Anda di halaman 1dari 4

WADAH MUSYAWARAH PARA ULAMA ZU’AMA DAN CENDIKIAWAN MUSLIM

Jl. Sunan Kalijaga No. 02 Komplek Perkantoran Sumber 45611

TAUJIHAT
NOMOR : 04/MUI-KAB/XII/2023

TENTANG
REKAM JEJAK PASLON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN
DALAM PEMILU 2024

A. LATAR BELAKANG
1. Setiap Pemilu masyarakat selalu bersemangat untuk melaksanakan Pemilihan Umum terutama untuk
memilih Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang akan memimpin negara selama 5 tahun.
2. Untuk memilih pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden tersebut masyarakat
memperbincangkan keunggulan masing-masing pilihannya, tetapi sering kali mengungkapkan
kelemahan-kelemahan paslon lawannya. dengan tujuan menggiring opini agar memilih Pasangan
Calon Presiden dan Wakil Presiden yang didukungnya.
3. Timbul pertanyaan di masyarakat bagaimana hukumnya membeberkan kelemahan pasangan calon
Presiden dan Wakil Presiden tersebut, apakah boleh karena termasuk ikhtiar mencari pemimpin
yang adil dan jujur atau haram karena termasuk ghibah yang dilarang dalam Al-Qur’an.
4. Untuk memberikan jawaban atas pertanyaan masyarakat tersebut MUI Kabupaten Cirebon
mengadakan rapat khusus membahas hukum ghibah dalam ikhtiyar mencari pemimpin yang jujur
dan adil dalam Pemilu 2024. Rapat dihadiri oleh Pimpinaan Harian, Ketua dan Anggota Komisi Fatwa,
Ketua dan Anggota Komisi Hukum dan Perundang-undangan dan membahas serta menyimpulkan
hal-hal sebagai berikut :

B. DASAR HUKUM
1. QS Al-Hujurat, 49 : 12 tentang larangan prasangka buruk, ujaran kebencian dan mengumpat
(ghibah) sebagai berikut :
َُ ً ْ ُ ُ ْ َ ْ َ ََ َ ْ َّ َ ْ َّ َّ َ َ ْ ُ ٰ َ ْ َّ َ َ
ِ ‫يٰٓايُّها ال ِذين ا َمنوا اجت ِن ُب ْوا ك ِث ْي ًرا ِم َن الظ ِن ِان َبعض الظ ِن ِاثم َّولا تجَّس ُس ْوا َولا َيغت ْبَّبعضك ْم َبعضا ا‬
‫يح ُّب‬
َ َ ٰ َّ َ ٰ ُ َّ ُ ْ َ َ ًْ َ َْ َ ُ ْ ْ َ ُ ُ َ
‫اّلل تَّواب َّر ِح ْيم‬ ‫ا َحدك ْم ان َّيأكل لح َم ا ِخ ْي ِه َميتا فك ِرهت ُم ْو ُه َواتقوا اّلل ِان‬
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian
dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

2. Hadits Riwayat Imam Bukhari Muslim dan Abu Dawud dari Utba dari Malik tentang larangan
prasangka buruk, mencari-cari aib orang lain, mendengar gunjingan masyarakat, bersaing tidak
sehat, dengki, dan saling membenci, Nabi saw bersabda sebagai berikut :

‫ ولاتجسسوا ولاتحسسوا ولاتنافسوا ولاتحاسدوا ولاتباغضوا‬,‫إياكم والظن فإن الظن أكذب الحديث‬

‫ولاتدابروا وكونوا عباداّلل إخوانا‬


“Hati-hatilah kamu akan prasangka karena prasangka sebohong-bohong ucapan, dan janganlah
mencari-cari keaslahan orang lain, dan janganlah mendengar gunjungn golongan lain, dan jangan
saling bersaing, saling berebut, saling membenci dan saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba-
hamba Allah yang bersaudara.”
3. Hadits Riwayat Abu Ya’la dan Ath-Thabarani dari Abu Hurarairah ra tentang larangan menggunjing,
ia berkata :

,‫ ما أضعف فلانا‬: ‫ أوقالوا‬,‫ يارسول اّلل ما أعجز فلانا‬: ‫كنا عند النبي صلى اّلل عليه وسلم فقام رجل فقالوا‬

‫ اغتبتم صاحبكم وأكلتم لحمه‬:‫فقال صلى اّلل عليه وسلم‬


Kami sedang berada di dekat Nabi saw kemudian seseorang berdiri, lalu mereka berkata : “betapa
tidak mampunya si fulan ya Rasulullah”, atau mereka berkata : “betapa lemahnya si fulan”. Lalu Nabi
saw bersabda : “kamu sekalian telah menggunjing teman kamu dan kamu telah makan dagingnya.”
Ibnu Abas menerangkan bahwa yang dimaksud dzan di sini ialah suudzdzan, menduga-duga orang
lain berbuat keburukan. Menurut Imam Az-Zajjaj maksudnya suudzdzan kepada orang baik-baik,
bukan suudzdzan kepada orang fasik atau ahli maksiat yang sesuai dengan yang apa yang nampak
pada lahirnya. Selanjutnya ulama tafsir menerangkan arti tajassus dan tahassus adalah sama, yaitu
mencari-cari aib orang lain. Menurut Yahya bin Abi Katsir perbedaannya tajassus mencari-cari aib
seseorang sedangkan tahassus mendengarkan gunjingan dari masyarakat. Sementara bergunjing
artinya menyebut-nyebut keburukan orang lain di belakang layar. Allah dan Rasul-Nya
menggambarkan orang yang menggunjing itu bagaikan makan daging saudaranya yang sudah mati
karena saudaranya yang dianggap mempunyai aib itu tidak dapat memberikan pembelaan (Zadul
Masir fie Ilmit Tafsir 7 : 472 & Tafsir Ibnu Katsir 6 : 370)
Wahbah Az-Zuhaily menerangkan bahwa berdasarkan petunjuk ayat di atas Allah melarang tiga hal,
yaitu pertama suudzdzan terhadap orang baik-baik, beriman dan ahli kebajikan, kedua mencari-cari
keburukan orang lain, dan ketiga mengumpat. Suudzdzan adalah haram apabila dapat
mengakibatkan kerugian orang lain. Adapun tajassus, termasuk dosa besar, yaitu mencari-cari
perkara yang seharusnya tertutup dan menjadi rahasia pribadi. Demikian pula tahassus, termasuk
dosa besar, yaitu mendengarkan perbincangan orang banyak atas sesuatu yang tidak disukai.
Ghibah juga haram termasuk dosa besar menurut ijma seperti dikemukakan oleh Imam Al-Qurthubi
(At-Tafsir Al-Munir, juz 26 : 262-263)

C. PANDANGAN ULAMA
1. Imam Al-Mawardi menerangkan tentang keharusan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
menyampaikan rekam jejak kepada masyarakat sebagai berikut :

)50 ‫ لزم كافة الامةأن يعرفوا إفضاء الخلافة الى مستحقها بصفاته (أحكام السلطانية ص‬: ‫قال الماوردى‬
Imam Mawardi mengatakan bahwa segenap rakyat harus mengetahui penyerahan pergantian
kepemimpinan negara kepada yang berhak menerimanya dengan mengemukakan sifat-sifatnya

2. Imam Sulaiman Ibnu Jarir menerangkan bahwa rakyat secara umum harus mengetahui Calon
Presiden dan Wakil Presiden sebagai berikut :

‫ واجب على الناس كلهم معرفة الامام بعينه واسمه كما عليهم معرفة اّلل ومعرفة‬: ‫وقال سليمان بن جرير‬

‫رسوله‬
Sulaiman Ibnu Jarir mengatakan wajib hukumnya seluruh rakyat mengetahui (calon) presidennya
baik pribadinya maupun setatusnya sebagaimana mereka wajib mengetahui Allah dan mengetahui
Rasul-Nya

3. Imam An-Nawawi mengatakan bahwa menerangkan sifat-sifat tercela para perawi untuk mencari
soliditas adalah boleh :

‫ وليس هو من‬,‫لصيانة الشريعة المكرمة‬,‫إعلم أن جرح الرواة جائز بل واجب بالاتفاق للضرورة الداعية إليه‬

‫الغيبة المحرمة بل من النصيحة ّلل تعالى ورسوله صلى اّلل عليه وسلم والمسلمين (قواعد التحديث لجمال‬

)188 ‫الدين القاسمى ص‬


Ketahuilah bahwa mencela para perawi (hadits) hukumnya boleh bahkan wajib dengan
kesepakatan ulama, karena sifatnya darurat untuk berbuat demikian dengan tujuan untuk menjaga
syari’at yang mulia. Hal ini tidak termasuk mengumpat yang haram, bahkan termasuk memberi
nasehat karena Allah dan Rasul-Nya dan kaum muslimin.

4. Para ulama membolehkan menggunjing orang lain pada 6 keadaan, yaitu :

,‫ الاول التظلم‬: ‫ وهو ستة اسباب‬,‫إعلم أن الغيبة تباح لغرض صحيح شرعي لايمكن الوصول اليه الابها‬

‫ والثانى الاستعانة لتغيير المنكر ورد المعاصى‬,‫فيجوز للمظلوم أن يتظلم الى السلطان والقاضى وغيرهما‬

‫ والرابع تحذير المسلمين من الشر‬,‫ والثالث الاستفتاء فيقول للمفتى ظلمنى فلان بن فلان‬,‫الى الصواب‬

‫ والخامس أن يكون مجاهرا بفسقه أوبدعته‬,‫ونصيحتهم مثل جرح المجروحين من الرواة والشهادة‬

‫ فإذا كان الانسان معروفا بلقب كالاعمش والاعرج‬,‫ والسادس التعريف‬,‫كالمجاهر فى شرب الخمر وغيره‬

)520 : 3 ‫ – الترغيب والترهيب للمنذري‬369-365 : 4 ‫والاصم وغيره فتباح فيه ذلك (دليل الفالحين‬
Ketahuilah bahwa menggunjing diperbolehkan untuk tujuan yang benar menurut syariat yang tak
mungkin sampai pada yang dimaksud kecuali dengan menerangkan hal tersebut. Yaitu ada enam
sebab : Pertama karena mendapat kedzaliman, orang yang mendapat kedzaliman boleh
mengungkapkan kedzaliman orang lain kepada Penguasa dan hakim atau lainnya; Kedua karena
menolong untuk merubah kemungkaran atau mengembalikan orang yang durhaka ke jalan yang
benar; Ketiga untuk meminta fatwa, ia boleh mengatakan kepada mufti bahwa si folan telah
menganiaya dirinya; Keempat memberi peringatan kepada orang-orang Islam dari kesalahan dan
memberikan nasehat kepada mereka, contohnya seperti dalam mencela para perawi (hadits) yang
tercela dan saksi (yang tercela pula); Kelima orang yang terang-terangan melakukan maksiat atau
ahli bid’ah seperti orang yang terang-terangan minum khamer dan sebagainya; Keenam untuk
mengenalkan seseorang seperti menyebut : orang kedeng, orang dingklang, orang bisu dan
sebagainya.

D. MEMPERHATIKAN
1. Pandangan para peserta mudzakarah bahwa rekam jejak Pasangan Calon Presiden dan Wakil
Presiden dengan menyampaikan identitas diri, riwayat hidup, visi dan misi melalui media social
adalah wajib agar rakyat mengetahui semua.
2. Pandangan para peserta mudzakarah bahwa berdasarkan larangan mencari-cari kesalahan orang
lain, larangan menyampaikan ujaran kebencian dan mengumpat yang disebutkan dalam Al-Qur’an
dan hadits, maka rekam jejak Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden hanya boleh pada hal-
hal yang bersifat positif, tidak boleh menyentuh hal-hal negative yang mendiskriditkan nama baik
Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden.
3. Dan pandangan peserta mudzakarah bahwa rekam jejak yang menerangkan kekurangan-
kekurangan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden hukumnya boleh, tidak termasuk ghibah,
karena untuk menseleksi dan memilih memimpin bangsa yang bertanggungjawab harus orang yang
bersih dan berwibawa seperti halnya para ulama mengkritik perawi-perawi hadits untuk mencari
kesahihan riwayatnya.
4. Setelah memunaqasahkan pendapat-pendapat berikut alasannya masing-masing, selanjutnya MUI
Kabupaten Cirebon memberikan taujihat sebagai berikut :

E. MEMBERIKAN TAUJIHAT :
1. Menghimbau kepada Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden agar menyampaikan rekam jejak
kepada masyarakat, meliputi asal-usul, pendidikan, jenjang karir dan pengabdian kepada bangsa
dan negara agar mereka percaya dan tidak ragu-ragu memilihnya.
2. Menghimbah kepada setiap warga negara agar mengetahui rekam jejak Calon Presiden dan Wakil
Presiden yang akan dipilihnya dengan tujuan dapat menyerahkan kedaulatan kepada pemimpin
yang bertanggungjawab dalam mengemban amanat rakyat.
3. Menghimbau kepada masyarakat agar menghindari berita-berita yang bersifat menjelek-jelekan
pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden serta selalu menghormati orang lain yang berbeda
pilihan demi keutuhan bangsa.
4. Menghimbau kepada Timses masing-masing Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden agar
tidak membanding-bandingkan pasangan calon yang diusungnya dengan pasangan calon lain
dengan cara menyebut-nyebut kelebihan pasangan calonnya dan menyebut kekurangan-
kekurangan pasangan calon lainnya.
5. Menghimbau kepada Pemerintah, Penyelenggara Pemilihan Umum, dan ASN agar netral dalam
menjalankan tugas dan selalu menjunjung tinggi demokrasi dan keadilan.
1. Demikian Taujihat yang kami buat dengan harapan mendapat perhatian dari semua pihak dan
Pemilihan Umum Tahun 2024 menghasilkan pemimpin bangsa yang terbaik, dari dan oleh putra-
putra bangsa yang terbaik.

Ditetapkan di : SUMBER
Pada Tanggal : 12 Desember 2023

MAJELIS ULAMA INDONESIA


KABUPATEN CIREBON
KETUA UMUM, SEKRETARIS,

KH. ZAMZAMI AMIN H. SAEFUL MALIK, M.Pd.I

Anda mungkin juga menyukai