langsung membebaskan petani dari jeratan

tengkulak.

Namun disisi lain hal tersebut dianggap sebagai penghambat bagi

tengkulak karena pangsa pasar akan berkurang. Kekhawatiran mengenai

ketidaktahuan informasi yang dimiliki oleh petani ketela tidak akan terjadi

bilamana petani ketela tergabung dalam sistem kerja dengan pengusaha. Hal ini

dikarenakan sistem informasi yang dimiliki oleh pengusaha dan petani ketela

bersifat terbuka sehingga bersifat transparan.

 Proteksi Harga.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Proteksi harga terwujud dalam mekanisme perjanjian yang dilakukan oleh

pengusaha dengan petani. Proteksi sengaja dilakukan untuk melindungi petani

ketela dari keberadaan tengkulak yang cenderung merugikan. Disamping itu,

proteksi harga tersirat dalam mekanisme penjualan dimana pengusaha berhak

menentukan berapa standar harga yang digunakan untuk membeli dan telah

disepakati kedua belah pihak.

Posisi yang lemah membuat petani hanya bisa posisi dan beberapa

kelemahan petani ini membawa konsekuensi pada daya tawar menawar petani

yang rendah. Oleh karena posisi ini, seluruh proses yang dilakukan mulai

penanaman, pemanenan dan uang hasil panen diterima oleh kembali petani pun

semuanya sesuai koordinasi dari pihak pengusaha (patron).

 Proteksi Patron Dalam Pemberian Modal. Modal merupakan sejumlah

harta yang dimiliki oleh seseorang dalam jumlah yang besar. Kepemilikan modal

yang besar sangat berpengaruh terhadap nilai, posisi dan kekuasaan seseorang

dalam masyarakat. Kepemilikan modal besar yang dimiliki oleh pengusaha

otomatis akan berimbas pada kekuasaan, kewenangan dan kedudukannya dalam

masyarakat. Dibalik pemberian modal yang diberikan kepada petani, ternyata ada

nilai tersembunyi yang tersimpan didalamnya.

Bentuk tersembunyi sebagaimana yang dimaksud adalah modal digunakan

sebagai tali pengikat agar petani selalu konsisten dengan bentuk kuasa yang

dilakukan oleh pengusaha kepada petani ketela agar mereka terus terikat

didalamnya. Modal sengaja diberikan diawal oleh pengusaha agar petani merasa

nyaman dan percaya dengan kesungguhan perjanjian yang dilakukan. Tali

PAGE \* MERGEFORMAT 43
pengikat tersebut dimaksudkan agar petani tidak melakukan kerjasama dengan

pihak lain.

Pemberian modal yang dilakukan oleh pengusaha keripik (patron) kepada

petani ketela (klien) pada dasarnya merupakan sebuah pengalihan perhatian untuk

petani. Jika dicermati lebih mendalam bahwa hal tersebut merupakan suatu bentuk

proteksi yang dilakukan oleh pengusaha kepada petani dengan tujuan tidak bisa

bekerjasama dengan pihak lain serta selalu senantiasa mengabdi dengan cara

memenuhi bahan baku ketela agar sesuai target yang telah ditetapkan. Hubungan

yang tercipta antara patron dan klien pada akhirnya akan menimbulkan

ketergantungan klien pada patron. Petani sebagai klien yang berada dalam posisi

yang lemah tentu akan selalu bergantung kepada pihak yang lebih kuat yaitu

patron atau pengusaha.

Ketergantungan tersebut akibat perlunya jaminan sosial ekonomi bagi

klien guna terus mempertahankan kehidupannya. Jaminan sosial terlihat dari

upaya patron dalam memberikan berbagai bantuan atau pertolongan kepada klien

ketika sedang kesusahan. Merujuk konsep Blau, jaminan sosial yang diberikan

oleh pengusaha selaku patron tergolong dalam pertukaran intrinsik.

b. Kewajiban Petani Kepada pengusaha

Salah satu cara agar hubungan patron klien yang terjadi antara pengusaha

keripik dengan petani ketela dapat berjalan dengan mulus, diperlukan adanya

pertukaran. Pihak yang satu (atas) memberikan sesuatu yang berharga kepada

pihak lain (bawah) baik dalam bentuk barang maupun jasa. Dengan adanya

pemberian ini pihak penerima merasa mempunyai kewajiban untuk membalasnya

sehingga terjadi pertukaran timbal balik.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Pertukaran timbal balik yang terjadi pada dasarnya terbagi menjadi dua,

yaitu secara seimbang dan tidak seimbang. Seimbang maksudnya adalah salah

satu pihak menerima ganjaran sesuai dengan apa yang diberikannya atau bersifat

simetris. Sedangkan tidak seimbang yaitu apa yang diterima oleh salah satu pihak

tidak sesuai dengan apa yang diberikannya atau bersifat asimetris.

Pertukaran secara seimbang atau tidak seimbang biasanya tergantung

dengan kedudukan atau posisi masing-masing pihak. Pertukaran timbal balik yang

dilakukan oleh pengusaha industri kepada petani ketela terwujud dalam, pertama

berbagai perlakuan istimewa/khusus yang berupa pemberian sejumlah bantuan

yang diperlukan oleh petani. Adapun berbagai bantuan tersebut diantaranya

adalah memberikan pinjaman hutang kepada para petani apabila ada kebutuhan

mendesak misal anak sakit atau untuk biaya pendidikan.

Kedua, pengusaha memberikan sejumlah bonus kepada sejumlah petani

yang dianggap memiliki hasil panen yang bagus. Bonus tersebut dapat berupa

tambahan uang panen/ balenan maupun dalam bentuk barang. Ketiga, pengusaha

memberikan paket wisata ziarah wali secara gratis dan paket bingkisan setiap

lebaran kepada seluruh pekerja termasuk petani ketela.

Mengacu pada konsep Blau mengenai pertukaran, bahwa pemberian

reward yang diberikan oleh pengusaha kepada petani yang berupa pemberian

hutang guna biaya pendidikan dan kesehatan serta penambahan uang panen atau

balenan tergolong dalam pertukaran ekstrinsik. Alasannya adalah karena

pertukaran yang dilakukan oleh pengusaha kepada petani jelas adanya (berwujud)

dan hal tersebut memang disengaja oleh pengusaha. Dalam pertukaran ekstrinsik

Blau menyebutkan adanya negosiasi dan tawar menawar yang disengaja.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Hal tersebut dimaksudkan agar nantinya pengusaha memperoleh balasan

atas kebaikan yang dilakukannya kepada petani. Kebaikan yang dilakukan oleh

pengusaha selama ini kepada sejumlah petani tentulah sebelumnya sudah

difikirkan dengan baik dan hal tersebut berorientasi pada tujuan daripada

pertukaran itu sendiri. Pengusaha setidaknya menginginkan agar dirinya

mendapatkan pengembalian secara seimbang sehingga tidak merugikan salah satu

pihak.

Selanjutnya, pertukaran ekstrinsik yang dilakukan oleh pengusaha dan

petani tentu akan mengarah pada pertukaran intrinsik yang dimulai dari adanya

kewajiban moral dalam diri petani. Kewajiban moral merupakan pemaknaan

secara tidak langsung dalam diri petani atas sejumlah hadiah yang telah

diterimaya dimana hadiah tersebut telah dianggap sebagai apresiasi atas kinerja

mereka. Adapun kewajiban moral yang dimaksud adalah keinginan petani untuk

membalas berbagai kebaikan yang diberikan oleh pengusaha.

Adapun caranya adalah dengan selalu bersikap loyal kepada pengusaha,

petani yang baik dengan menghasilkan hasil panen yang memuaskan dan selalu

menuruti serta melakukan apapun yang dikehendaki oleh pengusaha serta

membantu pengusaha baik dalam keadaan sedih maupun susah. Sebagaimana

yang telah dipaparkan diatas mengenai bentuk balasan yang diberikan oleh petani

a kepada pengusaha yang tergolong dalam pertukaran intrinsik, dapat ditarik garis

besar bahwa berapapun jumlah balasan yang diberikan oleh petani kepada

pengusaha tidak akan pernah sebanding dengan apa yang telah diterimanya. Maka

tak heran jika seringkali klien akan terus merasa memiliki hutang budi kepada

PAGE \* MERGEFORMAT 43
patron Dalam hubungan patron-klien, kuasa yang besar jelaslah dimiliki oleh

patron.

Hal ini didasarkan oleh kepemilikan berbagai sumberdaya yang begitu

besar jika dibandingkan dengan klien. Maka tak heran jika patron seringkali

diposisikan dalam lapisan atas/ordinat. Karena merasa berkuasa atau berhak atas

penghidupan petani, pengusaha industri (patron) mengontrol segala hal sesuai

dengan kehendaknya.

Hal ini termasuk mengenai pemberian reward yang pada akhirnya

menimbulkan kewajiban para petani untuk membalasnya. Balasan yang terlihat

dalam penelitian ini berupa sikap loyal petani kepada pengusaha, selalu

menyetorkan hasil panen pada pengusaha, saling memberi makanan dan

membantu jika kesusahan ataupun membantu saat memiliki hajat. Berikut

lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran produk pertanian:

1. Tengkulak juga dikenal sebagai pedagang atau toke, adalah perusahaan

pemasaran yang bekerja langsung dengan petani dan melakukan transaksi dengan

mereka secara tunai, uang terikat, atau kontrak pembelian.

2. Pedagang besarbertanggung jawab untuk mengumpulkan komoditas

dari pedagang kecil, mengirim, memproses, menyimpan, mempertaruhkan

komoditas (asuransi), dan mendistribusikan komoditas ke dealer penjualan atau

pengecer.

3. Agen penjualan membeli produk atau komoditas dalam jumlah besar

dari pedagang dengan harga lebih rendah daripada pengecer.

4. Pengecer adalah agen pemasaran yang bekerja sama atau menjual

langsung kepada konsumen.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Profil Daerah Penelitian

Sejalan dengan meningkatnya kegiatan pembangunan di Kota Pekanbaru

menyebabkan meningkatnya kegiatan pelayana ke pendudukan disegala bidang

yang tentunya harus di ikuti dengan penyediaan fasilitas oleh Pemerintah Kota

Pekanbaru yang mana tujuan utama adanya pemerintah adalah untuk menciptakan

kesejahteraan masyarakatnya melalui pelayanan yang prima, efektif dan efesien.

Untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut dan untuk lebih dekatnya

jenjang birokrasi di Kota Pekanbaru, Pemerintah Kota Pekanbaru dengan cepat

melahirkan peraturan yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat, maka

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 09 Tahun 2016 tentang

pembentukan dan susunan perangkat daerah Kota Pekanbaru pasal 3 ayat 1 dan

ayat 2. Di Kecamatan Tenayan Raya terdapat 13 (tiga belas) kelurahan hasil dari

pemekaran, 4 Kelurahan yang ada di Kecamatan Tenayan Raya. Berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 4 Tahun 2016 yakni : Kelurahan Kulim,

Kelurahan Mentangor, Kelurahan Pebatuan, Kelurahan Silangrampai, Kelurahan

Tangkerang Timur, Kelurahan Pematangkapau, Kelurahan Bench Lesung,

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Kelurahan Sialangsakti, Kelurahan Tuahnegri, Kelurahan Industritenayan,

Kelurahan Melebung, Kelurahan Rejosari, dan Kelurahan Bambu Kuning. Secara

resminya Kelurahan Pebatuan berdiri pada tanggal 03 Januari 2017.

Kelurahan Pebatuan merupakan salah satu kelurahan yang hadir dari hasil

pemekaran Kelurahan Kulim dimana terjadi dua kali pembagian wilayah dalam

pembantukannya. Pertama Kelurahan Pebatuan pada bulan Januari 2017 hingga

akhir Juli 2017 yang mana merupakan awal lahirnya Kelurahan Pebatuan

memiliki luas wilayah + 3,46 KM2 dan dibantu dalam melayani masyarakat oleh

26 RT dan 8 RW dengan jumlah penduduk + 6.285 Jiwa. Berjalan waktu pada

awal bulan Agustus 2017 disahkan Peraturan oleh Walikota Pekanbaru Nomor

188 Tahun 2017 yang mana berisikan penambahan wilayah di Kelurahan

Pebatuan menjadi Luas wilayah Kelurahan Pebatuan Kecamatan Tenayan Raya

saat ini adalah + 7,91 KM2 yang terdiri dari RT 47 / RW 15 dan memiliki

ketinggian wilayah 06 M Dpl (diatas permukaan Laut).

Perda Nomor 4 Tahun 2016 dan Peraturan Wali Kota Pekanbaru 188

Tahun 2017, Kelurahan Pebatuan batas:

 Sebelah Timur berbatas dengan anak sungai sail dan jalan seroja

(Kelurahan Pebatuan)

 Sebelah Barat berbatasdengan Sungai sail (Kecamatan Bukit Raya)

 Sebelah Selatan berbatas dengan Sungai Sail (Kabupaten Kampar)

 Sebelah Utara dengan Jalan Pesantren, Jalan Meranti Kelurahan

Pematangkapau, dan Kelurahan Mentangor.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Seiring dengan berjalannya waktu, sesuai dengan Peraturan Daerah Kota

Pekanbaru Nomor 2 tahun 2020 Tentang Penataan Kecamatan, Pasal 7 berisi

Wilayah Kecamatan Kulim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b terdiri

dari wilayah:

 Kelurahan Kulim;

 Kelurahan Mentangor;

 Kelurahan Sialang Rampai;

 Kelurahan Pebatuan;

 Kelurahan Pematangkapau.

Telah mengalami pemekaran dari Kecamatan Tenayan Raya ke

Kecamatan Kulim. Kecamatan Kulim resm mengalami pemekaran pada awal

januari 2021. Kelurahan Pebatuan saat ini memiliki luas wilayah + 8,12 KM 2,

yang terdiri dari RT 48/ RW 15 dengan jumlah penduduk + 10,879 jiwa dan

memiliki ketinggian wilayah 28M Dpl.

3.2 Profil Responden

Christian Pelras mengatakan hubungan patron-klien merupakan hubungan

yang tidak setara yang terjaling secara perorangan antara seorang pemuka

masyarakat (patron) dengan sejumlah pengikutnya (klien). Hubungan itu

berdasarkan pertukaran jasa, dimana ketergantungan klien pada patron diimbali

oleh perlindungan patron pada kliennya.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Tahun 1960-1970-an, tenaga buruh di hargai kisaran 300-400

rupiah/perhari saat ia masih mudah (belum menikah) pada tahun 1980-1990-an

(setelah menikah) ia sudah mulai melakukan kerja borongan pembajakan sawah

secara kelompok dengan masih menggunakan tenaga kerbau lalu pada tahun

selanjutnya berganti dengan menggunakan tenaga jasa sapi sebelum hadirnya

traktor didesa kami”. (Rurung, 2019)

Kemudian James Scoott mengatakan hubungan patron-klien merupakan

hubungan special antar dua pihak dimana pihak yang memiliki status ekonomi

yang lebih tinggi menggunakan pengaruhnya dan resourcesnya untuk melindungi

dan memberi manfaat pada pihak status sosial yang ekonominya lebih rendah.

Peter M. Blau mengatakan hubungan patron klien lebih merupakan

hubungan pertukaran (exchange relationship) bahwa:

a) Pertukaran hanya terjadi diantara pelaku yang mengharapkan imbalan dari

pelaku lain dalam hubungan mereka

b) Dalam mengejar imbalan ini, para pelaku dikonseptualisasikan sebagai seorang

yang mengejar profit.

c) Pertukaran antara dua macam, yang langsung (dalam jaringan interaksi yang

relatif kecil) dan kurang langsung (dalam sistem sosial yang lebih besar)

d) Ada 4 imbalan dengan derajat berbeda yaitu uang, persetujuan sosial,

penghormatan/penghargaan dan kepatuhan.

Profil petani responden merupakan gambaran tentang identitas petani

usahatani di daerah kelurahan Perbatuan Kecamatan Kulm yang menjadi sampel

PAGE \* MERGEFORMAT 43
dalam penelitian ini profil petani responden ditinjau berdasarkan usia, jumlah

anggota keluarga, pengalaman bertani dan luas lahan garapan.

Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis

kelamin, tingkat pendidikan, umur, luas lahan dan pengalaman bertani. Jumlah

responden yang diteliti adalah 3 orang dengan dibagi menjadi 3 profil petani

yaitu, (1) profil petani jagung, (2) profil petani cabe geprek, dan (3) profil petani

ubi jalar

Berikut data petani di Kelurahan Perbatuan Kecamatan Kulim berdasarkan

Umur,Luas Lahan,Pekerjaan sampingan :

1. Usia

Mardikanto (2009) produktivitas kerja dipengaruhi faktor usia petani.

Umur menunjukkan menunjukkan kemampuan fisik seseorang. Orang yang

umurnya lebih muda memilki fisik lebih kuat dari orang yang berusia lebih tua.

Faktor umur mempengaruhi pola pikir petani dalam menentukan kebijakan

operasional usahatani. Tenaga kerja (manpower) adalah penduduk dalam usia

kerja berusia 15 tahun - 64 tahun atau jumlah seluruh penduduk dalam satu

Negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap

tenaga kerja mereka dan jika mau berpartisipasi dalam kegiatan tersebut

(Arisandi, 2018).

Berdasarkan UU Tenaga Kerja no 13 Tahun 2016 menggolongkan

tingkatan usia produktif berada pada kisaran 15 – 64. tahun sedangkan usia 0-15

belum produktif dan > 64 tahun tergolong tidak produktif. Lebih dari 64 tahun

tidak produktif dan usia 0-15 tahun tergolong belum produktif. Pada lokasi

peneltian dengan umur yang rata rata produktif turut berperan besar dalam

PAGE \* MERGEFORMAT 43
keaktifan kelompok walaupun ada beberapa yang masih pasif dan merupakan

suatu keunggulan bahwa di lokasi peneltian tidak memiliki umur lanjut.karena

umur tua lebih sulit untuk menerima masukan dan lebih tidak perduli usahanya.

Petani yang muda lebih mudah untuk melakukan inovasi dalam usaha taninya

dibandingkan petani tua.

Umur dapat menunjukkan kemampuan seseorang dari aspek fisik dan

psikis. Ada kecenderungan bahwa seseorang yang berumur muda cenderung lebih

kuat secara fisik dari pada yang bemmur muda, namun secara psikis yang berumur

lebih tua lebih matang dalam pemikiran dari pada yang bemmur muda. Pada

kisaran umur tertentu seseorang berada pada usia produktif. Umur responden

antara 50-60 tahun, dimana sebagian besar (88%) termasuk kategori usia

produktif (usia 15-64 tahun). Ini menunjukkan bahwa dari segi sumberdaya

manusia, petani di Kelurahan Perbatuan ini memiliki potensi untuk mengusahakan

usahatani seperti kacang tanah, jagung, cabe geprek, dan ubi jalar

a. Usia dari Responden Petani Jagung dan Cabe geprek

Profil responden ini adalah petani yang melakukan budidaya Jagung

dan Cabai Geprek di Kelurahan Perbatuan

Kecamatan Kulim. Responden ini Bernama Pak Budi. Pak

Budi berumur 51 tahun dan telah menjadi petani yang memiliki usahatani

budidaya jagung dan cabe geprek baru selama 1 tahun setelah mengalami

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sebuah perusahaan, sehingga beliau

beralih menjadi seorang petani untuk saat ini.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
b. Usia dari Responden Petani Kacang Tanah dan Bawang Merah

Profile Responden ini adalah petani yang melakukan budidaya Kacang

Tanah dan Bawang Merah di Kelurahan Perbatuan Kecamatan Kulim.

Responden bernama Pak Suradi. Pak Suradi Berumur 57 tahun dan sudah

menjadi seorang petani sekitar kurang lebih 30 tahun.Beliau merupakan

pemilik lahan 1/2 hektar. serta seluruh modal berasal dari Pak Suradi

c. Usia dari Responden Petani Ubi Jalar

Profile Responden ini adalah petani yang melakukan budidaya Ubi

Jalar di Kelurahan Perbatuan Kecamatan Kulim. Responden bernama Bu

Marina Mawwaz. Bu Marina berumur 40 tahun dan sudah menjadi

seorang perani sekitr kurang lebih 5 tahun.

usia
60

50

40

30

20

10

0
Pak Budi Pak Suradi Buk Marina

usia

Sumber : Hasil Olah Data

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Gambar 2. Grafik usia petani di Kelurahan Perbatuan

Dari gambar diatas maka pada Kelurahan Perbatuan usia produktivitas

penduduk berkisar di usia (40-60 tahun) yang berarti masih berada diusia

produktif dalam melakukan usahatani untuk menghasilkan budidaya taman

holtikultura secara efektif. Hal ini dapat menunjukkan bahwa sangat

terbatasnya golongan muda yang bersedia bekerja di sektor pertanian.

Rata-rata petani yang cenderung tua dan sangat berpengaruh pada

produktivitas sektor pertanian Indonesia Petani berusia tua biasanya

cenderung sangat konservatif (memelihara) menyikapi perubahan terhadap

inovasi teknologi. Berbeda halnya dengan petani yang berusia muda.

2. Luas lahan

Lahan pertanian merupakan salah satu hal pokok yang harus

terpenuhi untuk proses kelangsungan budidaya tanaman pertanian. luas

lahan pertanian adalah luas jumlah keseluruhan luasan lahan pertanian

yang dimiliki petani responden serta luasan lahan pertanian sewaan yang

dibudidayakan untuk usahatani.

Status penguasaan lahan petani di Kelurahan Perbatuan dalam

penelitian ini lahan pribadi milik Pak Suardi yang di kelola bersama atau

berkelompok oleh Pak Budi dan Buk Marina. sehingga hasil pertanian

bagi hasil modal dikembalikan ke pak suradi dan hasil akan dibagi dua.

petani responden di Keluarahan Perbatuan rata-rata keseluruhan

mempunyai luas lahan sebesar <0,5 Ha artinya untuk lahan di Kelurahan

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Perbatuan dikatagorikan tempat untuk budidaya tanaman yang baik

dikarenakan keterbatasan lahan yang dimiliki oleh para pertani.

Semakin luas lahan yang dikelola oleh petani maka akan semakin

besar risiko yang akan dihadapi petani, maka dari itu petani memilih

mengasuransikan lahan yang kurang dari satu hektare. Hasil ini berbeda

dengan pendapat Widyawati (2013) yang menyatakan bahwa semakin luas

lahan yang dikelola maka akan semakin meningkat tingkat kesejahteraan

petani. Berhasilnya petani dalam berusahatani akan berhubungan dengan

tingkat kesejahteraan petani, jika petani mengalami gagal panen maka

kesejahteraan petani akan menurun.

3. Pekerjaan Utama atau Pekerjaan sampingan

Pekerjaan merupakan suatu aktifitas ekonomi yang dilakukan

responden dalam mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

kesehariannya

Pendapatan yang didapat oleh petani selain dari usaha tani yaitui

pekerjaan sampingan. Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang

dilakukan diluar waktu usaha tani atau pekerjaan utama petani yang

bertujuan menambah pendapatan petani dalam memnuhi kebutuhan

kehidupannya. Petani yang memiliki penghasilan tambahan diluar usaha

tani cenderung keadaan finansialnya lebih baik dan petani yang menjadi

responden penelitian didominasi oleh petani yang memiliki pekerjaan

sampingan.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Berdasarkan hasil survey wawancara petani di Kelurahan Perbatuan,

bahwa tidak ada satu pun petani mempunyai pekerjaan sampingan dan

menjadikan pekerjaan petani menjadi pekerjaan pokok mereka karena

menjadi petani sudah cukup membiayai hidup mereka.

pekerjan utama atau


sampingan

pekerjaan utama 100%

100%

Gambar 3. Persentase pekerjaan petani di Kelurahan Perbatuan

Hal ini kemudian menjadi menarik karena kurang lebih 1/3 dari total

responden petani ubi jalar,jagung, cabai, dan kacang tanah menjadikan

usahatani ubi jalar, ,jagung, cabai, dan kacang tanah sebagai pekerjaan

utama dan satu-satunya pekerjaan untuk memenuhikebutuhan keluarganya.

Ini dapat membuktikan bahwa usahatani ubi jalar adalah usahatani yang

menguntungkan dan menjanjikan untuk dilakukan.

4. Lama Usaha

Pengalaman petani dalam kegiatan usaha tani atau ternak

menentukan keberhasilan usaha pertanian, selain tingkat pendidikan dan

umur.Pengalamn berusaha tani menjadi faktor penunjang keberhasilan

PAGE \* MERGEFORMAT 43
dalam suatu kegiatan usaha tani. Petani yang memilki pengalaman usaha

tani mampu mengatasi persoalan-persoalan yang menimpa dalam kegiatan

usaha dibidang peertanian.

Berdasarkan survey di Kelurahan Perbatuan para petani rata-rata

ada yang masih 1 tahun menjadi petani, ada yang sudah 5 tahun menjadi

petani dan ada para petani yang sudah cukup lama menjadi seorang petani

yakni kurang lebih 30 tahun lamanya. Petani yang cukup lama bertani

memiliki kemampuan managerial pemeliharaan tanaman yang lebih baik.

pengalaman yang menyenangkan ataupun tidak sangat berpengaruh

terhadap proses belajar, dengan pengalaman yang ada akan lebih berhati-

hati dan turut menentukan dalam mengambil suatu keputusan.

Lama Bekerja
Lama Bekerja
30

5
1

P ak Bu d i P ak Su rad i Bu k Mar i n a

Sumber : Hasil Olah Data

Gambar 4. Grafik lamanya bekerja sebagai petani

5. Sistem Penjualan Budidaya

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Sistem penjualan adalah suatu kesatuan proses yang saling

mendukung dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan pembeli dan

bersama – sama mendapatkan kepuasan dan keuntungan.

Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlndungan Konsumen Pasal 1 angka 3 meyebutkan bahwa pelaku usaha

adalah setiap orang-perorang atau badan usaha, baik yang berbentuk badan

hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan

atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik

Indonesia, baik sendiri maupun bersama melalui perjanjian

menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

Berdasarkan definisi di atas, dapat dijelaskan bahwa pengertian

tauke yakni orang yang bertugas sebagai pembeli, pendistribusian

sekaligus pedagang hasil pertanian dan hasil bumi lainnya dengan cara

datang kedaerah penghasil untuk mengumpulkan barang-barang tersebut.

Kehadiran tauke dalam masyarakat pertanian berperan sebagai pengumpul

(gatherer), pialang (broker), pedagang (trader), pemasaran (marketer) dan

kadang sebagai kreditor secara sekaligus. Berbagai sistem mereka gunakan

dalam membeli komoditas, baik dengan cara membeli sebelum panen

(ijon) maupun sudah panen. Istilah Tauke juga dapat disebut sebagai

pelaku usaha, merupakan setiap orang yang menjalankan kegiatan usaha

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup

Berdasarkan hasil survey di Kelurahan Perbatuan, Dalam

pemasaran hasil budidaya tanaman yang dikelola oleh petani

menggunakan sistem Tauke. sistem tauke itu sendiri adalah pedagang

PAGE \* MERGEFORMAT 43
perantara atau yang membeli hasil bumi dan sebagainya dari petani. Tauke

sangat berperan penting dalam proses jual beli, karena dengan adanya

tauke hasil budidaya tanaman holtikultura dapat langsung tersalurkan ke

pasar-pasar. di Kelurahan Perbatuan, para petani telah memiliki hubungan

kerjasama dengan beberapa tauke, di mana para tauke tersebut langsung

menjemput hasil tanaman budidaya ketempat para petani lalu

mendistribusikkannya kepasar-pasar. para petani menjual kepada para

tauke dengan harga 50 para tauke bisa menjualnya dengan harga 80.

3.2.1. Petani

1. Petani Jagung dan Cabai gebrek

Jagung merupakan komoditas utama yang digunakan

sebagai bahan baku industri, pakan ternak, serta sumber

karbohidrat dengan luas lahan sebesar 3.787.367 hektare dengan

total produksi sebesar 19.612.435 (BPS, 2016). Menurut BPS

(2018) produksi jagung meningkat dalam 5 tahun terakhir dengan

rata- rata sebesar 12,48% pertahunnya. Sejak tahun 1970, produksi

jagung Indonesia diutamakan sebagai makanan manusia. Akan

tetapi ketika industry unggas mulai berkembang, maka

pemanfaatan jagung secara bertahap sedikit bergeser ke pakan atau

makanan ternak . Penggunaan jagung sebagai bahan pangan dan

pakan terus mengalami peningkatan. Sementara ketersediaannya

dalam bentuk bahan terbatas. (Rahmad, Anggi, 2021)

PAGE \* MERGEFORMAT 43
a. Pendapatan Usaha tani Jagung

Harga dan pendapatan dari produksi dapat mempengaruhi

usaha tani sehingga perlu dalam analisis usaha tani(Luntungan,

2015). Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan biaya

total. Hal ini didukung oleh Pata (2011) bahwa keuntungan

merupakan pendapatan yang diperoleh petani dari usaha tani cabai

yang dapat diketahui dari selisih antara penerimaan total dan biaya

total. Diketahui sebelumnya bahwa biaya total Rp 20.445.022,- dan

penerimaan Rp 39.150.000,-sehingga pendapatan dari usaha tani

jagung per satu kali musim tanam Rp 18.704.978,-. Peningkatan

pendapatan usaha tanijagung dapat meningkatkan kesejahteraan

petani dan keluarganya.Pendapatan yang diterima biasanya

digunakan untuk membiayai kehidupan sehari-hari, selain itu

apabila ada saja pendapatan yang tidak habis digunakan dalam

membiayai kebutuhannya maka sisa dana tersebut akan di gunakan

untuk investasi atau tabungan.

Menurut Hapsari (2011) ada dua cabai yang tumbuh dan

ditanam di Indonesia yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan

cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Tanaman cabai cocok

ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang, serta

tidak tergenang air; pH tanah yang ideal sekitar 5-6. Waktu tanam

yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan

(Maret-April). Untuk memperoleh harga cabai yang tinggi, bisa

juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Desember, walaupun ada risiko kegagalan. Tanaman cabai

diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat

serta bebas dari hama dan penyakit.

Cabe juga menjadi salah satu indikator tingkat inflasi

nasional. Menurut data BPS (2015 : 593) kondisi penawaran atau

pasokan, dan permintaan merupakan faktor penyebab fruktuatifnya

harga cabe. Berkurangnya luas lahan akibat peralihan peruntukan,

bencana alam, serangan hama penyakit merupakan faktor utama

berkurangnya pasokan atau supply, sedangkan permintaan bersifat

inelastis. Untuk itu diperlukan penyediaan varietas cabe unggul

yang dapat mengatasi masalah diatas.

a. Lahan penggunaan Usaha tani Cabai

Lahan yang baik digunakan untuk menanam cabe yaitu

tanah yang mengandung bahan organik sekurang-kurangnya 1,5%,

memiliki pH 6,0-6,5.Selain itu, tanah harus memiliki drainase dan

aerase yang baik. Cabe tidak menyukai curah hujan yang terlalu

tinggi atau iklim yang basah. Curah hujan sekitar 600-1.200

mm/tahun merupakan curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan

tanaman cabe. Untuk menghasilkan tanaman cabe yang

berproduksi tinggi, tanaman cabe juga memerlukan dukungan

cahaya matahari yang tinggi untuk menghasilkan fotosintat yang

tinggi (Syukur, 2014 : 23).

PAGE \* MERGEFORMAT 43
2. Petani Kacang Tanah dan Bawang merah

Budidaya kacang tanah banyak digeluti petani sebab

permintaan terhadap komoditas ini memang cenderung stabil.

Kacang tanah menempati urutan ketiga dalam hirarki konsumsi

polong-polongan di Indonesia setelah kacang kedelai dan kacang

hijau. Kacang tanah digolongkan ke dalam tanaman Leguminosae

yang cukup penting khususnya di Indonesia terutama dalam

konteks pertanian. Kacang tanah memiliki beberapa keunggulan

yang menguntungkan para petani. Hal tersebut antara lain

pertumbuhan kacang tanah lebih tahan terhadap kelangkaan air

atau kekeringan, ancaman baik itu hama maupun penyakit yang

relatif lebih sedikit, panen yang lebih cepat yakni 55 sampai 60

hari, cara tanam serta pengelolaan yang cukup sederhana,

perlakuan pasca panen yang lebih mudah, angka kegagalan dalam

panen total yang lebih sedikit serta harga jual tinggi serta lebih

stabil di pasaran. Kesemua faktor ini menjadikan budidaya kacang

tanah jauh lebih menguntungkan

3. Petani Ubi jalar

Petani ubi jalar di Kelurahan Perbatuan yang dijadikan

responden adalah petani yang menanam ubi jalar varietas kuningan

PAGE \* MERGEFORMAT 43
putih (AC Putih) dan varietas ubi ungu. Varietas kuningan putih

merupakan varietas lokal dan paling banyak dibudidayakan oleh

petani di lokasi penelitian. Alasan petani menggunakan varietas

kuningan putih dikarenakan varietas lokal unggulan dengan

produktivitas tinggi, bercita rasa manis, bentuknya bulat, tahan

terhadap panas, harga jual cukup tinggi, serta permintaan pasar

yang kontinyu sepanjang tahun. Ciri fisik tanaman ubi jalar ini

adalah daunnya yang runcing dan agak tipis serta berwarna hijau

tua. Sedangkan varietas ubi ungu memiliki ciri fisik daunnya lebar

dan tumbuh lebat serta warna daun yang hijau agak keunguan.

a. Status Lahan dan Pola Tanam Ubi Jalar

Petani ubi jalar di Kelurahan Perbatuan umumnya menanam ubi

jalar di lahan milik pribadi. Pola tanam ubi jalar yang digunakan

yakni pola tanamubi-palawija/padi- ubi yakni pola tanam yang

diselingi penanaman palawija untuk lahan kebun/ladang dan padi

untuk lahan sawah. Tanaman penyelang palawija dapat diganti

dengan tanaman kacang-kacangan untuk meningkatkan kesuburan

tanah. Petani yang tidak memiliki lahan biasanya menyewa atau

menyakap lahan milik orang lain. Sewa lahan atau pohon ubi jalar

dibayar dengan menggunakan hasil panen ubi. Selain itu, ada juga

petani yang menggarap lahan gadai untuk ditanami ubi jalar.

b. Penggunaan Pupuk dan Pestisida

Pemeliharaan tanaman ubi jalar memerlukan perhatian yang

serius dan cukup intensif dalam peme- liharaan sehari-harinya.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
frekuensi pemupukan tanaman ubi jalar yang dilakukan oleh

mayoritas responden petani ubi jalar adalah hanya 1 kali dalam 1

tahun. Hal ini dirasa cukup bagi petani karena dosis yang diberikan

sudah dirasa cukup untuk kebutuhan setiap tanaman ubi jalar,

selain itu pengerjaan pemupukan yang pada umumnya tidak cukup

dilakukan dalam satu hari sehingga dapat menghemat waktu,

tenaga, dan biaya jika hanya dilakukan sekali dalam setahun.

Menurut ketua kelompok tani ubi jalar di Kelurahan

Perbatuan, pemupukan biasanya hanya dilakukan sekali saja yaitu

pada saat tanaman berusia sekitar 2 bulan dengan sistem

pembukaan tanah. Tanah dibuka agar akar ubi jalar terlihat

kemudian diberikan pupuk (biasanya pupuk NPK) lalu ditutup

kembali dengan tanah,tetapi tidak terlalu dalam. Hal ini

dimaksudkan agar akar dapat bernafas dengan lebih baik dan air

hujan/irigasi bisa langsung mengenai akar tanaman sehingga

proses pertumbuhan umbi akan lebih maksimal. Untuk lahan kebun

atau ladang, pemupukan dilakukan saat akan memasuki musim

hujan. Hal ini dikarenakan jenis pupuk NPK yang digunakan petani

akan bekerja secara optimal dan mudah terserap tanaman saat

terkena air.

c. Pendapatan Usahatani Ubi Jalar

Pendapatan usahatani meruakan penghasilan yang diterima

oleh petani dari kegiatan usahataninya. Pendapatan usahatani

PAGE \* MERGEFORMAT 43
ubijalar adalah merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya

produksi usahatani ubi jalar.

Komponen biaya usahatani terbesar adalah biaya tenaga

kerja luar keluarga yaitu sebesar 45 % dari total biaya. Penggunaan

tenaga kerja luar keluarga karena tenaga kerja yang berasal dari

dalam keluarga tidak mencukupi atau tidak tersedia. Kurangnya

tenaga kerja dalam keluarga karena isteri mengutamakan mengurus

rumahtangga dan anak-anak masih sekolah atau bekerja di tempat

lain. Usahatani ubi jalar banyak menggunakan tenaga kerja laki-

laki karena jenis pekerjaan berat dalam pengolahan lahan,

penanaman dan pemanenan. Penelitian Situmorang (2013) dan

Nursan (2015) menemukan bahwa tenaga kerja merupakan

komponen biaya usahatani terbesar pada usahatani jagung.

Sedangkan Leovita, dkk. (2015) menemukan bahwa tenaga kerja

merupakan kom- ponen biaya usahatani terbesar pada usahatani ubi

jalar.

3.2.2. Pedagang

1. Bapak Jabar

Bapak Jabar merupakan merupakan masyarakat dari kelurahan

Perbatuan kecamatan Kulim berprofesi sebagai tauke/pengepul.

Bapak Jabar berusia 50 tahun, pendidikan terakhir nya Sekolah

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Dasar (SD). Pekerjaan tauke/pengepul ini meruapakan pekerjaan

tetap Bapak Jabar.

Berdasarkan hasil pengsian kuisioner oleh Bapak Jabar yang

berprofesi sebagai Tauke/pengepul di Kelurahan Perbatuan

Kecamatan Kulim. Awal mula terjadinya penjualan antara tauke

dan petani adalah hubungan lama atau hubungan pertemanan antara

petani dengan tauke. Tidak ada kontrak tertulis yang mengharuskan

petani menjual hasil taninya kepada tauke tersebut, tetapi terdapat

kontrak lisan. Jika petani terdesak Bapak Jabar bersedia memberi

pinjamam kepada petani yang menjualkan hasi panennya, pinjaman

tersebut dapat berupa pinjaman uang ataupun pinjaman pupuk dan

pestisida untuk tanaman budidata yang diusahakan petani.selain,

pupuk dan pestisida, Bapak Jabar juga memberikan pinjaman uang

untuk membantu petani membayar pendidikan.Tetapi dengan

adanya pinjaman tersebut maka petani memiliki hubungan yang

membuat petani tersebut harus menjual hasil panen usahatani nya

kepada Bapak Jabar. Jumlah pinjaman yang di berikan di pengaruhi

oleh jumlah hasil usahatani yang di jual kepada Bapak Jabar,

semakin banyak jumlah hasil usahatani yang di jualkan semakin

besar pinjaman yang akan di berikan oleh Bapak Jabar. Sistem

pembayaran pinjaman di lakukan saat proses jual-beli dengan

memotong langsung jumlah hasil panen yang diterima petani ketika

menjual hasil panen nya ke tauke. Sedangkan pembayaran dari

PAGE \* MERGEFORMAT 43
pembelian hasil usahatani bisa dilakukan secara langsung maupun

melalui transfer.

Untuk menarik para petani agar menjual hasil panen kepada

nya, usaha yang di lakukan Bapak Jabar dengan membuat

hubungan baik antara nya dengan para petani, timbangan yang

Bapak Jabar sediakan juga lebih baik dari pada timbangan di tauke

lainnya. Dengan adanya hubungan baik dan rasa saling percaya

itulah yang membuat petani-petani banyak menjual hasil panen nya

kepada Bapak Jabar. Hingga saat ini kurang lebih ada 7 petani yang

menjual hasil usahatani nya kepada Bapak Jabar, ia bisa

mendapatkan kurang lebih 2 ton. Frekuensi penyetoran sawit yang

dilakukan Bapak Jabar tergantung panennya, biasanya di telpon

dari petani.

Tenaga kerja yang Bapak jabar butuhkan sebanyak 2 - 3 orang,

untuk sistem gaji yang diberikan Bapak Jabar ke Tenaga kerjanya,

yaitu tenaga kerja tetap gajinya per bulan dan tenaga kerja buruh

harian gajinya diberikan setiap kali kerja/pengangkutan. Besar gaji

yang didapat untuk setiap pekerja/orang dalam setiap kali

pemasaran/pengangkutan sawit yang diberika Bapak jabar yaitu

a. Perhari : Rp 150.000

b. Perbulan : Rp 3.000.000

c. Setiap kali pengangkutan : Rp 150.000 di luar uang

tambahan

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Dari usaha yang Bapak Jabar jalankan ia tidak tergabung

dengan koperasi, tidak ada bantuan pemerintah dan kebijakannya

dan tidak ada kelompok tani.

Bapak Jabar melakukan penetapan harga berdasarkan harga

pasar. Tempat pemasaran sawit yang dilakukan Bapak jabar yaitu :

a. Pedagang besar : AKAP (Payung sekaki)

b. Konsumen : eceran

Alasan Bapak Jabar memilih tempat memasarkan nya ke tempat

tersebut karena menurut Bapak Jabar Tempat tersebut merupakan

pusat penjualan dan banyak orang yang dating kesana dari berbagai

daerah.

3.3. Hubungan Patron-Client

Hubungan patron-client adalah hubungan atau ikatan antara dua pihak

yang menyangkut seperangkat atau sejumlah hubungan pertemanan atau

hubungan usaha, bahwa orang yang menggunakan pengaruh atau sumber sumber

dayanya terutama yang bersifat ekonomis. Patron berasal dari kata paronust yang

berarti “bangsawan” sementara klien berasal dari clien yang berarti pengikut.

Salah satu tokoh yang berbicara tentang patron klien sebagai suatu

hubungan antara dua orang yaitu seseorang atau individu dengan memiliki status

sosial dan ekonomi yang lebih tinggi (patron) dimana menggunakan pengaruh

sumber dayanya untuk memberikan perlindungan atau bantuan dan keuntungan

kepada seseorang yang memiliki satatus yang lebih rendah (klien) sehingga klien

membalas dengan memberikan jasa pribadi kepada patron (Scott. 1972 dalam

Ahimsa: 4). Scott adalah sorang ahli sosiologi dan Antropologi yang banyak

PAGE \* MERGEFORMAT 43
berkecimpung dengan tema-tema seputar patronase. Scott memang tidak secara

langsung memasukkan hubungan patron klien ke dalam teori pertukaran.

Meskipun demikian, jika memperhatikan uraian-uraiannya mengenai gejala

terpenting dari pola hubungan semacam ini. Menurut Scott, hubungan patron klien

berawal dari adanya pemberian barang atau jasa yang dapat dalam berbagai

bentuk yang sangat berguna atau diperlukan oleh salah satu pihak, bagi pihak

yang menerima barang atau jasa tersebut berkewajiban untuk membalas

pemberian tersebut. Scott 1993 (dalam Fadjriya, 2017: 7).

Johnson 1988:190 (dalam Khosyi’ah, 2015: 15) menjelakan bahwa hal ini

dapat berarti bahwa reward dan cost yang dipertukarkan tersebut kurang lebih

sama nilainya jangka panjang atau jangka pendek, semangat untuk terus

mempertahankan suatu keseimbangan yang memadai dalam transaksi pertukaran

mengungkapakan suatu kenyataan bahwa keuntungan yang diberikan oleh orang

lain harus dibalas. Adapun asusmsi dasar yang diajukan oleh teori ini adalah

bahwa transaksi pertukaran akan terjadi apabila kedua belah pihak dapat

memperoleh keuntungan-keuntungan dari adanya pertukaran patron klien tersebut

(khosyi’ah. 2015: 15). Kedudukan dan Kemampuan sosial yang tinggi yang

berbeda disebabkan karena adanya kemampuan yang berbeda antara setiap orang.

Ciri hubungan patron klien yang membedakan dengan hubungan sosial

lain. Ciri pertama, adanya ketidakseimbangan (inequality) dalam pertukaran.

Ketidakseimbangan terjadi karena patron berada dalam posisi pemberi barang atau

jasa yang sangat diperlukan bagi klien dan keluarganya agar mereka dapat tetap

hidup. Rasa wajib membalas pada diri klien muncul akibat pemberian tersebut,

selama pemberian itu masih mampu memenuhi kebutuhan klien yang paling

PAGE \* MERGEFORMAT 43
pokok. Jika klien merasa apa yang dia berikan tidak dibalas sepantasnya oleh

patron, dia akan melepaskan diri dari hubungan tersebut tanpa sanksi.

Ciri kedua adalah sifat tatap muka. Sifat ini memberi makna bahwa

hubungan patron klien adalah hubungan pribadi, yaitu hubungan yang didasari

rasa saling percaya. Masing-masing pihak mengandalkan penuh pada

kepercayaan, karena hubungan ini tidak disertai perjanjian tertulis. Dengan

demikian, walaupun hubungan patron klien bersifat instrumental, artinya kedua

belah pihak memperhitungkan untung-rugi, namun unsur rasa selalu menyertai.

Ciri ketiga adalah sifatnya luwes dan meluas. Dalam relasi ini bantuan

yang diminta patron dapat bermacam-macam, mulai membantu memperbaiki

rumah, mengolah tanah, sampai ke kampanye politik. Klien mendapat bantuan

tidak hanya pada saat mengalami musibah, tetapi juga bila mengalami kesulitan

mengurus sesuatu. Oengan kata lain, hubungan ini dapat dimanfaatkan untuk

berbagai macam keperluan oleh kedua belah pihak, sekaligus sebagai jaminan

sosial bagi mereka.

Di kelurahan Pebatuan hubungan patron klien yang dianalisis adalah

responden petani jagung dan cabe geprek. Dikatakan dalam sebuah wawancara

bahwa hubungan timbal balik antara Bapak Suradi dengan pedagang masih

terbilang cukup baik.

Bapak Suradi memulai budidaya penanaman usaha cabe dan jagung mulai

pada tahun 1990-an di Riau, sebelumnya Bapak Suradi sudah menjadi petani sejak

lama. Sehubungan dengan itu, rata-rata penjualan cabe dan jagung yang bisa

dijual oleh bapak Suradi mencapai 100-300 kilogram paling banyak per sekali

masa musim panen. Awal mula terjadinya kegiatan penjualan antara Bapak Banjar

PAGE \* MERGEFORMAT 43
dengan petani ubi dan petani sayur lainnya adalah dikarenakan kenal dari kawan

ke kawan atau para petani yang mencari dan menghubungi taukenya. Dalam

hubungan ini tidak ada kontrak kerja secara tertulis antara petani dengan

taukenya.

Dulu awal mula menjadi tauke jika para petani ada yang terdesak atau

membutuhkan bantuan pertolongan kepada Bapak Banjar, Beliau masih mau

memberi bantuan seperti meminjamkan uang. Namun, sekarang sudah tidak lagi

karena banyak penipuan yang terjadi. Besarnya jumlah produksi cabe dan jagung

tidak berpengaruh terhadap besarnya pinjaman yang Bapak Banjar berikan kepada

petani.

Pembayaran yang dilakukan tauke Bapak Banjar kepada para petani

sistemnya ada yang secara langsung di tempat dan ada yang dibayar ketika

baramg telah habis terjual. Bapak Banjar tidak ada memberikan bonus THR

(Tunjangan Hari Raya) kepada para petani.

Karena petani tidak terikat, tidak ada diberikan bantuan tidak ada dapat

pinjaman, maka dengan demikian petani tidak diharuskan selalu menjual

komoditinya kepada tauke Pak Sudarjo. Dengan hal ini, ada beberapa

langkahlangkah yang senantiasa Pak Banjar lakukan agar mengikat dan menarik

minat para petani agar tetap setia menjual komoditinya kepada Pak Sudarjo.

Langkah langkah yang dilakukan Pak Sudarjo adalah sebagai berikut :

 Melakukan pendekatan

 Rajin silaturahmi

 Ramah

PAGE \* MERGEFORMAT 43
 Terkadang harga beli dibayar lebih tinggi daripada tauke lain

dengan komoditi yang sama

Adapun kesepakatan harga yang ditetapkan oleh perjanjian antara pihak

patron dengan pihak klien adalah Rp. 60.00 dan paling rendah Rp. 45.00

tergantung harga pasar nya. Bapak Suradi hanya ingin menjual kepada

pedagang/toke tersebut karena harganya selalu stabil dengan kesepakatan yang

telah dibuat bersama, jika harga cabe dan jagung turun, maka bapak Suradi akan

menyimpan hasil tani nya dan beralih menjual cabe dan jagung tersebut pada

pasar yang ada di kelurahan Pebatuan tersebut. Pasar dibuka setiap hari pukul

08.00 – 17.00 WIB dan bapak Suradi menjual hasil ubi kayu nya kepada para

pedagang pasar mulai pada hari senin pagi.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Potensi wilayah adalah segala sesuatu yang dimiliki (Sumber Daya Alam

dan Sumber Daya Manusia) suatu wilayah baik yang telah dimobilisir maupun

PAGE \* MERGEFORMAT 43
yang belum dimobilisir yang dapat mendukung upaya meningkatkan

kesejahteraan penduduk di wilayah yang bersangkutan. Kelurahan Binawidya

memiliki potensi pertanian masyarakat yang masih terdapat banyak komoditas

didalamnya, didalam beberapa komoditas tersebut terdapat hubungan timbal balik

antara petani dan pedagang. Hubungan tersebut tentunya menjadi patokan bagi

petani untuk mendapatkan sebuah keuntungan melewati jalur kerja sama. Pola

hubungan patron-klien merupakan aliansi dari dua kelompok komunitas atau

individu yang tidak sederajat. Baik dari segi status, kekuasaan, maupun

penghasilan sehingga menempatkan klien dalam kedudukan yang lebih rendah

(inferior), dan patron dalam kedudukan yang lebih tinggi (superior). Hubungan

patron-klien itu sendiri telah berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Tanpa

disadari relasi patron-klien ini telah mendarah daging dan bertransformasi dalam

berbagai macam bentuk dengan berbagi variasi jenis eksploitasi dan penekanan

terhadap pihak klien yang tentu selalu menjadi pihak yang tidak punya banyak

pilihan. Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dalam pembahasan mengenai

patron-klien adalah sebagai berikut :

1. Komoditas yang dikembangkan oleh responden yang diwawancarai

adalah cabe geprek dan jagung.

2. Bapak Suradi kelahiran tahun 1965 dan sekarang sudah berumur 57

tahun. Bapak Suradi adalah seorang perantau yang berasal dari Jawa.

3. Bapak Suradi mulai Bertani 30 tahun yang lalu, modal awal yang

dibutuhkan pak Suradi untuk memulai budidaya pertanian nya sekitar 10-20 Juta.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
4. Bapak Banjar yang berumur 50 tahun memiliki sekitar 7 petani yang

aktif yang selalu menjual usaha tani mereka kepadanya. Pak sudarjo sudah

menjadi tauke (pedagang) selama 18 tahun.

5. Hubungan patron-klien antara Bapak Suradi (petani) dengan Bapak

Banjar (pedagang) awalnya adalah bertemu di stasiun AKAP lalu berkenalan dan

berujung menjadi teman yang akrab.

6. Rata rata bobot komoditi yang dijual Pak Sudarjo adalah kisaran 100-

300kg. Selanjutnya bapak Banjar tidak bermitra ke pabrik atau lembaga lainnya.

Dengan demikian, hubungan patron-klien antara dua responden tersebut masih

tergolong baik. Berkaitan dengan ketidakinginan bapak mulyadi yang meminjam

uang kepada pedagang yang membuat hubungan tersebut masih baik-baik saja

walaupun terkadang pembayaran oleh pedagang yang telat akan tetapi bapak

mulyadi tidak pernah ambil hati.

4.2. Saran

Kelurahan Pebatuan merupakan salah satu kelurahan yang masih cukup

banyak terdapat komoditas pertanian didalamnya. Komoditas tersebut mampu

meningkatkan perekonomian masyarakat nya dengan cara sedemikian rupa,

namun masih ada beberapa kekurangan di daerah kelurahan yang bisa diperbaiki.

adapun saran yang dapat peneliti sampaikan pada pembahasan ini yaitu :

1. Perlunya peningkatan bimbingan dari pemerintah kepada para petani,

seperti pelatihan, kerja sama dan hal lainnya.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
2. Para Petani yang berada di kelurahan pebatuan, kesulitan untuk

mendapatkan bantuan berupa modal ataupun pupuk, maka dalam hal ini

diperlukan nya peran dari pemerintah ataupun dari Lembaga atau pihak

lainnya agar pertanian di wilayah kecmaatan pebatuan lebih berkembang.

3. Di wilayah Kecamatan Pebatuan, masih sangat sedikit koperasi, hal ini

membuat para petani sering kesulitan untuk mengakses pinjaman untuk

keperluan budidaya pertanian mereka, sudah semestinya dibentuk minimal

satu koperasi agar para petani tidak kesusahan untuk mengakses pinjaman

dan tidak selalu bergantung kepada tauke yang menyebabkan keterikatan

yang berlebihan.

Saran yang sudah diberikan semoga dapat dijadikan bahan pelajaran baik

bagi peneliti, pembaca, dan objek yang diteliti agar tidak terbuang segala manfaat

yang bisa sumber daya alam dan manusia berikan kepada kita, dan tentunya

khusus bagi pangsa pasar di kelurahan Binawidya agar selalu berjalan dengan baik

dan mampu meningkatan perekonomian masyarakat sekitar.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
DAFTAR PUSTAKA

Ansyari, I., Harsasto, P., & Fitriyah, F. (2019). Analisis Patron Klien Terhadap

Kemenangan Partai Golkar Kabupaten Tanah Datar Sejak Reformasi. Indonesian

Journal of Religion and Society, 1(1), 12–23.

BPS. (2019). Statistik Nilai Tukar Petani. Jakarta:Badan Pusat Statistik.

BPS. (2020). PDB Indonesia Triwulan 2016- 2020. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Fuad, I. Z., Aenurofik, A., & Rosyid, A. 2015. Belenggu Tengkulak Atas Petani

Pembudidaya Lele: Relasi Patron-Klien Budidaya Lele Di WonotunggalJawa

Tengah. Jurnal Hukum Islam.Vol. 2, No 1

Kustiari, R., Sejati, W. K., & Yulmahera, R. 2017.Market integration and price

formation of chili in Indonesia.International Journal of Sciences: Basic and

Applied Research, Vol. 3, No. 36

Lukiyanto, K., Widita, A., & Kumalasari, R. D. (2018). Patron-client Relationship

in Microenterprise Development as a Cultural Heritage in Modern Era.

PERTANIKA: Journal of Social Sciences & Humanities, 26, 155–162.

Maczak, A. (2018). Unequal Friendship The Patron-Client Relationship in

Historical Perspective. Development in Vietnam. Frankfurt: Peter Lang GmbH.

https://doi. org/10.1355/9789814379281-007

Muhtadi, B. (2019). Politik Uang Dan Dinamika Elektoral Di Indonesia: Sebuah

Kajian Awal Interaksi Antara Party-Id Dan Patron-Klien. Jurnal Penelitian Politik.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
Pratama, R. A. (2017). Patronase dan Klientalisme Pada Pilkada Serentak Kota

Kendari Tahun 2017. Jurnal Wacana Politik, 2(1), 33–44.

Rurung, D., 2019. Wawancacra.

Sadono, D., 2018. Pemberdayaan Petani Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian di

Indonesia. Jurnal Penyuluhan, Volume 4, p. 65.

Scott, J.C. (1993). Patron-Clients Politics and Political Change in Southeast

Asia.American Political Sciences Review, Vol.1, No 66.

Sinaga, H., & Widiono, S. 2015. Pola Hubungan Patron-Klien Pada Komunitas

Nelayan Di Kelurahan Malabro Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu. Jurnal

AGRISEP Kajian Masalah Sosial Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, Vol.2,

No.14

Widoyoko, J. D. (2018). Politik, Patronase dan Pengadaan; Studi Kasus Korupsi

Proyek Wisma Atlet. Integritas, 4(2), 1–23.

PAGE \* MERGEFORMAT 43
LAMPIRAN

PAGE \* MERGEFORMAT 43

Anda mungkin juga menyukai