Anda di halaman 1dari 4

Rukun amar ma'ruf nahi munkar

Suatu amal atau perbuatan memiliki ketentuan2 khusus agar ia berjalan sempurna dan berdaya guna
secara maksimal. Amar ma'ruf nahi munkar juga memiliki beberapa ketentuan dan syarat-syaratnya.
Menurut Abdussomad al-Palimbani amar ma'ruf nahi munkar memiliki beberapa rukun. Rukun amar
ma'ruf nahi munkar ada 4 perkara yaitu :

1) al-Muhtasib, yaitu orang memerintahkan yang ma'ruf dan orang yang melarang melakukan yang
munkar

2) al-Muhtasib alaihi adalah orang yang diperintahkan untuk melakukan yang ma'ruf dan orang yang
dilarang melakukan yang munkar

3) al-Muhtasib fihi yaitu perbuatan yang diperintahkan dan dan perbuatan yang dilarang

4) Nafs Ihtisab yaitu cara memerintahkan yang ma'ruf dan cara melarang yang munkar itu

Adab orang yang melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar

Menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar pada asalnya adalah tugas para Nabi,
kemudian dilanjutkan para Ulama dan Zua'ma membimbing umat kejalan Allah membawanya kepada
kesejahteraan dan kemuliaan hidup dunia dan akhirat. Untuk melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar
diperlukan beberapa persyaratan yang harus dimiliki agar kegiatan amar ma'ruf nahi munkar
memberikan pengaruh yang positif bagi kemaslahatan umat. Sebagai kegiatan untuk mengajak manusia
kepada kebaikan atau mengajak manusia serta untuk menghentikan perbuatan yang munkar maka
diperlukan beberapa kualifikasi. Abdussomad al-Palimbani menyebutnya dengan istilah adab -adab
orang yang akan beramar ma'ruf nahi munkar. Adapun adab orang-orang yang akan melaksanakan amar
ma'ruf nahi munkar ada tiga perkara

(1)Alim.Yaitu faham tentang hukum sesuatu yang ia perintahkan dan yang ia larang.Tidak shah ia
melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar jika ia tidak mengerti hukumnya.(2) Wara', yaitu amar ma ruf
yang ia lakukan adalah berdasarkan kebutuhan hajat manusia serta memberi bermanfaat (3) Hiusnul
Khuluq, yaitu bagus perangainya, bagus akhlaknya

Kualitas keilmuan bagi mereka yang akan menyeru kepada kebaikan dan melarang dari yang munkar
menurut Abdussomad al-Palimbani tidak disyaratkan memahami semua hukum-hukum fiqih tetapi ia
disyaratkan faham tentang aspek hukum perbuatan ma'ruf yang ia perintahkan (amar ma'ruf) dan
faham aspek hukum perbuatan yang ia larang (nahi munkar). Aspek lain yang teramat penting adalah
akhlak yang baik sebagai pakaian yang senantiasa harus dipakai oleh mereka yang akan mengajak
manusia ke jalan Allah, seperti bersifat lemah lembut tidak kasar ramah dan penyayang termasuk
didalamnya adalah sifat wara',
4. Pembagian Perbuatan yang Munkar

Syekh Abdussomad al-Palimbani mengikuti pendapat Imam al-Ghazali mengungkapkan bahwa


perbuatan yang munkar itu terbagi kepada dua. Yaitu perbuatan munkar yang bersifat makruh dan
perbuatan munkar yang bersifat haram. Hal ini berakibat pada konsekuensi hukum melakukan tindakan
pencegahan terhadapnya. Dalanm hal ini Abdussomad al-Palimbani berpendapat bahwa hukum
melarang perbuatan munkar yang makruh adalah sunnah , jika ia diam saja ketika melihatnya maka
hukumnya makruh. Dan jika melihat perbuatan munkar yang sifatnya haram, tetapi ia diam saja padahal
ia mampu atau kuasa mencegahnya maka hukumnya haram. 4, Haram bagi setiap orang yang melihat
perbuatan munkar yang haram tetapi tidak mencegahnya.Baginya ada ancaman siksaan Allah
sebagaimana ia melakukan perbuatan haram lainnya. Imam Nawawi dalam karyanya Mirqotu

Perlu pemahaman yang benar bagi para pelaku amar ma'ruf nahi munkar untuk mengetahui bentuk-
bentuk atau jenis-jenis perbuatan yang munkar. Sebagian daripada munkar yang makruh, misalnya:

1) Seseorang yang membaca Al-Qur'an dengan melebihkan bacaan mad (panjang) diluar ketentuan yang
sudah ditetapkan, yang seharusnya ia baca pada hukum yang harus dibaca mad.

2) Berpaling dadanya dari menghadap kiblat ketika melafazkan "hayya 'alas sholah, hayya 'alal falah "
ketika azan.

Azan dikumandangkan sebagai tanda masuknya waktu sholat, disunnahkan mengumandangkan azan
dengan lafaz-lafaz yang telah di maklumi. Lafaz adzan yang dikumandangkan oleh Bilal bin Rabah
Raddhiyyahu anhu sebanyak 15 kalimat sebagaimana yang sering umat muslim lakukan. Lafaz-lafaz
tersebut harus dibaca berurutan dan bersambung, dilakukan setelah masuknya waktu sholat dengan
memperhatikan beberapa syarat, seperti (1) Muslim (2) Laki-laki (3) amanat (4) berakal (5) adil (6) baligh
atau mumayyiz (7) diucapkan dengan bahasa Arab . Selain itu hal-hal yang disunnnahkan dalam
mengumandangkan adzan adalah

1. Diucapkan dengan tartil

2. Dengan suara keras

3. Menoleh ke kanan ketika mengucapkan hayya alash sholah dan menoleh ke kiri ketika mengucapkan
hayya alal Falah.

4. Menghadap kiblat

5. Suci dari hadats

6. Meletakkan kedua jarinya di kedua telinganya.


Ketika dalam posisi menoleh ke kanan atau ke kiri Muadzin tetap disunnahkan menghadap kiblat.
Menghadap kiblat dalam hal ini adalah fokus pada bagian dada yang tidak boleh ikut bergeser ke kanan
atau ke kiri. Jika itu dilakukan maka hukunmnya makruh.

Kedua contoh tersebut jika dilakukan hukumnya makruh maka jika melihat orang yang melakukannya
maka disunnahkan melakukan pencegahan terhadap mereka.

Jika melihat munkar yang haram maka wajib mencegahnya. Adapun yang termasuk munkar yang haram,
seperti:

1. Melihat orang yang sholat yang tiada menghadap ke arah kiblat

2. Meninggalkan thuma'ninah di dalam ruku' atau sujud

3. Mendengar seseorang yang membaca al-Quran tanpa memperhatikan panjang pendeknya atau tidak
mengeluarkan huruf-hurufnya sesuai makhorijul huruf

4. Melihat Khatib memakai pakaian sutra, yang sutranya lebih banyak daripada benangnya

5. Mendengar orang bercerita tentang sesuatu yang mengandung kebohongan di dalam masjid

Banyak perbuatan munkar yang masuk dalam kategori haram dilakukan seperti: menjual mainan yang
diharamkan syara seperti menjual mainan anak-anak dalam bentuk rupa hewan. Islam membolehkan
semua hal-hal yang membawa kepada kebaikan, manfaat ataupun berkah dan sebaliknya melarang atau
mengharamkan hal-hal yang mengandung keburukan termasuk dalam hal jual beli. Salah satu yang
diharamkan dalam jual beli adalah menjual atau membeli barang dalam bentuk patung. Mainan anak-
anak banyak ditemukan dalam bentuk patung-patung baik patung manusia ataupun hewan, juga dalam
bentuk gambar hewan yang terdapat pada kain. Bahkan bukan hanya menjual mainan anak anak dalam
rupa hewan atau manusia yang diharamkan, tetapi juga menjual minuman keras, binatang-binatang
yang diharamkan seperti anjing, babi, alat-alat musik serta segala sarana yang mengarah kepada
perbuatan haram. Maka mencegah dari perbuatan tersebut hukumnya wajib.

Selain daripada yang tersebut di atas, Abdussomad al-Palimbani mengemukakan perbuatan munkar
yang masuk dalam kategori haram adalah (1) ketika dalam suatu walimah mendengar alat musik yang
diharamkan oleh syara' (2) hadir dalam suatu walimah yang didalamnya juga hadir laki-laki yang
memakai pakaian sutra atau memakai perhiasan emas.. Ketiga fenomena ini banyak ditemukan dalam
kehidupan manusia saat ini, oleh karena itu perlu kehati-hatian jika akan menghadiri suatu walimah,
jangan sampai niat kita untuk memenuhi hak saudara kita tetapi kita jatuh pada perbuatan haram.

Anda mungkin juga menyukai