Anda di halaman 1dari 18

A.

AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR


1. Definisi Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Frasa amar ma’ruf nahi munkar menurut bahasa berasal dari dua kata yaitu
Al-Ma’ruf dan Al-Munkar. Ada tiga puluh delapan kata Al-Ma’ruf dan enam belas
kata Al-Munkar di dalam Al-Qur'an.

Secara bahasa Al-Ma’ruf berarti dikenal, sedangkan secara istilah berarti


sesuatu yang baik menurut syariat Islam, pandangan umum dan adat masyarakat
selama sejalan dengan nilai-nilai agama. Secara bahasa Al-Munkar berarti sesuatu
yang tidak dikenali, dan secara istilah berarti segala hal yang diingkari, dilarang,
dan dicela oleh syariat Islam serta dicela pula oleh orang-orang.1
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa Al-Ma’ruf adalah satu
nama yang mencakup bagi segala hal apa yang dicintai Allah SWT, berupa iman
dan amal shalih, dan Al-Munkar adalah satu nama yang mencakup segala apa
yang Allah SWT larang.2 Secara keseluruhan pengertian dari amar ma’ruf nahi
munkar yaitu sebuah perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang
baik dan mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat.
Kewajiban dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar merupakan
kewajiban atas seluruh umat atau disebut juga fardhu kifayah. Apabila segolongan
dari umat melaksanakannya, gugurlah kewajiban itu dari yang lain.

2. Perintah ber Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Perintah ber amar ma’ruf nahi munkar terdapat pada sumber-sumber
ajarah Islam yaitu Al Quran dan Hadis.
a. Dalil dari Al Quran
Perintah ber amar ma’ruf nahi munkar terdapat pada firman Allah pada
QS. Ali Imran [3]: 104)

1
Syekhul lslam lbnu Taimiyyah. Amar Ma'ruf Nahi Mungkar (Perintah kepada kebaikan larangan
dari kemungkaran). (hlm. 3)
2
Yazid Bin Abdul Qadir Jawas. 2017. Amar Ma'ruf Nahi Munkar Menurut Ahlus Sunnah Wal
Jamaah. (hlm. 18-19)

1
b. Dalil dari As Sunnah
Dalil hadis untuk ber amar ma’ruf nahi munkar yaitu berasal dari Abu
Sa’id Al Khudri, ia berkata, ”Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
‘Barang siapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka hendaklah ia
mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lisannya, dan
jika tidak mampu maka dengan hatinya dan itulah selemah-lemahnya iman.’”3
3. Rukun-rukun Amar Ma’ruf Nahi Munkar
a. Syarat wajib pelaku amar ma’ruf nahi munkar
1) Beragama Islam
2) Mukallaf (baligh/sudah dewasa)
3) Adanya kemampuan
Pelaku amar ma’ruf nahi munkar harus memiliki kemampuan ketika
melakukan amar mar’rif nahi munkar, dan manusia hanyalah diberikan beban dan
kewajiban sesuai kemampuannya.
b. Sifat-sifat dan adab-adab yang harus dimiliki oleh pelaku amar ma’ruf nahi
munkar antara lain:
1) Niat yang baik (ikhlas)
2) Mutaba’ah (mengikuti contoh Rasulullah SAW)
3) Berilmu
Pelaku amar ma’ruf nahi munkar haruslah mengetahui segala sesuatu
tentang apa yang diperintahkannya itu adalah benar-benar perbuatan yang ma’ruf
demikian pula orang yang melarang kemunkaran harus mengetahui bahwa apa
yang benar-benar dilarangnya itu ialah kemunkaran.
Sebagaimana firman Allah SWT
“Katakanlah (Muhammad), "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha
Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik" (QS. Yusuf [12]:
108)

3
Yazid Bin Abdul Qadir Jawas. 2017. Amar Ma'ruf Nahi Munkar Menurut Ahlus Sunnah Wal
Jamaah (hlm. 49 & 51)

2
Ayat ini menunjukkan harus adanya hujjah yaitu dalil yang jelas. Imam
Ibnu Qayyim mengatakan, “Apabila dakwah mengajak manusia ke jalan Allah
merupakan kedudukan yang mulia dan utama bagi seorang hamba, maka hal itu
tidak akan terlaksana kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu, seseorang dapat
berdakwah dan kepada ilmu ia berdakwah. Bahkan demi sempurnanya dakwah,
ilmu itu harus dicapai sampai batas usaha yang maksimal.

4) Mengamalkan apa yang telah diketahuinya

Orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar hendaklah mengamalkan


ilmu yang telah diketahuinya sebagai penerapan dari perkataannya sehingga
perbuatannya membenarkan perkataannya.

Sebagaimana firman Allah SWT

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu


melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah [2]: 44)

Demikianlah Allah SWT mencela orang yang melakukan amal ma’ruf


nahi munkar namun perbuatannya sendiri menyelisihinya.

5) Ar-Rifq (lemah lembut) dan kasih sayang terhadap manusia


6) Amanah
7) Hikmah
Hikmah ialah kebenaran atau sesuatu kesesuaian dalam segala perkataan
dan perbuatan serta meletakkan segala sesuatu pada tempatnya.
Sifat hikmah ini akan diraih dengan hal-hal berikut:
 Mengetahui dan mengenal tingkatan-tingkatan dakwah
 Mengetahui dan mengenal tingkatan objek dakwah
 Mengetahui dan mengenal tingkatan apa yang hendak ia perintahkan dan
apa yang hendak ia larang atau cegah.
 Mengetahui dan mengenal berbagai maslahat dan mafsadat
8) Sabar

3
9) Melakukan amar ma’ruf nahi munkar secara syar’i dan adil
10) Tidak Putus Asa
4. Pelaku Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Sasarannya

Yang menjadi pelaku amar ma’ruf nahi munkar yaitu setiap Muslim yang kuasa
dan ada keyakinan dalam dirinya bahwa jika ia tidak melakukan penentangan
(amar ma’ruf nahi munkar) niscaya ia mendapatkan mudarat besar (kerugian) atau
juga orang yang menganggap bahwa amar ma’ruf nahi munkar mustahab (lebih
baik dilakukan), karena terdapat usaha menampakkan syiar Islam dan
memperingatkan manusia terhadap perintah-perintah agama.

Yang menjadi sasaran dari pelaku amar ma’ruf nahi munkar yaitu setiap
orang yang mukallaf, bahkan juga orang yang tidak mukallaf seperti anak-anak
dan orang kurang berakal, dan bila dikhawatirkan adanya mudharat dari orang-
orang selain mereka. Anak-anak dicegah dari perbuatan yang diharamkan,
sehingga mereka tidak terbiasa mengerjakannya. Juga mereka dipaksa shalat, agar
terbiasa.4

5. Perbuatan Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Kemunkaran yang wajib dihilangkan oleh seorang Muslim ialah kemunkaran
yang terdapat padanya empat syarat berikut:
a. Kemunkaran itu nyata sebagai bentuk kemunkaran
Kemunkaran yang wajib diingkari ialah kemunkaran yang telah ditetapkan
syariat berupa dosa-dosa kecil maupun besar; mencakup semua kemaksiatan yang
dilakukan oleh siapa saja. Sehingga jika terlihat orang yang melakukan
kemaksiatan, maka ia wajib melarangnya.
b. Kemunkaran itu sedang terjadi
Keadaan 1 : Masih Dalam Niatan dan Tekad
Yakni pelaku kemunkaran yang telah bertekad untuk melakukannya yang dapat
diketahui dari tingkah laku dan tanda-tanda lainnya. Yang perlu pelaku amar

4
Syekhul lslam lbnu Taimiyyah. Amar Ma'ruf Nahi Munkar (Perintah kepada kebaikan larangan
dari kemunkaran). Diterjemahkan oleh Akhmad Hasan. (hlm. 36)

4
ma’ruf nahi munkar lakukan ialah dengan menasihati sesuai dengan kaidah
beramar ma’ruf nahi munkar.
Keadaan 2 : Pada Saat Terjadi Kemunkaran
Pelaku kemunkaran yang sedang melakukan kemunkaran pada saat dicegah atau
diingkari. Pada saat seperti ini pelaku amar ma’ruf nahi munkar harus langsung
mengingkari kemunkaran tersebut selama dia mampu mencegahnya.
Keadaan 3 : Setelah Terjadinya Kemunkaran
Bila kemunkaran telah selesai dan yang tersisa hanya bekasnya saja maka pelaku
kemunkaran harus diserahkan kepada penguasa atau wakilnya.
c. Kemunkaran tersebut terlihat jelas tanpa harus dimata-matai
Islam menghukumi sesuatu secara lahiriah, menghukumi yang tampak
jelas, sedang hal-hal yang tersembunyi diserahkan kepada Allah SWT, sehingga
Islam tidak boleh menyebarkan aib atau rahasia orang lain.
d. Kemunkaran itu sudah maklum dan bukan permasalahan khilaf ijtihadiyah
Imam An Nawawi mengatakan, “Tidak boleh ada pengingkaran terhadap sesuatu
hal yang diperselisihkan para ulama dan belum disepakati karena menyangkut dari
salah satu mazhab. Berkaitan dengan kemunkaran yang jelas menyalahi nash dan
bukan masalah ijtidaiyah maka harus diingkari seperti:
 Orang yang menyalahi Al Quran dan Sunah dan yang telah menjadi
kesepakatan Ulama maka termasuk kemunkaran.
 Seluruh bid’ah dalam akidah maupun selainnya wajib diingkari.
 Orang yang berpindah kemudian mengikuti kebiasaan munkar di daerah
tersebut atau orang yang mengikuti hawa nafsunya bukan karena dalil
maka termasuk perbuatan munkar.
 Orang yang mencari rukhshah (keringanan) dari ulama karena keinginan
hawa nafsu termasuk perbuatan munkar.
 Jika terdapat pendapat ulama yang lemah atau jelas kelemahannya
kemudian berpegang pada pendapat tersebut maka termasuk kemunkaran.5

5
Yazid Bin Abdul Qadir Jawas. 2017. Amar Ma'ruf Nahi Munkar Menurut Ahlus Sunnah Wal
Jamaah (hlm. 126-133)

5
6. Kaidah-kaidah Amar Ma’ruf Nahi Munkar
a. Syariat adalah pokok dalam menetapkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Yang menjadi timbangan dan tolok ukur dalam menentukan sesuatu yang
ma’ruf dan yang munkar yaitu Kitabullah, Sunah Rasulullah SAW, dan yang
menjadi kesepakatan Salafush Shalih, dan bukan yang dianggap baik oleh
manusia dari perkara-perkara yang menyelisihi syariat.
b. Memiliki ilmu bashirah tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Dalam beramar ma’ruf nahi munkar haruslah memiliki ilmu dan
mengetahui antara yang benar dan salah berdasarkan sumber Islam yaitu Al Quran
dan As Sunah, serta mengetahui hakikat dan sasaran beramar ma’ruf nahi munkar.
c. Mendahulukan yang paling penting sebelum yang penting
Dalam beramar ma’ruf nahi munkar hendaklah lebih mendahulukan yang
paling penting terlebih dahulu yaitu dengan memperbaiki ushul (pokok-pokok)
Aqidah diri sendiri terlebih dahulu. Setelah diri sendiri sudah siap menyampaikan
amar ma’ruf nahi munkar barulah melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
d. Memikirkan dan menimbang antara Maslahat dan Mafsadat
Maksud dan inti dari kaidah ini yaitu seperti perkataan Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah “Amar ma’ruf tidak boleh menghilangkan kema’rufan lebih
banyak, atau mendatangkan kemunkaran yang lebih besar. Nahi munkar tidak
boleh mendatangkan kemunkaran yang lebih besar atau menghilangkan
kema’rufan yang lebih kuat kepadanya.” Syariat Islam dibangun diatas kaidah
memperoleh maslahat (kebaikan) dan menyempurnakannya dan mencegah
mafsadat (kerusakan dan menghilangkan atau meminimalisirnya.

7. Keutamaan dan Manfaat Amar Ma’ruf Nahi Munkar


a. Amar ma’ruf nahi munkar merupakan sifat nabi-nabi dan rasul-rasul
b. Termasuk kewajiban yang paling penting dalam Islam
c. Sebagai sebab keutuhan, keselamatan, dan kebaikan bagi masyarakat
d. Menghidupkan hati

6
e. Sebagai sebab datangnya pertolongan, kemuliaan, dan diberikannya
kedudukan di bum
f. Amar ma’ruf nahi munkar termasuk shadaqah
g. Menolak marabahaya
h. Orang yang mencegah terjadinya kemunkaran akan diselamatkan oleh
Allah SWT
i. Termasuk sifat-sifat orang-orang mukmin dan shalih
j. Amar ma’ruf nahi munkar termasuk jihad yang utama
k. Sebagai terapi dari problematika yang ada di setiap zaman dan setiap
negeri
l. Sebab dihapuskannya dosa
m. Amar ma’ruf nahi munkar adalah perkataan yang baik.
B. JIHAD
1. Definisi Jihad

Menurut bahasa (etimologi), Al jihad berasal dari kata jahada-yajhadu-


jahdah atau juhdan, yaitu keluasan atau kekuatan dan Al jahdu yang berarti
berjuang atau berjerih payah. Jadi kata Al jahdu dan Al jihadu dalam bahasa
berarti berusaha dengan sekeras-kerasnya demi mencapai cita-cita atau mencegah
duka derita.

Menurut Mazhab Hanafi dalam “Fathul Qadir” oleh Ibnu Hammam Al


jihad ialah mengundang orang kafir kepada agama Allah dan memerangi mereka
kalau mereka menolak undangan tersebut. Menurut Mazhab Maliki, Al jihad ialah
memerangi orang kafir yang tidak terikat perjanjian demi meninggikan
kalimatullah, atau menghadirkan-Nya, atau menaklukkan negerinya demi
memenangkan agam-Nya. Menurut Mazhab Asy Syafii, Al Bajuri berkata bahwa
Al Jihad artinya berperang di jalan Allah dan Ibnu Hajar mengatakan bahwa
menurut syariat, al jihad adalah berjuang sekuat-kuatnya untuk memerangi kaum
kafir. Dan menurut Mazhab Hambali, Al jihad adalah memerangi kaum kafir atau
menegakkan kalimat Allah.6

6
Dr. Abdullah Hazzam. 1992. Perang Jihad di Jaman Modern (hlm. 11-12)

7
2. Macam-macam Jihad dan Perintah untuk berjihad
a. Jihad melawan musuh yang nyata
b. Jihad melawan setan
c. Jihad melawan hawa nafsu

Istilah jihad digunakan untuk melawan hawa nafsu, melawan setan, dan
melawan orang-orang fasik. Adapun jihad melawan hawa nafsu yaitu dengan
belajar agama Islam dengan benar. Adapun jihad melawan setan dengan menolak
segala syubhat dan syahwat yang selalu dihiasi setan. Jihad melawan orang kafir
dan fasik dengan tangan, harta, lisan dan hati.

3. Tujuan Disyariatkannya Jihad

Tujuan disyariatkannya jihad yaitu sepeti yang dikatakan Syaikhul Islam


Ibnu Taimiyah, “Tujuan jihad adalah agar kalimat Allah tinggi, dan agar agama
semua milik Allah, yaitu maksud tujuannya agar agama Allah tegak di bumi.”

Beliau juga berkata ,”Tujuan disyariatkannya jihad agar (manusia dan jin
meyakini bahwa) tidak ada yang disembah dengan benar kecuali hanya Allah,
tidak berdoa kepada yang selain Allah, tidak Shalat kepada selain Allah, tidak
puasa kepada selain Allah, tidak umrah dan haji kecuali ke baitullah, tidak boleh
ada penyembelihan qurban melainkan hanya kepada Allah, tidak bernazar
melainkan hanya karena Allah, tidak bersumpah melainkan hanya dengan nama
Allah, tidak bertawakal melainkan hanya kepada-Nya, tidak ada yang
mendatangkan kebaikan melainkan hanya dari Allah, tidak ada yang dapat
menolak kejelekan melainkan hanya Allah, tidak ada yang menunjuki (jalan lurus)
melainkan hanya Allah, tidak ada yang memberikan rezeki mereka kecuali hanya
Allah, tidak ada yang memberikan kecukupan kepada mereka kecuali hanya Allah
dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa mereka kecuali hanya Allah.”7

4. Hukum Jihad

Hukum jihad adalah fardhu (wajib) dengan dasar firman Allah

7
Yazid Bin Abdul Qadir Jawas. 2011. Kedudukan jihad Dalam Syariat Islam. (hlm. 103-104)

8
ۖۡ‫ر لَّ ُكم‬ٞ O‫و َخ ۡي‬O ٗ ْ Oُ‫ ٰ ٓى أَن تَ ۡك َره‬O‫ه لَّ ُكمۡۖ و َع َس‬ٞ ‫ر‬O ۡ O‫ب َعلَ ۡي ُك ُم ۡٱلقِتَا ُل َوهُ َو ُك‬
َ ِ‫ُكت‬
َ Oُ‫ۡ‍ٔيا َوه‬O‫وا َش‬O َ
َ ‫ ّر لَّ ُكمۡۚ َوٱهَّلل ُ يَ ۡعلَ ُم َوأَنتُمۡ اَل تَ ۡعلَ ُم‬ٞ ‫ُّوا َش ٗۡ‍ئا َوهُ َو َش‬
‫ون‬ ْ ‫َو َع َس ٰ ٓى أَن تُ ِحب‬

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang
kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah [2]: 216)

Ayat ini merupakan penetapan kewajiban jihad dari Allah SWT bagi kaum
Muslimin agar mereka menghentikan kejahatan musuh dalam wilayah Islam. Dalil
tentang jihad juga terdapat dalam As Sunah, Rasulullah SAW bersabda pada saat
Fathu Makkah (pembebasan kota Mekkah)

“Tidak ada hijrah setelah fathu makkah, akan tetapi yang ada adalah jihad dan
niat baik. Dan apabila kalian diminta untuk berngkat berperang (oleh imam/ulil
amri), maka berangkatlah.”

Hukum jihad memerangi orang kafir adalah fardhu kifayah. Berdasarkan


dalil-dalil dari Al Quran, As Sunah yang shahih serta penjelasan ulama Ahlus
Sunnah.

5. Keutamaan Jihad Fisabilillah

Keutamaan orang yang berjihad sangat banyak diantaranya adalah :

a. Geraknya seorang mujahid (orang yang berjihad di jalan Allah) di medan


perang itu diberikan pahala oleh Allah SWT
b. Jihad adalah perdagangan yang pasti untung dan tidak pernah rugi
c. Jihad lebih utama dari meramaikan Masjidil Haram dan lebih utama
daripada memberikan minuman kepada jemaah haji
d. Jihad merupakan satu dari dua kebaikan (menang atau mati syahid)
e. Orang yang berjihad, meskipun ia telah mati syahid, namun ia tetap hidup
dan diberikan rizki

9
f. Orang yang berjihad seperti orang yang berpuasa dan tidak berbuka yang
mengerjakan shalat malam terus menerus
g. Jihad adalah jalan menuju surga
h. Jihad menghilangkan kecemasan dan kesedihan
i. Sesungguhnya surga itu memiliki 100 derajat yang disediakan Allah untuk
orang yang berjihad di jalan-Nya. Antara satu tingkat dengan tingkat
berikutnya berjarak seperti langit dan bumi.
j. Surga itu dibawah naungan pedang
k. Orang yang mati syahid memiliki 6 keutamaan
Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW,
“orang yang mati syahid di sisi Allah mendapatkan enam keutamaan: (1)
diampunkan dosanya sejak tetesan darah pertama, (2) dapat melihat
tempatnya di surga, (3) akan dilindungi dari azab kubur, (4) diberikan
rasa aman dari ketakutan yang dahsyat pada hari Kiamat, (5) diberikan
pakaian iman, dinikahkan dengan bidadari, dan (6) dapat memberikan
syafaat kepada 70 orang keluarganya.”
l. Orang yang mati syahid ruhnya berada di qindil (lampu/lentera) yang
berada di surga
m. Orang yang mati syahid diampunkan dosanya, kecuali hutang
n. Orang yang berjihad fi sabilillah dan mati syahid akan diberikan rizki dan
tidak diazab dalam kuburnya

6. Tingkatan Jihad
a. Jihaadun Nafs
Jihad ini ada empat tingkatan :

Pertama : Berjihad untuk mempelajari ilmu (syar’i) dan petunjuk. Yaitu


seseorang yang mempelajari agama yang haqq.

Kedua : Berjihad untuk mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya. Bila semata-
mata berdasarkan ilmu saja tanpa amal, maka bisa jadi ilmu itu akan
mencelakainya, (minimal) tidak bermanfaat baginya.

10
Ketiga : Berjihad untuk mendakwahkan dan mengajarkan kepada orang yang
belum mengetahuinya.

Keempat : berjihad untuk sabar terhadap kesulitan-kesulitan dalam berdakwah di


jalan Allah dan juga sabar terhadap gangguan manusia. Dia menanggung
kesulitan-kesulitan dakwah itu semata-mata karena Allah.

b. Jihaadusy Syaithaan (jihad melawan setan)

Jihad ini ada dua tingkatan :

Pertama : Berjihad untuk membentengi diri dari serangan syubhat dan keraguan
yang dapat merusak iman.

Kedua : berjihad untuk membentengi diri dari serangan keinginan-keinginan


yang dapat merusak.

c. Jihaadul kuffaar wal munaafiqiin

Pada jihad ini terdapat empat tingkatan :

Pertama : Jihad dengan hati

Kedua : Jihad dengan lisan

Ketiga : Jihad dengan harta

Keempat : Jihad dengan jiwa

d. Jihad Arbaabizh Zhulm wal Bida’ wal Munkarat (jihad melawan tokoh-
tokoh yang zalim, pelaku bid’ah dan kemunkaran)

Pada jihad ini terdapat tiga tingkatan :

Pertama : Dengan tangan apabila sanggup

Kedua : Apabila tidak sanggup, maka dengan lisan

Ketiga : Apabila tidak sanggup maka dengan hati8

8
Yazid Bin Abdul Qadir Jawas. 2011. Kedudukan jihad Dalam Syariat Islam. (hlm. 113-117)

11
7. Kaidah-kaidah dan Syarat-syarat Jihad

Jihad memiliki kaidah-kaidah dan syarat-syarat yang harus dipenuhi.


Diantara kaidah-kaidah dan syarat syarat yang paling penting yaitu,

a. Jihad harus dibangun diatas dua syarat yang merupakan dasar dari setiap
amal shalih yang diterima, yaitu ikhlas dan mutabaah.
b. Jihad harus sesuai dengan maksud dan tujuan disyariatkannya jihad, yaitu
seorang muslim berjihad agar agama Islam ini tegak dan agar kalimat
Allah menjadi yang paling tinggi.
c. Jihad harus dengan ilmu dan pemahaman tentang agama, karena jihad
termasuk ibadah yang paling agung dan ketaatan yang paling mulia seperti
yang telah disebutkan.
d. Hendaknya jihad ditunaikan dengan kasih sayang dan kelembutan kepada
makhluk.
e. Jihad harus dilaksanakan dengan keadilan dan menjauhi permusuhan.
f. Jihad harus dilaksanakan bersama dengan ulil amri.
g. Hendaknya jihad fii sabilillah dilakukan sesuai dengan keadaan mereka,
sedang lemah atau kuat.
h. Jihad harus menghasilkan kebaikan yang jelas, agar tidak ada kerusakan
yang lebih besar.9

8. Penyimpangan-penyimpangan Dalam Jihad Fii Sabilillah

Setiap jihad yang tidak ditujukan untuk menegakkan kalimat Allah SWT,
atau tidak berdasarkan ketentuan syariat dan tidak dengan adab-adab Islami yang
harus diperhatikan dalam jihad, maka itu termasuk penyimpangan jihad. Beberapa
peringatan dari Rasulullah SAW dalam hadis agar tidak terjadi penyimpangan
beberapa diantaranya adalah:

a. Peringatan agar tidak riya (pamer menampakkan keberanian) dalam


berjihad

9
Yazid Bin Abdul Qadir Jawas. 2011. Kedudukan jihad Dalam Syariat Islam. (hlm. 129-141)

12
b. Peringatan bagi yang berjihad untuk kesenangan duniawi
c. Larangan untuk membunuh wanita dan anak-anak
d. Larangan untuk bunuh diri atau yang disebut intihaar (bom bunuh diri)

Dari beberapa contoh penyimpangan jihad dan bahayanya, tentulah


terdapat sebab musabab yang melatarbelakanginya diantaranya adalah:
a. Rusaknya niat dan mengikuti hawa nafsu
b. Sedikitnya ilmu dan kurangnya pemahaman
c. Ghuluw (berlebihan)
d. Mengambil fatwa-fatwa yang salah dan menolak fatwa-fatwa dari ulama
yang teguh keimanannya.10
9. Pandangan Islam Terhadap Terorisme
Al-Irhab (terorisme) yang terlarang adalah apa yang dikerjakan oleh
pelaku irhab (teroris) ini dengan cara mendatangi orang-orang yang dalam
keadaan aman, tentram dan damai yang tidak mempunyai urusan dengan masalah
kekuatan, peperangan dan kezaliman, lalu disergap secara tiba-tiba dengan
pembunuhan, perusakan harta benda, menimbulkan berbagai macam ketakutan
atau kekhawatiran, baik dari kalangan orang kafir atau dari kalangan kaum
muslimin.11
Perbuatan irhab atau terorisme ini tidaklah sesuai dan selaras dengan
firman Allah SWT pada QS. Al Maidah ayat 32; QS. Al Araf ayat 85.
Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah SWT tidak menyukai kepada
orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, seperti terorisme yang
mengganggu keamanan dan merobohkan bangunan-bangunan umat di muka
bumi.12

10. Amalan-amalan yang Setara Jihad Fii Sabilillah


a. Birul walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua)

10
Yazid Bin Abdul Qadir Jawas. 2011. Kedudukan jihad Dalam Syariat Islam. (hlm. 163-172)
11
Dzulqarnain bin Muhammad Sanusi. 2006. Meraih Kemuliaan Melalui Jihad Bukan Kenistaan.
(hlm. 163)
12
Dzulqarnain bin Muhammad Sanusi. 2006. Meraih Kemuliaan Melalui Jihad Bukan Kenistaan.
(hlm. 177-179)

13
b. Bekerja mencari rizki dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup diri
sendiri, keluarga, dan kedua orang tua
c. Menuntut ilmu (Syar’i) dan mengajarkannya
d. Menunaikan ibadah haji dan umrah
e. Menunggu shalat seusai mengerjakan shalat
f. Menjadi petugas amil zakat
g. Membantu para janda dan orang-orang miskin
h. Menyiapkan bekal bagi para mujahid dan mengurusi keluarganya
i. Berdakwah kepada penguasa dan pemerintah yang zalim
j. Berzikir kepada Allah Ta’ala. 13
C. HUBUNGAN ANTARA AMAR MARUF NAHI MUNKAR DAN JIHAD

Salah satu keindahan ajaran Islam adalah ajaran jihad, perintah untuk
melakukan semua yang ma’ruf, dan larangan dari semua yang mungkar dalam
agama ini. Jihad yang sebenarnya dimaksudkan untuk menolak tindakan aniaya
orang-orang zalim terhadap hak-hak agama ini dan dakwahnya. Inilah jenis
perjuangan yang paling afdhal di mana tidak dimaksudkan dengannya ambisi,
tamak, atau keinginan-keinginan hawa nafsu lainnya.

Barangsiapa yang melihat kepada dalil-dalil pokok ini serta melihat


sejarah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya dalam menyikapi
musuhnya, maka ia akan tahu tanpa ragu sama sekali bahwa jihad masuk dalam
persoalan darurat (hanya dilakukan jika sangat terpaksa) untuk menolak tindakan
aniaya orang-orang yang melampaui batas.

Demikian halnya dengan amar ma’ruf dan nahi mungkar, ketika agama ini
takkan stabil kecuali dengan keistiqamahan penganutnya dalam memegang ushul
dan syariatnya, melakukan perintah-perintahnya yang merupakan puncak
keharmonisan, meninggalkan larangan-larangannya yang merupakan keburukan
dan kerusakan, dan juga agar hawa nafsu yang zhalim tidak menghias-hiasi atas
mereka untuk nekat melakukan perbuatan haram, lalai dalam melaksanakan

13
Yazid Bin Abdul Qadir Jawas. 2011. Kedudukan jihad Dalam Syariat Islam. (hlm. 257-269)

14
kewajiban yang telah ditetapkan, maka ditetapkan amar ma’ruf dan nahi mungkar
yang akan menyempurnakan semuanya.

Inilah bagian terbesar dari keindahan agama Islam, hal yang sangat darurat
untuk ditegakkan, sebagaimana padanya ada tindakan meluruskan penganutnya
yang bengkok, pembersihan jiwa, dan cambukan bagi mereka dari melakukan
perbuatan yang hina, serta membawa mereka untuk melakukan perbuatan mulia.

Adapun membiarkan saja mereka berbuat semaunya setelah mereka


berpegang dengan agama Islam dan masuk dibawah hukum dan syariatnya, maka
merupakan kezhaliman dan kemudharatan yang terbesar atas mereka sendiri juga
atas masyarakat. Khususnya jika berbuat semaunya terhadap hak dan kewajiban
yang dituntut oleh syara’, akal, dan adat.14

D. CONTOH JIHAD DAN AMAR MARUF NAHI MUNKAR PADA


PERSOALAN ZAMAN SEKARANG

Jihad yang kita fahami selama ini yaitu selalu mengenai perang, seakan-
akan hanya melawan musuh yang berupa manusia saja. Padahal, sebagaimana
yang kita ketahui berdasarkan hadits Nabi SAW, jihad terbesar setelah perang
badar kubro adalah jihad melawan hawa nafsu.

Jika diinterpretasikan lebih dalam lagi, selain musuh berupa “hawa nafsu”
maka masuk juga di dalamnya musuh-musuh yang berbentuk pemikiran-
pemikiran liberal, radikalisme, fundamentalisme, westernisasi, aliran sesat, dan
lain-lain. Termasuk juga musuh-musuh media.

Kini banyak berita atau foto yang memprovokasi banyak orang sehingga
menimbulkan kebencian antar sesama atau bahkan pertikaian antar umat.
Ditampilkan dan di upload secara besar-besaran padahal belum tentu itu sesuai
fakta. Melihat fenomena ini maka kita perlu melakukan tindakan beramar maruf

14
Wira Mandiri Bachrun. Islam itu Indah: Pandangan yang Benar Tentang Jihad dan Amar Ma’ruf
Nahi Munkar. Diakses dari https://ulamasunnah.wordpress.com pada tanggal 20 Desember 2017.
Dinukil untuk https://ulamasunnah.wordpress.com dari buku “Sungguh Islam itu Indah” karya
Asy Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, penerjemah: Al Ustadz Fuad, Lc, Penerbit: Penerbit
Al-Ilmu Jogjakarta

15
nahi munkar dengan memanfaatkan media yang ada seperti menampilkan berita,
kisah, dan foto sungguhan yang dengan membacanya, orang akan senang, merasa
damai, menambah ikatan persaudaraan dan melahirkan gagasan-tindakan dalam
kebaikan. Inilah jihad media.15

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Memerintahkan suatu kebajikan dan melarang suatu kemungkaran (Amar


Ma’ruf Nahi Mugkar) dan berjuang di jalan Allah (Jihad) adalah perintah agama,
karena itu ia wajib dilaksanakan oleh setiap umat manusia sesuai dengan
kemampuan dan kekuatannya.

Islam adalah agama yang berdimensi individual dan sosial, maka sebelum
memperbaiki orang lain, seorang Muslim dituntut berintrospeksi dan memperbaiki
dirinya terlebih dahulu, agar bisa menjadi pelaku amar ma’ruf nahi munkar atau
menjadi seorang mujahid yang bisa diteladani oleh umat, sebab cara berdakwah
yang baik dalam Islam adalah dengan diiringi keteladanan.

B. SARAN

Dalam menyampaikan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dan Jihad haruslahlah


dengan ilmu yang benar dan kembali kepada Al Quran dan As Sunnah sehingga
tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah. Dan dalam melakukan kegiatan
Amar Ma’ruf Nahi Munkar maupun Jihad haruslah disandarkan kepada
keihklasan karena mengharap ridho Allah semata.

15
Fathurrahman Karyadi. Jihad dalam Islam; Dahulu dan Kini. Diakses dari http://www.nu.or.id
pada tanggal 20 Desember 2017

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Yazid Bin Abdul Qadir Jawas. 2017. Amar Ma'ruf Nahi Munkar Menurut Ahlus
Sunnah Wal Jamaah. Cetakan ke-1. Depok. Pustaka Khazanah Fawaid
2. Syekhul lslam lbnu Taimiyyah. Amar Ma'ruf Nahi Mungkar (Perintah kepada
kebaikan larangan dari kemungkaran). Diterjemahkan oleh Akhmad Hasan.
Riyadh. Departemen Urusan Keislaman Wakaf, Da'wah dan Pengarahan Kerajaan
Arab Saudi
3. Dr. Abdullah Hazzam. 1992. Perang Jihad di Jaman Modern. Jakarta. Gema
Insani Press
4. Yazid Bin Abdul Qadir Jawas. 2011. Kedudukan jihad Dalam Syariat Islam.
Cetakan ke-1. Jawa Barat. Pustaka At-Taqwa
5. Dzulqarnain bin Muhammad Sanusi. 2006. Meraih Kemuliaan Melalui Jihad
Bukan Kenistaan. Cetakan ke-1. Indonesia. Pustaka As Sunnah

17
6. Wira Mandiri Bachrun. Islam itu Indah: Pandangan yang Benar Tentang Jihad dan
Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Diakses dari https://ulamasunnah.wordpress.com
pada tanggal 20 Desember 2017
7. Fathurrahman Karyadi. Jihad dalam Islam; Dahulu dan Kini. Diakses dari
http://www.nu.or.id pada tanggal 20 Desember 2017

18

Anda mungkin juga menyukai